Kebutuhan Mahasiswa FISIP Terhadap Informasi HIVAIDS

BAB IV PRESEPSI MAHASISWA FISIP USU TERHADAP KEBERADAAN

SAHIVA Menurut Koenjaraningrat 1985:103, presepsi merupakan pengetahuan penggambaran maupun penafsiran seseorang terhadap sesuatu. Pandangan gambaran yang dimaksud dalam hal ini bukanlah penggambaran yang dilakukan oleh sebuah alat kamera tapi merupakan penggambaran yang terfokus pada bagian tertentu. Presepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda individualistik. Dan pandangan seseorang terhadap suatu objek rangsangan tertentu yang menjadi pusat perhatian yang selanjutnya diaplikasikan secara nyata dalam bentuk penafsiran maupun tindakan tertentu. Manusia mempunyai presepsi sendiri-sendiri dalam memandang maupun menafsirkan seseorang terhadap sesuatu.

IV.1 Kebutuhan Mahasiswa FISIP Terhadap Informasi HIVAIDS

Mahasiswa sangat membutuhkan informasi dalam segala hal di dalam kehidupannya. Adapun mahasiswa terkadang hanya mencari informasi yang mereka rasa sangat perlu dalam kehidupannya. Oleh karena itu tidak semua informasi mereka terima. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang informan. “ Butuh banget, karena kan itu menyangkut kesehatan diri kita juga. Coba pikir dech misalnya nanti kalau kita punya pasangan, paling nggak kita tahu pasangan kita itu ‘sehat’ apa nggak, ya nggak. Lebih baik loh mencegah daripada mengobati “. Pada dasarnya rasa ingin tahu para mahasiswa terhadap HIVAIDS cukup besar terbukti dari banyaknya peserta yang mengikuti seminar-seminar mengenai Universitas Sumatera Utara HIVAIDS. Namun, hal itu hanya berhenti sampai di situ karena kurangnya wadah yang dapat menampung “rasa keingintahuan”. Itulah yang menyebabkan mahasiswa sangat membutuhkan informasi HIVAIDS “. Hal ini didukung dari informan lain hasil, adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : “ Secara kita mahasiswa salah satu yang sangat berisiko terinfeksi HIVAIDS, ya butuhlah informasi HIVAIDS itu. Setidaknya kita kan tahu kaya apa sich HIVAIDS itu teruz bahayanya. Kalau misalnya disekeliling kita ada yang terkena kan kita jadi tahu terus tahu cara ngadepinnya, gitu loh “. Dan seperti yang diungkapkan informan, adapun hasil wawancaranya dalah sebagai berikut : ” Butuh dong lagian asik lagi kalau kita tahu bahaya HIVAIDS itu seperti apa, kan kita bisa lebih waspada apalagi dalam pergaulan sekarang ini, setidaknya tahu lah untuk lebih aman dalam melakukan hubungan gimana caranya, dari pada kena kan lebih baik mencegah ”. Ketidaktahuan juga menyebabkan ketakutan yang berlebihan. Tidak mengetahui cara penularan yang benar, menyebabkan orang takut melakukan kontak sosial biasa berbicara, salaman, dan sebagainya dengan Odha orang dengan HIVAIDS. Maka dari itu mahasiswa sangat membutuhkan informasi HIVAIDS. Sisi lain, beberapa mahasiswa juga ada yang merasa kurang butuh terhadap informasi HIVAIDS. Minimnya informasi yang benar tentang kesehatan Reproduksi di kalangan mahasiswa. Seringkali mereka merasa bahwa cukup aman dan tidak mungkin tertular HIV ataupun Infeksi Menular Seksual IMS. HIVAIDS dan IMS masih dianggap sesuatu yang menjadi ‘milik’ kelompok pekerja seks, orang yang suka ‘jajan’, maupun kelompok homoseksual. Universitas Sumatera Utara Seperti yang dituturkan informan: “ Ga butuh-butuh banget sich soalnya kan cara kehidupan yang saya jalanin itu udah cukup bener dan sehat kog jadi kayanya ga perlu-perlu amat deh untuk tahu lebih dalam lagi tentang HIVAIDS “. Dan hal ini didukung oleh informan lain, “ Sampai saat ini sich kayanya belum butuh banget soalnya saya kan tahu kehidupan saya seperti apa, jadi ga mungkin dech untuk terinfeksi HIVAIDS. Jadi saya kurang butuh informasi HIVAIDS tapi bukannya saya ga peduli yah jadi males aja nyari-nyari informasinya “. Jadi secara tidak langsung informasi HIVAIDS di kalangan mahasiswa tidak semua dibutuhkan. Mahasiswa hanya lebih mementingkan diri sendiri, dimana di saat mereka butuh barulah mereka akan mencari tahu informasi itu ataupun ada yang tidak peduli sama sekali tentang HIVAIDS . Tapi ada juga mahasiswa yang merasa butuh akan informasi HIVAIDS dalam kehidupan mereka karena beranggapan lebih baik mencegah daripada mengobati dan tertarik untuk tahu lebih dalam tentang HIVAIDS. IV.2 Presepsi Mahasiswa Terhadap Pendekatan Yang Di Gunakan Sahiva IV.2.1 Pendidikan Sebaya

Dokumen yang terkait

Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu)

20 113 108

Pelaksanaan Manajemen Strategis Warung Sahiva USU Sebagai Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi, Penyakit Menular Seksual, HIV/AIDS Dan Napza Pada Remaja Di Medan Tahun 2003

0 41 71

Warung Sahiva Sebagai Pusat Informasi HIV/AIDS Di Kalangan Mahasiswa, Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP-USU

0 53 79

Perilaku Pilih Bahasa Dan Alih Kode Di Kalangan Mahasiswa Program Studi Bahasa Perancis

0 17 1

Daya Tarik Trend Fashion Korea Sebagai Budaya Populer Di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung

0 6 1

Gejala Shopaholic Di Kalangan Mahasiswa

8 40 62

Peranan Jejaring Sosial Twitter Sebagai Media Pertukaran Informasi Di Kalangan Penggunanya (Studi Deskriptif Tentang Peranan Twitter Sebagai Media Pertukaran Informasi di Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung)

0 3 1

Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu)

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fi

0 0 7

Penggunaan New Media Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Penggunaan New Media Instagram Sebagai Sarana Virtual Display Of Affection Di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Usu)

0 0 15