2. Analisis Peraturan Berdasarkan Prinsip Good University
Governance.
Otonomi kelembagaan STAKPN salah satunya diwujudkan melalui peraturan-peraturan sebagai dasar atau acuan sistem pendidikan yang
mengatur tentang STATUTA Sekolah Tinggi STAKPN berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 188 Tahun 2009, Peraturan Akademik
Nomor : Stk.02PP.009SK.75a2010 dan Surat Keputusan SK Nomor : Stk.02KP.04.1SK062013 tentang Pembentukan Tim
Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin PNS STAKPN Tahun 2013.
a. Kepastian Hukum
1 Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri STAKPN adalah
perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama RI dan merupakan unit penyelenggaraan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan atau kesenian pada umumnya dan secara khusus ilmu pengetahuan Agama Kristen. Seluruh pelaksanaan
proses penyelenggaraan pendidikan tinggi berdasar pada aturan- aturan dan pedoman dasar yang telah ditetapkan. Dasar hukum
pembentukan STATUTA merupakan landasan penyelenggaraan pendidikan tinggi, yang mengatur tentang organisasi tata kerja yang
meliputi lembaga, struktur organisasi lembaga, serta merupakan
tuntunan dan
pedoman civitas
akademika. Dalam
proses penyelenggaraan pendidikan tinggi STAKPN, STATUTA menjadi
acuan penyelenggaraan Tri Darma perguruan tinggi. Prinsip kepastian hukum yang merupakan salah satu prinsip good university
governance pada STATUA STAKPN termuat dalam pasal 12 ayat 1 sampai 15 yang mengatur tentang dasar hukum pembentukan
STATUTA, pasal 3 sebagai dasar tuntunan dan pedoman sivitas akademika dan tenaga kependidikan STAKPN dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi serta meliputi aturan penyelenggaraan Tri Darma perguruan
tinggi. Kepastian
hukum merupakan
landasan terbentukanya STATUTA sebagai lembaga pendidikan Departemen
Agama yang diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Sehingga jelas pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan pada
STAKPN. Menurut penulis STATUTA memuat prinsip kepastian hukum berdasarkan pada penjabaran pasal-pasal yang telah diuraikan
sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal yang meliputi prinsip kepastian hukum dianggap sesuai
dan berdasar pada prinsip tersebut yang menjadi landasan hukum. b
Transparansi dalam pelaksanaan Pendidikan Tinggi harus dapat menerapkan prinsip keterbukaan yang berkaitan dengan struktur
civitas akademika di dalamnya, visi misi dan tujuan penyelenggaraan
pendidikan tinggi.Struktur organisasi kelembagaan yang merupakan bagian utama dalam proses penyelenggaraan pendidikan yang terdiri
atas Ketua beserta jajarannya yang mengemban tugas, fungsi dan tanggung jawab terhadap lembaga yang dipimpin. Transparansi
merupakan bagian penting pelaksanaan fungsi perguruan tinggi agar dalam pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, masing-masing satuan
kerja dapat bertanggung jawab. Prinsip transparansi pendidikan tinggi terwujud dalam penjabaran pasal-pasal pada STATUTA sekolah
tinggi STAKPN yaitu pasal 5 ayat 1 sampai 15 tentang struktur civitas akademika, visi dan misi sekolah tinggi yang termuat pada
pasal 6,7 dan 8. Pertanggungjawaban kinerja satuan kerja melalui evaluasi kinerja bawahan berdasarkan prestasi kerja yang termuat
pada pasal 51, pasal 54 tentang penjabaran tujuan-tujuan progrm kerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu transparansi meliputi
evaluasi kinerja dari masing-masing satuan kerja diperlukan agar dapat menjadi evaluasi dalam rangka peningkatan mutu kerja dan
prestasi kerja. Penjabaran tersebut terdapat pada setiap pasal yang termasuk dalam transparansi penyelenggaraan pendidikan.Oleh
karena itu penulis berpendapat bahwa STATUTA berdasar pada prinsip
transparansi sangat
penting dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan. Terkait dengan pasal 51 tentang
evaluasi kinerja bawahan berdasarkan prestasi kerja, diwujudkan dalam penilaian kinerja pegawai melalui DP3 atau daftar penilaian
prestasi pegawai. Pasal 54 terkait dengan penjabaran program kerja Ketua STAKPN. Berdasarkan penjabaran pasal-pasal dapat
memenuhi prinsip transparansi dalam STATUTA pendidikan tinggi.
c Dalam proses tugas dan tanggung jawab dari masing-masing satuan
kerja dalam lingkup STAKPN berdasar pada prinsip keadilan sebagai dasar pelaksanaan tanggung jawab. Berkeadilan dalam proses
pelaksanaan perguruan tinggi yang meliputi tanggung jawab pimpinan satuan kerja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab
bagi bawahannya serta menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam tugas dan fungsi untuk mencapai hasil yang
maksimal. Berkeadilan pada masa berlaku pemegang jabatan yang telah diatur sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama
apabila dianggap mampu dan memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan. Setiap civitas akademika memiliki perlakuan yang adil
dalam pemberlakuan sanksi tanpa terkecuali. Hak mahasiswa dalam kebebasan akademik sangat diharapakan dalam proses peningkatan
mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu menurut penulis bahwa penjabaran pasal-pasal dalam STATUTA merupakan prinsip keadilan
yang berlaku dalam penyelenggaraan pendidikan STAKPN.
Sekolah Tinggi secara organisatoris berada di lingkungan Kementrian yang dipimpin oleh Ketua dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Akuntabilitas intern dalam lembaga pendidikan tinggi merupakan kedudukan tugas dan fungsi serta pertanggungjawaban pendidikan
tinggi secara organisatoris. Ketua STAKPN sebagai pimpinan lembaga, berhak dalam meminta pertanggungjawaban dari masing
satuan kerja terhadap tugas dan tanggungjawab yang diberikan. Pertanggungjawaban tersebut termuat pada pasal 27 tentang
pertanggungjawaban masing-masing ketua jurusan, pasal 33 ayat 1,2 dan 3 tentang pertanggungjawaban kepala unit dan pengabdian
kepada masyarakat yang bertanggung jawab kepada Ketua serta pimpinan satuan kerja dalam mengembangkan tugas dan fungsi serta
bertanggungjawab kepada Ketua pada pasal 50. Prinsip manajemen dan akuntabilitass yang terdapat pada pasal 53, tugas, tanggung jawab
dosen sebagai pendidik. Serta pertanggungjawaban warga kampus yang meliputi mahasiswa dan alumni dalam menunjang tercapainya
tujuan Sekolah Tinggi STAKPN. BAB IV pasal 49 STATUTA Sekolah Tinggi STAKPN juga mengatur tentang Tata Kerja dari
masing-masing satuan kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pembagian kerja job description merupakan uraian tugas
yang dimiliki oleh masing-masing satuan kerja yang bertanggung
jawab, memimpin,
mengkordinasikan bawahannya
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Pengaturan tentang
pembagian kerja telah diatur dalam STATUTA Sekolah Tinggi yang dijelaskan secara jelas tentang tugas, fungsi dan tanggung jawab dari
pimpinan satuan kerja kepada bawahannya. Berdasarkan pada penjabaran pasal-pasal dalam prinsip akuntabilitas, menurut penulis
termasuk dalam prinsip akuntabilitas pendidikan tinggi. Pasal-pasal yang terdapat pada prinsip berkeadilan sesuai dan berdasar pada
penerapan pasal-pasal tersebut dalam lembaga pendidikan tinggi. d
Tidak Menyalahgunakan wewenang, pertanggungjawaban masing- masing unit satuan kerja kepada Ketua sebagai pimpinan lembaga.
Penetapan standar kinerja pejabat sekolah tinggi sehingga dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan pencapaian mutu
pendidikan tinggi. Pengawasan dan akreditas bertujuan untuk pengendalian mutu program akademik dan non akademik yang
diselenggarakan oleh sekolah tinggi. Penjabaran tata cara pengawassan mutu dan efisiensi kegiatan yang meliputi kurikulum,
mutu, tenaga kependidikan, mahasiswa, pelaksanaan pendidikan, administrasi akademik, kepegawaian, keuangan. Pengawasan
bertujuan agar seluruh bagian dalam pelaksanaannya berdasar pada aturan yang ditetapkan. Prinsip tidak menyalahgunakan wewenag
termuat dalam penjabaran pasal-pasal yaitu 45 tentang unit penjaminan mutu pendidikan yang diangkat dan bertanggung jawab
kepada Ketua, pasal 46 yang mengatur tentang kewenangan Ketua dalam membentuk lembaga nonstruktural, pasal 56 tentang penetapan
standar kinerja pejabat Sekolah Tinggi, pasal 58, 59 dan 60 yang mengatur tentang pengangkatan, pemberhentian dan masa jabatan
Ketua dan Pembantu Ketua, serta pengaturan tentang masa jabatan yang dimilki oleh kepala-kepala unit kelembagaan.Integritas
akademik berdasarkan
tanggung jawab
civitas akademik.
Berdasarkan penjabaran pasal-pasal yang terdapat dalam prinsip tidak menyalahgunakan wewenang, menurut penulis sangat efektif dalam
penyelenggaraan pendidikan tinggi. 2. Surat Keputusan SK Nomor : Stk.02KP.04.1SK062013 tentang
Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN. Surat Keputusan tersebut dibuat berdasarkan
pertimbangan bahwa untuk menerapkan disiplin sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 sangatlah perlu untuk
membentuk Tim Pemeriksa terhadap PNS yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin dimaksud. Surat Keputusan tersebut
berdasarkan asas kepastian hukum yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, PP No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS. Surat Keputusan tersebut bersifat transparansi, berkeadilan
bahwa peraturan tersebut berlaku untuk seluruh PNS di lingkup STAKPN. Menurut penulis SK tentang Tim Pemeriksa Terhadap
Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN berdasar pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan yang baik, dan
bertujuan dalam peningkatan kualits lembaga salah satunya yaitu tentang penerapan disiplin pegawai sebagai salah satu unsur
penunjang penyelenggaraan pendidikan. 3. Peraturan Akademik Nomor : Stk.02PP.009SK.75a2010 merupakan
jantung dan nadi bagi suatu perguruan tinggi dalam melaksanakan aktivitas kampus. Peraturan Akademik dibuat untuk meningkatkan
mutu lembaga dalam mentransformasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Peraturan Akademik berfungsi mengatur semua komponen
kampus sebagai dosen, mahasiswa, maupun pegawai administrasi agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai tugas
dan fungsi masing-masing. Peraturan Akademik dibuat berdasarkan dasar hukum yaitu UU NO.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah NO.60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Berdasarkan pengklasifikasian peraturan
dijabarkan sebagai berikut :
a Kepastian Hukum Peraturan
Akademik merupakan
kebutuhan vital
untuk meningkatkan kinerja dan sekaligus menegakan disiplin etik moral
di kalangan tenaga pengajar, mahasiswa, penunjang akademik dan tenaga administrasi sebagai penyelenggara kegiatan operasional
yang substansial di lingkup STAKPN. Oleh karena itu Peraturan Akademik berdasarkan kepastian hukum terdapat pada pasal 1 yang
mengatur tentang Hakekat, visi dan misi, tujuan, sasaran dan fungsi STAKPN dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Pasal 6 yang
mengatur tentang Sistem Kredit Semester SKS yang merupakan acuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi
mahasiswa, besarnya pengakuan atas keberhasilan suatu usaha kumulatif bagi suatu program tertentu, serta besarnya usaha untuk
menyelenggarakan pendidikan bagi perguruan tinggi. Oleh karena itu pasal-pasal yang terdapat pada pengklasifikasian berdasarkan
kepastian hukum, menurut pendapat penulis sangatlah baik dan efektif dalam penyelenggaraan perguruan tinggi.
b Transparansi yang merupakan bagian dari Peraturan Akademik tercantum dalam pasal 12 tentang tata cara penerimaan mahasiswa
baru dan untuk tertibnya penyelenggaraan tersebut maka dibentuk
suatu kepanitiaan melalui keputusan Ketua. Pasal 27 tentang prosedur penialaian mahasiswa selama satu semester yang
dikategorikan berdasarkan kategori penilaian.Pasal 29 tentang evaluasi keberhasilan studi akhir semester untuk menilai sejauh
mana mahasiswa telah berhasil menyelesaikan beban semester kini dan menetapkan beban semester berikutnya yang boleh diambil.
Pasal 41 dan 42 tentang Seminar Proposal dan persyaratan mengajukan seminar proposal, pasal 47 dan 48 tentang persyaratan
ujian skripsi dan pasal 58 tentang persyaratan untuk menjadi Dosen. Pasal-pasal yang menjadi bagian dari prinsip transparansi dalam
Peraturan Akademik menurut penulis efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan aktifitas akademika STAKPN.
c Prinsip Berkeadilan terdapat pada pasal 64 Peraturan Akademik yang mengatur tentang sanksi yang merupakan tindakan akademis
danatau administrasi yang diberikan kepada mahasiswa yang menyimpang dari peraturan. Tujuan sanksi adalah untuk menjaga
mutu hasil pendidikan dan memberi dorongan kepada mahasiswa untuk mencapai prestasi optimum serta meningkatkan peranan dan
fungsi lembaga. Oleh karena itu penetapan sanksi yang tepat bagi mahasiswa, menurut penulis mempunyai tujuan yang baik demi
peningkatan proses belajar pada mahasiswa.
d Efektif dan Efisien yang mencakup sarana pendidikan dan pemanfaatannya yang terdapat pada pasal 38. Mahasiswa
mempunyai hak yang sama dalam pemanfaatan sarana pendidikan demi menunjang proses belajar mengajar. Menurut penulis, bahwa
proses belajar mengajar sangatlah baik apabila ditunjang dengan sarana prasarana yang telah diatur dalam Peraturan Akademik.
Pendidikan Tinggi sebagai lembaga penyelenggaraan pendidikan yang memiliki otonomi dalam kemajuan lembaga, terwujud pada
pembentukan peraturan kelembagaan STAKPN. Berdasarkan UU No.12 Tahun 2012 yang menjadi acuan terselenggaranya Pendidikan Tinggi, serta
prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi terwujudnya Good University Governance. Mekanisme penyusunan peraturan Pendidikan Tinggi STAKPN
berdasarkan pada sub bagian yang bertanggung jawab penuh terhadap peraturan yang dibuat dan disahkan oleh pimpinan lembaga selaku Ketua.
Otonomi pengelolaan Pendidikan Tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas, penjaminan mutu, efektif dan efisien
yang termuat dalam UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, sehingga berdasarkan analisis yang diperoleh terhadap ketiga peraturan pada
STAKPN yang termasuk dalam prinsip otonomi pengelolaan Pendidikan Tinggi yaitu STATUTA, Peraturan Akademik dan SK.Tim Pemeriksa
Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil STAKPN. STATUTA
merupakan peraturan tertinggi yang ada pada lembaga Pendidikan Tinggi yang mengatur tentang struktur kelembagaan, tugas dan tanggung jawab
Ketua beserta sub bagian penunjang penyelenggaraan civitas akademika. STATUTA merupakan aturan dasar Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan
Tridarma Pendidikan yang merupakan acuan pengembangan dan menyelenggarakan kegiatan fungsional, pengembangan peraturan umum,
peraturan akademik, dan prosedur operasional yang berlaku dalam lembaga Pendidikan Tinggi. STATUTA Pendidikan Tinggi mencakup prinsip
keadilan, transparansi, akuntabilitas, penjaminan mutu serta efektif dan efisien sehingga dari prinsip-prinsip tersebut penyusunan STATUTA
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan berpedoman pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan tinggi. Peraturan dan ketentuan yang ada
merupakan wujud implementasi pertanggungjawaban tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat dalam meningkatkan kinerja kerja berdasarkan tugas
pokok dan fungsi. Pengaturan tentang pengelolaan lembaga beserta unsur- unsur penunjang penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu aturan
tersebut dalam proses pelaksanaanya berdasarkan pada prinsip good university governance sebagai pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan
perencanaan dan pengembangan program serta kegiatan intitusional dan operasional menuju tujuan yang dicita-citakan. Peraturan Akademik serta SK
tentang Tim Pemeriksa Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil
STAKPN merupakan aturan-aturan yang berdasarkan pada prinsip good university governance.
a. Analisis Hubungan Stakeholder Dalam Penyusunan Peraturan