47
Berhubung kaum muslimin saat ini hidup di Darul Kufur —karena
diterapkan atas mereka hukum-hukum kufur yang tidak diturunkan Allah Swt —
maka keadaan negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah saw diutus menyampaikan risalah Islam. Untuk itu fase Makkah wajib dijadikan sebagai
tempat berpijak dalam mengemban dakwah dan meneladani Rasulullah saw.
22
Dengan mendalami sirah Rasulullah saw di Makkah hingga beliau berhasil mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah, akan tampak jelas beliau menjalani
dakwahnya dengan beberapa tahapan yang sangat jelas ciri-cirinya. Beliau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang tampak dengan nyata tujuan-
tujuannya. Dari sirah Rasulullah saw inilah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah dan tahapan-tahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukannya pada seluruh tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuriteladani kegiatan-kegiatan yang dilakukan Rasululah saw dalam seluruh tahapan
perjalanan dakwahnya.
B. Ulasan Buku Mafahim Hizbut Tahrir
Sesuai judulnya, kitab Mafahim Hizbut Tahrir selanjutnya disingkat Mafahim ini bermaksud mengenalkan dan menjelaskan berbagai pemahaman
Mafahim keislaman yang diadopsi Hizbut Tahrir HT. Kitab Mafahim ini pada dasarnya ingin menjawab 3 tiga pertanyaan
strategis menyangkut Hizbut Tahrir dan ide-idenya. Pertama, apa latar belakang
22
Lihat;http:hizbut-tahrir.or.idcategoryseputar-khilafah
48
munculnya HT di tengah kancah berbagai gerakan Islam di Dunia Islam? Kedua, mengapa Hizbut Tahrir perlu mengadopsi berbagai pemahaman mafahim
keislaman yang khas baginya? Ketiga, apa saja pemahaman-pemahaman Islam yang telah diadopsi HT guna membangkitkan umat Islam?
Latar Belakang Eksistensi HT
Bagian awal kitab Mafahim hal. 1-13 menjelaskan latar belakang lahirnya HT. HT muncul dalam realitas dimaksudkan untuk menjadi gerakan alternatif
setelah gagalnya berbagai gerakan Islam untuk membangkitkan umat dari kemerosotannya.Dalam kitab Mafahim diuraikan tiga sebab utama kegagalannya
hal. 4, yaitu: Pertama, adanya ketidakjelasan fikrah pemikiran Islami di benak para
aktivisnya. Misalnya, fikrah mereka campur aduk antara pemikiran Islami dan filsafat Yunani. Kedua, adanya ketidakjelasan thariqah metode Islami untuk
menerapkan fikrahnya. Misalnya, ingin menegakkan syariah dalam kehidupan masyarakat tapi thariqahnya non-politis tanpa Daulah Islamiyah seperti
mendirikan pesantren, sekolah, dan sebagainya. Ketiga, tidak adanya ikatan solid antara fikrah dan thariqahnya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Misalnya, mengkaji hukum fikrah seperti hukum nikah, tapi melalaikan hukum thariqah untuk menerapkan hukum nikah itu, yaitu hukum-hukum Khilafah. Ingat,
wali hakim dalam nikah itu seharusnya adalah khalifah atau yang mewakilinya. Karena tiga sebab utama itu, dan sebab-sebab lainnya yang memperburuk
keadaan umat di abad ke-19 dan ke-20 M hal. 6-13, gagallah upaya berbagai
49
gerakan Islam untuk membangkitkan umat Islam. Benar bahwa gerakan-gerakan tersebut telah meninggalkan pengaruh sampai batas tertentu, namun semuanya
tidak berhasil membangkitkan umat atau mencegah umat agar tidak terus mengalami kemerosotan.
Berdasarkan kenyataan inilah, HT lahir dari rahim umat untuk menjadi gerakan
alternatif setelah
kegagalan berbagai
gerakan Islam
untuk mmembangkitkan umat dari kemerosotannya sejak abad ke-18 M.
Hizbut Tahrir dan Mafahim
Mengapa HT perlu mengadopsi berbagai pemahaman mafahim keislaman yang khas baginya? Sebab kemerosotan itu tiada lain terjadi karena
benak umat mengalami kelemahan yang luar biasa al- dha‟f asy-syadid dalam
memahami Islam hal. 3. Padahal, sebagaimana sudah dimaklumi, perilaku manusia suluk al-insan itu dipengaruhi oleh pemahamannya. Kelemahan dalam
memahami Islam, dengan sendirinya, akan membuat sikap dan perilaku umat menjadi lemah pula dalam menjalani kehidupan, yaitu merosot dari kondisinya
yang seharusnya. Umat Islam akhirnya hidup terjajah oleh negara-negara penjajah yang kafir dalam sistem kehidupan sekuler.
Kelemahan pemahaman itu terjadi sejak lama, yaitu sejak abad ke-2 H hingga detik ini, baik karena faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-
faktor ini yang menonjol adalah :
50
1 Transfer filsafat India, Persia, dan Yunani pada abad ke-2 H ke tubuh umat Islam dan adanya upaya untuk mencari titik temunya dengan Islam, padahal
sebenarnya terdapat kontradiksi tajam antara Islam dan filsafat; 2 Adanya manipulasi berbagai pemikiran dan hukum Islam oleh orang-orang
yang dengki terhadap Islam; 3 Adanya pengabaian bahasa Arab yang sesungguhnya mutlak perlunya untuk
memahami dan mengamalkan Islam, termasuk untuk berijtihad guna mengatasi masalah-masalah baru. Ini terjadi pada abad ke-7 H.
4 Adanya invasi misionaris, kemudian invasi budaya dan politik dari negara- negara Barat yang kafir sejak abad ke-17 M Abdul Qadim Zallum, Hizbut Tahrir,
hal. 13. Dampak berbagai faktor yang mengaburkan di atas, membuat benak kaum
muslimin bagaikan bejana yang penuh dengan aneka macam air yang campur aduk, antara yang suci dan najis. Dalam benak umat ada pemahaman tauhid, tapi
mungkin tercampur paham tashawwuf wihdatul wujud dari Ibn Al- „Arabi w. 638
H1240 M, yang aslinya adalah filsafat emanasi dari Neoplatonisme Yunani. Dalam benak umat ada pemahaman iman kepada al-Qur`an, tapi mungkin
mereka hanya mampu membacanya dan tak mampu mengistinbath hukum darinya karena mereka mengabaikan bahasa Arab.
Dalam benak umat ada pemahaman wajibnya menerapkan syariah, tapi mungkin itu bercampur aduk dengan paham sekularisme, demokrasi,
nasionalisme, dan liberalisme kebebasan dari Barat yang justru melemahkan
51
atau memusnahkan syariah. Atau mungkin bercampur dengan konsep yang mengatakan bolehnya perubahan hukum Islam disesuaikan waktu dan tempat.
kalau pemahaman diumpamakan air, berarti benak umat telah terisi dengan campuran antara air yang suci dan menyucikan pemahaman sahih dengan air
yang suci tapi tidak menyucikan pemahaman lemah dan dengan air yang terkena najis pemahaman batil. Dengan pemahaman yang amburadul dan kacau balau
seperti ini, wajar jika umat Islam mengalami kemunduran yang drastis. Maka dari itu, HT melihat adanya keharusan untuk memperbarui
pemahaman umat Islam itu guna membangkitkan kembali umat dari kemerosotannya. Caranya ialah dengan mengadopsi sejumlah pemahaman Islam
yang murni, yang bebas dari unsur-unsur yang mengaburkan atau mengotorinya. Pemahaman Islam yang murni ini bagaikan air yang suci lagi menyucikan.
Menyifati berbagai pemahaman mengenai hukum dan pemikiran Islam yang diadopsi HT itu, Taqiyuddin an-Nabhani berkata,Ini adalah berbagai
pendapat, pemikiran, dan hukum yang Islami, bukan yang lain. Tidak ada di dalamnya sesuatu pun yang tidak Islami dan tidak terpengaruh pula oleh segala
sesuatu yang tidak Islami. Sebaliknya ia adalah Islami semata, tidak bersandar kecuali kepada pokok-pokok ajaran Islam dan nash-nashnya. Taqiyuddin An-
Nabhani, Mafahim, hal. 14.
Apa Saja Mafahim HT
Lalu, pemahaman Islami apa saja yang diadopsi HT dalam kitab ini? Sebelum dijelaskan, perlu dipahami bahwa berbagai pemahaman HT ini benar-
52
benar bernuansa tajdid yang amat kuat. Inilah kiranya ciri khas dan keunggulan kitab Mafahim ini.
Jadi selalu ada upaya korektif terhadap pemikiran kontemporer yang batil atau lemah dan pada saat yang sama ada tawaran pemikiran sahih yang lebih
unggul sebagai alternatifnya. Misalnya, HT telah menjelaskan bahwa hukum Islam tidak berubah sesuai waktu dan tempat hal. 42. Sebenarnya ini adalah
koreksi terhadap pemahaman batil yang salah kaprah pada waktu, yaitu adanya kaidah fiqih berbunyi Laa yunkaru taghayyurul ahkaam bi-taghayyur az-zamaan
wa al-makaan Tidak dapat diingkari adanya perubahan hukum sesuai perubahan waktu dan tempat. Kaidah ini termuat dalam kodifikasi undang-undang negara
Khilafah Utsmaniyah bernama Majallah al-Ahkam al- „Adliyah terbit tahun
1869. Pada saat yang sama, HT memberi tawaran pemahaman baru yang benar,
bahwa yang berubah sebenarnya adalah urf adat, bukan hukum Islamnya itu sendiri. Sedangkan perubahan urf, tidak dapat mempengaruh status hukum, sebab
urf bukan dalil hukum dan bukan pula illat hukum. Bahkan urf itu sendiri benar salahnya harus kembali distandarisasi dengan hukum syara‟hal. 42-43.
Adapun pemahaman-pemahaman Islami yang dijelaskan HT dalam kitab Mafahim ini, berfokus pada 3 tiga pemahaman, yaitu pemahaman yang terkait
dengan : 1 Aqidah Islam, 2 Syariah Islam, 3 Dakwah Islam. Berikut sekilas uraiannya masing-masing.
53
Aqidah Islam
Pembahasan Aqidah Islam nampak ketika Hizbut Tahrir meletakkan Aqidah Islam sebagai jawaban terhadap Al-
„Uqdatul Kubra Masalah-Masalah Besar Manusia yang menyangkut manusia, alam semesta, dan kehidupan. Aqidah
Islam menjelaskan bahwa sebelum adanya manusia, alam semesta, dan kehidupan, telah ada lebih dulu Allh SWT sebagai al-Khaliq bagi ketiganya. Aqidah Islam
juga menjelaskan bahwa setelah tiadanya manusia, alam semesta, dan kehidupan nanti, akan ada Hari Kiamat yang sekaligus juga Hari Perhitungan Yaumul
Hisab. Karena itu, manusia wajib menjalani kehidupan dunia ini sesuai perintah- perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Sebab Allah sajalah yang
menciptakannya dan memberinya sejumlah perintah Allah dan larangan; dan pada Hari Kiamat nanti manusia akan dihisab mengenai keterikatannya dengan segala
perintah dan larangan Allah itu hal. 14-15. Namun, sebagaimana kitab Nizham al-Islam, Aqidah Islam yang
diterangkan HT ini lalu dikaitkan dengan pemikiran kontemporer, tidak diasingkan atau dijauhkan darinya. Maka, pembahasan Aqidah Islam ini segera
saja dilanjutkan dengan pembahasan integrasi aspek material dan spiritual mazjul maadah bi ar-ruh hal. 16-23.
Nampak jelas HT di sini berusaha keras memerangi aqidah ideologi Kapitalisme, yakni sekularisme, atau fashlul maadah „an ar-ruh. Artinya,
memisahkan aspek material perbuatan manusia dengan aspek spiritual kesadaran manusia dalam beragama. Dalam realitasnya, aqidah sekularisme lalu
menghasilkan pemisahan agama dari negara, seperti yang terjadi saat ini.
54
Pembahasan ini kemudian dilanjutkan dengan bahasan Qadha`-Qadar hal. 24-26 dan bahasan sifat perbuatan manusia konsep khair-syar dan hasan-qabih
hal.26-30, serta bahasan nilai qimah perbuatan manusia sebagai tujuan perbuatan manusia yang mencakup nilai akhlaq, kemanusiaan, materi, dan
spiritual hal. 30-34.
Syariah Islam
Pembahasan Syariah Islam dalam kitab Mafahim ini intinya, syariah itu ada untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, bukan untuk kenikmatan
berpikir seperti filsafat. Maka harus ada formalisasi syariah dalam wadah Darul Islam hal. 35-36; 52-56.
Selain itu, kitab Mafahim ini juga menjelaskan pemahaman HT seputar syariah. Misalnya bahwa hukum-hukum mengenai ibadah, makanan, minuman,
dan akhlaq tidak didasarkan pada illat alasan hukum, tapi didasarkan pada nash semata. hal. 36 dst. Contoh lainnya adalah bahasan dalil-
dalil syar‟i, ijtihad dan taqlid yang penting untuk dipahami hal. 46-49.
HT juga meluruskan banyak kesalahpahaman umat mengenai syariah. Misalnya, kesalahpahaman mengenai prinsip kelayakan syariah untuk setiap
waktu dan tempat. Maknanya bukanlah syariah itu dapat berubah dan menyesuaikan diri pada segala waktu dan tempat, melainkan syariah dapat
memberikan jawaban masalah manusia di setiap waktu dan tempat hal. 43. HT juga meluruskan kesalahpahaman umat yang memisahkan hukum
fikrah dan thariqah sebagaimana sudah dicontohkan di atas hal. 52-60.
55
Dakwah Islam
Pembahasan dakwah Islam di sini dimaksudkan untuk menjelaskan metode mencapai kekuasaan untuk melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban
dakwah Islam ke seluruh dunia. hal. 62-68. Dijelaskan juga perbedaan dakwah kepada Islam dan dakwah untuk
melanjutkan kehidupan Islam. Yang pertama, dijalankan oleh Daulah Islamiyah melalui penerapan Islam secara nyata, mengacu kepada dakwah Rasulullah SAW
di Madinah.. Sedang yang kedua, dijalankan oleh kelompok dakwah melalui jalan dakwah mengacu kepada aktivitas Rasulullah SAW di Makkah hal. 72-76.
Pada bagian akhir hal. 79-83 dijelaskan bahwa masyarakat di Dunia Islam sebenarnya masih terjajah oleh negara-negara kafir baik dalam aspek
politik, ekonomi, budaya, maupun militer. Karena itu, HT berjuang untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari penjajahan dalam segala bentuknya,
hingga berhasil melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan Khilafah yang akan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia dengan jalan jihad fi sabilillah.
56
BAB IV
ANALISIS SEMANTIK KATA AMBILAN ARAB DALAM BUKU
MÂFAHIM HIZBUT TAHRIR
A. Pengantar