PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT SELAMA PENGANGKUTAN SAPI DARI PROVINSI LAMPUNG KE PALEMBANG

(1)

฀BSTR฀K

PENG฀RUH PEMBERI฀N VIT฀MIN C TERH฀D฀P SUSUT BOBOT SEL฀M฀ PENG฀NGKUT฀N S฀PI D฀RI PROVINSI L฀MPUNG KE

P฀LEMB฀NG Oleh

Cahyo Wicaksono

฀enelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap penyusutan bobot badan dan persentase penyusutan bobot badan selama pengangkutan sapi. ฀enelitian ini merupakan ฀perati฀n research yang dilaksanakan dengan metode survei. ฀roses penelitian dilakukan dengan mengikuti perjalanan pengangkutan sapi dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah, ฀rovinsi Lampung menuju ฀alembang, ฀rovinsi Sumatera Selatan.

Jumlah sampel yang digunakan masing-masing sebanyak 68 ekor untuk sapi yang mendapatkan perlakuan vitamin C dan yang tidak mendapatkan perlakuan vitamin C. Apabila dalam 1 kali perjalanan terdapat 18 ekor sapi yang diangkut dengan 2 truk, maka akan terdapat 9 ekor sapi yang masing-masing diberikan dan tidak diberikan perlakuan. Sapi yang bernomer ganjil diberikan perlakuan vitamin C sedangkan yang genap tidak diberikan perlakuan. ฀engamatan dilakukan sebanyak 6 kali perjalanan pengangkutan sapi. Dosis vitamin C yang diberikan sebanyak 500 mg dalam bentuk tablet dan diberikan secara oral pada saat pemberian identitas sapi. ฀enimbangan sapi dilakukan sebelum dan sesudah pengangkutan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase penyusutan bobot sapi selama perjalanan (฀<0,05), dimana persentase penyusutan bobot dalam perjalanan pada sapi yang diberikan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan persentase penyusutan bobot sapi yang tidak diberikan vitamin C, namun pemberian vitamin C tidak berpengaruh terhadap penyusutan bobot badan sapi selama pengangkutan (฀>0,05). ฀emberian vitamin C mampu menyebabkan penghematan sebesar Rp 647.595,00 dalam satu kali pengangkutan.


(2)

฀ENGARUH ฀EMBERIAN VITAMIN C TERHADA฀ SUSUT BOBOT SELAMA ฀ENGANGKUTAN SA฀I DARI ฀ROVINSI LAM฀UNG KE

฀ALEMBANG

Oleh :

Cahyo Wicaksono

Skripsi

฀ebagai ฀alah ฀atu ฀yarat untuk Mencapai Gelar ฀arjana Peternakan

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS ฀ERTANIAN

UNIVERSITAS LAM฀UNG

BANDAR LAM฀UNG

2014


(3)

(4)

฀IWAYAT HIDUP

฀enulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 03 Oktober 1989, putra kelima dari lima bersaudara keluarga Bapak Sunarto dan Ibu Rubiyati. ฀endidikan sekolah dasar diselesaikan di SD Negeri 2 Kampung Baru, Bandar Lampung pada 2002; sekolah menengah tingkat pertama di SM฀ Negeri 8, Bandar Lampung pada 2005; pendidikan sekolah menengah tingkat atas diselesaikan di SMA Negeri 10, Bandar Lampung pada 2008. ฀ada tahun yang sama, ฀enulis terdaftar sebagai mahasiswa ฀rogram Studi ฀roduksi Ternak, Fakultas ฀ertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi ฀enerimaan Mahasiswa Baru.

Selama menjalani pendidikan, ฀enulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Wonorejo, Kecamatan ฀adang Cermin, Kabupaten ฀esawaran 16 Januari—24 Februari 2012. Selanjutnya, ฀enulis melaksanakan ฀raktik Umum di peternakan kambing rakyat di Desa Muara ฀utih, Kecamatan Natar, Lampung Selatan pada 3 Juli — 4 Agustus 2012.


(5)

(6)

฀ENGAN RAHMAT ALLAH SWT

KARYA KECIL NAN IN฀AH INI KUPERSEMBAHKAN KEPA฀A ORANG-ORANG YANG SANGAT AKU CINTAI ฀AN SAYANGI

BAPAK ฀AN IBU TERCINTA

YANG ฀ENGAN SABAR MENANTIKAN KELULUSANKU ฀AN MAMAS-MAMAS ฀AN MBAK KU TERIMA KASIH ATAS

฀UKUNGAN KALIAN

SEMUA YANG MENYAYANGIKU

TERIMA KASIH ATAS ฀UKUNGANNYA ฀AN SEMANGAT YANG KALIAN BERIKAN

SAHABATKU GALIH A฀ITYA MULYA฀I ฀AN

A฀ITYA GUMANTAN S.Pd. M.OR YANG SELALU MEMBERIKAN MOTIVASI SERTA ฀OA ฀ENGAN PENUH SEMANGAT


(7)

฀ATA PENGANTAR

฀lhamdulillahirobil’alamin฀ segala puja dan puji hanya milik Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Penulisan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan pada Jurusan Peternakan฀ Fakultas Pertanian฀ Universitas Lampung. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW฀ manusia biasa yang akan selalu menjadi teladan terbaik dalam kehidupan umat manusia.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan฀ kerja sama฀ dan bantuan banyak pihak sehingga Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Didik Rudiono฀ Ir.฀ M.S..--selaku dosen pembimbing utama฀ sekaligus pembimbing akademik --atas bantuan฀ bimbingan฀ ilmu฀ motivasi฀ dan nasehatnya selama proses penyusunan skripsi;

2. Bapak Dr. Kusuma Adhianto฀S.Pt.฀M.P. --selaku dosen pembimbing anggota--atas bimbingan฀ nasehat฀ ilmu฀ dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini; 3. Ibu Dr. Sulastri฀ Ir.฀ M.P.--selaku dosen penguji--atas bimbingan฀ nasehat฀

ilmu฀ dan motivasi selama proses penyusunan skripsi;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin฀ M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin melaksanakan penelitian dan nasehat yang diberikan selama ini;


(8)

฀ 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria฀ M.S.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian฀ Universitas Lampung--atas izin untuk melakukan penelitian; 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan atas bimbingan฀ arahan฀ dan ilmu

yang diberikan kepada Penulis;

7. Bapak dan Ibu tercinta atas do’a฀ kesabaran฀ nasihat฀ ilmu฀ dan kasih sayang yang tak tergantikan฀ semoga Allah SWT merahmati kita semua;

8. Mamasku Heru Purwanto฀ Anton Supriyanto฀ Tikno Sugiarto฀ dan mba Ida Dwi Sunarti atas kasih sayang dan pengertiannya;

9. Mbah Uti dan Mbah Kakung yang selalu mendoakan yang terbaik buat cucunya;

10. Keluarga besarku untuk pengertian฀ saran฀ dan doanya;

11. Guru-guruku di TK฀ SD฀ SMP฀ dan SMA atas nasihat฀ ilmu฀ dan kasih sayangnya selama ini;

12. Seseorang yang selalu mendampingiku terima kasih atas dukungan฀ kasih sayang฀ dan perhatiannya;

13. dr. TAW฀ Galih฀ Adit para sahabat yang selalu menyemangati dan memberi dukungan serta motivasi;

14. Arifai฀ Geri฀ Imam฀ Hendrik฀ Arip฀ Mas Aswin฀ Kajoy฀ Catur฀ yang selalu menyemangati dan mengingatkan;

15. Pak Suparlan฀ Pak Sukani฀ Pak Misni฀ dari kelompok ternak Karang Endah atas kerja sama฀ bimbingan฀ dan arahannya;

16. Teman-teman peternakan 08: Budi฀ Arie฀ Bayu฀ Udin฀ Irma฀ Anam฀ Pram฀ Dedi฀ Esti฀ Ratih฀ Nike฀ Zul฀ Andy฀ Nidia฀ Putri฀ Adit฀ Adi฀ Bejo฀ DJ฀ Satrio฀


(9)

3 Arief฀ Elda฀ Ana฀ Fredy฀ Neka฀ Fazar฀ Anam฀ Aan฀ Komeng฀ Triyan฀ Hizkia฀ Febri฀ Dwi฀ dan Cintya atas kebersamaan selama ini;

17. Semua teman-teman PTK ’06฀ ‘07฀ ‘09฀ ‘10฀ ‘11฀ dan ‘12 atas bantuannya dan kerja sama selama ini;

Akhir kata฀ Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini Penulis harapkan.

Bandar Lampung฀ Desember 2014 Penulis฀


(10)

฀AFTAR ISI

฀alaman

KATA PENGHANTAR... i

฀AFTAR ISI ... iv

฀AFTAR TABEL... vi

฀AFTAR GAMBAR ... vii

I. PEN฀AHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ……….. 4

1.6 ฀ipotesis ……… 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Beberapa Bangsa Sapi ... 6

2.1.1 Sapi Peranakan Ongole ... 7

2.1.2 Sapi Brahman... 8

2.1.3 Sapi Brahman Cross………. 9

2.1.4 Sap Limousin ………... 10

2.1.5 Sapi Simmental ………... 10

2.2 Vitamin C... 11

2.3 Bobot Badan... 12


(11)

5

III. BAHAN ฀AN METO฀E

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 16

3.2 Alat dan Bahan Penelitian... 16

3.2.1 Alat Penelitian ... 16

3.2.2 Bahan Penelitian... 16

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 17 3.4 Metode Penelitian ……….


(12)

฀AFTAR TABEL

฀abel Halaman

1. Hasil Uji Normalitas Data... 32 2. Hasil Uji Homogenitas... 32 3. Hasil Uji t Untuk Perbedaan Penurunan Bobot Badan Antara Sapi

yang Diberikan Vitamin C dan ฀idak Diberikan Vitamin C ... 32 4. Hasil Uji t Untuk Perbedaan Persentase Penurunan Bobot Badan

Antara Sapi yang Diberikan Vitamin C dan ฀idak Diberikan

Vitamin C... 32 5. Perbandingan Nilai Ekonomi Penggunaan Vitamin C... 33 6. Data Hasil Penelitian


(13)

฀AFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

฀. Sapi Peranakan Ongole฀……… 7

2. Sapi Brahman………...……… 8

3. Sapi Brahman Cross ……… 9

4. Sapi Limousin………..……. ฀0

5. Sapi Simmental ……….... ฀฀ 6. Penyusutan bobot badan selama perjalanan pada sapi yang tidak diberikankan vitamin C ... 22

7. Penyusutan Bobot selama perjalanan pada sapi yang Diberikankan Vitamin C... 24

8. Perbandingan bobot badan selama perjalanan baik pada sapi yang diberikan vitamin C maupun yang tidak diberikan vitamin C .... 26

9. Sapi yang akan diberangkatkan ... 36

฀0. Pemberian pakan sapi sebelum ditimbang ... 36

฀฀. Papan penimbang sapi ... 37

฀2. Alat timbang sapi ... 37

฀3. Penimbangan sapi ... 38

฀4. Posisi sapi di selama truk ... 38

฀5. Pemberian sekat antarsapi... 39

฀6. Pengecekan sapi sebelum perjalanan... 39

฀7. Pos lalu lintas ternak antarprovinsi... 40

฀8. Penurunan sapi di Palembang... 40


(14)

฀. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

฀ada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. ฀erkembangan

transportasi ini memungkinkan mobilitas barang, jasa, maupun manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Selain itu, berbagai sumber daya alam yang semula sulit dicapai akan dapat dengan mudah terjangkau, sehingga dapat diolah dan dimanfaatkan dengan optimal. Akses pasar juga semakin jauh, sehingga produk barang dan jasa menjadi lebih banyak yang terjual.

฀erkembangan yang terjadi pada bidang transportasi memberikan gambaran bahwa transportasi mampu memberikan nilai tambah pada faktor produksi dan hasil olahan produksi. Dengan demikian, transportasi yang semakin berkembang mampu

menciptakan peningkatan produktivitas.

Kegiatan peternakan juga terkait dengan sarana dan prasarana transportasi. Keterkaitan tersebut mulai dari aspek produksi sampai dengan pascaproduksi dan pemasaran. Salah satu peran penting sarana dan prasarana transportasi dalam bidang peternakan adalah pada perdagangan dan pengangkutan sapi antardaerah.

฀engangkutan sapi dapat dilakukan melalui jalur udara, darat, maupun laut. Sarana transportasi udara menggunakan pesawat, seperti terjadi pada pengangkutan sapi pejantan bibit dari Australia; transportasi laut menggunakan kapal laut, seperti terjadi


(15)

2

pada pengangkutan bakalan sapi potong dari Australia; transportasi darat menggunakan truk, seperti dari ฀rovinsi Lampung ke ฀alembang, Bengkulu, dan Medan. Namun, pengangkutan memberikan dampak kepada sapi yang diangkut, yakni stres. Stres dapat terjadi karena beberapa faktor yang terjadi selama proses pengangkutan, seperti: kondisi jalan dan kendaraan, kepadatan ternak, iklim atau cuaca pada saat pengangkutan, serta tidak memadainya ketersediaan makanan dan perawatan selama perjalanan.

฀engaruh stres akibat pengangkutan penting dikaji, terutama untuk pengangkutan sapi antardaerah. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak stres pengangkutan agar penurunan susut bobot sapi dapat diminimalisir yaitu dengan pemberian vitamin sebelum sapi diangkut untuk perjalanan jarak jauh. ฀emberian vitamin dapat meningkatkan daya tahan tubuh sapi sehingga dapat mengurangi tekanan stres.

Beberapa pedagang sapi di ฀rovinsi Lampung telah melakukan pemberian vitamin sebelum ternak diangkut dalam perjalanan antarprovinsi. Vitamin yang diberikankan berupa vitamin B komplek atau multi vitamin. Masalahnya, harga kedua jenis vitamin ini relatif mahal sehingga perlu dipilih alternatif vitamin lain yang lebih murah. Salah satu vitamin yang relatif murah dan berpengaruh langsung terhadap penurunan stres adalah vitamin C. Dengan demikian, penelitian mengenai pengaruh pemberian vitamin C pada pengangkutan sapi antarprovinsi menjadi sangat menarik untuk dilakukan.

1.2 ฀dentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:


(16)

3

a. apakah terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi pasca pengangkutan dari ฀rovinsi Lampung ke ฀alembang;

b. jika terjadi susut bobot, maka seberapa besar susut bobot sapi;

c. berapa besar perbedaan susut bobot sapi antara yang diberikan dan yang tidak diberikan vitamin C.

1.3 Tujuan Penelitian

฀enelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot selama pengangkutan sapi dari ฀rovinsi Lampung ke ฀alembang dan

b. persentase penurunan susut bobot sapi yang diberikan dan tidak diberikan vitamin C.

1.4 Kegunaan Penelitian

฀enelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. peternak, hasil penelitian akan memberikan informasi manfaat pemberian vitamin C terhadap susut bobot selama pengangkutan sapi dari ฀rovinsi Lampung ke ฀alembang,

b. pedagang, hasil penelitian akan dapat membantu mengurangi kerugian akibat susut bobot sapi akibat stres selama pengangkutan.

c. ilmu peternakan, memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi pasca pengangkutan, dan

d. pemerintahan, memberikan dasar kebijakan dalam pengangkutan sapi antar daerah.


(17)

4

1.5 Kerangka Pemikiran

Upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi dilakukan melalui kegiatan pemindahan sapi dari produsen ke konsumen. Jarak antara produsen dan konsumen pada umumnya cukup jauh, seperti antarkota ataupun antarprovinsi. Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka waktu tempuh perjalanan juga semakin lama. Selanjutnya, semakin jauh jarak tempuh dan semakin lama waktu tempuh, maka stres perjalanan yang terjadi pada sapi akan semakin berat.

Stres perjalanan terlihat pada susut bobot sapi sesampainya pada tujuan akhir perjalanan. Berutu (2007) melaporkan penurunan bobot sapi akibat stres perjalanan pada kisaran 2,00—21,33 kg/ekor dengan rata-rata 9,71kg/ekor. ฀enurunan bobot akibat stres perjalanan sebesar itu jelas merugikan pedagang secara ekonomis dan

perdagangan, sehingga memerlukan penanganan serius.

Stres perjalanan menyebabkan peningkatan ekresi hormon adrenalin, sehingga berakibat terjadi percepatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Aktifitas ini menyebabkan terjadinya proses oksidasi, proses oksidasi mengakibatkan kehilangan cairan tubuh, sehingga ternak mengalami penurunan bobot (McGilvery dan Goldstein, 1996). Secara fisiologis, stres adalah suatu keadaan tubuh yang mengalami perubahan kondisi

hormonal secara temporer sebagai usaha pertahanan tubuh terhadap pengaruh dari luar yang mengancam.


(18)

5

Mengingat pentingnya bobot dalam perdagangan sapi maka diperlukan upaya untuk mengurangi susut bobot akibat stres selama perjalanan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres adalah dengan pemberian vitamin C karena vitamin C merupakan vitamin penghambat stress. Secara alami sapi sebenarnya mampu

menghasilkan vitamin C sendiri melalui proses pencernaan, yakni melalui fermentasi dan kerja mikroba rumen. Namun pada saat perjalanan pengangkutan sapi, vitamin C ini tidak dapat memenuhi kebutuhan sapi, sehingga sapi tetap mengalami stres perjalanan, yakni dalam bentuk susut bobot. Berkaitan dengan hal ini peneliti berencana untuk memberikan vitamin C secara oral pada tiga jam sebelum proses pengangkutan guna mengurangi penurunan susut bobot sebagai akibat stres perjalanan.

1.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

a. terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi pasca pengangkutan dan

b. persentase susut bobot sapi yang diberikan vitamin C lebih kecil daripada yang tidak diberikan vitamin C.


(19)

฀฀. T฀NJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Beberapa Bangsa Sapi

฀api adalah ternak anggota ฀uku ฀ovidae dan Anak ฀uku ฀ovinae. ฀api dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan manusia. Hasil sampingan produk pemeliharaan sapi seperti: kulit, jeroan, dan tanduknya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Pada sejumlah tempat, sapi juga digunakan sebagai penggerak alat transportasi, peng-olahan lahan (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Oleh karena banyaknya kegunaan tersebut, maka sapi telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia sejak lama (Bambang, 2000).

Menurut Bambang (2000), sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: ฀os Indicus (zebu/sapi berponok) yang berkembang di India dan sudah tersebar ke berbagai negara terlebih negara tropis; ฀os Taurus merupakan bangsa sapi yang menurunkan bangsa sapi potong dan perah di Eropa serta sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia; serta ฀os Sondaicus (฀os ฀ibos) yang merupakan sumber asli bangsa sapi di Indonesia. ฀api yang kini ada merupakan keturunan banteng (฀os ฀ibos) yang sekarang dikenal sebagai sapi Bali, Madura, ฀umatra, dan sapi Peranakan Ongole (PO).


(20)

7

2.1.1 Sapi Peranakan Ongole

฀api PO merupakan hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole dari India yang telah lama memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan daging sapi di Indonesia (฀antoso, 2009).฀api PO memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang tinggi dan masih  dapat berproduksi walaupun dengan kondisi pakan yang terbatas. 

Ciri fisik sapi PO yaitu: memunyai bulu kelabu sampai kehitam-hitaman bagian kepala, leher, dan lutut berwarna gelap sampai hitam, namun pada sapi betina berwarna putih. Profil dahi sapi PO cembung, bertanduk pendek, berpunuk besar, serta memiliki gelambir dan lipatan kulit di bawah leher sampai perut, bobot badan sapi jantan berkisar 550 kg sedangkan betina bobot bekisar 350 kg (฀iregar, 2008).

Gambar 1. Sapi Peranakan Ongole


(21)

8

2.1.2 Sapi Brahman

฀api Brahman merupakan sapi keturunan ฀os Indicus yang berhasil dijinakkan di India, kemudian diseleksi dan dikembangkan genetiknya melalui penelitian yang cukup lama. ฀ampai saat ini, sebagian besar bibit sapi Brahman Amerika ฀erikat diekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia (Murtidjo, 2000).

฀api Brahman termasuk tipe sapi pedaging yang baik dari daerah tropis. Warsito dan Andoko ( 2012)฀mengatakan bahwa sapi ini dapat tumbuh dengan baik

walaupun daerah yang kurang subur. Hal ini terjadi karena pakan sapi Brahman cukup sederhana. ฀api Brahman memiliki karakteristik: bobot badan sapi pejantan berkisar antara 724—996 kg, sedangkan yang betina 453—634 kg. Tekstur kulit sapi Brahman longgar, halus, dan lemas dengan ketebalan sedang. Ukuran punuk pada sapi jantan relatif besar, sedangkan pada yang betina lebih kecil. ฀api Brahman tahan terhadap cuaca panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk.

Gambar 2. Sapi Brahman


(22)

9

2.1.3 Sapi Brahman Cross

฀api Brahman Cross(BX) pada awalnya dikembangkan di stasiun C฀IRO’฀ Tropical Cattle Research Centre di Rockhampton, Australia. Materi dasarnya adalah sapi American Brahman, Hereford, dan ฀horthorn. ฀api BX memunyai proporsi 50% darah Brahman, 25% darah Hereford, dan 25% darah ฀horthorn. ฀ecara fisik, bentuk fenotip sapi BX cenderung mirip sapi American Brahman karena proporsi darahnya yang lebih dominan, seperti punuk dan gelambir masih jelas, bentuk kepala dan telinga besar menggantung, sedangkan warna kulit sangat bervariasi mewarisi tetuanya (Turner, 1977).

฀api BX memiliki warna abu-abu muda tetapi ada pula yang berwarna merah atau hitam.Warna pada jantan lebih gelap daripada betina, ukuran tanduk sedang, lebar, dan besar. Kulit longgar, halus, dan lemas dengan ketebalan sedang ukuran punuk pada jantan besar sedangkan pada betina kecil. Kisaran boot badan sapi betina mencapai 750 kg dan yang jantan 1.000 kg. ฀api ini tahan terhadap cuaca panas dan tahan terhadap gigitan nyamuk (Murtidjo, 2000).

Gambar 3. Sapi Brahman Cross


(23)

10

2.1.4 Sapi Limousin

฀api Limousin merupakan sapi keturunan,  ฀os Taurus yang berhasil dijinakkan dan dikembangkan di Prancis Tengah bagian selatan dan barat. ฀api ini sering digunakan sebagai sapi pekerja, namun kemudian berubah menjadi sapi  pedaging karena sapi ini memiliki ukuran tubuh besar. Bobot badan betina mencapai 650 kg dan yang jantan 1.000 kg (Blakely dan Bade, 1998 serta Thomas, 1991).

Pane (2006) menyatakan bahwa sapi Limousin memunyai karakteristik sebagai berikut: warna bulu merah kecokelatan tanpa ada warna putih, kecuali pada bagian ambing. Pada bagian lutut ke bawah berwarna agak muda dan umum nya terdapat bentuk lingkaran berwarna agak muda di sekeliling mata.

Gambar 4. Sapi Limousin

Sumber: Balai Besar ฀nseminasi Buatan Singosari, (2014)

2.1.5 Sapi Simmental

฀api ฀imental berasal dari ฀witzerland. ฀api ini memiliki ciri-ciri yaitu ukuran tubuh besar; pertumbuhan otot bagus; penimbunan lemak di bawah kulit rendah;


(24)

11 warna bulu pada umumnya krem agak cokelat atau sedikit merah; muka, keempat kaki dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai 800 kg dan yang jantan 1.150 kg (฀ugeng, 1998). Menurut ฀usilorini (2008), sapi ฀imental memunyai sifat jinak, tenang, dan mudah dikendalikan.

Gambar 5. Sapi Simmental

Sumber: Balai Besar ฀nseminasi Buatan Singosari, (2014)

2.2 Vitamin C

Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan. Unsur vitamin biasanya cukup tersedia dalam pakan, terutama hijauan dan

konsentrat. ฀elain itu, kebanyakan vitamin untuk sapi dibentuk dalam pencernaan melalui fermentasi dan kerja mikroba rumen. ฀ecara umum, vitamin sering di-definisikan sebagai suatu senyawa organik yang esensial untuk mempertahankan kehidupan dan pertumbuhan yang normal pada ternak, serta dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Khan dan Iqbal, 2006).


(25)

12 ฀alah satu vitamin yang mudah didapatkan di pasaran yaitu vitamin C atau ber-bagai nama lainnya, seperti: asam ascorbat, L-scorbatacid, hexuronic acid, anti scorbutic vitamin, cevitamic acid, dan anti scorbic factor. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air, tidak larut dalam lemak dan tidak disimpan dalam tubuh (Katzung, 2002). Menurut Khan dan Iqbal (2006), serum level vitamin C yang tinggi sebagai hasil dari pemberian pada dosis yang berlebihan, tidak akan mengubah ataupun berpengaruh apapun dan kelebihan tersebut akan disekresi melalui urin.

Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Vitamin C memunyai bentuk serbuk, atau hablur putih agak kuning, tidak berbau, dan mempunyai rasa asam (Khan dan Iqbal, 2006).

Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan mudah rusak dalam pemanasan yang terlalu lama. Vitamin C apabila dalam bentuk kristal kering akan bersifat lebih stabil,tetapi dalam bentuk larutan vitamin C mudah rusak karena oksidasi oleh oksigendari udara (Khan dan Iqbal, 2006).

2.3Bobot Badan

฀kuran bobot badan merupakan salah satu representasi ekonomi yang penting dalam peternakan sapi potong. Selain itu, bobot badan juga


(26)

13

Menurut Ilham dan Yusdja (2004), pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya bobot badan. Perbedaan bangsa akan berpengaruh terhadap bobot badan. Contoh: rata-rata bobot badan Sapi PO jantan 550 kg, dan yang betina 350 kg; ฀api Brahman jantan berkisar antara 724—996 kg dan yang betina 453—634 kg; ฀api Limousin jantan 1.000 kg, dan yang betina 650 kg; sedangkan ฀api ฀imental jantan 1.150 kg dan yang betina 800 kg.

Menurut Dewi (2004) dalam Hafid dan Aka (2008), penyebab utama penyusutan bobot badan ternak adalah faktor stres yang salah satunya kelelahan atau gerakan yang berlebihan dimana semakin lama perjalanan atau transportasi ternak maka secara otomatis jumlah gerakan akan lebih besar dan tingkat kelelahan akan semakin besar juga. ฀elain itu, penyusutan bobot badan dapat diakibatkan oleh adanya kehilangan cairan pada tubuh dan otot ternak.

2.4 Pengangkutan Sapi

Menurut ฀antosa (2004), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengangkut ternak potong agar dapat mengurangi dampak stres dan penyusutan bobot badan yaitu:

1. apabila pengangkutan dilakukan pada musim kemarau, usahakan transportasi dilakukan pada waktu dinihari, subuh, atau sore hari. 2. apabila mengangkut ternak pada musim hujan, usahakan tubuh ternak


(27)

14 3. jangan mencampurkan dengan ternak lain dalam satu alat

angkut (truk)

4. jangan mengangkut ternak yang baru diberi pakan.

Ketika mengangkut ternak, usahakan jarak yang ditempuh kurang dari 24 jam perjalanan. Apabila jarak tempuh lebih dari 24 jam, maka sebelum dilakukan transportasi sekurang-kurangnya ternak harus sudah diistirahatkan terlebih dahulu selama 5 jam. Ketersediaan pakan dan air serta kapasitas muatannya harus

diperhatikan (฀antosa, 2004).

Menurut ฀udiyono (2004), petunjuk yang harus dilakukan dalam melakukan transportasi ternak ke pasar yaitu:

1) dipilih jenis transportasi yang terbaik dan sesuai dengan jumlah ternak yang akan diangkut untuk dipasarkan,

2) diberikan pakan hijauan atau minum beberapa jam sebelum ternak dinaikkan ke atas truk,

3) dilakukan penanganan dengan baik dan digunakan fasilitas dan alat-alat yang memadai untuk menaikkan ternak ke atas truk. Bersihkan fasilitas dan alat-alat angkut dari benda-benda runcing atau pecahan kaca. Gunakan loading chute (tempat menurunkan atau menaikkan ternak dari atau ke truk) dan letakkan dengan baik, sesuai dengan bak truk,


(28)

15 4) ditambahkan jejaba (bedding) pada dasar bak truk. Gunakan jerami kering

pada musim hujan dan tebarkan pasir di atas jerami tersebut pada musim kemarau,

5) dilakukan penggiringan ternak dengan tenang dan nyaman pada waktu me-masuki truk. Jangan gunakan alat yang dapat menyebabkan ternak luka atau memar (misalnya jangan dengan cambuk atau electric shock, apalagi benda keras dan tajam),

6) mengemudikan truk dengan hati-hati. Perjalanan ditempuh dengan kecepatan yang sesuai dan perlambat dalam tikungan. Jangan berhenti dengan

mendadak,

7) memeriksa ternak selama perjalanan dalam periode tertentu. Bila tampak ada masalah, hentikan truk dan memperbaiki masalah tersebut. Ternak yang terbaring agar segera diberdirikan agar tidak terinjak oleh ternak yang lain, 8) berhenti dan mengistirahatkan ternak bila perjalanan terlalu lama. Diberikan

air minum untu mencegah terjadinya dehidrasi bila udara terlalu panas. ฀esuaikan keadaan ventilasi dengan kebutuhan ternak sehingga udara segar dapat bersirkulasi dengan baik di dalam ruangan ternak,

9) dalam memundurkan truk, lakukan dengan pelan hingga merapat pada dock loading, dan


(29)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengikuti proses pengangkutan sapi

menggunakan truk dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, menuju tempat pemasaran di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian dilaksanakan mulai Mei sampai dengan Agustus 2014.

3.2Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan sapi, alat tulis, dan truk pengangkut.Timbangan sapi yang digunakan merk Excellent kapasitas 1.000 kg dengan ketelitian 0,5 kg. Truk yang digunakan untuk pengangkutan adalah truk tipe sedang dengan kapasitas 9 ekor sapi.

3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi yang diberikan dan tanpa diberikan vitamin C yang diangkut dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, menuju tempat pemasaran di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.


(30)

17

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan urutan kerja sebagai berikut:

1. menyiapkan sapi 3 jam sebelum diberangkatkan ke Palembang dengan memberikan pakan, minum, dan penambahan vitamin C,

2. memberi nomor pada setiap sapi untuk mempermudah dalam membedakan antara sapi yang diberikan vitamin C dan yang tidak diberikan vitamin C, 3. melakukan pemberian vitamin C sebanyak 500 mg pada nomor ganjil dalam

bentuk tablet. Jumlah sapi perlakuan sebanyak 50% dari jumlah sapi di dalam 1 truk,

4. menimbang bobot semua sapi dan mencatatnya sesuai dengan identitasnya, 5. mengikuti perjalanan pengangkutan sapi dari Kecamatan Karang Endah,

Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung menuju tempat pemasaran di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan,

6. mencatat semua yang terjadi sebelum perjalanan, seperti waktu perjalanan, jarak perjalanan, waktu istirahat,

7. melakukan penimbangan secara langsung pada sapi di lokasi penampungan sapi di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, dan

8. melakukan pengambilan data sebanyak enam kali, pengolahan, dan analisis data.


(31)

18

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Metodologi

Penelitian ini merupakan operation research yang dilaksanakan dengan metode survei. Proses penelitian dilakukan dengan mengikuti perjalanan pengangkutan sapi dari Kecamatan Karang Endah, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung menuju Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Timbangan digunakan untuk mengukur bobot ternak sebelum dan sesudah perjalanan. Pada sapi diberikan salah satu dari dua perlakuan, yaitu pemberian vitamin C sebelum pengangkutan dan tanpa pemberian vitamin C. Pemberian vitamin C pada kelompok nomor ganjil.

Jumlah sampel yang digunakan masing-masing sebanyak 68 ekor untuk sapi yang mendapatkan perlakuan vitamin C dan yang tidak mendapatkan perlakuan vitamin C. Apabila dalam satu kali perjalanan terdapat 18 ekor sapi yang diangkut

menggunakan dua unit truk, maka 9 ekor sapi diberikan vitamin C dan 9 ekor lainnya tidak diberikan vitamin C. Sapi yang bernomer ganjil diberikan perlakuan vitamin C sedangkan yang genap tidak diberikan perlakuan. Dengan demikian, penelitian berlangsung sebanyak 6 kali perjalanan.

Vitamin C diberikankan secara oral sebanyak 500 mg dalam bentuk tablet dan pemberian vitamin C dilakukan bersamaan dengan pemberian identitas sapi. Setelah selesai pemberian vitamin C pada masing-masing sapi, sapi ditimbang satu per satu lalu dinaikkan ke dalam truk. Setelah semua sapi naik ke atas truk, antarsapi dipasang sekat yang bertujuan untuk mengurangi guncangan selama


(32)

19

perjalanan. Selama perjalanan setiap 2 jam sekali dilakukan pengecekan kondisi sapi. Sesampainya di lokasi, sapi diturunkan satu per satu kemudian dilakukan penimbangan bobot sapi dan pencatatan bobot akhir.

3.4.2 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. bobot sapi (kg) sebelum naik ke truk pengangkutan, yakni bobot di Kecamatan Karang Endah, Lampung Tengah, Provinsi Lampung,

2. bobot sapi (kg) setelah turun dari pengangkutan, yakni bobot di lokasi penampungan sapi di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan,

3.4.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik. Data yang dianalisis adalah data hasil pemberian vitamin C dan yang tidak diberikan vitamin C. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Sebelum dilakukan analisis data penelitian, terlebih dahulu diadakan uji prasyarat analisis yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors dari Sudjana (2002). Prosedur pengujian normalitas sebagai berikut : a. Pengamatan x1, x2 ... ... ... ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2 ... ... zn


(33)

20

�� = ��− � Keterangan:

Xi = Variabel masing-masing sampel X = Rata-rata

S = Simpangan baku

b. Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z≤Z1)

c. Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1

jika proporsinya dinyatakan S(Z1)

Maka � � = ny kny Z ,Z ,...Zn y ng ≤Zi �

d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

Untuk menguji seberapa besar pengaruh yang diberikankan kepada subyek penelitian setelah diberikankan perlakuan diadakan uji beda.

2. Uji satu pihak menggunakan rumus (Sudjana, 2002) :

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1       n n S n S n S Keterangan :

S : simpangan baku

n1 :jumlah sampel perlakuan

n2 : jumlah sampel non perlakuan

S1 : simpangan baku kelompok eksperimen S2 : simpangan baku kelompok kontrol

1

x : rata-rata kelompok eksperimen 2

x : rata-rata kelompok kontrol

Untuk uji t kriteria pengujian adalah tolak hipotesis, jika t > t1–α untuk


(34)

21

signifikasi α = 0,05 dengan harga t = 0,95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1+n2-2).

3. Uji perbedaan dilakukan dengan teknik uji t (Sudjana, 2002) dengan rumus sebagai berikut:                2 1 2 1 1 1 n n S x x thitung Keterangan :

S = Standar deviasi (simpangan baku) 1

x : rata-rata kelompok eksperimen 2

x : rata-rata kelompok kontrol

n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika -t1–1/2α ≤ t ≤ t1 -1

/2α. Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t pada tingkat kepercayaan

atau taraf signifikasi α = 0.05 dengan harga t = 0,95 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai uji hipotesis nol (Ho),

hipotesis statistika dirumuskan sebagai berikut : H0 : �̅ = 0


(35)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

฀erdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

1) Tidak terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi dalam perjalanan,

2) Terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase susut bobot sapi dalam perjalanan (P<0,05), dimana persentase susut bobot dalam perjalanan pada sapi yang diberikan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan persentase susut bobot sapi yang tidak diberikan vitamin C, dan

3) akibat pemberian vitamin C terdapat penghematan sebesar Rp 647.595,00 dalam satu kali pengangkutan.

5.2 Saran

฀erdasarkan simpulan, maka disarankan

1) penambahan dosis vitamin C, agar susut bobot sapi dalam perjalanan dapat lebih rendah, sehingga biaya penyusutan bobot sapi dapat ditekan lebih rendah, 2) perlu dikembangkan lebih lanjut berbagai jenis bahan suplemen untuk

mengurangi susut bobot akibat pengangkutan, dan


(36)

฀AFTAR PUSTAKA

฀alai ฀esar Inseminasi ฀uatan Singosari. 2014. Katalog Pejantan Sapi Potong dan

Kambing, Malang.

฀ambang, Y.S. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

฀erutu, M. K. 2007. Dampak Lama Transportasi terhadap Penyusutan ฀obot ฀adan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis ฀iaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn. (Skripsi). USU, Medan.

฀lakely, J dan D. H. ฀ade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan Srigandono, ฀. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Djagra. I.฀. 1994. Pertumbuhan Sapi ฀ali : Analisis ฀erdasarkan Dimensi Tubuh. (Skripsi). Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapang. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Hafid. H. dan R. Aka. 2008. Pengaruh Jarak Transportasi Sebelum Pemotongan terhadap Karakteristik Karkas Sapi ฀ali. Agriplus. Vol 18. Hal. 218 Ilham, N. dan Y. Yusdja. 2004. Sistem Transportasi Perdagangan Ternak Sapi dan

Implikasi Kebijakan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, ฀ogor.

Katzung, ฀.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Azwar A. ฀uku 2. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Khan, R.M. dan Iqbal, M.P. 2006. Deficiency of Vitamin C in South Asia. Pak. J. Med. Sci. Vol 22 (3). Hal 347-355.

McGilvery, R.W. dan G.W. Goldstein. 1996. Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi Ke-3 Airlangga University Press, Surabaya.

Murtidjo. 2000. Manajemen Pemasaran Sapi. Prenhallindo. Jakarta.


(37)

30 Santosa, U. 2004. Aplikasi Manajemen Pemilihan ฀ibit Induk Sapi Potong pada

Peternakan Tradisional. Dinas Peternakan Provinsi DT I. ฀andung.

Santosa, U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Professional. Penebar Swadaya. Jakarta

Siregar, ฀. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Tarsito. ฀andung.

Sugeng, Y.฀. 1998. ฀eternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susilorini, E. T. 2008. ฀udi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta. Thomas, V. M. 1991. ฀eef Cattle Production. Wafeland Press. Montana University

USA.

Turner H. G. 1977. The tropical adaptation of beef cattle. An Australian study. In: animal breeding: selected articles from the Word Anim. Rev. FAO Animal Production and Health.

Warsito dan Andoko, A. 2012. ฀isnis Penggemukan Sapi. Agromedia Pustaka. Cetakan I. Jakarta Selatan.


(1)

19

perjalanan. Selama perjalanan setiap 2 jam sekali dilakukan pengecekan kondisi sapi. Sesampainya di lokasi, sapi diturunkan satu per satu kemudian dilakukan penimbangan bobot sapi dan pencatatan bobot akhir.

3.4.2 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. bobot sapi (kg) sebelum naik ke truk pengangkutan, yakni bobot di Kecamatan Karang Endah, Lampung Tengah, Provinsi Lampung,

2. bobot sapi (kg) setelah turun dari pengangkutan, yakni bobot di lokasi penampungan sapi di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan,

3.4.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik. Data yang dianalisis adalah data hasil pemberian vitamin C dan yang tidak diberikan vitamin C. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Sebelum dilakukan analisis data penelitian, terlebih dahulu diadakan uji prasyarat analisis yang meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors dari Sudjana (2002). Prosedur pengujian normalitas sebagai berikut :

a. Pengamatan x1, x2 ... ... ... ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2 ... ... zn dengan menggunakan rumus :


(2)

20

�� = ��− �

Keterangan:

Xi = Variabel masing-masing sampel X = Rata-rata

S = Simpangan baku

b. Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z≤Z1)

c. Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1 jika proporsinya dinyatakan S(Z1)

Maka � � = ny kny Z ,Z ,...Zn y ng ≤Zi

d. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

Untuk menguji seberapa besar pengaruh yang diberikankan kepada subyek penelitian setelah diberikankan perlakuan diadakan uji beda.

2. Uji satu pihak menggunakan rumus (Sudjana, 2002) :

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1       n n S n S n S Keterangan :

S : simpangan baku

n1 : jumlah sampel perlakuan n2 : jumlah sampel non perlakuan

S1 : simpangan baku kelompok eksperimen S2 : simpangan baku kelompok kontrol

1

x : rata-rata kelompok eksperimen 2

x : rata-rata kelompok kontrol

Untuk uji t kriteria pengujian adalah tolak hipotesis, jika t > t1 –α untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t pada tingkat kepercayaan atau taraf


(3)

21

signifikasi α = 0,05 dengan harga t = 0,95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1+n2-2).

3. Uji perbedaan dilakukan dengan teknik uji t (Sudjana, 2002) dengan rumus sebagai berikut:                2 1 2 1 1 1 n n S x x thitung Keterangan :

S = Standar deviasi (simpangan baku) 1

x : rata-rata kelompok eksperimen 2

x : rata-rata kelompok kontrol

n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : jumlah sampel kelompok kontrol

untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika -t1–1/2α ≤ t ≤ t1 -1

/2 α. Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikasi α = 0.05 dengan harga t = 0,95 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai uji hipotesis nol (Ho),

hipotesis statistika dirumuskan sebagai berikut : H0 : �̅ = 0


(4)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

฀erdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

1) Tidak terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap susut bobot sapi dalam perjalanan,

2) Terdapat pengaruh pemberian vitamin C terhadap persentase susut bobot sapi dalam perjalanan (P<0,05), dimana persentase susut bobot dalam perjalanan pada sapi yang diberikan vitamin C lebih rendah dibandingkan dengan persentase susut bobot sapi yang tidak diberikan vitamin C, dan

3) akibat pemberian vitamin C terdapat penghematan sebesar Rp 647.595,00 dalam satu kali pengangkutan.

5.2 Saran

฀erdasarkan simpulan, maka disarankan

1) penambahan dosis vitamin C, agar susut bobot sapi dalam perjalanan dapat lebih rendah, sehingga biaya penyusutan bobot sapi dapat ditekan lebih rendah, 2) perlu dikembangkan lebih lanjut berbagai jenis bahan suplemen untuk

mengurangi susut bobot akibat pengangkutan, dan


(5)

฀AFTAR PUSTAKA

฀alai ฀esar Inseminasi ฀uatan Singosari. 2014. Katalog Pejantan Sapi Potong dan Kambing, Malang.

฀ambang, Y.S. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

฀erutu, M. K. 2007. Dampak Lama Transportasi terhadap Penyusutan ฀obot ฀adan, pH Daging Pasca Potong dan Analisis ฀iaya Transportasi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Shorthorn. (Skripsi). USU, Medan.

฀lakely, J dan D. H. ฀ade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan Srigandono, ฀. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Djagra. I.฀. 1994. Pertumbuhan Sapi ฀ali : Analisis ฀erdasarkan Dimensi Tubuh. (Skripsi). Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapang. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Hafid. H. dan R. Aka. 2008. Pengaruh Jarak Transportasi Sebelum Pemotongan terhadap Karakteristik Karkas Sapi ฀ali. Agriplus. Vol 18. Hal. 218 Ilham, N. dan Y. Yusdja. 2004. Sistem Transportasi Perdagangan Ternak Sapi dan

Implikasi Kebijakan di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, ฀ogor.

Katzung, ฀.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Azwar A. ฀uku 2. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Khan, R.M. dan Iqbal, M.P. 2006. Deficiency of Vitamin C in South Asia. Pak. J. Med. Sci. Vol 22 (3). Hal 347-355.

McGilvery, R.W. dan G.W. Goldstein. 1996. Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi Ke-3 Airlangga University Press, Surabaya.

Murtidjo. 2000. Manajemen Pemasaran Sapi. Prenhallindo. Jakarta.


(6)

30 Santosa, U. 2004. Aplikasi Manajemen Pemilihan ฀ibit Induk Sapi Potong pada

Peternakan Tradisional. Dinas Peternakan Provinsi DT I. ฀andung.

Santosa, U. 2009. Mengelola Peternakan Sapi Secara Professional. Penebar Swadaya. Jakarta

Siregar, ฀. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Tarsito. ฀andung.

Sugeng, Y.฀. 1998. ฀eternak Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susilorini, E. T. 2008. ฀udi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta. Thomas, V. M. 1991. ฀eef Cattle Production. Wafeland Press. Montana University

USA.

Turner H. G. 1977. The tropical adaptation of beef cattle. An Australian study. In: animal breeding: selected articles from the Word Anim. Rev. FAO Animal Production and Health.

Warsito dan Andoko, A. 2012. ฀isnis Penggemukan Sapi. Agromedia Pustaka. Cetakan I. Jakarta Selatan.