Formulasi Sediaan Obat Kumur Cara Pembuatan Obat Kumur Evaluasi Sediaan Obat Kumur

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pembacaan”. Lakukan penetapan blangko dengan tabung kosong kering.

4. Kelarutan dalam alkohol Guenther, 1987

Kelarutan minyak atsiri dalam alkohol dapat dilakukan dengan memasukan 1 mL minyak ke dalam 10 mL labu silinder bertutup dikalibrasi pada 0,1 mL dan tambahkan secara perlahan-lahan sejumlah kecil alkohol dengan konsentrasi tertentu kemudian dikocok. Jika dihasilkan larutan jernih, catatlah jumlah volume dan konsentrasi alkohol yang dibutuhkan

3.4 Formulasi Sediaan Obat Kumur

Formula akan dibuat sebanyak 100 ml dengan minyak atsiri kemangi Ocimum americanum sebagai zat aktif. Bahan yang akan dioptimasi dalam formula ini adalah tween 80 sebagai peningkat kelarutan minyak atsiri. Rancangan formula dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 3.1. Formula Obat Kumur No. Bahan F1 F2 F3 1. Minyak atsiri Kemangi 0,08 0,08 0,08 2. Mentol 0,1 0,1 0,1 3 Na Benzoat 0,4 0,4 0,4 4 Gliserin 2,5 2,5 2,5 5 Tween 80 1 5 10 6 Natrium sakarin 0,2 0,2 0,2 7 Pewarna hijau 0,5 0,5 0,5 8 Aquadest ad qs 100 100 100 Keterangan : formula dibuat berdasarkan : Remington, The Science and Practice of Pharmacy dan jurnal Formulasi Sediaan Mouthwash Antibakteri dari minyak atsiri Ocimum basillicum. Rentang konsentrasi formula berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient Sixth Edition UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5 Cara Pembuatan Obat Kumur

Semua bahan ditimbang, kemudian Tween 80 dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 5 dan diaduk sampai larut lalu ditambah Natrium sakarin dan gliserin sambil diaduk hingga homogen, disebut campuran 1. Minyak atsiri dicampur dengan mentol lalu diaduk hingga mentol larut dan disebut campuran 2. Campuran 1 dan campuran 2, dicampur dan diaduk hingga homogen dengan stirer kemudian diberi pewarna hijau no. 3 dan dimasukan dalam wadah.

3.6 Evaluasi Sediaan Obat Kumur

Evaluasi sediaan obat kumur dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari sediaan obat kumur yang telah dibuat. Evaluasi ini meliputi pengamatan sediaan uji selama 1 bulan waktu penyimpanan pada berbagai suhu, yaitu suhu 4 o C, 27 o C dan 40 o C, pengamatan dimulai dari minggu ke-0, 1, 2, 3, dan 4. Pengamatan sediaan meliputi evaluasi secara umum, diantaranya : 3.6.1 Pengamatan Organoleptis Depkes, 1995 Pengamatan sediaan obat kumur dilakukan dengan mengamati dari segi rasa, penampilan dan aroma dari sediaan uji pada minggu ke-0, 1, 2, 3 dan ke-4 3.6.2 Pengukuran Viskositas Depkes, 1995 Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer oswaltd. Sediaan diukur sebanyak 5 mL. Alat ditegakkan menggunakan statif, lalu tuang sampel kedalam alat, selanjutnya hisap menggunakan bulp pada pipa b sampai tanda batas, biarkan sampel mengalir dari tanda n ke m dan hitung waktunya menggunakan stopwatch. Pengukuran viskositas dilakukan pada minggu ke-0 dan ke-4. 3.6.3 Pengukuran pH Depkes, 1995 Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektrode sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 9. Kemudian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta elektrode dicelupkan kedalam sediaan, pH yang muncul dilayar dan stabil lalu dicatat. Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing sediaan pada minggu ke-0, 1, 2, 3 dan ke-4 pada suhu ruangan. 3.6.4 Uji Stabilitas A. Uji Sentrifugasi Anvisa, 2004 Sediaan obat kumur 2 mL dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Hasil sentrifugasi dapat diamati dengan adanya pemisahan atau tidak. B. Cycling test Hyunh-BA, Kim, 2008 Metode ini digunakan untuk melihat kestabilan suatu sediaan dengan pengaruh variasi suhu selama waktu penyimpanan tertentu. Sediaan obat kumur awal yang telah dibuat, dilakukan evaluasi lebih dulu. Kemudian disimpan pada suhu 4 o C selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40 o C selama 24 jam, waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap satu siklus. Percobaan ini diulang sebanyak 6 siklus dan dievaluasi sediaannya pada awal dan akhir tes siklus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN