PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

(1)

Dinny Septiany

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA

KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

Oleh

DINNY SEPTIANY

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas model discovery lear-ning pada materi kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil yang merupakan salah satu indikator dari keterampilan berpikir kreatif.

Discovery learning terdiri dari 6 tahap yaitu: stimulasi (pemberian rangsangan), identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan pena-rikan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan

Non EquivalentControl Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MA Negeri 1 Metro Tahun pelajaran 2013-2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling sehingga diper-oleh kelas XI IPA2 dan XI IPA3 semester ganjil Tahun Pelajaran 2013-2014

seba-gai sampel penelitian. Efektivitas model discovery learning diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada kelas kontrol sebesar 0,25 dan pada kelas eksperimen sebesar 0,52. Berdasarkan pengujian hipotesis disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan


(2)

Dinny Septiany

model discovery learning efektifdalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia.

Kata kunci: model discovery learning, kesetimbangan kimia, keterampilan berpikir orisinil


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 5 September 1992, sebagai putri pertama dari dua bersaudara, buah hati Bapak Bahrudin dan Ibu Nelly. Pendi-dikan formal diawali di SD Negeri 6 Tangerang pada tahun 1998 kemudian pin-dah ke kota Bandarlampung dan melanjutkan pendidikan formal kembali di SD Negeri 2 Pahoman Bandarlampung tamat pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan kejenjang pendidikan formal yang lebih tinggi di SMP Negeri 16 Bandarlampung tamat pada tahun 2007, serta SMA Negeri 4 Bandarlampung tamat pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Selama menjadi mahasiswa pernah menjadi anggota divisi dana dan usaha di organisasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila. Pada tahun 2013, mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Bandung-Yogya-karta-Surabaya. Tahun yang sama, telah menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Sekincau Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Madrasah Aliyah Nurul Iman. Pada tahun 2014, menjadi anggota kelompok kegiatan PKM-Penelitian yang diselenggarakan oleh dikti.


(8)

MOTO

Kata hati paling dalam tidak akan pernah salah, ia akan selalu membawa orang yang mendengarnya untuk selalu berbuat baik dan mencari ridho-Nya

-Dinny Septiany-

Seseorang dikatakan baik bukan karena apa yang nampak pada fisiknya, melainkan sikap yang diambilnya


(9)

iii

SANWACANA

Puji syukur hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam yang senantiasa mem-berikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta takdir terbaik yang selalu diberi-kan sehingga dapat diselesaidiberi-kannya skripsi yang berjudul “Penggunaan Model

Discovery Learning pada Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan

Keteram-pilan Berpikir Orisinil” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW, manusia biasa yang akhlaknya sungguh luar biasa.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Dosen Pembimbing Akadimik dan Pembimbing I, Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku pembimbing II, Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. selaku pembahas terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi di sela-sela kesibukan, meminjami segala fasilitas, dan selalu sudi menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah.


(10)

iv 4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen lain yang telah

memberikan ilmunya selama lebih dari tiga tahun ini. 5. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.

6. Bapak H. M. Luthfie’ Aziz HF, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah dan Ibu Sulistyowati, S.Si sebagai Guru Mitra Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro, atas izin dan waktu yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

7. Kedua orang tuaku tercinta dan adikku sayang Dinda Lestari, terimakasih untuk selalu ada dalam setiap episode kehidupan yang kujalani.

8. Saudara seperjuangan Dwi Maryani dan Titin Azzahra yang selalu ada untuk memotivasi dan memberikan dukungannya. Sahabat dan teman terbaik yang selalu membantu, Eliyana, Ambar Wulan, Retno Dianti, Eli Novia Sari, Oktia Wulandari, Ira Mutia Sari, Saiful Muhammad SF, Ayu Rismalinda, Diah Anisa Wati, Luthfia Ulva Irmita, Mutiara Umi Lia.

9. Rekan-rekan pendidikan kimia 2010 dan kakak serta adik tingkatku.

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan man-faat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap pe-ngajar, dan segala kelemahan dalam karya ini merupakan akibat kurangnya penga-laman dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandarlampung, Juli 2014 Penulis,


(11)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 11

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 16

D. Analisis Konsep Kesetimbangan Kimia ... 22

E. Kerangka Berpikir ... 27

F. Anggapan Dasar ... 30


(12)

vi

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Populasi dan Sampel ... 32

B. Jenis dan Sumber Data ... 33

C. Metode dan Desain Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 36

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 43

B. Pembahasan ... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 65

1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 65

2. RPP Eksperimen ... 86

3. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 123

4. Rubrik Penilaian Afektif ... 141

5. Lembar Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 144

6. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 153


(13)

vii 8. Data Nilai Pretest, Nilai Posttest dan n-Gain ... 167 9. Perhitungan Nilai Pretest, Nilai Posttest dan n-Gain ... 170 10. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 182


(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif ... 19

2. Indikator kemampuan berpikir kreatif ... 20

3. Analisis konsep materi kesetimbangan kimia ... 23

4. Desain penelitian ... 34

5. Nilai χ2hitung, nilai χ2tabel, kriteria uji dan keputusan uji pada uji normalitas n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol ... 45

6. Nilai Fhitung, nilai F1/2α(υ1, υ2) , kriteria uji dan keputusan uji pada uji homogenitas keterampilan berpikir orisinil siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol ... 46

7. Nilai thitung, nilai t(1-α) , kriteria uji dan keputusan uji pada uji-t keterampilan berpikir orisinil siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol ... 47


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 37 2. Diagram rata-rata nilai pretes dan nilai postes keterampilan berpikir

orisinil di kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 43

3. Diagram rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 44


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peser-ta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berpeser-takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tim penyusun (2013) menuliskan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan kete-rampilan secara terpadu. Lebih lanjut lagi Tim Penyusun (2013) menjelaskan bahwa ketiga ranah ketiga ranah tersebut diperoleh melalui aktivitas psikologi yang berbeda-beda. Ranah sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalan-kan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan; ranah pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengeva-luasi dan mencipta; serta ranah keterampilan diperoleh melalui aktivitas meng-amati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.


(17)

2

Aktivitas-aktivitas tersebut tidak dapat terjadi tanpa adanya peran guru yang kreatif yang dalam proses pembelajarannya menyediakan model pembelajaran yang sesuai.

Salah satu model pembelajaran yang direkomdasikan dalam kurikulum 2013 adalah model Discovery Learning. Menurut Joolingen dalam Fathur dkk (2012)

discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemu-kan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut.

Discovery learning terdiri dari enam tahap yaitu tahap pertama stimulasi (pembe-rian rangsangan), siswa diberikan permasalahan atau fenomena yang terjadi se-hingga siswa dapat mengeksplorasi bahan, kemudian siswa diminta menuliskan agenda permasalahan dan hipotesisnya pada tahap kedua yaitu identifikasi masa-lah. Setelah itu untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya siswa diminta me-ngumpulkan dan mengolah data hasil temuannya sendiri pada tahap ketiga dan keempat yaitu pengumpulan datadan pengolahan data. Pada tahap pengolahan data siswa akan mendapatkan pola informasi yang akan menjadi temuaan alter-natif yang akan dibuktikan kebenarannya dalam tahap pembuktian. Pada tahap pembuktian siswa telah menemukan pengetahuannya sendiri yang pada tahap keenam yaitu generalisasi akan dibuat kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk permasalahan yang sama. Keseluruhan tahapan ini sesuai dengan cara memperoleh ilmu kimia.


(18)

3

Definisi kimia menurut Concise Dictionary of Science & Computers dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) adalah sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi dan fenomena-feno-mena lain yang menyertai perubahan materi. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum dan teori, merupakan produk yang dihasilkan dari rangkaian proses kerja ilmiah dengan menggunakan sikap ilmiah.

Rangkaian proses kerja ilmiah dapat berupa kegiatan mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, meng-komunikasikan penelitian dan mengajukan pertanyaan. Kegiatan tersebut meru-pakan kegiatan yang dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa. Keteram-pilan berpikir keratif menurut Evan (1991) merupakan keteramKeteram-pilan berpikir ting-kat tinggi yang dilakukan dengan melihat, mengamati dan mengidentifikasi data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, menemukan kaitan-kaitan yang baru, kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi dari banyak konsep yang ada pada fikiran.

Namun faktanya, pembelajaran kimia di lapangan lebih mementingkan produk dibandingkan proses. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di MA Negeri 1 Metro diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia sebagian be-sar masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat (pemberi informasi) bukan sebagai motivator yang menuntut siswa mencari tahu, sehingga menjadikan siswa kurang dapat mengeksplorasi pengetahuannya dan


(19)

4

mengemukakan pendapat atau gagasannya. Hal ini menyebabkan keterampilan berpikir kreatif tidak dilatihkan serta tidak sesuainya proses pembelajaran tujuan pendidikan nasioanal yang menuntut siswa warga negara yang kreatif.

Salah satu materi kimia yang dapat diterapkan model discovery learning adalah materi kesetimbangan kimia. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 pada materi kesetimbangan kimia adalah menganalisis faktor-faktor yang mempenga-ruhi pergeseran arah kesetimbangan yang diterapkan dalam industri dan menen-tukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 4 yang harus dikuasai untuk menguasai kompetensi dasar dari kompetensi 3 adalah merancang, mela-kukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dan memecahkan masalah terkait hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kese-timbangan. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut pada materi kesetimbangan kimia siswa diarahkan pada fenomena kesetimbangan kimia yang diterapkan dalam industri, hal ini bertujuan agar siswa dapat membangun pengetahuannya lebih mendalam (bukan sekedar hafalan).

Pada proses pembelajaran, siswa diajak untuk mengembangkan kreativitasnya dengan merancang dan melakukan percobaan serta menyimpulkan sendiri peng-etahuan yang diberikan, contohnya yaitu saat merancang dan melakukan perco-baan mengenai pergeseran arah kesetimbangan yang dipengaruhi oleh konsentrasi dan pergeseran arah kesetimbangan yang dipengaruhi oleh suhu. Dalam proses tersebut siswa diminta menentukan menentukan variabel percobaan, membuat


(20)

5

prosedur percobaan serta menentukan alat dan bahannya sendiri. Proses ini dapat melatih siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan yang telah didapatnya dan me-munculkan ide-ide kreatif berdasarkan pemikirannya sendiri. Selain itu siswa diminta menyimpulkan sendiri pengetahuan yang telah diberikan, hal ini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa sehingga siswa diharapkan dapat meng-hasilkan ungkapan yang baru dan unik berdasarkan pemikirannya sendiri. Proses-proses tersebut dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu keteram-pilan berpikir orisinil. Keteramketeram-pilan berpikir orisinil merupakan salah satu ciri-ciri aptitude dari krea-tivitas (berpikir kreatif). Menurut Guilford dalam Herdian (2010) keterampilan berpikir orisinil merupakan kemampuan memberikan gagasan yang tidak lazim, lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

Dengan menggunakan model discovery learning pada materi kesetimbangan kimia dapat membantu siswa menemukan dan menyimpulkan sendiri pengetahuan mengenai materi kesetimbangan kimia yang diberikan, hal ini tentunya menjadi-kan pengetahuan tersebut lebih bermakna. Pengetahuan yang lebih bermakna menjadi bekal untuk dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa seperti mengkombinasikan pengetahuan yang telah didapat untuk mencip-takan gagasan yang baru yang jarang diberikan kebanyakan orang. Hal ini diper-kuat oleh hasil penelitian Rokhim dkk (2012) yang menunjukkan bahwa model

discovery terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII MTs Matho-li’ul Huda Troso di kota Semarang.


(21)

6

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul

“Penggunaan Model Discovery Learning pada Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektivitas model disco-very learning pada materi kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keteram-pilan berpikir orisinil pada siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model discovery learning pada materi kesetimbangan kimia dalam meningkatkan kemampuan berpikir orisinil siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1. Siswa

Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning

dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususnya keterampilan berpikir orisinil siswa.

2. Guru

Pembelajaraan dengan menggunakan model discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.


(22)

7

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Modelpembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran discovery learning yang terdiri dari 6 tahap yaitu stimulasi (pemberian rangsangan), identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian dan generalisasi. Media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran mengguna-kan model ini adalah LKS.

2. Keterampilan yang akan diteliti adalah keterampilan berpikir orisinil dengan indikator yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim, lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang (berdasarkan pemikiran sendiri). 3. Menurut Nuraeni dkk (2010) pembelajaran menggunakan model discovery

learning dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir orisinil siswa apabila secara statistik keterampilan berpikir orisinil siswa menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.


(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Nur dalam Trianto (2010) teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kom-pleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Suparno dalam Trianto (2010) me-ngungkapkan prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivis adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun secara sosial;

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar, siswa aktif mengkonstrukdi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah; dan 3. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar

proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

Menurut Von Glasersfeld dalam Saputra (2011) konstruktivisme juga menya-takan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruksi penge-tahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk


(24)

9

berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan memban-dingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul

penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru adalah fasilitator.

Teori kontruktivisme ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

1. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget

Menurut Piaget dalam Dahar (1988) perkembangan intelektual seseorang didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi mem-berikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorga-nisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur


(25)

10

dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingku-ngan dilakukan mela-lui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Menurut Piaget dalam Bell (1994) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah perpaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi.

3. Teori pembelajaran sosial Vygotsky

Teori Vigotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Vygotsky dalam Suparno (1997) mengungkapkan bahwa penemuan atau

discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Dalam Luis C. Moll (1993), Vygotsky berpendapat bahwa setiap anak dalam satu domain mempunyai perkembangan aktual yang dapat dinilai dengan menguji secara individual dan potensi terdekat bagi perkembangan domain dalam tersebut. Vygotsky mengistilahkan perbedaan ini berada dian-tara Zona Perkembangan Proksimal.

Lebih lanjut lagi dalam Luis C. Moll (1993) dijelaskan bahwa Vygotsky mendefinisikan Zona Perkembangan Proksimal sebagai jarak antara level perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk memcahkan masalah secara individu dan level perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa dalam


(26)

11

kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih mampu. Dalam Arends (2008) Vygotsky mendefinisikan tingkat perkembangan potensial sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, seperti teman sejawat yang kemampuannya lebih tinggi.

3. Teori penemuan Jeremo Bruner

Bruner dalam Trianto (2010) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendi-rinya memberi hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prisip-prinsip, agar mereka memperoleh pengalaman dan melalui eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prisip-prinsip itu sendiri.

B. Model Pembelajaran Discovery Learning

Hudojo (2001) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar adalah model discovery learning.

Menurut Roestiyah (2008) Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Joolingen dalam Fathur dkk (2012)


(27)

12

discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan mene-mukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut. Menurut Munandar dalam fathur dkk (2012) model discovery learning merupakan model pembe-lajaran yang berkaitan dengan penemuan. Model pembepembe-lajaran ini melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, anali-tis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.

Nilai discovery pada siswa adalah ketika siswa berhubungan dengan dunia di sekitar mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengannya, hal ini dida-sarkan pada keingintahuan mereka tentang dunia atau lingkungan sekitarnya. Dalam pembelajaran kimia nilai discovery sebagian besar dapat dilakukan dengan pengamatan mengenai fenomena yang terjadi disekitar, melakukan praktikum, menggunakan simbol dan gambar submikroskopis. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model discovery learning merupakanproses pembelajaran yang terjadi bila bahan ajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk akhir, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi pengetahuannya sendiri.

Dalam Tim Penyusun (2013) untuk mengaplikasikan model discovery

learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan


(28)

13

tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang

teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning

sikap ilmiah sangat diperlukan. Seperti dikutip dari Cahyono dalam Lestari (2010) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti:

1. jujur terhadap data,

2. rasa ingin tahu yang tinggi,

3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa,

5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dandapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.

Adapun menurut Syah dalam Tim Penyusun (2013c) dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilak-sanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai beri-kut:

1. Stimulasi ( pemberian rangsangan)

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada suatu permasalahan atau fenomena yang disajikan dalam bentuk video, tabel, grafik, atau gambar submikro-skopis. Tujuan dari tahap ini adalah menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk menyelidiki sendiri pengetahuan yang akan diberikan serta menye-diakan kondisi belajar yang dapat dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam proses pembelajarannya siswa


(29)

14

diminta mengamati dan mengidentifikasi permasalahan atau fenomena yang diberikan dan menuliskan hasil identifikasi pada kolom yang diberikan.

2. Identifikasi masalah

Menurut Syah dalam Tim Penyusun (2013) Setelah dilakukan stimu-lation langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan da-lam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

Dalam tahap ini siswa diminta menuliskan hal-hal yang tidak mereka pahami dalam bentuk pertanyaan dan memilih salah satunya untuk dijadikan hipotesis yang akan diuji kebenarannya.

3. Pengumpulan data

Pada tahap ini siswa diminta mengumpulkan informasi-informasi yang relevan yang digunakan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuatnya. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh melalui mengamati objek, membaca literatur, wawancara dengan nara sumber, atau melakukan percobaan sendiri.

4. Pengolahan data

Menurut Syah dalam Tim Penyusun (2013) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data pro-cessing disebut juga dengan peng-kodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pemben-tukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi ter-sebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

Pada tahap ini, setelah data yang diperlukan terkumpul, data tersebut diolah dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif


(30)

15

penyelesaian. Namun pengetahuan ini masih harus dibuktikan dalam tahap secara logis pada tahap pembuktian.

5. Pembuktian

Pembuktian menurut Bruner dalam Budiningsih (2005) bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempa-tan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemaha-man melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

6. Penarikan kesimpulan

Pada tahap ini, siswa diminta untuk menarik sebuah kesimpulan tentang pengetahuan yang diperolehnya dengan tetap menghasilkan hasil verifikasi. Pengetahuan tersebut berlaku untuk semua permasalahan yang sama.

Menurut Syah dalam Tim Penyusun (2013) Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memerhatikan hasil verifikasi.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning guru tidak menyajikan bahan ajar dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Keseluruhan tahapan ini dapat mem-bantu siswa untuk membangun sendiri pengetahuan yang didapatnya dan dapat menemukan sebuah prinsip yang dapat berlaku umum pada permasa-lahan yang sama.


(31)

16

Dalam proses pembelajaran menggunakan discovery learning siswa dilatih untuk terbiasa mencari tahu dan menyimpulkan sendiri pengetahuan yang diberikan. Hal ini dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Dalam mendefenisikan kreativitas beberapa rumusan telah dikemukakan oleh para ahli. Namun tidak ada defenisi yang seragam yang dapat diterima oleh berbagai pihak. Kreativitas diartikan menurut meraka masing-masing.

Menurut Drevdahl dalam Ali (2004) kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwu-jud aktivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.

Munandar (1985) mengajukan beberapa defenisi kreativitas yang merupakan kesimpulan dari beberapa defenisi-defenisi yang dirumuskan oleh para ahli.

Pertama : kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur yang ada. Dalam hal ini

kreativitas ditekankan pada produk kreatif yaitu hasil daya cipta yang merupakan kombinasi (gabungan) dari hal-hal yang sudah ada

sebelumnya yang diperoleh dari pengalaman dibang-ku sekolah maupun yang dipelajari dalam keluarga dan masyarakat.

Kedua : kreativitas ( berpikir kreatif) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keraga-man jawaban.

Ketiga : secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai


(32)

17

dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi

(mengembangkan, memperkaya, dan memperinci) suatu gagasan. Torrance dalam Ali (2004) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar 2. Tekun dan tidak mudah bosan 3. Percaya diri dan mandiri

4. Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas 5. Berani mengambil resiko

6. Berpikir divergen.

Menurut Evan (1991) keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi berdasarkan data atau informasi yang tersedia, mene-mukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, menemene-mukan kaitan-kaitan yang baru, kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi dari banyak konsep yang ada pada fikiran.

Munandar (2009) menyatakan bahwa kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan afektif. Faktor-faktor-faktor tersebut diperlihatkan dalam ciri-ciri

aptitude dan non aptitude dari kreativitas. Adapun ciri-ciri aptitude yang berhu-bungan dengan kognitif meliputi:

1. Keterampilan berpikir lancar

Kelancaran dalam berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Penekanannya disini adalah dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan gagasan atau ide tentang obyek tertentu dalam jumlah yang banyak.


(33)

18

Fleksibel yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran, dan mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi mampu mengalihkan arah berpikir untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga penekanan fleksibilitasnya pada segi keragaman gagasan, kaya akan alternatif dan bukan kekakuan dalam berpikir yang cenderung otoriter. 3. Keterampilan berpikir orisinil

Orisinilitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk memberikan gagasan yang secara statistik unik dan langka untuk populasi tertentu, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru atau kombinasi baru antar bermacam-macam unsur atau bagian. Semakin banyak unsur-unsur yang digabung menjadi satu gagasan atau produk kreatif, maka semakin orisinil pula pemikiran individu tersebut.

4. Keterampilan merinci (mengelaborasi)

Elaborasi yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengembangkan, me-rinci, dan memperkaya atau memperluas suatu gagasan atau ide sehingga menjadi lebih menarik.

Ciri-ciri non aptitude yang berhubungan dengan sikap dan perasaan adalah : 1) Rasa ingin tahu : terdorong untuk mengetahui lebih banyak,

mengajukan banyak pertanyaan, memperhatikan orang/obyek/situasi, peka mengamati, mengetahui dan meneliti.

2) Bersifat imajinatif : mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, menggunakan daya khayal, tetapi mengetahui batas antara khayalan dan kenyataannya.

3) Merasa tertantang oleh kemajemukan : terdorong mengatasi masalah yang sulit, tertantang oleh situasi yang sulit dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang rumit.

4) Sifat berani mengambil resiko : berani memberi jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal, tidak ragu karena

ketidakjelasan, dan hal-hal yang tidak konvensional atau kurang berstruktur.

5) Sifat menghargai : menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat yang berkembang.

Pada dasarnya kedua aspek di atas mempunyai pengaruh besar pada tingkat kreativitas seseorang. Siswa yang kreatif biasanya sering mengajukan


(34)

perta-19

nyaan yang baik, mempunyai motivasi ingin tahu yang besar, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah. Siswa yang kurang kreatif bahkan tidak kreatif, sebaliknya merupakan kurang mampu atau tidak mampu dalam menghasilkan banyak gagasan, tidak berani untuk mengajukan perta-nyaaan dan lain sebagainya. Dengan demikian semakin banyak ciri-ciri kog-nitif dan afektif yang dimiliki seseorang maka semakin kreatiflah orang tersebut. Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keteram-pilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku Arti

1) Berpikir Lancar (fluency)

a. Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.

2) Berpikir Luwes (fleksibel)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;

c. Arah pemikiran yang berbeda. 3) Berpikir Orisinil

(originality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan

kebanyakan orang. 4) Berpikir Terperinci

(elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan b. Memperinci detail-detail c. Memperluas suatu gagasan

Menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problemsensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, me-ngenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.


(35)

20

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. 4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan

gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau

masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Munandar (2009) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir krertif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian

masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan

berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan

lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.


(36)

21

Tabel 2 (lanjutan)

Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang bervariasi.

2) Dapat melihat suatu masalah da-ri sudut pandang yang berbeda.

3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk

menyelesaikannya. Berpikir Orisinil (Originality)

1) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2) Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri.

3) Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1) Mampu memperkaya dan

me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2) Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a.Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci. b.Mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain. c.Menambah garis-garis,

warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir orisinil.


(37)

22

D. Analisis Konsep Kesetimbangan Kimia

Herron et al dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Lebih lanjut lagi, Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencana-kan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digu-nakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.


(38)

23

Tabel 3. Analisis konsep materi kesetimbangan kimia

No Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Kesetimbang-an kimia

Keadaan yang terjadi saat reaksi maju sama de-ngan reaksi balik yang merupakan kesetimbangan dinamis, dapat berupa reaksi ho-mogen dan hete-rogen yang me-miliki suatu te-tapan (harga K) dan dapat meng-alami pergeseran.

Konsep abstrak

 Kesetimbang-an kimia

Laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik

Dapat meng-alami perge-seran

 Kesetimbang-an dinamis

Fase zat

Harga K

Reaksi kimia Reaksi ireversibel Reaksi reversibel  Kesetim-bangan statis  Kesetim-bangan dinamis

N2(g) +

3H2(g)

2NH3(g)

CH4(g) +

2O2(g)

CO2(g) +

2H2O(g)

2 Kesetimbang-an dinamis

Kesetimbangan kimia yang secara makroskopis ti-dak terjadi reaksi, tetapi secara mik-roskopis reaksi berlangsung terus-menerus. Konsep abstrak  Kesetimbang-an dinamis

Secara mak-roskopis tidak terjadi reaksi

Secara mik-roskopis reak-si berlangsung terus-menerus

Fase zat

Harga K

 Kesetim-bangan kimia  Kesetim-bangan statis Dalam ruang tertutup, gas N2O4 yang

tidak berwar-na bila dipa-naskan akan terurai men-jadi gas NO2

yang berwar-na cokelat. Sebaliknya bila gas NO2

didinginkan warna coke-lat yang ter-bentuk akan

Kristal CuSO4.5H2O

yang berwar-na biru apa-bila dipanas-kan adipanas-kan berubah menjadi CuSO4 yang

berwarna pu-tih dengan melepaskan air dalam bentuk uap air. Sebalik-nya bila


(39)

kris-24

No Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

memudar. Dalam kea-daan setim-bang, secara mikroskopis reaksi ini berlangsung terus-menerus. tal putih CuSO4 hasil

pemanasan ditetesi air maka akan berubah menjadi biru, kristal CuSO4.5H2O

terbentuk kembali. 3

Kesetimbang-an homogen

Reaksi kesetim-bangan yang ter-diri atas satu fase baik reaktan mau-pun produk.

Konsep abstrak

 Kesetimbang-an homogen

Reaksi kese-timbangan terdiri satu fase

Fase zat  Kesetim-bangan kimia

 Kesetim-bangan heterogen

N2(g) +

3H2(g)

2NH3(g)

CH4(g) +

2O2(g)

CO2(g) +

2H2O(g)

4 Kesetimbang-an heterogen

Reaksi kesetim-bangan yang ter-diri atas dua fase atau lebih baik re-aktan maupun produk. Konsep abstrak  Kesetimbang-an heterogen

Reaksi kese-timbangan terdiri dua fa-se atau lebih

Fase zat  Kesetim-bangan kimia

 Kesetim-bangan homogen

CaCO3(s)

CaO(s) + CO2(g)

2H2O2(l)

2H2O(l) +

O2(g)

5 Tetapan kese-timbangan

Perbandingan an-tara konsentrasi produk dengan konsentrasi reak-tan yang masing-masing dipang-katkan dengan koefisien reaksi-nya yang meng-hasilkan harga

Konsep berda-sarkan prinsip

Tetapan kese-timbangan Perbandingan konsentrasi produk de-ngan konsen-trasi reaktan yang masing-masing di-pangkatkan  Konsen-trasi zat

Fase zat

 Kesetim-bangan kimia

 Kc dan Kp

2SO3(g)

2SO2(g) +

O2(g)

2NO(g) + Br2(g)


(40)

25

No Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

konstan pada su-hu dan volume tetap yang terdiri dari Kc dan Kp.

dengan koefi-sien reaksinya

Hasil perban-dingan kon-stan

Kc

Kp

6 Kc Tetapan

kesetim-bangan yang da-pat dinyatakan berdasarkan kon-sentrasi reaktan dan produk pada kesetimbangan (dalam mol per liter).

Tetapan kese-timbangan  Konsen-trasi re-aktan dan pro-duk  Kesetim-bangan kimia

 Kp COOH(aq)

CH3COO-(aq)

2NO(g) + Br2(g)

2NOBr(g)

7 Kp Tetapan

kesetim-bangan berdasar-kan teberdasar-kanan- tekanan-tekanan parsial kesetimbangan (dalam atmosfer) dari gas.

Tetapan kese-timbangan Tekanan -tekanan kesetim-bangan (dalam atmos-fer) dari gas.  Kesetim-bangan kimia

 Kc N2(g)+3H2(g)

2NH3(g)

2NO(g) + Br2(g)

2NOBr(g) 8 Pergeseran kesetimbang-an Pergeseran arah kesetimbangan yang terjadi aki-bat sistem kese-timbangan yang diganggu/diberi aksi berupa kon-sentrasi, tekanan Konsep berda-sarkan prinsip Pergeseran kesetimbang-an Aksi-reaksi  Konsen-trasi zat Tekanan dan vo-lume Suhu Katalis  Kesetim-bangan kimia Pengaruh konsen-trasi Pengaruh tekanan dan volu-me Pengaruh Perhatikan reaksi kese-timbangan berikut:

N2(g) +

3H2(g)

Perhatikan reaksi beri-kut:

2H2O(g)

2H2(g) +


(41)

26

No Label

Konsep Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep Konsep

Contoh Non Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dan volume, su-hu, dan katalis, sebagai tindakan untuk mengu-rangi pengaruh aksi tersebut.

suhu

Pengaruh katalis

2NH3(g) ∆H=-92,6kJ Apa yang ter-jadi bila ke dalam sistem:

a. konsen-trasi ok-sigen di-tambah b. tekanan sistem di-naikkan c. suhu sis-tem ditu-runkan

∆H=+286 kJ Berapakah entalpi peng-uraian stan-dar air?


(42)

27

E. Kerangka Berpikir.

Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning guru berperan sebagai motivator yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif dengan tidak memberikan pengetahuan dalam bentuk akhirnya, melain-kan membimbing siswa menemukan dan menyimpulkan sendiri pengetahuan yang diberikan, serta menemukan prinsip umum yang berlaku untuk permasa-lahan yang sama.

Pada materi kesetimbangan kimia, kompetensi dasar pengetahuan yang harus dikuasai siswa adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perge-seran arah kesetimbangan yang diterapkan dalam industri dan menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan. Sedangkan kompetensi keterampilan yang harus dikuasai untuk menguasai kompetensi dasar pengetahuan adalah merancang, melaku-kan, dan

menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang

mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dan memecahkan masalah ter-kait hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi

kesetimbangan.

Tahap pertama dalam mengaplikasikan model Discovery Learning pada ma-teri kesetimbangan kimia adalah stimulasi (pemberian rangsangan) yaitu pemberian permasalahan atau fenomena yang disajikan dalam bentuk data, tabel, visualisasi gambar mikroskopis, suatu animasi atau video yang ber-kaitan tentang

kesetimbangan kimia. Pada tahap ini siswa diminta meng-identifikasi suatu permasalahan dan fenomena-fenomena kesetimbangan kimia seperti tabel hasil


(43)

28

produksi amoniak yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, grafik keadaan setimbang, visualisasi kesetimbangan gas NO2, visualisasi kesetimbangan

disosiasi, dan animasi faktor-faktor yang mem-pengaruhi pergeseran

kesetimbangan. Kemudian siswa diminta menuliskan hasil identifikasi tersebut dalam LKS dalam kolom yang telah disedikan. Tahap ini bertujuan menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

Tahap selanjutnya adalah identifikasi masalah. Setelah permasalahan dibe-rikan siswa diminta menuliskan hal-hal yang kurang mereka pahami dalam bentuk pertanyaan dan memilih salah satunya menjadi hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Pada materi kesetimbangan kimia, pada tahap ini siswa diminta menuliskan pertanyaan mengenai tabel hasil produksi amoniak yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, grafik keadaan setimbang, visualisasi kesetimbangan gas NO2, visualisasi kesetimbangan disosiasi, dan animasi faktor-faktor yang

mempengaruhi pergeseran kesetim-bangan, kemudian memilih salah satu pertanyaan tersebut untuk dijadikan hipotesis. Pada tahap ini diharapkan siswa mampu memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain, sehingga keterampilan berpikir orisinil siswa menjadi meningkat.

Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data, pada tahap ini siswa diminta mengumpulkan informasi-informasi yang relevan guna menguji benar tidak-nya hipotesis. Dalam proses pembelajaran, pengumpulan informasi dilakukan dengan mengamati video kesetimbangan gas NO2, melakukan percobaan mengenai reaksi


(44)

29

mencoba menemukan rumus tetapan harga kesetim-bangan, mengidentifikasi gambar submikroskopis, mengerjakan perhitungan berdasarkan gambar submikroskopis, serta merancang percobaan mengenai pergeseran arah kesetimbangan kimia. Pada tahap ini, keterampilan berpikir asli dapat dilatih salah satunya dengan merancang percobaan. Dalam meran-cang percobaan siswa diminta untuk menentukan variabel percobaan, mem-buat prosedur percobaan serta menentukan alat dan bahannya sendiri, proses ini dapat melatih siswa mengeksplorasi pengetahuan yang telah dida-patnya dan memunculkan ide-ide kreatif berdasarkan pemikirannya sendiri, sehing-ga diharapkan keterampilan berpikir orisinil siswa dapat meningkat.

Setelah proses pengumpulan data, siswa diminta mengolah data. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan diolah untuk menemukan pola informasi (temuan alternatif) yang akan dijadikan pengetahuan baru yang perlu menda-patkan pembuktian secara logis. Dalam proses pembelajaran kegiatan ini dapat berupa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS untuk menemukan informasi baru yang akan menjurus pada pengetahuan baru yang perlu ditemukan sendiri oleh siswa.

Tahap selanjutnya yaitu pembuktian. Pada tahap ini siswa melakukan peme-riksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengo-lahan data.

Setelah pembuktian dilakukan, tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan (generalisasi). Pada tahap ini siswa diminta menarik kesimpulan yang akan


(45)

30

dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama sehingga siswa dapat menjelaskan berbagai fenomena lain yang memi-liki permasalahan yang sama. Dalam tahap ini, kegiatan menyimpulkan sen-diri pengetahuan yang diberikan dapat melatih keterampilan berpikir orisinil siswa, karena siswa dilatihmengembangkan kemampuan berbahasa sehingga siswa diharapkan dapat menghasilkan ungkapan yang baru dan unik berdasar-kan pemikirannya sendiri, selain itu siswa kegiatan menyimpulkan sendiri

pengetahuan yang diberikan menjadikan pengetahuan tersebut lebih bermak-na sehingga siswa diharapkan dapat mengkombinasikan pengetahuan-penge-tahuan yang diberikan untuk menghasilkan gagasan baru berdasarkan pemi-kiran mereka sendiri. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas

diharapkan dengan diterapkannya pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan keterampilan berpikirorisinil siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI IPA semester ganjil Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.

2. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.


(46)

31

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Penggunaan model Discovery Learning pada materi kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil lebih baik dibandingkan


(47)

32

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 dengan total jumlah 141 siswa yang tersebar dalam 3 kelas yaitu kelas XI IPA1, XI IPA2, dan XI IPA3. Siswa tersebut

merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam jenjang kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester ganjil. c. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan secara heterogen, sehingga

pro-porsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama antara satu kelas dengan kelas yang lainnya.

d. Dalam pelaksanaan pengajarannya, sebelumnya siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum yang sama yaitu kurikulum 2013 dan jumlah jam belajar yang sama (lima jam pelajaran dalam setiap minggu).


(48)

33

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sen-diri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dalam hal ini pertimbangan berdasarkan informasi dari guru mitra. Berdasarkan pertimbangan tersebut diambil 2 kelas sebagai sampel yaitu kelas XI IPA2 dan XI

IPA3 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak jauh

ber-beda atau dianggap sama, kemudian kedua kelas diundi untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelas eksperimen dan kelas mana yang akan menjadi ke-las kontrol, setelah diundi didapat keke-las XI IPA2 sebagai kelas eksperimen yaitu

kelas yang diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model

discovery learning dan kelas XI IPA3 sebagai kelas kontrol yang proses

pembela-jarannya menggunakan metode konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utama yaitu nilai tes keterampilan berpikir orisinil siswa sebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan nilai tes keterampilan berpikir orisinil siswa setelah penerapan pembelajaran (postes) siswa dan data pendukung berupa data penilaian afektif, data penilaian psikomotor dan data observasi kinerja guru. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.


(49)

34

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design (Creswell, 1997), desainnya sebagai berikut:

Tabel 4. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

O1 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi pretes

X : Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran discovery learning O2 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi postes

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1)

kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model discovery learning

(X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran

discovery learning dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014.


(50)

35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Dalam penelitian alat ukur yang digunakan disebut instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2009) Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain: Silabus dengan meng-gunakan kurikulum 2013, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengguna-kan kurikulum 2013, LKS kimia yang menggunamengguna-kan model discovery learning

pada materi kesetimbangan kimia sejumlah 6 LKS, Soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili keterampilan berpikir orisinil, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.

Instrument yang digunakan dalam penelitian harus valid, artinya instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur valid atau tidaknya ins-trumen yang digunakan maka insins-trument dilakukanlah pengujian. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik.

Karena berbagai keterbatasan, pengujian kevalidan hanya dilakukan mengguna-kan validitas isi (content validity). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi butir soal, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir soalnya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam


(51)

36

mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka dalam hal ini dilakukan oleh Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing penelitian untuk meng-ujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Prapenelitian

Tujuan prapenelitian, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala MA Negeri 1 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan in-formasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksa-naan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan, menyusun analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar- indikator, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal pretesdan postes, lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar obser-vasi kinerja guru.


(52)

37

b. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1) melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol;(2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi kesetim-bangan kimia sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran menggunakan model discovery learning diterap-kan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapditerap-kan di kelas kontrol;(3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas ekspe-rimen dan kelas kontrol;dan (4) melakukan tabulasi dan analisis data;(5)

melakukan pembahasan’(6) menarik kesimpulan. Adapun langkah-langkah

penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian

Prapenelitian

Menentukan populasi dan sampel penelitian

a. Tahap Persiapan

1.Membuat Instrumen Penelitian 2.Validasi Instrumen

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Pembahasan

Kesimpulan Tabulasi dan Analisis

Kelas Eksperimen Pembelajaran Menggunakan model

discovery learning

Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional

Pretes


(53)

38

G. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis

1. Teknik analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan nilai siswa

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berpikir orisinil secara operasional dirumuskan sebagai berikut :

100 x maksimal skor Jumlah diperoleh yang jawaban skor Jumlah siswa

Nilai  ………...(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-Gain yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.

b. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui keterampilan berpikir berpikir orisinil siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia antara pembelajaran menggunakan model

discovery learning dengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan perhitungan n-gain. Rumus n-Gain (g) menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:

nilaimaksimalideal-nilaipretest

pretest nilai -posttest nilai (g) Gain


(54)

39

2. Pengujian hipotesis

a. Hipotesis kerja

Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari keterampilan berpikir tinggi siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Pengujian hipotesis penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan mengguna-kan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan dua rata-rata dilakumengguna-kan pada n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia. Se-belum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata, perlu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari popu-lasi berdistribusi normal atau tidak dan untuk untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Untuk menguji normalitas digunakan uji Chi-Kuadrat dengan rumus sebagai berikut :


(55)

40

Keterangan :

χ2

= Chi–kuadrat

Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi yang diharapkan

Dengan kriteria uji menurut Sudjana (2002) terima H0 jika

dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = k – 3.

c. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua kelas penelitian mempunyai varians yang homogen atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut :

H0 : 12 22 (kedua kelas mempunyai variansi yang homogen) H1 : 12 22 (kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

kecil Varian ter

terbesar Varians

F ...

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Terima H0 jika Fhitung < Ftabel dengan atau dengan didapat dari

distribusi F dengan peluang ½α, derajat kebebasan dan .

α = taraf nyata.


(56)

41

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berpikir orisinil materi pokok kesetimbangan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan model discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggu-nakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : µ1x≤ µ2x

Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang dibelajarkan menggunakan model discovery learninglebih rendah atau sama dengan rata-rata

n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pem-belajaran konvensional.

H1 : µ1x > µ2x

Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang dibelajarkan menggunakan model discovery learninglebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain

keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.


(57)

42

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang

diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning. µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional. x : keterampilan berpikir orisinil

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggu-nakan uji statistik parametrik yaitu menggumenggu-nakan uji-t. Uji statistik parametrik dengan menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinilsiswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning.

= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinilsiswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

model discovery learning.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung < t (1-α) dengan derajat kebebasan

d(k) = n1 + n2– 2. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).


(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetim-bangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model

discovery learning lebih tinggi dari rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro.

2. Pembelajaran menggunakan model discovery learning efektif dalam mening-katkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal.

2. Model discovery learning dapat dipakai sebagai model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi kesetimbangan kimia dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(59)

62

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran. PT. Prestasi

Pustakaraya. Jakarta.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rinekacipta. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Djamarah, S.B. dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Evans, J.R.1991.Creative Thinking in The Decision and Management Sciences.

Thomson Publishing Group.South. Wastern.

Fathur, Rohim, susanto, H. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.

Journal Universitas Negeri Semarang. Diakses 8 November 2013 dari

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gabel. 1994. Handbook of research on science teaching and learning. A project of the National Science Teachers Association. Mc Millan Publishing Co. N.Y.


(60)

63

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika.

Diakses pada tanggal 12

Desember

2013 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. FMIPA UM. Malang.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Ciputat : GP Press.

Tim Penyusun. 2013. Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.

Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2013. Model discovery learning. Kemendikbud. Jakarta. Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Lestari, T. 2010. Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode

Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal. Skripsi. UPI-Bandung. Bandung. Diakses 12 Desember 2013 dari

http://trilestarisman1kbm.blogspot.com/2010/02/pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html.

.

Munandar, U. 1985. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia.

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung. Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Saputra, A. 2011. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Sudjana, 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


(61)

64

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan

Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Bandung.


(1)

41

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla-kuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berpikir orisinil materi pokok kesetimbangan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan model discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro. Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggu-nakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : µ1x ≤ µ2x

Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang dibelajarkan menggunakan model discovery learninglebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pem-belajaran konvensional.

H1 : µ1x > µ2x

Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang dibelajarkan menggunakan model discovery learninglebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.


(2)

42

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning.

µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

x : keterampilan berpikir orisinil

Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggu-nakan uji statistik parametrik yaitu menggumenggu-nakan uji-t. Uji statistik parametrik dengan menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning.

= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

model discovery learning.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung < t (1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2– 2. Dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetim-bangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery learning lebih tinggi dari rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro.

2. Pembelajaran menggunakan model discovery learning efektif dalam mening-katkan keterampilan berpikir orisinil siswa pada materi kesetimbangan kimia. B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal.

2. Model discovery learning dapat dipakai sebagai model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi kesetimbangan kimia dan materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(4)

62

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung. Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran. PT. Prestasi

Pustakaraya. Jakarta.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rinekacipta. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Djamarah, S.B. dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Evans, J.R.1991.Creative Thinking in The Decision and Management Sciences. Thomson Publishing Group.South. Wastern.

Fathur, Rohim, susanto, H. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Journal Universitas Negeri Semarang. Diakses 8 November 2013 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI Bandung. Bandung.

Gabel. 1994. Handbook of research on science teaching and learning. A project of the National Science Teachers Association. Mc Millan Publishing Co. N.Y.


(5)

63

Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika. Diakses pada tanggal 12 Desember 2013 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. FMIPA UM. Malang.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Ciputat : GP Press.

Tim Penyusun. 2013. Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2013. Model discovery learning. Kemendikbud. Jakarta. Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Lestari, T. 2010. Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode

Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal. Skripsi. UPI-Bandung. Bandung. Diakses 12 Desember 2013 dari

http://trilestarisman1kbm.blogspot.com/2010/02/pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html. .

Munandar, U. 1985. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : Gramedia.

Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraeni, N. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung. Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Saputra, A. 2011. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok

Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Sudjana, 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.


(6)

64

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan

Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Bandung.