1.1 STRUKTUR LEMBAGA
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN NEGERI AMBON
K E T U A
PEMBANTU KETUA I
PEMBANTU KETUA II
SENAT STAKPN
PEMBANTU KETUA III
Kepala Bagian Administrasi Keuangan,Kemahasiswaan
dan Umum
Kepala Sub
Bagian Umum
Kepala Sub Bagian
Akademik dan Kemahasiswaan
Kepala Sub Bagian
Keuangan dan Kepegawaian
Kepala Unit Perpustakaan
Kepala Unit Sistem
Informasi
Kepala Unit Laboratorium
Ketua Jurusan
Pastoral Konseling
Ketua Jurusan
Pendidikan Agama
Kristen Ketua
Jurusan Teologi
Ketua Jurusan
Musik Gerejawi
Ketua Jabatan
Fungsional Kepala Pusat
Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat
Skema pengklasifikasian peraturan STAKPN
No Peraturan
Kepastian Hukum
Transparansi Berkeadilan
EfektifEfisien Akuntabilitas
Tidak Menyalahgunakan
Wewenang
1 STATUTA
a. Dosen
b. Pegawai
c. Mahasis
wa dan Alumni
-Psl.2:1-15 Tentang dasar
hukum pembentukan
STATUTA STAKPN
-Psl.3 STAKPN sebagai
dasar tuntunan pedoman sivitas
akademika. -Psl.4
Meliputi aturan
penyelenggaraan Tri Darma
perguruan tinnggi.
c.-Psl.97 Persyaratan
menjadi mahasiswa
berdasarkan persyaratan dan
ditetapkan dengan
SK ketua.
-Psl.5:1-14 Penjelasan
tentang struktur civitas
akademika. -Psl.6
-Psl.7 -Psl.8
Ke
tiga pasal
tersebut mengatur tentang visi,misi
dan tujuan penyelenggaraan
STAKPN
-Psl 20 Susunan
organisasi kelembagaan.
-Psl.51 Evaluasi kinerja
bawahan berdasarkan
prestasi
kerja, pengambilan
keputusan dan
pembinaan karier pegawai.
-Psl.51 Laporan hasil
kerja oleh Pimpinan satuan
kerja kepada Ketua.
-Psl.53 Prinsip
manajemen
dan Akuntabilitas
-Psl.54 Penjabaran
tujuan- tujuan program
kerja oleh
Ketua di
depan Senat. -Psl.55
Laporan semester, -Psl.48
Setiap pimpinan satuan kerja wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi
dan sinkronisasi. -Psl49
Tanggungjawab pimpinan satuan
kerja dalam pembagian tugas
dan tanggungjawab bagi bawahannya.
-Psl.62 persyaratan calon
Pembantu Ketua. -Psl 63
Masa jabatan Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan. -Psl.87
Pemberlakuan sanksi yang adil
bagi warga kampus yang melakukan
pelanggaran tanpa terkecuali.
a.
-Psl.94 Dosen dan
tenaga kependidikan
diberi kesempatan yang
sama untuk membinameng
embangkan karier.
c.-Psl.98 Hak sebagai
mahasiswa dalam kebebasan
akademik. -Psl.21
Tanggung jawab Ketua dan
Pembantu Ketua dalam
penyelenggaraan Sekolah Tinggi.
-Psl 22 Penjelasan Tugas
dan wewenang Pembantua Ketua.
-Psl 23 Kedudukan Senat
sebagai perwakilan
tertinggi pada Sekolah Tinggi.
-Psl 24 -Psl.25
-Psl.26 Pembagian
jurusan dalam Sekolah Tinggi,
jurusan merupakan unsur
pelaksana akademik Sekolah
Tinggi. -Psl.30
Peningkatan mutu jurusan
melalui pembentukan tim
akademik. -Psl.31
Fasilitas penunjang
pendidikan -Psl.70
Kurikulum dan Pengembangan
Program Studi. c.
– Psl 73 Pengaturan
tentang -Psl.17
-Psl.18 Kedudukan tugas
dan fungsi serta pertanggungjawab
an. -Psl.27
Jurusan dipimpin oleh Ketua
Jurusan dan bertanggungjawab
kepada Ketua. -Psl 33
Tugas dan fungsi Unit Penelitian
dan Pengabdian kepada
Masyarakat. -Psl.37
Bagian Administrasi yang
merupakan satuan pelaksanaan
administrasi Sekolah Tinggi.
-Psl 50 Kewajiban
pimpinan satuan kerja dalam
mengembangkan tugas dan
fungsinya serta bertanggungjawab
pada Ketua. -Psl.53
Prinsip Manajemen dan
Akuntabilitas - Psl.79
Pengembangan Tridarma
Perguruan Tinggi
c. –Psl.82
Penjaminan Mutu -Psl.45
Unit Penjaminan Mutu pendidikan
yang diangkat dan bertanggung jawab
kepada Ketua. -Psl.46
Kewenangan Ketua dalam membentuk
lembaga nonstruktural.
-Psl.56 Penetapan standar
kinerja pejabat Sekolah Tinggi.
-Psl.58 -Psl.59
Psl.60 Pengangkatan,
Pemberhentian dan Masa Jabatan Ketua
dan Pembantu Ketua.
-Psl.66 Pengangkatan,
pemberhentian dan Masa jabatan Kepala
Unit. -Psl.84
Otonomi Keiluman yang berpedoman
pada norma keilmuan yang harus
ditaati oleh civitas akademika.
-Psl.85 Integritas Akademik
berdasarkan tanggung jawab oleh
sivitas akademik -Psl 86
Kode Etik yang dimilki warga
kampus
2. Peraturan
Akademik -Psl.1
Hakekat STAKPN -Psl.6
Struktur
sistem kredit
yang merupakan
penyelenggaraan pendidikan
dimana beban
kerja tenaga
pengajar dan
beban penyelenggaraan
program lembaga pendidikan
dinyatakan dalam kredit.
tahunan dan akhir masa
jabatan kepada
Menteri melalui DIRJEN
setelah mendapatkan
penilaian Senat. -Psl.61
Persyaratan
dan tata
cara pemberian
pertimbangan calon Ketua dan
PK
c. -Psl.72 Persyaratan
penerimaan mahasiswa
baru.
c. -Psl.81 Evaluasi hasil
belajar mahasiswa.
-Psl.83 Kebebasan
mimbar akademik berlaku
bagi seluruh
sivitas akademika.
-Psl.105 Biaya
Penyelenggaraan pendidikan
pada Sekolah Tinggi.
-Psl.12 Tata cara
penerimaan mahasiswa baru.
-Psl.27 Prosedur penilaian
mahasiswa selama satu semester.
-Psl.29 Evaluasi
Keberhasilan studi akhir semester.
-Psl.41 -Psl.42
Seminar Proposal dan
persyaratan -Psl.24
Penasehat Akademik sebagai
pembimbing bagi mahasiswa dalam
penyusunan rencana studi.
-Psl.35 Perbaikan nilai oleh
mahasiswa yang memperoleh nilai di
bawah rata-rata. -Psl.64
Sanksi adalah tindakan akademis
danatau administrasi yang
pemberlakuan Kalender
Akademik. -
Psl.74 Sistem
Perkuliahan -
Psl.76 Administrasi
Akademik yang berfungsi
memberikan hasil kepada
mahasiswa.
a. -Psl.92
Kualifikasi dosen
berdasarkan lulusan strata
dua S2
-Psl.108 Kerjasama
Perguruan Tinggi -Psl.4
Fungsi STAKPN menyelenggaraka
n dan mengembangkan
pendidikan dan pengajaran.
-Psl.8 Indeks Prestasi
yang merupakan keberhasilan studi.
-psl.22 Penyusunan
Satuan Acara Perkuliahan.
-Psl.38 Sarana pendidikan
pendidikan yang menghasilkan
lulusan yang intelektual.
a.-Psl.90 Dosen sebagai
tenaga kependidikan.
a.-Psl.91 Kewajiban
dosen dalam melaksanakan
proses perkuliahan.
b. -Psl.99
Tanggungjawab mahasiswa
dalam menjunjung
tinngi integritas akademik.
c. -Psl.101
Peran serta alumni dalam
menunjang tercapainya
tujuan Sekolah Tinggi.
-Psl.5 Tujuan
Penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan SKS.
-Psl.25 Evaluasi
keberhasilan mahasiswa.
-Psl.37 Pengelolaan
administrasi pendidikan
-Psl.55 Tugas dan
tanggungjawab dosen
c.-Psl.100 Tugas dan
tanggung jawab Organisasi
Kemahasiswaan.
-Psl.107 Pengawasan dan
Akreditas.
-Psl.66 Sanksi yang
diberikan kepada mahasiswa apabila
keterlambatan registrasi.
3. Surat Keput
usan SK tentan
g Pembentu kan
Tim Pemeriksa
Terhadap pelanggara
n Disiplin PNS
STAKPN. Bahwa untuk
menerapkan disiplin PNS
sesuai
PP.No53 tahun 2010,
dianggap perlu membentuk tim
pemeriksa terhadap PNS
yang melakukan pelanggaran.
seminar proposal. -Psl.47
-Psl.48 Persyaratan ujian
Skripsi. -Psl.58
Persyaratan untuk menjadi dosen
Meliputi seluruh PNS pada lingkup
STAKPN. diberikan kepada
mahasiswa yang menyimpang dari
peraturan. dan
pemanfaatannya dalam
kelangsungan proses belajar
mengajar Bahwa disiplin
pegawai merupakan kunci
keberhasilan dan modal untuk
meningkatkan kinerja PNS
STAKPN -Psl 56
Tugas dan tanggungjawab
pegawai administrasi.
-psl.57 Tenaga
kependidikan terdiri atas dosen
dan tenaga penunjang
akademik. -Psl.62
Hak Akademik Dosen
-Psl.63 Beban tugas
Dosen
B.Temuan Data 1.
Peraturan-Peraturan pada Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri STAKPN.
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk mengukur bagaimana suatu negara dapat dikatakan berkembang, maju atau bahkan yang tertinggal
degan negara-negara lainnya. Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan daya saing sumber daya mausia yang ada di dalamnya yang
dapat memberikan dampak positif. Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang digunakan sebagai tolak ukur bagaimana kualitas sumber
daya manusia yang dihasilkan. Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, dapat diharapkan juga memberi dampak yang baik terhadap peningkatan pelayanan pada sektor pendidikan, dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat
Pasal 31 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat pasal 31
ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia. Disamping itu dalam rangka menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis ilmu
pengetahuan, pendidikan tinggi diharapkan mampu menjalankan peran startegi dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan manusia.
Adapun salah satu konsep yang saat ini sedang menjadi mainstream dalam penyelenggaraan perguruan tinggi adalah konsep good university
governance. Konsep ini sebenarnya merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good governance. Good University
Governance dapat dipahami sebagai struktur, sistem dan proses yang digunakan oleh organ-organ universitas secara berkesinambungan dalam
jangka panjang. Penerpan Good University Governance meliputi ke tujuh prinsip yang terdapat dalam asas umum pemerintahan yang baik dalam hal
ini terkait pada bidang pendidikan yaitu : 1.
Kepastian Hukum Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak dapat berjalan
dengan kondusif apabila tidak ada hukum atau peraturan yang di tegakan dalam penyelenggaraannya.
2. Transparansi
Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas
institusi. Proses partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi seluruh stakeholders dalam
mengakses suatu informasi. 3.
Berkeadilan Seluruh prinsip-prinsip yang terdapat pada sebuah perguruan
tinggi dapat terwujud apabila ada satu kesepahaman persamaan derajat equity setiap entitas stakeholder. Artinya paradigma
yang digunakan bukanlah hierarkikal atau mengutamakan kepentingan suatu kelompok tertentu, melainkan paradigma yang
digunakan adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman bersama bahwa perbedaan antar stakeholder sebenarnya terletak
pada peranan, tanggung jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa saling menghargai dan
menghormati antar stakeholder, mengingat penyelenggaraan PTN tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran
masing-masing stakeholder tidak berfungsi. 4.
Efektif dan Efisien
Efektifitas dan
efisiensi. Output
dari seluruh
proses penyelenggaraan atau program-program yang digariskan harus
tepat sasaran efektif atau sesuai dengan kebutuhan dan harapan stakeholder. Yang terutama adalah efektif dalam menunjang
fungsi-fungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset. Selain itu, penyelenggaraan PTN juga
harus efisien dalam pemanfaatan sumber daya untuk melakukannya.
5. Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab masing-masing stakeholder. Hal ini harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri
seluruh stakeholder bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan PTN.
6. Akuntabilitas
Institusi PTN harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian proses penyelenggaraan PTN terhadap seluruh stakeholders,
baik internal maupun eksternal.
7. Tidak Menyalahgunakan Wewenang
Independensi menjadi salah satu agenda reformasi perguruan tinggi di Indonesia pada dasawarsa terakhir. Hal ini telah disebutkan dalam agenda
HELTS tahun 2003- tahun 2010, dimana salah satu pilarnya adalah otonomi dan telah disikapi oleh berbagai PTN dengan memasukan agenda otonomi
ke dalam rencana strateginya. Konsekuensi logis adanya otonomi perguruan tinggi adalah tata kelola
yang baik atau lebih sering disebut good governance. Semakin otonom suatu
lembaga, maka tuntutan untuk memiliki tata kelola yang baik semakin kuat. Dengan tata kelola yang baik diharapkan perguruan tinggi dapat
meningkatkan citranya kepada publik yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan dan partisipasi publik terhadap peran perguruan
tinggi. Penerapan tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan perguruan
tinggi tidak lepas dari masalah akuntabilitas, program dan kegiatan yang direncanakan, dijalankan serta indikator-indikator penilaian kinerjanya. Isu
akuntabilitas perguruan tinggi dewasa ini mendapat perhatian semakin serius dengan adanya tuntutan masyarakat akan pendidikan yang bermutu. Bahkan
resonansinya semakin keras, sekeras tuntutaan reformasi di segala bidang. Ini membuktikan bahwa kecendrungan masyarakat pada masa kini, berbeda
dengan masa lalu. Bila di masa lalu masyrakat cenderung menerima apapun yang diberikan oleh pendidikan, maka sekarang mereka tidak dengan mudah
menerima apa yang diberikan oleh pendidikan. Citra dunia pendidikan yang mulai kabur dari pandangan masyarakat,
sudah seharusnya dikembalikan pada maknanya yang hakiki. Penekanannya terletak pada penguatan tata kelola akuntabilitas dan citra publik terhadap
dunia pendidikan yang merupakan salah satu dari tiga pilar kebijakan pelaksanaan pembangunan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan Tinggi karakteristik good governance mengidealkan berlakunya UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
yang memiliki prinsip yaitu otonomi, partisipasi, akuntabel, transparansi, responsif dan keadilan sebagai wujud terlaksananya good university
governance STAKPN. UU No.12 Tahun 2012 pasal 62 ayat 1 menjelaskan bahwa Perguruan Tinggi memiliki otonomi dalam mengelola sendiri
lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridarma Perguruan Tinggi. Otonomi kelembagaan STAKPN salah satunya diwujudkan melaui peraturan
sebagai salah satu dasar atau acuan sistem pendidikan yaitu: 1.
STATUTA 2.
Peraturan Akademik 3.
Surat Keputusan tentang Tim Pemeriksa Tindakan Disiplin Pegawai Nomor: Stk.02KP.04.1SK062011
b. Keterkaitan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan Pada