Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa, Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

WARUNG SAHIVA SEBAGAI PUSAT

INFORMASI HIV/AIDS DI KALANGAN

MAHASISWA

(Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP - USU Medan)

Oleh:

ENDANG R. SIPAHUTAR

030905009

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera..!

Puji dan syukur yang tidak terhingga dipanjatkan ke hadirat Allah Bapa yang di Surga atas kasih-Nya yang besar, karunia dan berkat-Nya, sehingga penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan ini. Sebagai pihak yang berperan penting dalam kehidupan penulis terutama dalam menyelesaikan masa perkuliahan dan akhirnya menyiapkan skripsi ini, Tuhan Yesus telah menunjukkan cinta terbesar-Nya dan mujizat-Nya. Penulis menyadari bahwa semua ini tidak mampu dilakukan tanpa campur tangan Tuhan dalam hidup penulis. Semua ini adalah karya Tuhan yang telah dirancang sedemikian sempurna.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya juga menyapaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tempat di mana penulis menerima Ilmu Pengetahuan dan tempat penulis menempah diri menuju pribadi yang cukup mapan.

2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, MA, selaku Ketua Departemen Antropologi, yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

3. Bapak Nurman Ahmad, S.Sos, M.Soc , selaku Dosen Wali yang bersedia memberika waktu, tenaga dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

4. Ibu Dra. Sri Emiyanti, Msi , selaku Dosen Pembimbing yang berperan penting dalam penyelesaian skripsi ini. Meskipun beliau memiliki


(3)

kesibukan yang banyak, tetapi tetap mampu bertanggung jawab dalam membimbing anak didiknya dari mulai mengarahkan sampai memberi sumbangan ide, pemikiran, pengetahuan serta masukan agar penulis menghasilkan skripsi yang baik.

5. Sekretariat Warung Sahiva, khususnya: Bang Benny (Manajer Program), Yenni (Kordinator Relawan), Fauzi, Ayu dan Relawan-relawan Sahiva yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Dengan penuh semangat dan keramahan membantu memberikan informasi yang dibutuhkan. Terima kasih untuk waktu, kesedian dan keramahan dalam membantu penulis. Karena itu semua, penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Terkhusus kepada kedua Orang Tua penulis, buat Ayahanda A.P Sipahutar dan Ibunda I.B Pardosi yang tidak henti-hentinya mengingatkan, menegur dan memberikan semangat bagi penulis agar segera menyelesaikan skripsi, memberikan materil yang tak ternilai harganya dalam penyusunan skripsi, memberikan materil yang tak ternilai harganya dalam penyusunan skripsi dan juga memiliki kasih saying yang besar sehingga mampu membesarkan dan mendidik penulis hingga bisa sampai tahap sekarang ini.

7. Kakanda-kakanda penulis: Monang Anton SE, Robert S SH, Ully Sigar SH, Ezer Weisman ST dan kakak ipar penulis Gresya Amd, Paul B SH serta keponakan penulis Putri dan Arjun. Terima kasih atas kasih sayang, semangat dan dorongannya. Penulis merasa bersyukur memiliki keluarga seperti kalian dan bangga menjadi bagian dari keluarga ini.


(4)

8. Keluarga-keluarga penulis: Opung, Tulang, Nantulang, Bapauda, Inanguda, Tante dan adik penulis.

9. Komunitas Antropologi seluruhnya, dimana selama bersama-sama menjalani perkuliahan telah memberikan dukungan dan kesan-kesan yang menyenangkan dan tak terlupakan. Khususnya kepada teman-teman terdekat yang telah berbagi pengetahuan, pengalaman, semangat, yaitu: Kak Nanda, Kak Rina, Kak Ika, Kak Triono Eci, Anis, Ade, Luna, Boy, Abeb, Abu, Ikwan, Syahputra, Sky, Siwa, Yetty, Putri, Corry.

10.Sahabat-sahabat terbaik: Ami, Kiki, Grace dan untuk Enda yang dengan keikhlasan dan kesabaran menemani penulis dari awal penyusunan skripsi sampai pada tahap akhir.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadari tidak luput dari kekurangan, namun segala hal dan masukan dan sarana-sarana dari segenap pihak yang dapat membantu akan penulis perhatikan. Demikian yang bisa penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna untuk berbagai pihak.

Terima Kasih! Tuhan Memberkati.

Medan, April 2008 Penulis

ENDANG R. SIPAHUTAR


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I. PENDAHULUAN I.1LatarBelakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 10

I.3 Tujuan Penelitian ... 11

I.4 Manfaat Penelitian ... 11

I.5 Lokasi Penelitian ... 12

I.6 Kajian Pustaka ... 12

I.7 Metode Penelitian... 20

I.7.1 Penentuan Informan ... 21

I.7.2 Teknik Observasi ... 21

I.7.3 Teknik Wawancara ... 22

1.8 Analisis Data ... 23

BAB II. GAMBARAN UMUM PUSAT INFORMASI WARUNG SAHIVA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) II.1 Sejarah Berdirinya Pusat Informasi Sahiva di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU) ... 25

II.2 Visi dan Misi Warung Sahiva ... 26

II.3 Tujuan Warung Sahiva ... 26

II.4 Struktur Kelembagaan ... 27

II.4.1 Profesi ... 27


(6)

II.4.2.1 Sumber Dana Sahiva ... 28

II.4.2.2 Fasilitas Sahiva ... 29

II.4.3 Sekretariat ... 29

II.5 Ruang Lingkup Program ... 30

II.5.1 Bidang Penelitian ... 30

II.5.1.1 Pelatihan Pendidikan Sebaya (Peer Educator) ... 30

II.5.1.2 Pelatihan Pemantapan Relawan ... 31

II.5.1.3 Pelatihan Training Of Trainer (TOT) ... 32

II.5.1.4 Pelatihan Dasar Konseling ... 32

II.5.2 Bidang Pemasaran Sosial ... 34

II.5.3 Bidang Administrasi Relawan Dan Dokumentasi... 35

II.5.4 Bidang Konseling ... 35

II.5.5 Bidang Penelitian Dan Pengembangan ... 36

II.6 Pendekatan Pendidikan Sebaya ... 36

II.6.1 Pengertian Pendidikan Sebaya ... 36

II.6.2 Kriteria Pendidikan Sebaya ... 37

II.6.3 Tugas dan Peranan Pendidikan Sebaya ... 38

II.7 Pendekatan KIE ... 39

BAB III. KONTRIBUSI SAHIVA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN HIV/AIDS DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU III.1 Relawan Sahiva Di FISIP USU ... 44

III.1.1 Kegiatan Relawan Sahiva Dalam Memaparkan Informasi HIV/AIDS ... 44

III.1.2 Mekanisme Kerja Relawan Sahiva Di FISIP USU ... 46

III.1.3 Jangkauan Kerja Sahiva... 48

III.2 Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU ... 49


(7)

III.3 Sikap Mahasiswa FISIP USU Terhadap Bahaya

HIV/AIDS ... 51

BAB IV. PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) TERHADAP KEBERADAAN SAHIVA IV.1 Kebutuhan Mahasiswa FISIP Terhadap Informasi HIV/AIDS ... 53

IV.2 Persepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Yang Di Gunakan Sahiva ... 55

IV.2.1 Pendidikan Sebaya ... 55

IV.2.2 Pendekatan KIE ... 58

IV.3 Persepsi Mahasiswa Terhadap Kinerja Sahiva ... 59

BAB V. KESIMPULAN Kesimpulan ... 61


(8)

ABSTRAK

Endang 2008, judul “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU Medan)”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 63 halaman, 6 gambar, 12 daftar pustaka ditambah 2 sumber lain yang berasal dari internet dan beberapa lampiran daftar pertanyaan (matrik interview guide), daftar informan, dokumentasi dan lampiran surat penelitian.

Penelitian ini mengkaji tentang “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan dengan teknik observasi non partisipasi dan observasi sepintas lalu, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, menggambarkan serta menganalisa Warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa yaitu mahasiswa FISIP-USU. Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk membantu orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan mengenai seks dan HIV/AIDS

Bagi sebagian mahasiswa menjadikan sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS bagi dirinya karena mereka merasa perlu mengetahui informasi HIV/AIDS dan mereka telah mendapatkannya dari Sahiva. Tetapi bagi sebagian mahasiswa pada umumnya sudah mengetahui HIV/AIDS bukan hanya dari Sahiva saja. Mahasiswa juga mendapatkan informasi HIV/AIDS dari luar seperti televisi, radio ataupun yang lainnya yang memberikan informasi HIV/AIDS. Sebagian mahasiswa merasa kegiatan dalam memberikan informasi HIV/AIDS yang diberikan oleh Sahiva belum sepenuhnya mereka dapatkan. Untuk warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa digunakan teori besar proses sosialisasi Ahmadi dan beberapa teori pendukung lainnya untuk menjelaskan proses sosialisasi tersebut.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sosialisasi HIV/AIDS yang diberikan oleh Sahiva khususnya pada mahasiswa tidak merata karena hanya beberapa mahasiswa saja yang mendapatkan informasi HIV/AIDS dan menginginkan sosialisasi HIV/AIDS lebih ditingkatkan lagi di kampus. Ini terbukti dari tanggapan mahasiswa terhadap sosialisasi HIV/AIDS yang dilakukan oleh Sahiva adalah cukup positif walaupun sebagian dari mahasiswa ada yang belum pernah merasakan Sahiva sebagai pusat Informasi HIV/AIDS karena mereka belum pernah mendapatkan informasi HIV/AIDSdari Sahiva.


(9)

ABSTRAK

Endang 2008, judul “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU Medan)”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 63 halaman, 6 gambar, 12 daftar pustaka ditambah 2 sumber lain yang berasal dari internet dan beberapa lampiran daftar pertanyaan (matrik interview guide), daftar informan, dokumentasi dan lampiran surat penelitian.

Penelitian ini mengkaji tentang “Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan dengan teknik observasi non partisipasi dan observasi sepintas lalu, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, menggambarkan serta menganalisa Warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa yaitu mahasiswa FISIP-USU. Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk membantu orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan mengenai seks dan HIV/AIDS

Bagi sebagian mahasiswa menjadikan sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS bagi dirinya karena mereka merasa perlu mengetahui informasi HIV/AIDS dan mereka telah mendapatkannya dari Sahiva. Tetapi bagi sebagian mahasiswa pada umumnya sudah mengetahui HIV/AIDS bukan hanya dari Sahiva saja. Mahasiswa juga mendapatkan informasi HIV/AIDS dari luar seperti televisi, radio ataupun yang lainnya yang memberikan informasi HIV/AIDS. Sebagian mahasiswa merasa kegiatan dalam memberikan informasi HIV/AIDS yang diberikan oleh Sahiva belum sepenuhnya mereka dapatkan. Untuk warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa digunakan teori besar proses sosialisasi Ahmadi dan beberapa teori pendukung lainnya untuk menjelaskan proses sosialisasi tersebut.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sosialisasi HIV/AIDS yang diberikan oleh Sahiva khususnya pada mahasiswa tidak merata karena hanya beberapa mahasiswa saja yang mendapatkan informasi HIV/AIDS dan menginginkan sosialisasi HIV/AIDS lebih ditingkatkan lagi di kampus. Ini terbukti dari tanggapan mahasiswa terhadap sosialisasi HIV/AIDS yang dilakukan oleh Sahiva adalah cukup positif walaupun sebagian dari mahasiswa ada yang belum pernah merasakan Sahiva sebagai pusat Informasi HIV/AIDS karena mereka belum pernah mendapatkan informasi HIV/AIDSdari Sahiva.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat. Dan agar manusia itu dapat mempertahankan keberadaannya di tengah kelompok, maka ia harus menyesuaikan diri terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok masyarakatnya.

Salah satu proses belajar yang harus dilalui oleh setiap individu untuk dapat memahami keadaan sistem sosialnya dan berperilaku sebagaimana warga masyarakat lainnya adalah dengan cara bersosialisasi.

Melalui sosialisasi seorang individu mempelajari pola-pola tingkah laku dari pergaulan atau interaksinya dengan individu-individu lain yang menduduki berbagai peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari (Koentjaraningrat, 1980 : 243). Dengan demikian boleh dikatakan bahwa sosialisasi dapat terjadi pada setiap lingkungan sosial manusia, dari tingkat yang paling sederhana yaitu keluarga dan kelompok kekerabatan sampai dengan tingkat yang lebih kompleks seperti pada lingkungan kampus atau kelompok sebaya.

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kebudayaan. Kebudayaan adalah seluruh sistem pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakannya untuk menginterprestasikan dan memahami lingkungan yang dihadapinya serta untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Parsudi Suparlan, 1981 : 16).


(11)

Proses sosialisasi merupakan proses dimana seorang individu belajar pola-pola tindakan dalam hubungan pergaulan dengan segala macam individu sekelilingnya, yang menduduki beraneka macam peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hal ini penempatan individunya kedalam sistem sosialnya. Juga melalui sosialisasi seseorang berangsur-angsur mengenal persyaratan-persyaratan atau tuntutan hidup dilingkungan budayanya. Sosialisasi dilaksanakan dengan berbagai cara yang berbeda oleh sejumlah orang dan dalam konteks sosial. Setiap kelompok masyarakat memiliki tata aturan, tata nilai, dan norma-norma yang berlaku. Hal mana telah terkonsensus dan menjadi acuan bagi setiap tata kelakuan individu pendukung dari kebudayaan kelompoknya. Proses mempelajari kebudayaan kelompok ini berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan manusia, dari sepanjang kehidupan manusia masa kini, dan dari generasi ke generasi.

Kodrat manusia hidup di dunia selalu bersama-sama dengan jenis atau kelompoknya. Kehidupan bersama-sama manusia menjadi satu keharusan sebab manusia mempunyai kebutuhan hidup yang tidak mungkin dapat dipenuhi srluruhnya tanpa ada bantuan dari orang lain. Wujud nyata dari suatu kehidupan bersama ini dapat berupa kelompok, institusi ataupun dalam bentuk lembaga.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa orang-orang yang ingin bergabung dalam suatu organisasi adalah orang-orang yang aktif bukan yang pasif, terutama organisasi yang terbentuk sebagai pemberi informasi, karena jika orang tersebut pasif, dia tidak akan mampu bergaul dengan baik didalam organisasi tersebut maupun diuar organisasi yang ada. Orang yang pasif tersebut


(12)

juga tidak akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga dia tidak akan mampu memberikan informasi yang aktual dan bersosialisasi dengan baik dengan sekitarnya.

Adapun HIV (Human Immuno Deficiency Virus) merupakan sejenis parasit obligat yang dapat hidup di dalam cairan media hidup. HIV hidup dan berkembang dalam sel darah putih manusia dan akan ada pada cairan yang mengandung sel darah putih, seperti: darah, cairan sperma, cairan vagina, sum-sum tulang belakang dan lain-lain. Maka penularan HIV terjadi dikarenakan : hubungan sex yang berganti-gantian pasangan, jarum suntik, transfusi darah, ibu hamil yang terkena AIDS pada bayinya. Tertular HIV disebut masa jendela, dimana dilakukan tes darah dan di dalam darah terdapat positif HIV. Setelah itu akan berlanjut ke masa tanpa gejala yakni 5-7 tahun. Pada masa ini penderita tampak sehat dan tidak ada gejala yang tampak. Lalu berlanjut ke AIDS, penderita mulai tampak gejala AIDS dan penderita bertahan 6 bulan sampai 2 tahun dan kemudian akan meninggal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindroma atau kumpulan gejala menurunkan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

HIV/AIDS pertama sekali ditemukan oleh ahli kesehatan di Kota Los Angeles, Amerika Serikat, pada tahun 1981, saat melakukan penelitian terhadap empat mahasiswa (pemuda). Dalam tubuh empat pemuda tersebut ditemukan penyakit peneumonia (Pneumonic Carini) yang disertai dengan penurunan kekebalan tubuh (imunitas). Dari hasil penelitian tersebut, para ahli kesehatan menemukan jalan untuk penemuan penyakit AIDS. Sedangkan virus HIV diketahui pada tahun 1983, oleh Lug-Montaigneur seorang ahli mikrobiologi


(13)

Perancis. Setahun setelah penelitian Lug, ahli mikribiologi asal Amerika Serikat yakni Robert Gallo menemukan HIV.

Pada 15 April tahun 1987 kasus HIV/AIDS ditemukan di Indonesia yakni seorang turis asal Belanda (Edward Hop, 44). Ia meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Sampai dengan tanggal 31 April 2007 jumlah kasus AIDS di Indonesia adalh 8988 orang. Penderita HIV+ sebanyak 5640 orang. Kasus AIDS terdapat di 32 provinsi dengan kasus tertinggi dimulai dari DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Penderita yang meninggal akibat AIDS adalah sebanyak 1994 orang.

Sedangkan di Sumatera Utara data yang diperoleh dari sejak tahun 1994-2007 January lebih banyak warga Negara Indonesia dibandingkan warga Negara asing. Dimana WNI (Warga Negara Indonesia) yang mengidap HIV adalah 25 orang, yang mengidap AIDS adalah 1 orang, dengan total 26 orang. Dimana total yang mengidap HIV WNI dan WNA adalah 470 orang dan untuk yang mengidap AIDS pada WNI dan WNA adalah 331 orang. Dan sebanyak 80 orang meninggal akibat AIDS.

Di Indonesia, pada tahun 2001 menteri kesehatan menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang terinveksi HIV/AIDS diperkirakan 80 ribu sampai 120 ribu orang. Perkiraan tersebut dibuat berdasarkan estimasi jumlah pemakai narkoba satu juta orang, sekitar 60% diantaranya menggunakan jarum suntik bergantian dan 15% terinfeksi HIV. Pada saat itu diperkirakan bahwa pada akhir tahun 2003 jumlah yang terkena HIV akan bertambah 2 kali lipat. Sedangkan kasus HIV/AIDS yang terungkap (tercatat), sejak penyakit itu melanda Indonesia


(14)

tahun 1987 sampai akhir Maret 2003 dicatat sebanyak 3.614 orang, 332 korban diantaranya meninggal dunia. Khusus untuk tahun 2003, kasus HIV/AIDS yang terungkap mencapai 46 kasus dengan rincian 4 korban terindikasi HIV dan 42 positif mengidap AIDS yang kasusnya tertinggi di Jakarta, kemudian Yogyakarta (10), Sulawesi Utara (5), Bali(4). Artinya epidemi HIV/AIDS yang nampak di depan mata hanya merupakan puncak dari gunung es yang ada dipermukaan air. Bahkan Departemen Kesehatan menyatakan bahwa kecenderungan epidemic concentrate level HIV/AIDS di beberapa daerah di Indonesia telah sampai pada lampu merah. Laporan Unicef, Unaids dan WHO pada tahun 2002 menyebutkan bahwa hampir semua infeksi HIV di Eropa Timur dan Asia Tengah terkait dengan narkoba suntik. Di negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, epidemi terjadi pada pengguna narkoba suntik dan pekerja seks dengan mayoritas umur dibawah 25 tahun. Selama kurun waktu 12 tahun sejak kasus HIV ditemukan di Indonesia pada 1987, hanya terdapat 6 kasus HIV dikalangan IDU (injecting drug user). Peningkatan yang sangat pesat terjadi setelah itu. Pada tahun 1999, tercatat sebanyak 300 kasus HIV dikalangan IDU. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa permasalahn IDU di Indonesia sudah saatnya dicermati karena ini dapat menyebabkan ledakan untuk penularan HIV. Data menunjukkan bahwa kelompok umur 15-24 tahun merupakan 29,8% dari2.649 orang pengidap virus HIV/AIDS di Indonesia.

Gaya hidup (lifestyle) anak anak muda sekarang juga mempunyai kontribusi terhadap munculnya HIV/AIDS. Contohnya , mereka (terutama remaja cowok) bangga memiliki tato atau menindik bagian-bagian tubuhnya. Mereka seolah menjadi remaja modern dan tidak kampungan. Banyak yang tidak


(15)

menyadari bahwa jarum yang digunakan untuk menato atau menindik tubuh mereka itu menjadi medium penularan HIV/AIDS. Pada dekade 1990-an faktor seks bebas menjadi penyebab utama penyakit mematikan tersebut. Minimnya informasi dan pengetahuan remaja soal bahaya HIV/AIDS, mulai penyebab hingga pencegahannya, menjadi faktor kesalahan dalam pergaulan. Namun, faktor penyebab itu bergeser ke penggunaan jarum suntik intrevenous drugs user (IDU) atau narkoba (putaw). Mereka tidak menyadari bahwa akumulasi penggunaan IDU bisa berujung pada penyakit yang mematikan itu. Dari hasil pemeriksaan terhadap para penderita, penyebab terbesar kasus HIV/AIDS diketahui karena penggunaan IDU.

Karena itu, kata Esti konsentrasi KPAD untuk mencegah virus HIV/AIDS saat ini terfokus ke anak-anak muda (remaja). Sebab, merekalah yang menjadi sasaran empuk HIV yang ditularkan melalui jarum-jarum suntik narkoba atau hubungan seks bebas. Mereka dihadapkan pada suasana pergaulan tak terkontrol di luar rumah yang begitu bebas.1

Warung Sahiva adalah suatu wadah atau pusat informasi dan konseling di kampus Universitas Sumatera Utara yang tentunya terdiri dari orang-orang yang menjadi satu kelompok membentuk menjadi suatu organisasi atau lembaga untuk membantu orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan mengenai seks dan HIV/AIDS. Dalam hal ini organisasi warung sahiva harus memiliki pengetahuan yang lebih mengenai HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan seks, agar mampu menjelaskan kepada orang-orang yang ingin tahu. Karena tujuan dari warung sahiva di kampus ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman


(16)

anak muda tentang kesehatan Reproduksi, Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS dan Napza terutama cara pencegahan dan penanggulangannya, maka orang-orang yang terlibat atau bergabung dalam warung sahiva ini harus aktif dalam pergaulannya, agar terwujud tujuan warung sahiva tersebut.

Adapun justifikasi awal dikembangkannya pusat informasi dan konseling di kanpus Universitas Sumatera Utara adalah :

• Adanya kebutuhan informasi HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi dan Napza.

• Adanya kecenderungan meningkatkan perilaku berisiko ( seks bebas dan menggunakan narkoba ) di kalangan mahasiswa.

• Sudah adanya wadah Bimbingan dan Konsultasi Mahasiswa yang memang berfungsi membantu mahasiswa yang bermasalah dalam proses belajar.

• Adanya tenaga-tenaga yang dapat mengembangkan Pusat Informasi dan Konseling HIV/AIDS terutama dari Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (http:/

Pengembangan warung Sahiva sebagai pusat informasi dan konseling merupakan salah satu upaya mempercepat keberhasilan tujuan program penanggulangan HIV/AIDS yang telah digariskan secara nasional. Ketidaktahuan menyebabkan ketakutan yang berlebihan. Tidak mengetahui cara penularan yang benar, menyebabkan orang takut untuk melakukan untuk melakukan kontak sosial biasa (berbicara, salaman dan sebagainnya) dengan Odha (orang dengan HIV/AIDS).


(17)

Pada dasarnya rasa ingin tahu para remaja terhadap HIV/AIDS cukup besar terbukti dari banyaknya peserta yang mengikuti seminar-seminar mengenai HIV/AIDS yang dilakukan dan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan. Namun, hal itu hanya berhenti sampai di situ karena kurangnya wadah yang dapat menampung “ rasa keingintahuan “ ini. Dibutuhkan suatu wadah yang dapat memberikan pelayanan secara berkesinambungan, komprehensif dan profesional.

Sejalan dengan meningkatnya kasus HIV (+), dalam waktu yang tidak lama tentunya harus diantisipasi meningkatnya kasus AIDS, yang pada saatnya memerlukan perawatan, dukungan dan pengobatan. Menurut AIDS Epidemic Updated 2004, kendala terbesar dalam penanggulangan AIDS di banyak negara termasuk Indonesia adalah kurangnya sumber daya dan kepemimpinan politik untuk segera meningkatkan skala penanggulangannya. Adapun infeksi HIV tidak semata-mata disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan cara-cara pencegahan HIV. Sering kali infeksi HIV terjadi karena tidak memiliki kekuatan ekonomi dan sosial untuk melindungi diri mereka.

Kampus Universitas merupakan tempat atau wadah bagi berbagai kegiatan mahasiswa mulai dari kuliah sampai dengan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Dengan dikembangkannya wadah informasi dan konseling di dalam kampus tentunya akan sangat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap HIV/AIDS, IMS, dan Reproduksi Sehat.

Dalam Warung Sahiva ini terdapat mahasiswa-mahasiswa USU yang terlibat dan bergabung dalam lembaga-lembaga ini. Jadi, bukan hanya orang-orang yang telah lulus dari perkuliahan. Oleh karena itu, para mahasiswa yang


(18)

terlibat dalam lembaga ini tentunya masih bergaul di lingkungan kampus atau mahasiswa-mahasiswa lainnya yang tidak terlibat dalam lembaga ini. Adapun pola penyampaian dan pendekatan yang di gunakan adalah metode pendidikan sebaya (peer education method). Karena dianggap lebih efektif dan sesuai dengan kelompok sasaran. Meskipun ditujukan terutama kepada anak muda/ mahasiswa. Penyebaran informasi yang dilakukan sahiva diharapkan juga dapat meningkatkan wawasan peduli AIDS dan Napza di kalangan Sivitas Akademik USU.

Efektifnya pola penyampaian dan pendekatan dengan metode pendidikan sebaya sebagai penyebaran informasi sahiva kepada mahasiswa sebagai sasaran utama maka mahasiswa-mahasiswa yang bergabung dalam warung sahiva ini harus bersosialisasi dengan baik dilingkungan sekitarnya terutama dilingkungan kampus FISIP USU.

Minimnya informasi yang benar tentang Kesehatan Reproduksi, HIV/AIDS dan Napza di kalangan remaja dan anak muda di kampus sangat mengkhwatirkan karena menimbulkan rasa aman yang semu. Seringkali mereka merasa bahwa mereka ( remaja / anak muda ) cukup aman dan tidak mungkin tertular HIV ataupun Infeksi Menular Seksual. HIV/AIDS dan IMS masih dianggap sesuatu yang menjadi “ milik “ kelompok pekerja seks, orang yang suka ‘ jajan ‘, maupun kelompok homoseksual.

Oleh sebab itu, sudah saatnya perlu dilakukan upaya perlindungan, pencegahan, dan penanggulangan HIV/AIDS ke arah kelompok ini secara lebih intensif dan komprehensif, salah satunya dengan mengembangkan warung sahiva dikampus Universitas Sumatera Utara secara khusus lembaga ini mengembangkan pola-pola KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) khususnya bagi mahasiswa /


(19)

remaja, melakukan pelatihan-pelatihan, temu-temu diskusi, seminar, lokakarya, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ikut membuka stand / meja informasi di setiap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini, baik institusi pemerintahan maupun swasta, didalam maupun diluar kampus. Secara rutin mengelar lesehan / tikar informasi di dalam kampus.

Karena keminimannya informasi yang benar tentang Kesehatan Reproduksi, HIV/AIDS dan Napza dikalangan mahasaiswa/i di kampus khususnya mahasiswa/i FISIP USU maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimana sesungguhnya sosialisasi Sahiva dan sejauh mana Sahiva memberi kontribusi dalam peningkatan pengetahuan & pemahaman tentang kesehatan reproduksi dikalangan mahasiswa/i FISIP USU.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah berikut uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan agar lebih mengarah pada penelitian yang dimaksud, yaitu :

1. Bagaimana sesungguhnya proses sosialisasi Sahiva dikalangan mahasiswa FISIP USU ?

2. Sejauh mana Sahiva memberi kontribusi dalam peningkatan dan pemahaman anak muda khususnya mahasiswa tentang kesehatan reproduksi ?


(20)

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi Sahiva dikalangan mahasiswa FISIP USU.

2. Untuk mengetahui bagaimana metode pendidikan sebaya yang digunakan oleh Sahiva

3. Untuk mengetahui sejauh mana Sahiva memberi kontribusi dalam peningkatan dan pengetahuan anak muda khususnya mahasiswa tentang kesehatan reproduksi.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian yang didapat berguna sebagai bahan bacaan untuk informasi pengembangan ilmu pengetahuan tentang HIV/AIDS di masyarakat khususnya dikalangan anak muda.

2. Hasil penelitian yang didapat berguna sebagai bahan referensi untuk informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi para instansi-instansi pemerintahan, lembaga formal maupun non formal (sekolah/akademik). 3. Hasil penelitian yang didapat berguna sebagai bahan bacaan untuk

informasi pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat khususnya anak muda yang peduli akan HIV/AIDS.

4. Menambah dan meningkatkan kemampuan serta wawasan penulis mengenai “Sosialisasi Sahiva”, serta melatih kemampuan dan keterampilan penulis dalam bidang penelitian sosial.


(21)

5. Diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bermutu.

I.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang merupakan salah satu fakultas dari Universitas Sumatera Utara (USU). Fakultas ini terletak di jalan Prof. Dr. Sofyan No. 1, Kampus USU Medan.

Alasan mengapa peneliti memilih lokasi ini karena posisi peneliti merupakan mahasiswa di kampus FISIP USU, sehingga peneliti diharapkan akan dengan mudah menjangkau lebih banyak infoman dimana informan tersebut merupakan teman-teman peneliti sendiri selama diperkuliahan untuk dapat diwawancarai ataupun mewawancarai informan yang belum dikenal melalui perantara informan yang telah dikenal. Dan peneliti ingin mengetahui dan melihat bagaimana sesungguhnya sosialisasi Sahiva dikalangan mahasiswa FISIP USU, dimana dalam hal ini sebenarnya informan terlepas dari posisi sebagai seorang mahasiswa.

I.6. Tinjauan Pustaka

Tujuan praktis dari pembinaan generasi muda adalah mengantarkan para pemuda (generasi muda) untuk memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya dalam pengembangan diri pribadi dan sosial mereka dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pengembangan yang dimaksud sebagai persiapan bagi masa depan mereka sebagai pewaris masa depan bangsa.


(22)

Pembinaan pemudan (generasi pemuda) tidak hanya dari segi pengetahuan dan keterampilan saja tetapi juga bersifat mental dan rohani. Untuk memperoleh kepandaian, kesadaran, ambisi dan aspirasi agar mereka menjadi orang pragmatis dan konstruktif, hanya dapat dimungkinkan apabila mereka dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga mereka dapat dikembangkan dan mengembangkan diri.

Pendidikan sebaya adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok. Ini dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan kerja, sesama profesi, jenis kelamin. Kegiatan sebaya dipandang sangat efektif dalam rangka KIE penanggulangan HIV/AIDS, karena penjelasan yang diberikan oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan mudah dipahami.

Kampus Universitas merupakan tempat atau wadah bagi berbagai kegiatan mahasiswa mulai dari kuliah samapai dengan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler. Dengan dikembangkannya wadah informasi dan konseling di dalam kampus tentunya akan sangat membantu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap HIV/AIDS, IMS, dan Reproduksi Sehat. Dalam perjalanannya, berbagai masukan langsung yang datang dari relawan melalui proses pendekatan sebaya menunjukkan bahwa kebutuhan informasi yang lebih mendalam sangat dibutuhkan.

Sosialisasi adalah proses dimana seorang individu belajar pola-pola tindakan dalam hubungan dengan segala macam individu disekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial dalam hidupnya sehari-hari. Sehingga sosialisasi merupakan proses penempatan individu di dalam sistem sosialnya atau


(23)

prosese belajar tentang kebudayan dalam hubungannya dengan sistem sosialnya (Koentjaraningrat, 1986 : 229).

Manusia dibekali oleh alam dengan akal budi untuk berfikir dan berkarya. Dengan adanya kesadaran akan eksistensi diri serta kemampuannya, dia berusaha memberikan bentuk baru atau bentuk lain yang lebih baik terhadap lingkungannya. Ralph Linton (1980 : 135) menyatakan bahwa setiap lingkungan suatu masyarakat menerangkan pola-pola yang mengatur bagaimana seharusnya individu bertingkah laku. Dalam pola-pola pergaulan, seorang individu harus menyesuaikan tingkah lakunya dengan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan sosialnya.

Sehubungan dengan masalah sosialisasi maka kebudayan sebagai alat adopsi manusia terhadap lingkungannya, ditransmisikan dari generasi tua ke generasi muda dalam masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Dalam proses sosialisasi ini, pola-pola baku yang telah ada dalam kebudayaan sebagai alat adopsi mendapat persambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini disebabkan karena proses sosialisasi itu tidak pernah selesai seratus persen tanpa kemajuan kearah yang lebih baik. Sosialisasi dapat diukur menurut tingkatan pengetahuan serta pengertian si individu tentang kebudayaan.

Dalam proses sosialisasi itu individu mengadopsi kebiasaan-kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain dan menyusun kembali sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya (Ahmadi, 1991 : 154). Pengadopsian kebiasan sikap dan ide-ide tersebut hanya terjadi melalui proses belajar mengenai hal-hal yang akan di adopsi tersebut atau dengan kata lain sikap dan kebiasan individu dalam mentransfer nilai-nilai merupakan proses imitasi atau meniru orang lain.


(24)

Disamping itu terdapat juga proses sosialisasi yang dialami oleh masyarakat yaitu sosialisasi partisipatoris dan sosialisasi represif. Sosilaisasi partisipatoris merupakan sosialialisasi yang didapat dari masyarakat. Bukan karena dipelajari tetapi oleh karena masyarakat itu sendiri yang mengalami dalam kehidupan mereka sehari-hari. Ketika masyarakat mengalami kehidupannya maka masyarakat tersebut dengan sendirinya akan mengalami proses sosialisasi ini karena setiap harinya diperhadapakan dengan kehidupan masyarakat tersebut. Sosialisasi represif merupakan sosialisasi yang dipaksakan kepada seseorang atau sekelompok orang karena tidak merasakan adanya kebebasan dalam bertindak.

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat. Menurut tahapannya, sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap :

1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. Dalam tahap proses ini sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi.

2. Sosialisasi sekunder, didefenisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah di sosialisasikan kedalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.

Untuk penelitian ini, sosialisasi sekunder merupakan pokok permasalahan yang akan dibahas, karena proses sosialisasi yang dipentingkan dalam karya ilmiah ini. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada tujuan terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus). Dan dalam hal ini yang menjadi


(25)

agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjan dan lingkungan yang lebih luas dari keluarga.

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan kelurga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, disekolah anak-anak diajarkan untuk merokok, meminum-minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.

Sosialisasi dapat berjalan karena ada agen atau perantara penyampai sosialisasi tersebut. Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Dikarenakan banyaknya kebiasaan didalam masyarakat yang harus dikuasai oleh seorang individu, maka agen sosialisasi juga mempunyai banyak bentuk dan varian.

Proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu, melalui proses belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir dari kelompok tersebut lebih lanjut (Verbriarto, dalam Khairuddin, 1998 : 63) menyimpulkan bahwa sosialisasi :

1. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan nama individu menahan, mengubah implus-implus dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayan.


(26)

2. Dalam proses sosialisasi itu, individu mempelajari kebiasan, ide-ide, pola-pola, nilai-nilai dan tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup.

3. Semua sikap dalam kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam kepribadiannya.

Dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang dicakup adalah : 1. Belajar (Learning)

Menurut Morgan T. C, 1985, belajar adalah sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang lalu. Sedangkan menurut Woodworth R. S, 1985, “ belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, dalam sesuatu yang baru ini dicamkan (artinya dimasukkan dalam fungsi ingatan) oleh individu yang ditampilkan kembali dalam lingkungan“.

2. Penyesuaian diri dengan lingkungan

Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu tidak dapat begitu saja untuk melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan di luar dirinya, baik lingkungan fisik maupun, lingkungan sosial. Dimana lingkungan ini mempunyai aturan dan norma-norma yang membatasi tingkah laku individu tersebut.


(27)

3. Pengalaman mental

Pengalaman seorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang, dimana didahului oleh sikap terbentuknya suatu kebiasaan yang menimbulkan relasi yang sama (Khairuddin, 1985 : 79-83).

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut (George Herbert Mead, 2000) :

• Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh; kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami betul oleh anak, lama kelamaan anak akan memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.


(28)

• Tahap meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini dimulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai berbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).

• Tahap siap bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarga secara bertahap juga mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.


(29)

• Tahap peneriman norma kolektif (generalized Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Proses sosialisasi seseorang dapat menerima dan juga dapat menolak sosialisasi tergantung pada apa yang di sosialisasikan serta cara mensosialisasikannya. Orang-orang yang di sosialisasikan dapat bersifat aktif ataupun pasif tergantung seberapa jauh keterlibatan mereka pada orang yang mensosialisasikannya.

I.7. Metode Penelitian

Tipe penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha mengumpulkan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan permasalahan yang akan dibahas nantinya. Untuk mencapai sasaran yang akan dituju yang mendeskrifikan bagaimana Warung Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS di kalangan mahasiswa, maka dilakukan pengumpulan data. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :


(30)

I.7.1. Penentuan Informan

Sebelum melakukan wawancara mendalam maka terlebih dhulu mencari beberapa informan sebagai sumber data, adapun wawancara yang dilakukan yaitu mewawancarai orang yang berperan serta dalam lokasi penelitian tersebut yaitu berupa pengurus Sahiva, anggota dan lain-lain. Si peneliti menggunakan teknik snowball dalam penentuan informan terutama informan kunci.

Setelah mendapatkan informasi dari pengurus Sahiva, maka dilanjutkan wawancara dengan orang yang lebih merasakan sejauh mana Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS yaitu berupa anggota-anggota Sahiva serta orang yang berada dilingkungan Sahiva.

Untuk memperkuat data yang diinginkan di dalam penelitian ini, maka wawancara ini juga tidak dibatasi kepada orang-orang tertentu saja tetapi melainkan juga ditambah dengan cara mewawancarai beberapa orang mahasiswa yng berada di lokasi penelitian.

I.7.2. Teknik Observasi

Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran penuh mengenai Sahiva sebagai pusat informasi HIV/AIDS dikalangan mahasiswa (studi kasus pada mahasiswa FISIP-USU Medan). Dalam hal mengobservasi ini maka si peneliti menggunakan dua macam teknik observasi yaitu :

a. Observasi non partisipasi

Dalam melakukan observasi non partisipasi ini si peneliti mengamati secara langsung warung Sahiva tersebut sebagai pusat informasi HIV/AIDS


(31)

dikalangan mahsiswa. Juga melihat kontribusi sahiva dalam peningkatan dan pemahaman mahasiswa tentang kesehatan reproduksi.

b. Observasi sepintas lalu

Observasi biasa ini dilakukan si peneliti untuk memperkuat data yang telah dapat dari hasil wawancara dan hal ini bisa dilakukan kapan saja ketika si peneliti berada pada lokasi penelitian.

I.7.3. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:226), antara lain : mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan. Mengkontruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatn-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; mengverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun tidak manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang dikembangkan oleh si peneliti (Lexy J. Moleong, 2005:186).

Adapun dalam pengumpulan data si peneliti menggunakan beberapa teknik wawancara untuk mendapatkan data dari informan. Wawancara mendalam (dept interview) dalam penelitian ini wawancra mendalam (dept interview) digunakan untuk memperoleh data tentang Sahiva sebagai pusat informasi


(32)

HIV/AIDS dikalangan mahasiswa dengan berpedoman kepada interview quide sebagai acuan dalam wawancara. Pada kejadian dilapangan, untuk wawancara mendalam ini peneliti membuat perjanjian dengan informan dalam waktu yang tepat untuk di wawancarai. Tetapi kadang-kadang yang menjadi kendala adalah ketika si peneliti membuat perjanjian dengan informan yang berada kota tempat peneliti melakukan penelitian adalah kesulitan didalam menepati janji dikarenakan waktu.

Wawancara tak berstruktur, wawancara ini dilakukan tanpa persiapan terlebih dahulu dan biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan si informan. Dalam pengumpulan data dilapangan wawancara tak berstruktur ini banyak dilakukan terhadap informan biasa yang sedang berada dilingkungan kampus si peneliti. Kedua wawancara diatas tadi akan di dukung pula oleh alat-alat pengumpulan data lainnya seperti, tape recorder, dan kamera sebagai dokumentasi.

Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan peneliti juga mencari data kepustakaan. Data kepustakaan itu dapat berupa buku-buku, majalah, surat kabar dan tulisan-tulisan lainnya, yang dipilah-pilah untuk kemudian diambil sesuai dengan kepentingan kajian atau masalah yang dibahas, dengan tujuan dapat menambah pemahaman penulis terhadap permasalahan yang diteliti.

I.8 Analisis Data

Pada tahap analisis ini, peneliti memeriksa ulang kembali data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis


(33)

secara kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara disusun sesuai dengan sistematika penulisan.

Tahap pertama yang dilakukan di dalam menganalisis data yang sudah di dapat dilapangan adalah mengumpulkan data yang sejenis kedalam kategori-kategori yang telah di tentukan (pengklasifikasian data yang sejenis). Setelah dilakukan pengelompokan maka peneliti memeriksa kembali dan mengelompokan kedalam ketegori yang lebih kecil sehingga peneliti mudah menuliskan data yang sudah di dapat.

Data yang dituliskan tersebut diperkuat dengan data kepustakaan terutama yang berupa teori-teori yang memperkuat data lapangan yang di analisis. Dalam menulis dan menganalisis peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil observasi yang peneliti dapat pada saat berada di lapangan sebagai penguat data hasil wawancara yang telah di klasifikasikan tadi.


(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM PUSAT INFORMASI SAHIVA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA (USU)

II.1. Sejarah Berdirinya Pusat Informasi Sahiva Di Kampus Universitas

Sumatera Utara (USU).

Nama “warung sahiva” yang sedikit ‘gaul’ diberikan untuk menghindari kesan ‘kaku’, sehingga diharapkan orang dapat mempergunakan wadah ini sebagai tempat yang nyaman dan ramah untuk memperoleh informasi dan konseling, bukan hanya untuk orang-orang yang bermasalah. Pada awalnya merupakan pengembangan dari Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM) Universitas Sumatera Utara. Sebagai salah satu dari 10 proyek inovatif yang mendapat bantuan dari UNDP INS/95/005/A/01/99 sebagai pilot project, melalui Komisi Penanggulangan Narkoba Daerah (KPAND) Sumatera Utara. Sahiva mulai melaksanakan kegiatannya bulan Agustus 1998. Sosialisasi Sahiva pertama dilakukan di depan para Pembantu Dekan III se-USU pada 7 Oktober 1998. Tanggal tersebut diperingati sebagai hari berdirinya Sahiva.

Setelah sosialisasi diadakan peluncuran Sahiva di Biro Pusat Administrasi USU (Biro Rektor) di hadapan Senat Guru Besar USU, Dekanat, wakil dari perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Medan, Kepolisian dan Pemerintahan pada April 1999. Peluncuran Sahiva ini juga dihadiri wakil dari UNDP, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, dan Dirjen Dikti Jakarta.

Agustus 1998 Sahiva membuka ‘warung’ pertama kalinnya di lantai II Gedung BKBM USU di Jalan Universitas No. 22. Tetapi sejak tahun 1999 Sahiva


(35)

sudah berdiri sendiri, lepas dari manajemen BKBM. Dan mulai dari 22 April 2000-2005, Sahiva berlokasi di Jalan Perpustakaan No. 1, Kampus USU Medan. Sekarang Sahiva berada di Jalan Universitas No. 22 Kampus USU Medan. Dan hampir 1,5 tahun atau tepatnya tahun 2006 berada di lantai II Gedung BKBM yang merupakan awal ‘warung’ Sahiva. Di bawah naungan UBK (Unit Bantuan Kemanusiaan), yang sama-sama bergerak di bidang sosial. Tetapi semua kegiatan Sahiva di jalankan sendiri karena Sahiva bersifat Mandiri.

II.2. Visi Dan Misi Sahiva

• Visi

Sebagai Pusat Informasi dan Konseling HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi, dan Napza.

• Misi

•Melakukan informasi dan layanan mengenai HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi, IMS, dan Napza kepada masyarakat, khususnya mahasiswa.

•Melakukan pelatihan, seminr, diskusi, dan penelitian dengan HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi, dan Napza.

II.3. Tujuan Sahiva

Secara umum tujuan pengembangan warung sahiva di kampus adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak muda tentang Kesehatan Reproduksi, Infeksi Menular Seksual, HIV/AIDS, dan Napza terutama cara pencegahan dan penanggulangannya. Secara khusus lembaga ini mengembangkan pola-pola KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) khususnya bagi


(36)

mahasiswa/remaja, melakukan pelatihan-pelatihan, temu-temu diskusi, seminar, lokakarya, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu sebagai pusat informasi, Sahiva juga mengembangkan penelitian dan kajian yang dilakukan sendiri ataupun bekerjasama dengan lembaga/instansi lain.

II.4. Struktur Kelembagaan

II.4.1. Profesi

Sejak tahun 1998 sampai dengan 2004, Sahiva telah beberapa kali mengalami perubahan Sumber Daya Manusia. Awalnya kepengurusan Sahiva terdiri dari beberapa orang yaitu terdiri Koordinator Lembaga (dr. Linda T Maas, MPH), Sekretaris/Bendahara (Filia Dina A, S.Sos) dan Staf Proyek (Gita Kencana, SKM). Berkembangnya program membuat Sahiva mengajak rekan-rekan yang peduli yaitu Yenny Nuraini Lubis, S. Sos (1999-2001) dan Cut Para Widian, SKM (2002-2003) untuk bergabung sebagai staf.

Sampai dengan sekarang, Struktur Kepengurusan warung Sahiva USU yang disahkan dengan SK Rektor USU Nomor 554/J05/SK/KP/2004 adalah sebagai berikut : Penanggungjawab, Direktur Program, Asisten, Manajer Program, Sekretaris/Bendahara, Staf, Bagian Rumah Tangga.

Ujung tombak Sahiva adalah para relawan-relawannya, karena itu untuk menjalankan misinya, Sahiva dibantu oleh relawan-relawan yang mengembangkan bidang-bidang kegiatan. Relawan adalah sebutan untuk semua orang yang mau bergabung, meluangkan waktu dan membantu Sahiva dalam menyebarkan informasi yang sesuai dengan visi dan misi Sahiva.


(37)

Pada dasarnya relawan Sahiva adalah Pendidik Sebaya, tetapi tidak dibatasi hanya kepada orang yang sudah mengikuti Pelatihan Sebaya saja.

1. Relawan Lepas : Yaitu siapa saja yang mau membantu kegiatan-kegiatan Sahiva pada suatu kegiatan tertentu, belum mengikuti Pelatihan Dasar. 2. Relawan Muda : Sudah mengikuti Pelatihan Dasar Pendidikan Sebaya

Sahiva.

3. Relawan Inti : Sudah mengikuti pelatihan pemantapan Sahiva atau sudah bergabung dan aktif mengikuti kegiatan Sahiva sekurangnya enam bulan. Relawan inti yang menunjukkan keaktifannya akan diberi tanda penghargaan berupa vest, topi, dan emblem Sahiva yang diserahkan pada saat tak terduga. Relawan inti juga berhak memperoleh Surat Keterangan sebagai Relawan Inti. Selain penghargaan kepada relawan, Sahiva juga memberikan anugerah penghargaan kepada orang-orang yang dianggap berjasa membantu pengembangan Sahiva dan peduli. Penghargan yang diberikan adalah rompi dan topi yang bertuliskan Sahiva.

Struktur Kepengurusan Relawan Inti warung Sahiva saat ini adalah sebagai berikut : Koordinator Relawan, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara Umum, Bendahara Kegiatan, Bendahara Harian, Koordinator Kegiatan.

II.4.2 Administrasi

II.4.2.1 Sumber Dana Sahiva

Adapun sumber dana warung Sahiva adalah Donatur Tetap, Donatur Lepas, Sponsor, Sumbangan, Kas Sahiva yang berasal dari iuran anggota setiap seminggu sekali dan Fundaraising/ Usaha-usaha Mandiri.


(38)

II.4.2.2 Fasilitas Sahiva

• Memfasilitasi pelatihan dan penyuluhan mengenai HIV/AIDS, Narkoba dan Kesehatan Reproduksi (Kespro).

• Menyediakan wahana konseling dan diskusi tentang kesehatan masyarakat terutama HIV/AIDS, Narkoba dan NAPZA.

• Menyediakan alat-alat penyampaian informasi melalui brosur, Leaflet, Stiker, Poster, CD dan alat-alat peraga lainnya.

• Perputakaan yang berisikan buku-buku mengenai HIV/AIDS, KESPRO dan NAPZA.

II.4.3 Sekretariat

Warung (ungkapan yang sering dipakai relawan Sahiva USU untuk menyebut sekretariat) organisasi Sahiva USU terletak di lingkungan kompleks USU, tepatnya di Jalan Universitas No. 22 Kampus USU Padang Bulan Medan, dengan kode pos 20155.

Bersebelahan dengan MENWA (Resimen Mahasiswa), di sebelah kiri Asrama Puteri dan di depan gedung Sahiva terdapat bangunan gedung Fakultas Sastra. Bangunan warung Sahiva USU terlihat nyaman dan asri. Sekeliling bangunan ada pepohonan dan bunga-bunga yang membuat warung sahiva terlihat asri dan nyaman.

Bangunan warung Sahiva terdiri dari dua lantai, lantai satu terdapat lima ruangan yang masing-masing memiliki fungsi sendiri. Kelima ruangan tersebut adalah ruang rapat, ruang tamu, ruang manajer Sahiva, kamar mandi dan dapur. Lantai dua terdapat lima ruangan yang masing-masing memiliki fungsinya


(39)

sendiri-sendiri. Kelima ruangan tersebut adalah di sebelah kanan terdapat kamar mandi dan ruang rapat. Disebelah kiri terdapat ruang lesehan sahiva, ruangan khusus untuk menyimpan arsip-arsip Sahiva dan ruangan pelatihan.

Bagi beberapa anggota, warung Sahiva merupakan rumah mereka dimana mereka menggunakan warung Sahiva sebagai tempat berkumpul untuk berdiskusi dan tempat beristirahat bagi mereka. Ruang lesehan yang hanya selebar 4 x 4 meter, yang di penuhi lemari-lemari yang berisikan buku-buka, foto-foto relawan dan poster-poster atau gambar-gambar mengenai HIV/AIDS di dinding, dan satu buah televisi dijadikan para relawan sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi.

Sore hari selepas segala aktifitas kuliah berakhir, disitulah waktu berkumpulnya anggota di warung. Baik didalam gedung maupun di halaman, para anggota berkumpul dengan berbagai aktifitas yang dilakukan. Diskusi, rapat, membaca, nonton televisi hingga bergosip membicarakan hal-hal yang berkembang saat ini merupakan aktifitas yang bisa dilihat saat itu.

Dan bila malam semakin larut atau tidak ada lagi kegiatan dan aktifitas yang dilakukan lagi di warung, barulah mereka pulang ke rumah dan kos-kosan.

II.5. Ruang Lingkup Program

II.5.1 Bidang Penelitian

II.5.1.1 Pelatihan Pendidikan Sebaya (Peer Educator)

Dalam pelatihan ini mengadakan kegiatan pelatihan selama 2 hari bagi relawan baru, dimana relawan baru itu maksimal sebanyak 25 orang. Adapun pelatihan yang diberikan adalah pelatihan dasar dan materi-materi dasar.


(40)

Adapun materi-materi yang di berikan saat pelatihan adalah sebagai berikut :

• Hari pertama, materi yang diberikan adalah :

• Dinamika kelompok

• Kesehatan reproduksi (Kespro), Infeksi Menular Seksual (IMS)

• HIV/AIDS

• Wild Five

• Hari kedua, materi yang diberikan adalah :

• Narkotika, Psikotropika, and Zat Adiktif (NAPZA)

• Pendidikan Sebaya

• Perubahan Perilaku : Moral dan Agama

• Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Adapun kegiatan pelatihan ini diadakan dari pukul 08.00 sampai 17.00 wib atau mengikuti keadaan di lapangan. Dan dalam kegiatan ini juga di adakan GAMES seperti permainan atau perlombaan yang di buat oleh anggota itu sendiri, agar para relawan baru merasakan penyegaran dan dapat membuat pelatihan tersebut dapat lebih mudah di mengerti karena di lakukan dengan cara pendekatan pendidikan sebaya.

II.5.1.2 Pelatihan Pemantapan Relawan

Kegiatan pelatihan ini biasanya diadakan diluar lokasi Sahiva, sering diadakan dluar kota seperti; Sibolangit. Dalam pemantapan relawan Sahiva memanggil pemateri dari luar Sahiva yang mengetahui tentang HIV/AIDS maupun materi yang ingin dibahas dan didiskusikan dan dari dalam Sahiva itu


(41)

sendiri seperti senior-senior Sahiva. Pemantapan relawan itu dilakukan setelah 3 bulan pelatihan pendidikan sebaya atau bisa di katakan relawan aktif selama kurang lebih 3 bulan maka relawan dapat mengikuti pelatihan pemantapan relawan tersebut.

II.5.1.3 Pelatihan Training of Trainer (TOT)

Dalam pelatihan ini diadakan pedalaman materi, diskusi, kelompok kecil, cara penyampaian dan membahas suatu hal-hal yang sedang berkembang mengenai HIV/AIDS, Kespro dan IMS (Infeksi Menular Seksual). Pelatihan tersebut dilakukan selama satu bulan. Dan yang menjadi training of trainer adalah dua angkatan di atas dari angkatan yang ada sekarang.

II.5.1.4 Pelatihan Dasar Konseling

Dalam pelatihan ini diadakan pedalaman pelatihan dasar konseling dengan memanggil mitra-mitra Sahiva dan dari KPA ataupun dari LSM-nya langsung. Memberikan pelayanan di bidang konseling berkaitan dengan isyu HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi (KESPRO) dan NAPZA kepada para relawan yang mengikuti pelatihan dasar konseling.

Sampai dengan Februari 2008, Sahiva sudah melakukan Pelatihan Pendidikan Sebaya Relawan Sahiva sebanyak 22 angkatan. Pelatihan untuk relawan dilakukan dengan bantuan dari UNDP (4 angkatan), STARH (Sustainable Technical Assistance for Reproduktive Health and Family Planning) sebanyak 4 angkatan, dan swadana peserta pelatihan.


(42)

Kerjasama dalam melakukan pelatihan untuk lembaga tertentu juga dilakukan Sahiva, antara lain:

• Pelatihan Pendidikan Sebaya untuk Relawan lathiva IAIN Sumatera Utara

• Pelatihan Kader Pendidikan Sebaya untuk Putra-Putri Polri (POLDASU)

• Pelatihan Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS Untuk Siswa SLTA, Mahasiswa, dan Guru SLTA (Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional)

• Pelatihan Pendidik Sebaya Korps. Sukarela Palang Merah Indonesia-KPAND SU

• Pelatihan Pendidikan Sebaya Untuk Siswa/Siswi SMU Plus Sipirok (Komisi Penanggulangan AIDS dan penyalahgunaan Narkoba Daerah Sumatera Utara)

• Pelatihan Pendidik Sebaya Untuk Remaja Kelompok Agama (2 angkatan STARH)

• Pelatihan Pendidik Sebaya Untuk Santri/Santriah Pesantren Darul Arafah

• Pelatihan Pendidik Sebaya Untuk Remaja Gereja Mitra kerja dari United Evangical Mission Asia (UEM Asia)

• Pelatihan Pendidik Sebaya dengan remaja dari Yayasan Pandita Sabha Budha Dharma Indonesia daerah Sumut.

Selain mengkemas pelatihan secara khusus, Sahiva juga sering diundang lembaga ataupun institusi lain untuk menjadi pembicara, narasumber, fasilitator, baik di dalam Kota Medan maupun kabupaten lain di Sumatera Utara.

Ini dikarenakan kepercayaan yang demikian besar terhadap Sumber Daya Manusia terlatih yang dimiliki Sahiva. Meskipun demikian Sahiva terus berupaya


(43)

untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas SDM-nya dengan mengikutsertakan dalam pelatihan di dalam dan luar negri.

Termasuk dalam bidang pelatihan adalah melaksanakan diskusi-diskusi untuk remaja, dengan pembahasan yang bervariasi pada setiap minggunya.

II.5.2. Bidang Pemasaran Sosial

Untuk percepatan penyebaran informasi di kelompok yang lebih luas, Sahiva melakukan kegiatan-kegiatan :

• Pengembangan homepage Sahiva di http:/

• Penyebaran informasi melalui radio, Mei 1999 sampai dengan Juli 2003 secara rutin Sahiva ikut dalam talk show di Radio KISS FM Medan dalam Forkesting Interaktif

• Expo Sahiva, yaitu suatu acara yang memadukan pementasan musik, parody, perlombaan (cheer leaders, karikatur), pameran yang dimaksudkan untuk menjadi ajang kreatifitas anak muda, hiburan, dan penuh informasi (1998, 1999)

Ikut membuka stand/meja informasi di setiap kegiatan yang dilakukan oleh lembaga lain, baik institusi pemerintahan maupun di luar kampus. Secara rutin menggelar lesehan/tikar informasi di dalam kampus.

Ikut dalam kompetisi pembuatan video cerita pendek yang diselenggarakan oleh Malaysia Video Award On AIDS yang mengangkat pentingnya informasi yang benar tentang HIV/AIDS dan peran pendamping Odha. Dalam hal ini, Sahiva dengan Finally I Got The Answer berhasil meraih penghargaan Special mention dalam Kategori Amatir (tahun 1999).


(44)

Selalu berpartisipasi dalam agenda dunia memperingati Hari AIDS Sedunia pada tanggal 1 Desember dan Malam Renungan AIDS tiap tahunnya untuk menggugah kepedulian masyarakat umumnya, dan anak muda/remaja khususnya.

II.5.3 Bidang Administrasi Relawan dan Dokumentasi

Sahiva sangat menghargai relawan-relawannya sebagai ujung tombak. Upaya untuk ‘menjaring’ relawan dan mempertahankan relawan terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan mendorong relawan agar mengorganisasikan diri dalam sebuah ikatan. Atas inisiatif relawan, dan selanjutnya memiliki dan mangatur kas relawan, serta mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan relawan, seperti biodata, buku ‘curhat’, rekapitulasi relawan, daftar piket, dan sebagainya.

II.5.4 Bidang Konseling

Memberikan pelayanan di bidang konseling berkaitan dengan isyu HIV/AIDS, Kesehatan Reproduksi dan Napza. Dalam memberikan layanan konseling, jika perlu Sahiva akan melakukan rujukan ke lembaga/pihak lain. Untuk itu Sahiva sudah memiliki jaringan kerja sama dengan lembaga/instansi peduli AIDS dan Narkoba lainnya, seperti LSM JKM, PKBI-Sumatera Utara, PIKIR-PKPA, Galatea, RS. Adam Malik, Laboratorium Kesehatan Daerah, dan sebagainya.


(45)

II.5.5 Bidang Penelitian dan Pengembangan

Sebagai Pusat Informasi, Sahiva melakukan survey awal tentang tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa USU terdapat HIV/AIDS pada tahun 1998.

Survey sederhana mengenai perilaku seks Mahasiswa USU pada Hari AIDS Sedunia tahun 2000.

Dalam penelitian dan pengembangan, tahun 2001 Sahiva mendapat kepercayaan dari Save The Children US untuk melakukan Base Line Survey, terhadap 500 anak jalanan di Kota Medan, terutama berkaitan dengan perilaku kesehatan mereka.

Base Line Survey tentang perilaku yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja pada April 2004, bekerja sama dengan STARH.

II.6 Pendekatan Pendidikan Sebaya

II.6.1 Pengertian Pendidikan Sebaya

Pendidikan sebaya adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok. Ini dapat berarti satu kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesame rekan kerja, sesame profesi, jenis kelamin.

Kegiatan sebaya dipandang sangat efektif dalam rangka KIE penanggulangan HIV/AIDS, karena penjelasan yang diberikan oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan mudah dipahami.


(46)

1. Pendidikan sebaya dapat menyampaikan pesan-pesan sensitif di dalamnya.

2. Pendidikan sebaya merupakan peran serta masyarakat dalam dukungan dan melengkapi program lain yang berkaitan dengan strategi masyarakat lainnya.

3. Kelompok target lebih merasa nyaman berdiskusi dengan sebaya mengenai masalah mereka seperti seksualitas.

4. Pendidikan sebaya memberikan pelayanan besar yang efektif dengan biaya sedikit.

II.6.2 Kriteria Pendidikan Sebaya

Pendidikan sebaya adalah orang yang dipilih karena mempunyai sifat kepemimpinan dalam membantu orang lain.

Pemilihan pendidikan sebaya menuntut sejumlah persyaratan sebagai berikut :

1. Harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mampu mempengaruhi teman sebaya.

2. Harus mempunyai hubungan pribadi yang baik serta mempunyai kemampuan mendengarkan orang lain.

3. Harus mempunyai latar belakang budaya yang sama dengan kelompoknya (termasuk usia, jenis kelamin, tingkat sosial).

4. Harus dapat diterima dan dihargai oleh kelompok yang menjadi sasaran pendidikan sebaya.


(47)

6. Harus dapat menunjukkan sikap yang menghargai serta menghargai orang-orang yang terinfeksi HIV/AIDS.

7. Harus mempunyai rasa percaya diri sendiri menunjukkan sikap kepemimpinan.

8. Harus mampu melakukan pendidikan sebaya dan melakukan tes kognitif pada akhir penelitian.

9. Harus mempunyai waktu dan sumber daya untuk diabadikan dalam tugas ini.

II.6.3 Tugas dan Peranan Pendidikan Sebaya

1. Mengadakan diskusi informal dalam kelompok kecil tentang HIV/AIDS.

2. Mengorganisir dan mengadakan diskusi kelompok secara formal tentang HIV/AIDS.

3. Mengajarkan teman sebaya tentang kesehatan reproduksi, pendektisian dan pengobatan terhadap penyakit menular seksual.

4. Mengorganisir pertemuan mengenai masalah pendidikan (untuk dibicarakan oleh orang lain).

5. Mengikuti kegiatan hari AIDS sedunia dan kegiatan nasional dibidang penanggulangan AIDS lainnya.

6. Mengadakan pertemuan secara teratur. 7. Mendistribusikan materi pendidikan.

8. Memamerkan poster dan materi pendidikan lainnya. 9. Mengadakan pertukaran video dan sejenisnya.


(48)

10.Merancang dan mengembangkan materi untuk kegiatan pendidikan. 11.Mengadakan drama, operet dan sejenisnya.

12.Mengorganisir kegiatan olahraga.

Kegiatan pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja, kapan saja asalkan berada dalam lingkungan yang kondusif. Pada prinsipnya ada kesepakatan antara pendidik sebaya dengan teman sebaya untuk mengadakan suatu diskusi penyampaian informasi yang diharapkan. Tempat kegiatan ini dapat dilakukan dikantin, di halaman kampus, tempat lain dimana memungkinkan adanya tukar informasi dalam rangka pendidikan sebaya.

Sahiva memberi pemahaman dengan metode pendidikan sebaya (Peer Education Methode) yaitu dengan cara pendekatan dan penyampaian langsung pada kelompok sasaran karena metode ini dirasa lebih efektif dan tepat sasaran.

II.7 Media KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi)

KIE (Komunikasi, Informasi Dan Edukasi) penangulangan HIV/AIDS dan Narkoba adalah rangkaian proses yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan sistematis, terencana dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap positif terhadap HIV/AIDS dan Narkoba dengan memperhitungkan factor sosial, budaya dan agama. Dengan kata lain bahwa KIE – penanggulangan HIV/AIDS dan Narkoba adalah kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan pendidikan dan memberikan informasi yang tepat dan benar tentang HIV/AIDS agar relawan dapat mengembangkan dirinya sendiri serta orang lain dalam mencegah penularan HIV/AIDS dan bahaya penyalahgunaan Narkoba.


(49)

Informasi dan pendidikan yang efektif untuk program pencegahan HIV tidak hanya tergantung pada mengembangkan pesan yang jelas dan berarti tetapi juga dapat meyakinkan bahwa pesan itu di dengar. Bagaimana kita menyampaikan pesan tergantung audien yang ingin kita pilih. Cara ini dapat melalui mass media (radio, televisi, koran), brosur atau poster, teater, musik dan sebagainya.

Secara umum media KIE dikelompokkan dalam media elektronik, media grafika, media luar ruangan dan media tradisional. Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Beberapa jenis media yang mempunyai daya ungkit paling bermakna untuk melaksanakan KIE ialah:

1. Televisi

Mempunyai jangkauan yang luas atau dapat masuk ke semua tatanan, khususnya di rumah-rumah. Kelemahannya : pesan terlalu umum, tidak menjamin pada peningkatan perilaku. Perlu ditindaklanjuti dengan penyuluhan/media lain.

2. Radio

Seperti TV juga dapat menjangkau banyak pihak dan ada yang sudah membuka dialog langsung dengan pendengar. Kelemahan : pesan-pesan juga teralalu umum, kurang menjamin peningkatan perilaku yang bertanggung jawab. Untuk itu, juga perlu tindak lanjut dan atau dibarengi dengan cara penyuluhan lain.

3. Poster

Dapat dipasang di berbagai tempat yang strategis dan sering dapat merangsang orang untuk berfikir/merenung tentang pesan poster


(50)

tersebut. Kelemahannya : pesan-pesannya juga terlalu umum, perlu diikuti dengan cara penyuluhan lain.

4. Leaflet

Dapat memberikan informasi yang relative cukup jelas tetapi ringkas dan dapat dibawa kemana-mana. Kelemahannya : informasi terbatas, untuk itu perlu diberikan alamat rujukan dan dibarengi dengan cara-cara penyuluhan lain.

5. Media Lainnya

Masih banyak media lain seperti film layer lebar, sinetron, surat kabar, media luar ruang, media tradisional dan lain-lain yang masing-masing tentu ada kelebihan dan kekurangan.

Memproduksi media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) berupa baju kaos, brosur, leaflet, poster, gantungan kunci, pembatas buku, kartu pos, stiker, pin, blok notes, newsletter, dan lain-lain.

Produk KIE ini berisikan informasi dan pesan-pesan singkat yang dikemas secara menarik dan sesuai dengan keinginan remaja.

Dalam memproduksikan media KIE, Sahiva sudah pernah melakukan kerja sama dengan :

• UNDP : brosur, stiker, pin, poster, buku notes

• UNAIDS : brosur HIV/AIDS, brosur Napza

• Poldasu : kartu pos Narkoba, stiker, poster, brosur Narkoba

• Poltabes Medan : kartu pos Kesehatan Reproduksi

• KPAND : kartu pos Narkoba, buklet, brosur, stiker, kipas, modul pelatihan


(51)

• STARH : T-Shirt, pembatas buku, buklet, stiker

• Restu Printing dan Crispo Printing : brosur


(52)

BAB III

KONTRIBUSI SAHIVA DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN

HIV/AIDS DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU

Dalam penelitian yang dimaksud dengan kontribusi adalah sebagai bentuk kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh Sahiva dalam meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak mingkin ada kehidupan bersama dalam suatu komunitas. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1990), interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila orang perorangan atau kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara dan seterusnya mencapai tujuan bersama. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses-proses sosial yang menunjukkan pola-pola hubungan sosial yang dinamis (Soekanto, 1984:54).

Menurut Thibaut dan Kelly dalam Soekanto (1990), mendefenisikan interaksi sosial sebagai peristiwa yang saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam setiap kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk menpengaruhi individu lain.


(53)

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang langsung diantara orang perorangan atau kelompok untuk tujuan tertentu.

Sedangkan komunikasi berarti bahwa seseorang memberikan arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Jadi, komunikasi dapat diartikan sebagai perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik, sikap dan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan orang.

Interaksi sosial tercipta dalam suatu situasi sosial yang dibedakan menjadi dua golongan, yakni situasi kebersamaan (togetherness situation) dan situasi kelompok sosial (social group situation). Situasi kebersamaan merupakan berkumpulnya sejumlah orang yang tidak saling mengenal dan mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan situasi kelompok sosial saling mengenal antara satu dengan yang lain, terdapat hubungan struktural dan hirarkis antara pengurus dan anggota serta mempunyai peraturan yang khas sehingga merupakan suatu kesatuan (Gerungan, 2004:78).

III.1 Relawan Sahiva di FISIP USU

III.1.1 Kegiatan Relawan Sahiva dalam memaparkan Informasi HIV/AIDS

Seiring dengan pengembangan dan pelatihan yang dilakukan Sahiva terhadap anggotanya, relawan terutama relawan inti juga memposisikan diri


(54)

sebagai wadah informasi dan konseling di kampusnya sendiri maupun di luar kampus, dengan memberikan informasi dan pelayanan di bidang HIV/AIDS dengan menggunakan metode pendidikan sebaya dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).

Sampai saat ini beberapa relawan inti melaksanakan atau memberikan diskusi-diskusi, membicarakan bahaya HIV/AIDS dan cara penanggulangannya atau memberikan bulletin secara cuma-cuma yang di edarkan tiap bulannya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu relawan inti sebagai informan dari Jurusan Imu Kesejahteraan Sosial. Adapun wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

Untuk saat ini, saya hanya baru memberikan informasi lewat

diskusi ataupun brosur dan meyakinkan teman-teman untuk tidak mengucilkan mereka. Dan saya juga sering mengajak teman-teman untuk ikut dalam beberapa kegiatan atau program yang di adakan Sahiva,seperti yang akan diadakan tanggal 28 Febuary ini, akan diadakan donor darah yang bekerjasama dengan PMI untuk mewujudkan program-program kami ”.

Relawan yang lain juga melakukan hal yang sama, sebab mereka mendapatkan pelatihan pendidikan sebaya dimana setiap relawan diharapkan dapat memberikan informasi-informasi tentang bahayanya HIV/AIDS kepada teman-teman mereka dan orang-orang di sekeliling mereka dengan metode pendidikan sebaya dan KIE.

Seperi juga yang diungkapkan oleh salah satu relawan inti sebagai informan. Adapun petikan wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

“ Klu saya sich ngejelasin bahaya HIV/AIDS itu sm temen-temen lewat cerita nyantai gitu, dengan gitu saya kan lebih enak

ngejelasinnya. Dan kadang-kadang saya ngasih bulletin bulanan sama temen-temen dikampus maupun yang ada disekeliling saya”.


(55)

Beberapa implikasi dari intensitas hubungan dengan mahasiswa, relawan selalu menggunakan metode pendidikan sebaya dan KIE sesuai dengan yang didapatnya selama pelatihan menjadi relawan.

Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan salah satu relawan inti yang menjadi informan dari Jurusan Komunikasi. Adapun hasil wawancara adalah sebagai berikut :

“ Dalam bergaul dengan teman-teman sebaya, terkadang dengan bergosip saya coba membahas tentang bahaya HIV/AIDS sama temen-temen saya, nah disitulah saya memberikan informasi mengenai HIV/AIDS sesuai dengan pengetahuan yang didapat selama ini ”.

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa kegiatan relawan sahiva dalam memaparkan HIV/AIDS terhadap teman di kampus atau dengan teman sebayanya dengan metode pendidikan sebaya dan KIE dengan cara memberikan diskusi-diskusi ringan dan memberiakan beberapa bulletin yang dikeluarkan tiap bulannya kepada teman-teman dikampus.

III.1.2 Mekanisme Kerja Relawan Sahiva

Dalam proses mensosialisasikan, kepentingan-kepentingan suatu kelompok sosial serta sikap-sikap yang mendukungnya terwujudnya dalam perbedaan dengan mana individu mengindentifikasikan dirinya dalam in group atau out group. In group dan out group dapat dijumpai di semua masyarakat atau sebuah organisasi, walaupun kepentingan-kepentingannya tidak selalu sama satu dengan yang lainnya. Dimana relawan tidak hanya memberikan informasi kepada sesama anggota relawan tetapi untuk orang lain juga seperti mahasiswa dan teman sebaya.


(56)

Hal ini didukung dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu relawan inti yang menjadi informan. Adapun kutipan wawancara tersebut adalah:

” Lebih mengajak teman-teman untuk ambil bagian dalam kegiatan yang diadakan sahiva, dulu saya ajak teman-teman saya untuk ikut ambil bagian dalam donor darah, tepatnya saya udah lupa soalnya udah lama. Terus saya sering bercerita atau seperti bergosip dengan bahasan tentang HIV/AIDS, dengan cara itu teman-teman saya lebih terbuka dan lebih leluasa dalam membahas tentang HIV/AIDS. Terus, ya sering bagi-bagiin stiker atau pin sama temen-temen di kampus ”.

Organisasi sahiva merupakan pusat informasi HIV/AIDS dikalangan mahasiswa. Adapun mekanisme kerja relawan Sahiva dikalangan mahasiswa khususnya mahasiswa FISIP USU adalah sebagai berikut: relawan dapat secara aktif menjadi pendidik sebaya dengan lingkungannya, menginformasikan bahaya HIV/AIDS di kalangan mahasiswa, mengadakan penyuluhan ke kelompok sasaran, menyediakan brosur-brosur, leaflet, poster, cd, dan berbagai macam alat peraga untuk mempermuda penyampaian pesan bagi mahasiswa baik langsung maupun tidak langsung.

Seperti yang dituturkan oleh salah seorang relawan inti berikut ini ;

“ Saya sering ngajak temen-temen untuk bergabung dalam kegiatan Sahiva dan mengajak mereka lebih peduli dengan bahayanya HIV/AIDS dengan memberikan informasi yang benar tentang bahaya dan apa itu HIV/AIDS. Dan saya sering juga memberikan stiker-stiker atau poster maupun brosur tentang HIV/AIDS kepada teman-teman mahasiswa ”.

Dari hasil wawancara terlihat bahwa mekanisme relawan Sahiva dalam memaparkan HIV/AIDS di kalangan mahasiswa untuk membantu mahasiswa dalam mendapatkan informsi tentang HIV/AIDS secara mendalam dengan menggunakan metode pendidikan sebaya yaitu dengan cara pendekatan dan penyampaian langsung kepada mahasiswa dan KIE (Komunikasi, Informasi dan


(57)

Edukasi) yaitu untuk mempermudah penyampaian pesan bagi mahaswiswa baik secara langsung maupun tidak langsung dimana menggunakan alat peraga seperti bulletin, brosur-brosur, poster, metode ini dirasa lebih efektif dan tepat sasaran..

III.1.3 Jangkauan Kerja Relawan

Target utama adalah anak muda dan remaja (14-24 tahun), dan mahasiswa USU khususnya. Meskipun target utama adalah orang muda dan remaja, tetapi Sahiva juga diharapkan dapat diakses oleh masyarakat umum maupun Sivitas Akademika USU. Sahiva sangat menghargai relawan-relawannya sebagai unjung tombak. Upaya untuk mensosialisasikan informasi bahaya HIV/AIDS dikalangan mahasiswa dikampus dan teman sebaya. Salah satunya adalah dengan mendorong relawan agar menorganisasikan diri dalam sebuah ikatan. Relawan diharapkan dapat secara aktif menjadi pendidik sebaya dengan lingkungannya seperti dikampus. Adapun jangkauan kerja relawan dalam mensosialisasikan dan menginformasikan bahaya HIV/AIDS adalah teman dikampus, teman sebaya dan masyarakat yang berada disekeliling relawan yang kurang memahami bahaya HIV/AIDS.

Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang relawan inti. Adapun wawancara tersebut adalah sebagai berikut :

“ Target saya sich mahasiswa terus masyarakat yang belum mengetahui dan masyarakat yang kurang jelas tentang HIV/AIDS. Tapi sich intinya, untuk saat ini adalah mahasiswa. Soalnya saya pikir mahasiswa lebih berisiko terpapar atau terinfeksi HIV/AIDS”.

Hal ini didukung dari hasil wawancara penelitian oleh informan lain stambuk 2006. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :


(58)

“ Ya terutama temen - temen di kampus terus keluarga, baru masyarakat luas”.

Relawan mensosialisasikan HIV/AIDS lebih kepada teman sebaya dan teman mereka dikampus, dimana menurut mereka lebih tepat sasaran dan mudah untuk mengerti karena mereka menggunakan metode pendidikan sebaya yaitu dengan cara pendekatan dan penyampaian langsung pada kelompok sasaran lebih efektif dan tepat sasaran.

Seperti yang diungkapkan juga oleh salah satu relawan inti. Adapun wawancara adalah :

“ Ya tentu saja mahasiswa, khususnya teman-teman saya baik itu dikampus maupun ditempat saya tingggal. Karena saya pikir saya perlu memberitahu mereka tentang bahaya dari HIV/AIDS itu sendiri “.

Dari hasil penelitian, menyatakan jangkaun kerja para relawan lebih kepada teman sebaya mereka seperti teman dikampus dan teman disekeliling mereka tinggal dalam memberikan informasi tentang HIV/AIDS. Bila mereka rasa sudah cukup terhadap teman sebaya mereka baru mereka keluar atau ke masyarakat luas.

III.2. Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS Di Kalangan FISIP USU

Dari hasil penelitian dari beberapa relawan inti yang menjadi informan mengatakan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dikalangan mahasiswa kampus masihlah sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh minimnya rasa ingin tahu mahasiswa terhadap HIV/AIDS. Hanya beberapa orang saja dari mereka yang peduli dan menyikapinya, itu pun hanya dari luarnya saja, tidak lebih mendalam. Ini disebabkan oleh kurangnya minat mahasiswa untuk peduli dan lebih


(1)

---

2004

Frofil Warung SAHIVA

, Pusat Informasi dan Konseling

HIV/AIDS, KESPRO dan NAPZA, Medan

Sumber lain :


(2)

WARUNG SAHIVA SEBAGAI PUSAT INFORMASI HIV / AIDS

DIKALANGAN MAHASISWA

(STUDI KASUS PADA MAHASISWA FISIP – USU MEDAN)

PEDOMAN INTERVIEW GUIDE

ISSU UTAMA

VARIABEL ASPEK/

PARAMATER

METODE SUMBER DATA/ INFORMASI Gambaran umum pusat Informasi Sahiva Universitas Sumatera Utara Sejarah berdirinya Pusat Informasi Sahiva di Kampus Universitas Sumatera Utara

a.Sejarah dan asal mula berdirinya warung Sahiva.

b.Letak Geografis, lokasi, administrative, dan sebagainya

Sumber-sumber sekunder, pengamatan dan wawancara Profil Sahiva, Relawan sahiva

Visi dan Misi Sahiva

a.Apa visi dari warung Sahiva b.Apa Misi dari warung sahiva

Wawancara dan pengamatan

Relawan Sahiva, Profil Sahiva

Tujuan Sahiva a.Apa tujuan dikembangkannya warung Sahiva di Kampus ? b.Apa saja yang dilakukan

Sahiva untuk mengembangkan tujuannya

Pengamatan, wawancara, sumber – sumber sekunder

Relawan Sahiva, Profil Sahiva

Struktur Kelembagaan

a.Profesi, siapa saja yang berperan dalam kelembagaan, struktur kepengurusan

b.Administrasi, sumber dana Sahiva, Fasilitas Sahiva

c.Sekretariat, lokasi Administrative, keadaan alam

(datar, berbukti, bergelombang), flora dan fauna

yang banyak di jumpai di sekitar warung Sahiva

Wawancara, sumber-sumber sekunder

Profil Sahiva, Relawan sahiva

Ruang Lingkup a. Apa saja program dari Sahiva, gambaran bidang-bidang dari program Sahiva) misalnya :

Data Sekunder pengamatan serta wawancara

Profil Sahiva, relawan Sahiva


(3)

bidang penelitian, bidang pemasaran sosial bidang administrasi relawan dan Dokumentasi, bidang konseling

b. Identifikasi pendekatan pendidikan sebagai (pengertian, kriteria, tugas dan

peranan pendidikan sebaya) c. Apakah media KIE, jenis –

jenis media untuk melaksanakan KIE

Kontribusi Sahiva dalam menigkatkan pengetahuan HIV / AIDS di kalangan mahasiswa FISIP USU

Relawan Sahiva di FISIP USU

a. Gambaran kegiatan Relawan Sahiva dalam memaparkan Informasi HIV / AIDS

b. Bagaimanakah mekanisme kerja para relawan Sahiva (untuk siapa dan seperti apa) c. Sejauh mana jangkauan kerja

relawan Sahiva Wawancara, mendalam, observasi, data sekunder Relawan Sahiva, Profil Sahiva Informanyang pernah menjadi Relawan Sahiva. Tingkat Pengetahuan HIV / AIDS di kalangan FISIP USU

a. Sejauh mana tingkat pengetahuan mahasiswa tentang HIV / AIDS

b. Seberapa besar dampak yang diberikan Sahiva bagi

mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan

HIV / AIDS di kalangan Kampus Observasi, wawancara Relawan Sahiva Sikap mahasiswa Fisip USU terhadap

Bahaya HIV / AIDS

a.Bagaimana mahasiswa menyikapi bahwa HIV / AIDS

b.Sejauh mana tanda – tanda mahasiswa menyikapi HIV / AIDS di kalangan kampus. c. Seberapa besar dampak yang

diberikan Sahiva bagi mahasiswa dalam menyikapi

Wawancara dan Observasi


(4)

bahaya HIV / AIDS Persepsi

Mahasiswa FISIP USU terhadap

keberadaan Sahiva

Kebutuhan Mahasiswa FISIP terhadap Informasi HIV / AIDS

a. Sejauh mana mahasiswa membutuhkan informasi HIV / AIDS bagi mereka

b. Seperti apa informasi yang mereka butuhkan.

c. Sudah sejauh mana mahasiswa mengetahui Informasi HIV / AIDS dan mempergunakan dalam kehidupannya ?

Wawancara, Observasi.

Relawan Sahiva, Mahasiswa

Persepsi Mahasiswa terhadap pendekatan yang digunakan Sahiva

a. Dengan cara pendekatan apakah yang digunakan sahiva dalam memaparkan Informasi HIV / AIDS di kalangan Mahasiswa

b. Sejauh mana pendekatan tersebut di terima oleh mahasiswa.

c. Dampak dari pendekatan tersebut bagi Mahasiswa itu sendiri ?

Wawancara, Observasi

Mahasiswa, Relawan Sahiva

Persepsi Mahasiswa terhadap kinerja Sahiva

a. Sejauh mana bagi Mahasiswa

Sahiva memberikan informasinya sebagai pusat

informasi HIV/AIDS

b. Seberapa besar dampak kinerja Sahiva bagi Mahasiswa

c. Sudah sejauh mana kinerja Sahiva menurut Mahasiswa

Observasi, Wawancara

Mahasiswa, Relawan Sahiva


(5)

DAFTAR INFORMAN

1.

Nama

: Beny Iskandar, SH

Umur

: 38 tahun

Status

: Manajer Program Sahiva

2.

Nama

: Yenni

Umur

: 22 tahun

Status

: Relawan Inti (Kordinator Relawan)

Angkatan

: 18

3.

Nama

: Adit

Umur

: 26 tahun

Status

: Relawan Inti (Alumni)

Angkatan

: 8

4.

Nama

: Helen

Umur

: 24 tahun

Status

: Relawan Inti (Alumni)

Angkatan

: 9

5.

Nama

: Ika

Umur

: 24 tahun

Status

: Relawan Inti (Alumni)

Angkatan

: 9

6.

Nama

: Selfiana Maharani

Umur

: 21 tahun

Status

: Relawan Inti

Angkatan

: 20

7.

Nama

: Siti Chotimah Lubis

Umur

: 21 tahun

Status

: Relawan Inti

Angkatan

: 20

8.

Nama

: Puji Kartika

Umur

: 20 tahun

Status

: Relawan Inti

Angkatan

: 21

9.

Nama

: Syahputra

Umur

: 22 tahun

Status

: Mahasiswa


(6)

10.

Nama

: Tri Enda

Umur

: 21 tahun

Status

: Mahasiswa

11.

Nama

: Anis

Umur

: 22 tahun

Status

: Mahasiswa


Dokumen yang terkait

Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu)

20 113 108

Pelaksanaan Manajemen Strategis Warung Sahiva USU Sebagai Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi, Penyakit Menular Seksual, HIV/AIDS Dan Napza Pada Remaja Di Medan Tahun 2003

0 41 71

Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa, Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU

0 53 79

Perilaku Pilih Bahasa Dan Alih Kode Di Kalangan Mahasiswa Program Studi Bahasa Perancis

0 17 1

Daya Tarik Trend Fashion Korea Sebagai Budaya Populer Di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung

0 6 1

Gejala Shopaholic Di Kalangan Mahasiswa

8 40 62

Peranan Jejaring Sosial Twitter Sebagai Media Pertukaran Informasi Di Kalangan Penggunanya (Studi Deskriptif Tentang Peranan Twitter Sebagai Media Pertukaran Informasi di Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung)

0 3 1

Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu)

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fi

0 0 7

Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu)

0 0 15