Keterkaitan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan Pada Analisis Hubungan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan

Dalam dunia pendidikan Tinggi karakteristik good governance mengidealkan berlakunya UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang memiliki prinsip yaitu otonomi, partisipasi, akuntabel, transparansi, responsif dan keadilan sebagai wujud terlaksananya good university governance STAKPN. UU No.12 Tahun 2012 pasal 62 ayat 1 menjelaskan bahwa Perguruan Tinggi memiliki otonomi dalam mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridarma Perguruan Tinggi. Otonomi kelembagaan STAKPN salah satunya diwujudkan melaui peraturan sebagai salah satu dasar atau acuan sistem pendidikan yaitu: 1. STATUTA 2. Peraturan Akademik 3. Surat Keputusan tentang Tim Pemeriksa Tindakan Disiplin Pegawai Nomor: Stk.02KP.04.1SK062011

b. Keterkaitan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan Pada

STAKPN Ambon Peraturan internal pada STAKPN merupakan peraturan yang mengatur tentang tugas dan kewenangan lembaga serta tanggung jawab pegawai. Prosedur penyusunan peraturan internal berdasarkan pada kewenangan masing-masing sub bagian yang berwenang membuat peraturan serta mendapat persetujuan pimpinan lembaga dalam hal ini Ketua STAKPN yang mempunyai tanggung jawab penuh. 1. STATUTA : Anggota Senat Sekolah Tinggi.. 2. Peraturan Akademik : Anggota Senat Sekolah Tinggi, Pembentukan Tim penyusunan Peraturan Akademik yang di ketuai oleh Ketua Sekolah Tinggi. 3. SK tentang Pembentukan Tim Pemeriksa Tindakan Disiplin Pegawai : Tim Pemeriksa yang dibentuk oleh Ketua Sekolah Tinggi.

1.2 PERATURAN INTERNAL

PERATURAN INTERNAL PERATURAN AKADEMIK SENAT STAKPN SURAT KEPUTUSAN DISIPLIN PEGAWAI TIM PEMERIKSA STATUTA SENAT STAKPN PEMBAGIAN KERJA JOB DESCRIPTION SUB BAGIAN AKADEMIK KEMAHASISWAAN SUB BAGIAN KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN UMUM

2. Analisis Peraturan Berdasarkan Prinsip Good University

Governance. Otonomi kelembagaan STAKPN salah satunya diwujudkan melalui peraturan-peraturan sebagai dasar atau acuan sistem pendidikan yang mengatur tentang STATUTA Sekolah Tinggi STAKPN berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 188 Tahun 2009, Peraturan Akademik Nomor : Stk.02PP.009SK.75a2010 dan Surat Keputusan SK Nomor : Stk.02KP.04.1SK062013 tentang Pembentukan Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS STAKPN Tahun 2013. a. Kepastian Hukum 1 Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri STAKPN adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama RI dan merupakan unit penyelenggaraan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian pada umumnya dan secara khusus ilmu pengetahuan Agama Kristen. Seluruh pelaksanaan proses penyelenggaraan pendidikan tinggi berdasar pada aturan- aturan dan pedoman dasar yang telah ditetapkan. Dasar hukum pembentukan STATUTA merupakan landasan penyelenggaraan pendidikan tinggi, yang mengatur tentang organisasi tata kerja yang meliputi lembaga, struktur organisasi lembaga, serta merupakan tuntunan dan pedoman civitas akademika. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan tinggi STAKPN, STATUTA menjadi acuan penyelenggaraan Tri Darma perguruan tinggi. Prinsip kepastian hukum yang merupakan salah satu prinsip good university governance pada STATUA STAKPN termuat dalam pasal 12 ayat 1 sampai 15 yang mengatur tentang dasar hukum pembentukan STATUTA, pasal 3 sebagai dasar tuntunan dan pedoman sivitas akademika dan tenaga kependidikan STAKPN dalam pelaksanaan tugas dan fungsi serta meliputi aturan penyelenggaraan Tri Darma perguruan tinggi. Kepastian hukum merupakan landasan terbentukanya STATUTA sebagai lembaga pendidikan Departemen Agama yang diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Sehingga jelas pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan pada STAKPN. Menurut penulis STATUTA memuat prinsip kepastian hukum berdasarkan pada penjabaran pasal-pasal yang telah diuraikan sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal yang meliputi prinsip kepastian hukum dianggap sesuai dan berdasar pada prinsip tersebut yang menjadi landasan hukum. b Transparansi dalam pelaksanaan Pendidikan Tinggi harus dapat menerapkan prinsip keterbukaan yang berkaitan dengan struktur civitas akademika di dalamnya, visi misi dan tujuan penyelenggaraan pendidikan tinggi.Struktur organisasi kelembagaan yang merupakan bagian utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan yang terdiri atas Ketua beserta jajarannya yang mengemban tugas, fungsi dan tanggung jawab terhadap lembaga yang dipimpin. Transparansi merupakan bagian penting pelaksanaan fungsi perguruan tinggi agar dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, masing-masing satuan kerja dapat bertanggung jawab. Prinsip transparansi pendidikan tinggi terwujud dalam penjabaran pasal-pasal pada STATUTA sekolah tinggi STAKPN yaitu pasal 5 ayat 1 sampai 15 tentang struktur civitas akademika, visi dan misi sekolah tinggi yang termuat pada pasal 6,7 dan 8. Pertanggungjawaban kinerja satuan kerja melalui evaluasi kinerja bawahan berdasarkan prestasi kerja yang termuat pada pasal 51, pasal 54 tentang penjabaran tujuan-tujuan progrm kerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu transparansi meliputi evaluasi kinerja dari masing-masing satuan kerja diperlukan agar dapat menjadi evaluasi dalam rangka peningkatan mutu kerja dan prestasi kerja. Penjabaran tersebut terdapat pada setiap pasal yang termasuk dalam transparansi penyelenggaraan pendidikan.Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa STATUTA berdasar pada prinsip transparansi sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan. Terkait dengan pasal 51 tentang evaluasi kinerja bawahan berdasarkan prestasi kerja, diwujudkan dalam penilaian kinerja pegawai melalui DP3 atau daftar penilaian prestasi pegawai. Pasal 54 terkait dengan penjabaran program kerja Ketua STAKPN. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal dapat memenuhi prinsip transparansi dalam STATUTA pendidikan tinggi. c Dalam proses tugas dan tanggung jawab dari masing-masing satuan kerja dalam lingkup STAKPN berdasar pada prinsip keadilan sebagai dasar pelaksanaan tanggung jawab. Berkeadilan dalam proses pelaksanaan perguruan tinggi yang meliputi tanggung jawab pimpinan satuan kerja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab bagi bawahannya serta menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam tugas dan fungsi untuk mencapai hasil yang maksimal. Berkeadilan pada masa berlaku pemegang jabatan yang telah diatur sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama apabila dianggap mampu dan memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan. Setiap civitas akademika memiliki perlakuan yang adil dalam pemberlakuan sanksi tanpa terkecuali. Hak mahasiswa dalam kebebasan akademik sangat diharapakan dalam proses peningkatan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu menurut penulis bahwa penjabaran pasal-pasal dalam STATUTA merupakan prinsip keadilan yang berlaku dalam penyelenggaraan pendidikan STAKPN. Sekolah Tinggi secara organisatoris berada di lingkungan Kementrian yang dipimpin oleh Ketua dan bertanggung jawab kepada Menteri. Akuntabilitas intern dalam lembaga pendidikan tinggi merupakan kedudukan tugas dan fungsi serta pertanggungjawaban pendidikan tinggi secara organisatoris. Ketua STAKPN sebagai pimpinan lembaga, berhak dalam meminta pertanggungjawaban dari masing satuan kerja terhadap tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Pertanggungjawaban tersebut termuat pada pasal 27 tentang pertanggungjawaban masing-masing ketua jurusan, pasal 33 ayat 1,2 dan 3 tentang pertanggungjawaban kepala unit dan pengabdian kepada masyarakat yang bertanggung jawab kepada Ketua serta pimpinan satuan kerja dalam mengembangkan tugas dan fungsi serta bertanggungjawab kepada Ketua pada pasal 50. Prinsip manajemen dan akuntabilitass yang terdapat pada pasal 53, tugas, tanggung jawab dosen sebagai pendidik. Serta pertanggungjawaban warga kampus yang meliputi mahasiswa dan alumni dalam menunjang tercapainya tujuan Sekolah Tinggi STAKPN. BAB IV pasal 49 STATUTA Sekolah Tinggi STAKPN juga mengatur tentang Tata Kerja dari masing-masing satuan kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pembagian kerja job description merupakan uraian tugas yang dimiliki oleh masing-masing satuan kerja yang bertanggung jawab, memimpin, mengkordinasikan bawahannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Pengaturan tentang pembagian kerja telah diatur dalam STATUTA Sekolah Tinggi yang dijelaskan secara jelas tentang tugas, fungsi dan tanggung jawab dari pimpinan satuan kerja kepada bawahannya. Berdasarkan pada penjabaran pasal-pasal dalam prinsip akuntabilitas, menurut penulis termasuk dalam prinsip akuntabilitas pendidikan tinggi. Pasal-pasal yang terdapat pada prinsip berkeadilan sesuai dan berdasar pada penerapan pasal-pasal tersebut dalam lembaga pendidikan tinggi. d Tidak Menyalahgunakan wewenang, pertanggungjawaban masing- masing unit satuan kerja kepada Ketua sebagai pimpinan lembaga. Penetapan standar kinerja pejabat sekolah tinggi sehingga dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan pencapaian mutu pendidikan tinggi. Pengawasan dan akreditas bertujuan untuk pengendalian mutu program akademik dan non akademik yang diselenggarakan oleh sekolah tinggi. Penjabaran tata cara pengawassan mutu dan efisiensi kegiatan yang meliputi kurikulum, mutu, tenaga kependidikan, mahasiswa, pelaksanaan pendidikan, administrasi akademik, kepegawaian, keuangan. Pengawasan bertujuan agar seluruh bagian dalam pelaksanaannya berdasar pada aturan yang ditetapkan. Prinsip tidak menyalahgunakan wewenag termuat dalam penjabaran pasal-pasal yaitu 45 tentang unit penjaminan mutu pendidikan yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Ketua, pasal 46 yang mengatur tentang kewenangan Ketua dalam membentuk lembaga nonstruktural, pasal 56 tentang penetapan standar kinerja pejabat Sekolah Tinggi, pasal 58, 59 dan 60 yang mengatur tentang pengangkatan, pemberhentian dan masa jabatan Ketua dan Pembantu Ketua, serta pengaturan tentang masa jabatan yang dimilki oleh kepala-kepala unit kelembagaan.Integritas akademik berdasarkan tanggung jawab civitas akademik. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal yang terdapat dalam prinsip tidak menyalahgunakan wewenang, menurut penulis sangat efektif dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. 2. Surat Keputusan SK Nomor : Stk.02KP.04.1SK062013 tentang Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN. Surat Keputusan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan bahwa untuk menerapkan disiplin sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 sangatlah perlu untuk membentuk Tim Pemeriksa terhadap PNS yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin dimaksud. Surat Keputusan tersebut berdasarkan asas kepastian hukum yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Surat Keputusan tersebut bersifat transparansi, berkeadilan bahwa peraturan tersebut berlaku untuk seluruh PNS di lingkup STAKPN. Menurut penulis SK tentang Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN berdasar pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan yang baik, dan bertujuan dalam peningkatan kualits lembaga salah satunya yaitu tentang penerapan disiplin pegawai sebagai salah satu unsur penunjang penyelenggaraan pendidikan. 3. Peraturan Akademik Nomor : Stk.02PP.009SK.75a2010 merupakan jantung dan nadi bagi suatu perguruan tinggi dalam melaksanakan aktivitas kampus. Peraturan Akademik dibuat untuk meningkatkan mutu lembaga dalam mentransformasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peraturan Akademik berfungsi mengatur semua komponen kampus sebagai dosen, mahasiswa, maupun pegawai administrasi agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Peraturan Akademik dibuat berdasarkan dasar hukum yaitu UU NO.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah NO.60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Berdasarkan pengklasifikasian peraturan dijabarkan sebagai berikut : a Kepastian Hukum Peraturan Akademik merupakan kebutuhan vital untuk meningkatkan kinerja dan sekaligus menegakan disiplin etik moral di kalangan tenaga pengajar, mahasiswa, penunjang akademik dan tenaga administrasi sebagai penyelenggara kegiatan operasional yang substansial di lingkup STAKPN. Oleh karena itu Peraturan Akademik berdasarkan kepastian hukum terdapat pada pasal 1 yang mengatur tentang Hakekat, visi dan misi, tujuan, sasaran dan fungsi STAKPN dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Pasal 6 yang mengatur tentang Sistem Kredit Semester SKS yang merupakan acuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan suatu usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta besarnya usaha untuk menyelenggarakan pendidikan bagi perguruan tinggi. Oleh karena itu pasal-pasal yang terdapat pada pengklasifikasian berdasarkan kepastian hukum, menurut pendapat penulis sangatlah baik dan efektif dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. b Transparansi yang merupakan bagian dari Peraturan Akademik tercantum dalam pasal 12 tentang tata cara penerimaan mahasiswa baru dan untuk tertibnya penyelenggaraan tersebut maka dibentuk suatu kepanitiaan melalui keputusan Ketua. Pasal 27 tentang prosedur penialaian mahasiswa selama satu semester yang dikategorikan berdasarkan kategori penilaian.Pasal 29 tentang evaluasi keberhasilan studi akhir semester untuk menilai sejauh mana mahasiswa telah berhasil menyelesaikan beban semester kini dan menetapkan beban semester berikutnya yang boleh diambil. Pasal 41 dan 42 tentang Seminar Proposal dan persyaratan mengajukan seminar proposal, pasal 47 dan 48 tentang persyaratan ujian skripsi dan pasal 58 tentang persyaratan untuk menjadi Dosen. Pasal-pasal yang menjadi bagian dari prinsip transparansi dalam Peraturan Akademik menurut penulis efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan aktifitas akademika STAKPN. c Prinsip Berkeadilan terdapat pada pasal 64 Peraturan Akademik yang mengatur tentang sanksi yang merupakan tindakan akademis danatau administrasi yang diberikan kepada mahasiswa yang menyimpang dari peraturan. Tujuan sanksi adalah untuk menjaga mutu hasil pendidikan dan memberi dorongan kepada mahasiswa untuk mencapai prestasi optimum serta meningkatkan peranan dan fungsi lembaga. Oleh karena itu penetapan sanksi yang tepat bagi mahasiswa, menurut penulis mempunyai tujuan yang baik demi peningkatan proses belajar pada mahasiswa. d Efektif dan Efisien yang mencakup sarana pendidikan dan pemanfaatannya yang terdapat pada pasal 38. Mahasiswa mempunyai hak yang sama dalam pemanfaatan sarana pendidikan demi menunjang proses belajar mengajar. Menurut penulis, bahwa proses belajar mengajar sangatlah baik apabila ditunjang dengan sarana prasarana yang telah diatur dalam Peraturan Akademik. Pendidikan Tinggi sebagai lembaga penyelenggaraan pendidikan yang memiliki otonomi dalam kemajuan lembaga, terwujud pada pembentukan peraturan kelembagaan STAKPN. Berdasarkan UU No.12 Tahun 2012 yang menjadi acuan terselenggaranya Pendidikan Tinggi, serta prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi terwujudnya Good University Governance. Mekanisme penyusunan peraturan Pendidikan Tinggi STAKPN berdasarkan pada sub bagian yang bertanggung jawab penuh terhadap peraturan yang dibuat dan disahkan oleh pimpinan lembaga selaku Ketua. Otonomi pengelolaan Pendidikan Tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas, penjaminan mutu, efektif dan efisien yang termuat dalam UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, sehingga berdasarkan analisis yang diperoleh terhadap ketiga peraturan pada STAKPN yang termasuk dalam prinsip otonomi pengelolaan Pendidikan Tinggi yaitu STATUTA, Peraturan Akademik dan SK.Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN. STATUTA merupakan peraturan tertinggi yang ada pada lembaga Pendidikan Tinggi yang mengatur tentang struktur kelembagaan, tugas dan tanggung jawab Ketua beserta sub bagian penunjang penyelenggaraan civitas akademika. STATUTA merupakan aturan dasar Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan Tridarma Pendidikan yang merupakan acuan pengembangan dan menyelenggarakan kegiatan fungsional, pengembangan peraturan umum, peraturan akademik, dan prosedur operasional yang berlaku dalam lembaga Pendidikan Tinggi. STATUTA Pendidikan Tinggi mencakup prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas, penjaminan mutu serta efektif dan efisien sehingga dari prinsip-prinsip tersebut penyusunan STATUTA Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan berpedoman pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan tinggi. Peraturan dan ketentuan yang ada merupakan wujud implementasi pertanggungjawaban tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat dalam meningkatkan kinerja kerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi. Pengaturan tentang pengelolaan lembaga beserta unsur- unsur penunjang penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu aturan tersebut dalam proses pelaksanaanya berdasarkan pada prinsip good university governance sebagai pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan perencanaan dan pengembangan program serta kegiatan intitusional dan operasional menuju tujuan yang dicita-citakan. Peraturan Akademik serta SK tentang Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN merupakan aturan-aturan yang berdasarkan pada prinsip good university governance.

a. Analisis Hubungan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan

STAKPN Ambon. Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha, terdiri atas dua kata ; stake dan holder. Stake berarti to give support to : holder berarti pemegang. Jadi stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Definisi lain dari stakeholder adalah pemegang atau pemangku kepentingan. Orang per orang atau kelompok tertentu yang mempunyai kepentingan apa pun terhadap sebuah obyek disebut stakeholder. Pendidikan adalah sebuah sistem yang mendukung murid mencapai tujuan-tujuannya melalui pengajaran dan penanaman elemen afektif, kognitif dan psikomotorik secara terencana dalam jangka panjang. R. Edward Freeman menjelaskan: Stakeholders sebagai individu- individu dan kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya tujuan- tujuan organisasi dan pada gilirannya dapat mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Stakeholders merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan ataupun parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap suatu instansi. Individu, kelompok atau komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memilki karakteristik yaitu kekuasaan, legitimasi serta kepentingan terhadap suatu instansi. Demikian halnya dengan STAKPN dimana peraturan-peraturan yang terdapat pada instansi tersebut, dalam proses perencanaan maupun penyusunan tidak terlepas dari pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyusunan berbagai aturan-aturan. Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri STAKPN sebagai Perguruan Tinggi Agama Kristen yang diselenggarakan Departmen Agama, mengemban tugas dan tanggung jawab dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan dan kebutuhan pembangunan di Indonesia pada umumnya, khususnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat Kristen dan gereja-gereja di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang diperoleh Peraturan-Perturan yang berlaku pada STAKPN melibatkan stakeholder dalam lingkup intern yang meliputi seluruh anggota Senat fakultas dalam proses penyusunan peraturan- peraturan. Adapun peraturan-peraturan tersebut antara lain :

a. STATUTA merupakan pedoman dasar berdirinya suatu