54 Center dan sekitarnya ke Pasar Giwangan berhasil dilaksanakan. Oleh karena
itu, tanggal tersebut dijadikan Hari Jadi Pasar Giwangan Yogyakarta. Untuk membantu pedagang memindahkan barang, Pemerintah Kota Yogyakarta
menyediakan armada - armada truk dan pick up. Kini para pedagang telah menempati pasar denagn bangunan yang
lebih representatif serta fasilitas pendukung yang memadai sebagai upaya mendukung program pasare resik, atine becik, rejekine apik, sing tuku ora
kecelik. Hal ini tentunya memudahkan customer sekaligus menguatkan posisioningnya sebagai pusat grosir buah dan sayur di Yogyakarta. Di tempat
ini masyarakat atau wisatawan bisa mendapatkan buah dan sayuran segar, baik grosir ataupun ecer dan buka 24 jam non stop. Meskipun aktivitasnya
non stop 24 jam, akan tetapi aktvitas tertinggi terlihat justru pada sore hingga menjelang fajar. Hal ini dikarenakan arus suplai barang dari para pedagang
atau petani berada pada grafik maksimal. Hal ini tentunya berbeda dengan sisi timur pasar yang didominasi oleh
transaksi harian masyarakat setempat. Pagi hingga siang hari, pasar terlihat ramai.
Sementara untuk menunjang perekonomian para pedagang, pengelola pasar punmembuka keran bagi perbankan dan lembaga keuangan untuk
masuk. Perbankan yang membuka jasa layananannya adalah Bank BRI melalui Teras BRI dan fasilitas ATM, Bank BPD DIY, serta Bank Jogja.
55 Adapun Profil Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan Yogyakarta
yaitu sebagai berikut: Alamat
: Jl Imogiri No 212, Yogyakarta Luas Tanah
: 24. 594 m
2
Luas Bangunan : 18. 984 m
2
Fasilitas : Lahan parkir 3, toilet 4, mushola 2,
tempat bongkar muat 3, kantor pengelola 2,
ATM 1,
Tempat Penampungan
Sampah Sementara dan Radio Pasar. Jumlah pedagang kios
: 117 Jumlah pedagang los
: 625 Jumlah pedagang lapak
: 393 Jumlah total pedagang
: 1135
B. Profil Buruh Gendong Pasar Giwangan Yogyakarta
Endong-endong adalah sebutan bagi para buruh gendong perempuan yang bekerja menjual jasa gendongnya di Pasar Giwangan Yogyakarta. Istilah
buruh gendong tidak sama dengan buruh yang lainnya seperti buruh tani, buruh cuci dan buruh bangunan. Sebutan antara laki-laki dan perempuan pun
tidak sama. Bagi laki-laki disebut kuli dan bagi perempuan disebut buruh gendong. Barang yang biasanya digendong yaitu berbagai macam sayur-
sayuran dan buah-buahan. Karena pada dasarnya Pasar Giwangan Yogyakarta adalah pasar induk buah dan sayur, di tempat inilah pusat berbagai macam
sayur-sayuran dan buah-buahan.
56 Buruh gendong yang berada di Pasar Giwangan Yogyakarta mayoritas
adalah warga
yang berurbanisasi.
Minimnya kesempatan
kerja dan
terbatasnya lahan pertanian yang digarap oleh mereka di pedesaan mendorong masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja yang baru. Mereka berasal
dari berbagai banyak daerah. Adapun asal daerah buruh gendong perempuan yang bekerja di Pasar Giwangan Yogyakarta berasal dari Kulonprogo, Solo,
Gunungkidul, Bantul, Sukoharjo dan Purworejo. Kebanyakan dari mereka yang bertempat tinggal jauh lebih memilih
untuk tidak pulang ke rumah. Dikarenakan penghasilan dari mereka bekerja tidak akan bisa terkumpul. Mereka lebih memilih untuk bertempat tinggal di
selter pasar atau kost di dekat-dekat pasar. Hal tersebut lebih menghemat biaya transportasi. Seperti yang dikatakan oleh ibu “PA” selaku buruh
gendong yang berasal dari Gunung Kidul mengapa lebih memilih tinggal di selter:
“ Ya saya lebih pilih tinggal di selter pasar mbak, kalo saya bolak-balik sampai gunungkidul ya uang saya habis untuk biaya transport, di
samping itu badan saya juga gak kuat mbak kalo harus bolak - balik rumah tiap hari.” Wawancara,060514
Begitu juga dengan ibu “BA” yang berasal dari Kulon Progo mengungkapkan lebih memilih tinggal di pasar:
“ Kalau ibu tinggal di pasar kan tidak bayar mbak, paling cuma bayar biaya mandi sama nyuci dan makan aja untuk sehari - hari. Untuk
tempat tinggalnya ini kan sudah disediakan sama Kantor Yasanti mbak. Untuk hasil gendongan saya bisa saya tabung dan saya bawa pulang
kalau udah tiba waktunya pulang mbak.” Wawancara, 290414
Buruh gendong yang statusnya adalah warga urbanisasi sebagian besar lebih memilih untuk tetap tinggal di selter pasar. Selter tersebut merupakan