Karakterisasi Simplisia dan Standardisasi ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

(1)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN

STANDARDISASI EKSTRAK ETANOL HERBA

KEMANGI

(Ocimum americanum L.)

SKRIPSI

NUR KHOIRANI

NIM : 109102000066

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA SEPTEMBER 2013


(2)

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN STANDARDISASI

EKSTRAK ETANOL HERBA KEMANGI

(

Ocimum americanum L

.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

NUR KHOIRANI

NIM : 109102000066

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA SEPTEMBER 2013


(3)

(4)

(5)

(6)

Nama : Nur Khoirani Program Studi : Farmasi

Judul : Karakterisasi Simplisia dan Standardisasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

Karakterisasi simplisia dan standardisasi ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.) sebagai obat herbal telah dilakukan. Karakterisasi simplisia meliputi uji makroskopik pada tanaman segar dan uji mikroskopik pada serbuk simplisia. Standardisasi ekstrak etanol herba kemangi dilakukan berdasarkan parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Hasil pengujian parameter spesifik menunjukkan organoleptik ekstrak kental, berwarna coklat kehitaman, bau aromatis dan memiliki rasa kelat, dan agak sedikit pahit), dengan kandungan senyawa larut dalam air 11,30% ± 2,92% dan senyawa larut dalam etanol 69% ± 0,70%, dan hasil kandungan senyawa eugenol sebagai senyawa marker didalam ekstrak sejumlah 0,0215%. Hasil pengujian parameter non spesifik ektrak etanol herba kemangi menunjukkan kadar abu total 20,445% ± 0,233% dan kadar abu tidak larut asam 2,485% ± 0,07%, susut pengeringan 19,201% ± 0,0027%, kadar air 17,345% ± 0,488%, bobot jenis ekstrak 5% adalah 0,9312 ± 0,0025, total cemaran bakteri 44,670 x 102 koloni/g, total cemaran kapang 10* koloni/g, dan pada pengujian aflatoksin didalam ekstrak hasilnya negatif. Pada pengujian logam berat didapatkan logam timbal 0,007733 x 10-4 mg/kg, cadmium 0,00477x 10

-4

mg/kg, arsen 0,002396 µg/kg. Dari data yang dihasilkan, ekstrak memenuhi persyaratan secara umum sebagai bahan baku obat yang berasal dari bahan alam.

Kata kunci : Karakterisasi, standardisasi, uji spesifik, dan non spesifik ekstrak, Ocimum americanum L


(7)

Name : Nur Khoirani Program

Study

: Pharmacy

Tittle : Characterization of Simplicia and Standardization of Ethanol Extract Kemangi Herb (Ocimum americanum L.)

Characterization of simplicia and standardization of ethanol extract kemangi herb (Ocimum americanum L.) as medicine have been done. Characterization of simplicia was based on general literature of kemangi plants. Result of characterization simplicia includes macroscopic test of plants and microscopic test of simplicia powder. The standardization of ethanol extract kemangi herb based on common standards parameters of medicinal plant extract. Result of standardization specific parameters showed organoleptic extract thick, brown, aromatic ordor, and brace teste slightly bitter, which compound contents dissolved in water of 11.30% ± 2.92% and compound contents dissolved in ethanol of 69% ± 0.70%, and result of eugenol countent as marker compound in the extract was 0.0215%. Result of standardization non specific parameters tests showed total ash content of extract 20.419% ± 0.249% and ash content insoluble in acid was 2.485% ± 0.07%, the loss on drying 19.201% ± 0.0027%, the density of extract 5% was 0.9312 ± 0.0025, the total bacteria contamination 44.670 x 102 koloni/g, total mold and yeasts contamination 10* koloni/g, and the aflatoxin test in the extract was negative. The heavy metal tests resulted lead metal of 0.007733 x 10-4 mg/kg, cadmium 0.00477x 10-4mg/kg, and arsenic 0.002396 µg/kg. The result showed that extract fulfill the general requirements of medicine made by nature material.

Keywords : Standardization, specific and non-specific parameters test extract, Ocimum americanum L.


(8)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena dengan segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN STANDARDISASI EKSTRAK

ETANOL HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis dan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam menjalani kehidupan

2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K Tajudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Jurusan Farmasi

5. Ibu Eka Putri, M.Si, Apt, dan ibu Sabrina, M.Farm, Apt, selaku pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, pengarahan dan dukungan selama penulisan skripsi ini.

6. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatra Selatan, dan staf pengurus program beasiswa “Santri Jadi Dokter Provinsi Sumatra Selatan” yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk memperoleh ilmu dan pendidikan sehingga dapat saya pergunakan untuk pengabdian kepada masyarakat kelak.


(9)

Kiki Chairani Saputri, Tika Widya Sari, Nurul Komariah, Vita Fitriah, Ira Sukaina, Susilowati, Fitri Nurmayanti, Maharani, Seila Inayatullah, Rafita Oktavia, Etika Rahmawati, Midun, Ani Oktavia, Inti Fikriah Salsabilah, yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk bisa lulus bareng, serta trimakasih juga kepada adik-adik beasiswa SJD-Semsel atas doa dan dukungannya.

8. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu tercinta yaitu Bapak Daharudin Dahamid dan Ibu Nyayu Adawiyah yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti senantiasa mengiringi perjalan hidup ananda, serta dukungan kapada ananda baik moril maupun material. Tiada apapun di dunian ini yang dapat membalas semua kebaikan, cinta dan kasih sayang yang telah engkau berikan. Kepada adik-adik ku yang paling aku sayangi Nova Dewi Yanti, Taufik Hidayat, dan Dina Arwani yang telah banyak mengibur dan memberikan doa dan semangat sehingga penulis dapat memyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Frmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Para staf dan karyawan program studi Farmasi. Staf Administrasi Farmasi, kak pia dan Pak Rizal yang telah banyak membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh laboran, Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Rani, Kak Eris, Kak Liken dan Kak Ramamdi yang telah banyak mmembantu dalam penelitian ini.

12. Sahabat SUMSEL Program Stantri Jadi Dokter Angakatan Pertama yang selama 4 tahun telah menjadi sahabat-sahabat yang paling baik. Rudi dan Aan yang telah bersedia menemani ke BPPT dan LIPI. Ira, Vita, Nurul, Susi, dan Maya sebagai teman-teman sperjuangan Farmasi. Kiki dan Tika teman kamar yang selalu memberikan semangat.

13. Teman-teman seperjuangan penelitian kemangi Alfrida, Ira, Nurul, Zil, terima kasih atas kerjasamanya dan kebersamaannya selama penelitian ini.


(10)

15. Kepada teman-teman Rangers A4, terima kasih atas semangat, doa dan kebersamaan, hiburan serta motivasi kepada penulis.

16. Buat yang terkasih, terima kasih atas do’a, dukungan, dan perhatiannya.

17. Kepada teman-teman Edta-C dan teman-teman Farmasi 2009, terimakasih atas dukungan, semangat, doa, dan kerjasamanya selama ini.

18. Kepada adik-adik kelas atas dukungan dan doa tulus yang diberikan kepada penulis. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.Penulis hanya bisa berdoa semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Studi di UIN Sarif Hidayatullah Jakarta ini mendapat balasan terindah dari Allah SWT. Akhir kata kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari penulis selaku manusia biasa, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi kita semua.

Jakarta, September 2013


(11)

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. ii

HALAM PERNYATAAN ORISINALITAS……….. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………. v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT………... vii

KATA PENGANTAR………... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. xi

DAFTAR ISI……….. xii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR TABEL……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Batasan Penelitian... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Deskripsi Tanaman Kemangi (Ocimum americanumL.)…………. 5

2.1.1 Taksonomi ……… 5

2.1.2 Sinonim………. 6

2.1.3 Nama Daerah……… 6

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran………... 6

2.1.5 Morfologi……….. 7

2.1.6 Kandungan Kimia………. 7

2.1.7 Khasiat dan Kegunaan……….. 8

2.2 Simplisia………... 9

2.3 Karakterisasi Simplisia………. 9

2.4 Ekstraksi………... 10

2.5 Ekstrak……….. 11

2.6 Standarisasi……… 12

2.7 Standarisasi Obat Herbal……… 12

2.8 Parameter-parameter Standar Ekstrak………... 13

2.8.1 Parameter Spesifik Ekstrak………. 13

2.8.2 Parameter Non Spesifik Ekstrak………. 14

2.9 Uraian Instrumen……….. 16

2.9.1 Spektroskopi Serapan Atom (SSA)……… 16 2.9.2 Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS). 17


(13)

BAB 3 METODE PENELITIAN………. 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……… 19

3.2 Alat dan Bahan……….. 19

3.2.1 Alat……… 19

3.2.2 Bahan……… 19

3.3 Prosedur Penelitian……….... 20

3.3.1 Determinasi Tanaman………... 20

3.3.2 Penyiapan Simplisia……….. 20

3.3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia……… 20

3.3.3.1 Uji Makrokopik……… 20

3.3.3.2 Uji Mikroskopik………... 20

3.3.4 Penyiapan Ekstrak………. 21

3.3.5 Pengujian Parameter Spesifik………... 21

3.3.5.1 Identitas……… 21

3.3.5.2 Organoleptik………. 21

3.3.5.3 Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu……... 21

3.3.5.4 Uji Kandungan Kimia Ekstrak………. 22

3.3.6 Pengujian Parameter Non Spesifik………... 25

3.3.6.1 Kadar Abu……… 25

3.3.6.2 Bobot Jenis………... 26

3.3.6.3 Kadar Air……….. 27

3.3.6.4 Sisa Pelarut………... 27

3.3.6.5 Cemaran Mikroba………. 28

3.3.6.6 Cemaran Aflatoksin……….. 28

3.3.6.7 Cemaran Logam Berat……….. 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

4.1 Hasil Penelitian……….. 30

4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman……….. 30

4.1.2 Hasil Karakterisasi Simplisia……….... 30

4.1.2.1 Uji Maksroskopik………. 30

4.1.2.2 Uji Mikroskopik……… 32

4.1.3 Hasil Ekstraksi Herba Kemangi……… 33

4.1.4 Hasil Pengujian Parameter Spesifik………. 33

4.1.5 Uji Kandungan Kimia Ekstrak………. 34

4.1.5.1 Penapisan Fitokimia………. 34

4.1.5.2 Analisis Komponen Senyawa Kimia dengan GCMS……….. 34 4.1.5.3 Penentuan Kadar Senyawa Marker (Eugenol) dalam Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)………... 36

4.1.6 Hasil Pengujian Parameter Non Spesifik……….. 37

4.2 Pembahasan……… 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………. 47


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil Uji Makroskopik Herba Kemangi (Ocimum

americanumL.)………... 29

Tabel 4.2. Uji Mikroskopik pada Serbuk Herba Kemangi (Ocimum

americanumL.)………... 31

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Identitas Ekstrak, Organoleptik Ekstrak dan Kadar Senyawa yang Terlarut dalam Pelarut

Tertentu... 32 Tabel 4.4. Hasil Pengujian Kandungan Kimia dengan Penapisan

Fitokimia………... 33

Tabel 4.5. Hasil Analisis Komponen Senyawa Kimia Ekstrak

dengan GCMS………... 33


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tanaman Kemangi (Ocimum americanumL.)……… 6 Gambar 4.1. Kromatogram Sampel Ekstrak Etanol Herba

Kemangi (Ocimum americanum L)... 35 Gambar 4.2. Perbandingan Kromatogram Standar Eugenol dan

Kromatogram Sampel Ekstrak Etanol Herba

Kemangi (Ocimum americanumL.)…...……….. 36 Gambar 4.3. Hasil Kurva Kalibrasi dan Kadar Senyawa Eugenol

dengan GCMS…………..……… 37


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian……….. 53 Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman Herba Kemangi (Ocimum

americanumL.)………... 54

Lampiran 3. Kemangi (Ocimum americanum L.)……… 55 Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70% Herba

Kemangi (Ocimum americanumL.)………...……. 56 Lampiran 5. Perhitungan Parameter Spesifik Ekstrak Etanol Herba

Kemangi (Ocimum americanumL.)………...……. 57 Lampiran 6. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Herba Kemangi

(Ocimum americanumL.)…...……….... 61

Lampiran 7. Hasil data GCMS Komponen Senyawa Kimia Ekstrak

Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)…… 63 Lampiran 8. Perhitungan Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol

Herba Kemangi (Ocimum americanumL.)………...….. 65 Lampiran 9. Hasil Uji Cemaran Mikroba dengan ALT…...……... 76 Lampiran 10. Hasil Uji Cemaran Kapang dan Khamir……...……... 77 Lampiran 11. Sertifikasi Hasil Pengujian Aflatoksin pada Ekstrak

Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanumL.)…….. 78 Lampiran 12. Hasil LCMS Ekstrak Etanol Herba Kemangi dan

Standar Aflatoksin B1………. 79


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Genus Ocimum memiliki lebih dari 50 sampai 150 jenis yang tersebar di daerah tropis dan subtropis Asia, Afrika sampai Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Shadia, Aziz, & Omer, 2007; Wossa, Rali, & Leach, 2008). Genus

Ocimum memiliki banyak kegunaan untuk pengobatan dan sebagai tanaman aromatik di banyak negara, antara lain Mesir, India, Yunani, Itali, Maroko, dan negara-negara lainnya (Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007).

Di Indonesia genus Ocimum yang di kenal ada empat, yaitu; O. gratissimum

(O. viridiflorum. Roth), O. canum Sims (O. africanum Lour, O. americanum L.,

O. branchiatum Blume), O. basilicum, dan O. tenuiflorum (Oyen & Dung, 1999 dalam Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008).

Ocimum americanum merupakan spesies dari ocimum famili lamiaceae

(labiatae). Ocimum americanum L. tumbuh liar dan menyebar di seluruh wilayah tropis Asia dan Afrika (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007). Ocimum americanum L. di Indonesia dikenal dengan kemangi. Kemangi sering digunakan sebagai sayuran (lalapan) karena dapat meningkatkan selera makan (Pitojo, 1996; Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008). Menurut catatan Sudarman Mardi Siswoyo (1975), tanaman kemangi dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai kelainan tubuh, daun kemangi digunakan untuk mengobati demam, peluruh air susu kurang lancar, dan rasa mual. Sedangkan biji kemangi digunakan untuk mengobati sembelit (Pitojo, 1996).

Ocimum americanum L. mengandung senyawa kimia alami antara lain, minyak atsiri, karbohidrat, alkaloid, senyawa fenolik, fitosterol, tanin, lignin, pati, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Dhale, Birari, & Dhulgande, 2010; Sarma and Babu, 2011). Minyak atsiri merupakan komponen utama pada Ocimum americanum L (Sarma and Babu, 2011). Mutu minyak atsiri dipengaruhi oleh letak geografis tanaman ditanam (berkaitan dengan tanah, iklim, suhu,


(18)

penyinaran) (Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008). Senyawa minyak atsiri yang paling utama pada Ocimum americanum adalah kamfor, metil sinamat, dan sitral (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994, Verma & Kotyal, 2012).

Banyak penelitian-penelitian tentang aktivitas farmakologi dari tanaman kemangi (Ocimum americanum L.). Ekstrak hidroalkoholik dari daun Ocimum americanum diteliti memiliki aktivitas antioksidan yang dapat mencegah ischemia (Behera, Panigrahi, Babu, & Ramani, 2012). Pada penelitian lain juga mengatakan ekstrak petroleum eter, metanol, dan air dari tanaman kemangi (Ocimum americanum L.)memiliki aktivitas analgetik-antinflamasi (Behera, Baidya, Satish, Bilal, & Panda, 2011; Verma & Kothiyal, 2012). Selain itu, pada penelitian lain juga mengatakan bahwa ekstrak air dari Ocimum americanum dapat digunakan sebagai anti diabetes melitus (Verma & Kothiyal, 2012). Sedangkan minyak atsirinya dapat memperlihatkan aktivitas melawan fungi yang bersifat patogen pada manusia, melawan mikroorganisme oral, agrotis ipsilon (Lepidoptera : Noctuide) (Ntezurubanza, L., 1986 dalam Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007; Thaweboon, S & Thaweboon, B., 2009; Shadia, El-Aziz, Omer, & Sabra, 2007; Verma & Kotyal, 2012).

Melihat besarnya potensi tanaman Ocimum americanum L. sebagai tanaman obat, maka perlu dilakukan karakterisasi simplisia dan standardisasi ekstrak herba kemangi sehingga dapat menetapkan mutu dan keamanan bahan bahan baku ekstrak yang digunakan dalam menunjang kesehatan. Dampak positif standardisasi sebenarnya menguntungkan semua pihak yakni konsumen, pemerintah, bahkan produsen sendiri. Tujuan dari standardisasi sendiri adalah menjaga konsistensi dan keseragaman khasiat dari obat herbal, menjaga senyawa-senyawa aktif selalu konsisten terukur antara perlakuan, menjaga keamanan dan stabilitas ekstrak/bentuk sedian terkait dengan efikasi dan keamanan pada konsumen, dan meningkatkan nilai ekonomi (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011). Dalam proses standardisasi herba kemangi (Ocimum americanum L.), di perlukan bahan baku atau simplisia yang memenuhi syarat dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia) dan ekstrak yang memenuhi persyaratan dalam buku khusus monografi ekstrak tumbuhan obat. Namun dalam hal ini, bahan baku simplisia dan ekstrak herba kemangi


(19)

(Ocimum amerianum) belum tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia & Monografi ekstrak tumbuhan obat). Oleh karena itu, diharapkan dengan dilakukannya karakterisasi simplisia dan standardisasi ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum

L.) ini dapat dijadikan acuan sebagai parameter standar mutu ekstrak.

Pada pengujian standardisasi ini dilakukan ekstraksi herba kemangi (Ocimum americanum L.) dengan menggunakan pelarut etanol. Etanol merupakan pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan (J.B. Harbone, 1987). Pelarut organik selain etanol memiliki potensi toksisitas yang lebih tinggi (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011). Selain itu, etanol juga memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dan belum adanya laporan penelitian mengenai karakterisasi simplisia dan standardisasi ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.), maka dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan informasi sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil data karakterisasi simplisia dari herba kemangi (Ocimum americanum L.) ?

2. Bagaimana hasil data standardisasi ekstrak etanol herba kemangi Ocimum americanum L.) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mendapatkan data karakterisasi simplisia tanaman herba kemangi (Ocimum americanum L.).

2. Mendapatkan data parameter standardisasi ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.).


(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilustrasi tentang karakterisasi simplisia dan standardisasi herba kemangi (Ocimum americanum L.) yang akan di gunakan sebagai bahan baku obat fitofarmaka atau minimal obat herbal terstandar.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitan adalah penentuan makroskopis dan mikroskopis simplisia herba kemangi (Ocimum americanum L.) yang mengacu kepada literatur secara umum. Sedangkan untuk penentuan parameter spesifik dan non spesifik pada ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.) mengacu kepada Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Depkes 2000 dan buku Standardisasi Bahan Obat Alam Graha ilmu.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.)

Ocimum americanum L. merupakan nama latin dari tanaman kemangi (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Pitojo, 1996; Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008). Ocimum americanum L. tumbuh liar dan menyebar di seluruh wilayah tropis Asia dan Afrika (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007).

Ocimum americanum termasuk kedalam genus ocimum famili lamiaceae

(Labiatae) telah digunakan sejak lama sebagai obat dan tumbuhan aromatik di banyak negara, antara lain Mesir, India, Yunani, Itali, Marocco dan negara lainnya (Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007; Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008). Lamiaceae adalah famili yang menghasilkan sejumlah besar taksa tanaman obat, terutama karena kaya akan kandungan minyak atsirinya (Heinrich, Barnes, Gibbons, & Wiliamson, 2010). Umumnya minyak atsiri terdapat di dalam kelenjar epidermis. Sebagian besar kelompok famili lamiaceae ini berupa herba atau semak pendek dengan batang muda sering bersudut empat (Heinrich, Barnes, Gibbons, & Wiliamson, 2010).

2.1.1 Taksonomi

Menurut ilmu tumbuh-tumbuhan tanaman kemangi termasuk dalam sistematika sebagai berikut:

a. Divisi : Spermatophyta

b. Sub-divisi : Angiospermae

c. Kelas : Dicotyledonae

d. Ordo : Amaranthaceae

e. Family : Lamiaceae atau Labiatae

f. Genus : Ocimum

g. Species : Ocimum americanum L.


(22)

Gambar 2.1. Tanaman Kemangi (Ocimum americanum L.)

Sumber : Koleksi pribadi

2.1.2 Sinonim

Ocimum americanum L. memiliki sinonim yaitu : Ocimum canum Sims,

Ocimum affricanum Lour, Ocimum brachiatum Blume (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).

2.1.3 Nama Daerah

Ocimum americanum di kenal dengan hoary basil, wild basil, dan lemon basil. Indonesia: kemangi, serawung, selasih putih. Malaysia: selaseh, kemangi, ruku-ruku. Thailand: Maenglak. Vietnam: rau h[us]ng (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Pitojo, 1996).

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Ocimum americanum L. tumbuh liar dan menyebar di seluruh wilayah tropis Asia dan Afrika. Tanaman asal dari Ocimum americanum L. belum diketahui. Tanaman ini tersebar di wilayah Asia Tenggara di belahan benua, di Indonesia dan Papua Nugini. Tanaman ini juga terkenal di wilayah tropis Amerika dan beberapa pulau diwilayah Hindia Barat. Tumbuh kurang dari 300 m di atas permukaan laut (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994; Pitojo, 1996; Shadia, Aziz, Omer, & Sabra, 2007).


(23)

2.1.5 Morfologi

Ocimum americanum L. merupakan tanaman berbatang tegak, tinggi tanaman antara 0,3-0,6 m. Batang muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna kecokelatan; tangkai daun berwarna hijau dan panjangnya antara 0,5-2 cm (Pitojo, 1996), bentuk batang mudanya persegi (Simoemonsma, J.S & Piluek, K., 1994). Pada batang terdapat bulu terutama pada tanaman muda (Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008).

Daun Ocimum americanum berwarna hijau terang (Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008), helaian daun berbentuk bulat telur, ujungnya meruncing, tampak menggelombang; pada sebelah menyebelah ibu tulang daun terdapat 3-6 tulang cabang; tepi daun sedikit bergerigi (Pitojo, 1994); terdapat bintik-bintik serupa kelenjar (Pitojo, 1996; Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008).

Ocimum americanum berbunga semu terdiri dari 1-6 karangan bunga, berkumpul menjadi tandan; terletak di bagian ujung batang, cabang, atau ranting tanaman; panjang karangan bunga mencapai 25 cm dengan 20 kelompok bunga. Daun pelindung elips atau bulat telur, panjang antara 0,5-1 cm. Kelopak bunga hijau, berambut, di sebelah dalam lebih rapat dan bergigi tak beraturan. Daun mahkota berwarna putih, berbibir dua. Bibir atas bertaju 4, bibir bawah utuh (Pitojo, 1994). Tangkai kepala putik berwarna ungu, sedangkan tangkai kepala sari dan tepung sari berwarna putih (Pitojo, 1996), jumlah putik 1, sedangkan jumlah benang sari 4 (2 pendek, 2 panjang) (Martono, Hadipoentyanti, & Udamo, 2004; Hadipoentyanti & Wahyuni, 2008). Tangakai dan kelopak buah letaknya tegak, melekat pada sumbu dari karangan bunga. Biji buah Ocimum americanum

kecil, keras, berwarna kehitaman. Secara keseluruhan tandan bunga dan buah, tanpak hijau keputihan dan tidak mencolok (Pitojo, 1996).

2.1.6 Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada Ocimum americanum L. antara lain, minyak atsiri, karbohidrat, alkaloid, senyawa fenolik, tanin, fitosterol, lignin, pati, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakuinon (Dhale., et al, 2010; Sarma dan Babu, 2011). Minyak atsiri pada Ocimum americanum L. mengandung komponen campor, limonene, methyl cinnamate dan linalool (Martono, hadipoentyanti, & Udarmo,


(24)

2004; Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008). Senyawa minyak atsiri yang paling utama pada O. americanum adalah kamfor, metil sinamat, dan sitral (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994, Verma & Kotyal, 2012).

Menurut buku “Glossaary of indian medicinal Plants” kandungan kimia

utama dalam Ocimum americanum adalah minyak atsiri, flavonoid, dan polisakarida. Senyawa penyusun minyak atsiri yaitu metil sinamat, metilheptenon, metilnonilketon, d-camphor, citral, ocimin, metilchavicol, linalool, nevadensin, slavigenin, beta-sitosterol, betulinat, ursolat, asam oleonolat. Sedangkan flavonoids tersusun atas pectolinarigenin-7-metileter dan nevadensin. Polisakarida tersusun atas xylosa, arabinosa, rhamnosa, dan asam galakturonat (Sarma dan Babu, 2011).

2.1.7 Khasiat dan Kegunaan

Didalam pengobatan tradisional, O. americanum digunakan untuk pengobatan penyakit ringan dimasyarakat. Jamu-jamuan O. americanum yang direbus digunakan untuk obat batuk, daun yang dimemarkan kemudian di tempel diatas dahi dapat meringankan radang selaput lendir di hidung dan tenggorokan, sedangkan di tempel diatas dada dapat meringankan masalah pernapasan. Tanaman keseluruhan (herba) dapat digunakan pada saat mandi yang berkhasiat untuk pengobatan rematik, selain itu herba juga berhasiat untuk pengobatan batu ginjal (Siemonsma, J.S & Piluek, K., 1994).

Secara tradisional, biji kemangi dapat dimanfaatkan untuk membuat ramuan minuman penyegar dapat dimanfaatkan untuk menekan dahaga dan pendingin rasa perut, selain itu juga dapat digunakan untuk mengobati sembelit (Pitojo, 1996). Daun kemangi digunakan untuk mengobati demam, peluruh air susu kurang lancar, dan rasa mual. Biji kemangi di gunakan untuk mengobati sembelit (Pitojo, 1996).

Penelitian tentang aktivitas biologi herba kemangi (Ocimum

americanum/canum) juga banyak di laporkan. Pada ekstrak Ocimum americanum

memiliki aktivitas sebagai analgesik dan anti-inflamasi (Behera, Baidya, Satish, Bilal, & Panda, 2011), antioksidan yang dapat mencegah ischemia (Behera,


(25)

Panigrahi, Babu, & Ramani, 2012), dan dapat melawan bakteri gram negatif dan gram positif (Dhale, Birari, & Dhulgande, 2010).

Pada minyak atsiri Ocimum americanum, di teliti memiliki memiliki aktivitas dapat melawan mikroorganisme oral (S. Thaweboon & B. Thaweboon), Agrotis ipsilon (Lepidoptera : Noctuide) (Shadia, El-Aziz, Omer, & Sabra, 2007), dapat digunakan sebagai insektisida nabati yang dapat melawan hama padi, dan dapat digunakan sebagai alat antifungi yang aman yang dapat berfungsi sebagai parameter indikasi percobaan fungi yang bersifat patogen (Verma & Kothiyal, 2012).

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

Menurut “Materia Medika Indonesia” simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu; simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelican (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 1995 dalam Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

2.3 Karakterisasi Simplisia

Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan dari tumbuhan liar (wild crop) memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa dalam produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai berikut (Depkes RI, 2000) :

1) Genetik (bibit)


(26)

3) Rekayasa agronomi (fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh) 4) Panen (waktu dan pasca panen)

Besarnya variasi senyawa kandungan meliputi baik jenis ataupun kadarnya, sehingga timbul jenis (species) lain yang disebut kultivar (Depkes RI, 2000). Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam artian, yaitu komposisi senyawa kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan (Depkes RI, 2000).

Karakterisasi suatu simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Media Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 2000). Karakterisasi simplisia meliputi uji makroskopik, uji mikroskopik dan identifikasi simplisia (Depkes RI, 1995).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat (Depkes RI, 2000). Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua cara yaitu ; cara dingin dan cara panas. Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu; maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas terbagi menjadi empat jenis yaitu; refluks, soxhlet, digesti, infus, dan dekok (Depkes RI, 2000).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Depkes RI, 2000). Maserasi berasal dari bahasa latin macerase

berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir (Voigt, 1994).


(27)

Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang, upaya pengocokan ini dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1994).

Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000).

2.5 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voigt, 1994).

Faktor yang mempengaruhi ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia. Faktor biologi meliputi: spesies tumbuhan, lokasi tumbuh, waktu pemanenan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan. Sedangkan faktor kimia yaitu: faktor internal (Jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif senyawa aktif, komposisi kuantitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif) dan faktor eksternal (metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi, ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat, kandungan pestisida) (Depkes RI, 2000).


(28)

Selain faktor yang mempengaruhi ekstrak, ada faktor penentu mutu ekstrak yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu; kesahihan tanaman, genetik, lingkungan tempat tumbuh, penambahan bahan pendukung pertumbuhan, waktu panen, penangan pasca panen, teknologi ekstraksi, teknologi pengentalan dan pengeringan ekstrak, dan penyimpanan ekstrak (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

2.6 Standardisasi

Standardisasi adalah rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam (Saefudin et al., 2011).

Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen. Standardisasi obat herbal meliputi dua aspek :

1. Aspek parameter spesifik: berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif.

2. Aspek parameter non spesifik: berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas missal kadar logam berat, aflatoksin, kadar air dan lain-lain.

2.7 Standardisasi Obat Herbal

Standardisasi obat herbal merupakan rangkaian proses melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi bersadarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam atau tumbuhan obat herbal (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia,


(29)

biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Dengan kata lain, pengertian standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir obat (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan terlebih dahulu. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak yaitu faktor biologi dari bahan asal tumbuhan obat dan faktor kandungan kimia bahan obat tersebut. Standardisasi ekstrak terdiri dari parameter standar spesifik dan parameter standar non spesifik (Depkes RI, 2000).

2.8 Parameter-parameter Standar Ekstrak

Parameter- parameter standar ekstrak terdiri dari parameter spesifik dan parameter non spesifik

2.8.1 Parameter Spesifik Ekstrak (Depkes RI, 2000)

Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek kuantitatif kadar senyawa kima yang bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas farmakologis tertentu. Parameter spesifik ekstrak meliputi :

1. Identitas (parameter identitas ekstrak) meliputi : deskripsi tata nama, nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama lain tumbuhan (sistematika botani), bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun dsb) dan nama Indonesia tumbuhan.

2. Organoleptis : Parameter organoleptik ekstrak meliputi penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa guna pengenalan awal yang sederhana se-objektif mungkin

3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu : melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol/air) untuk ditentukan jumlah larutan yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetrik. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan, metanol. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan


(30)

4. Uji kandungan kimia ekstrak : a. Pola kromatogram

Pola kromatogram dilakukan sebagai analisis kromatografi sehingga memberikan pola kromatogram yang khas. Bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram (KLT, KCKT). (Depkes, 2000)

b. Kadar kandungan kimia tertentu

Suatu kandungan kimia yang berupa senyawa identitas atau senyawa kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromatografi instrumental dapat dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut. Instrumen yang dapat digunakan adalah densitometri, kromatografi gas, KCKT atau instrumen yang sesuai. Tujuannya memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas atau senyawa yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi. (Depkes, 2000)

2.8.2 Parameter Non Spesifik Ekstrak (DEPKES RI,2000)

Penentuan parameter non spesifik ekstrak yaitu penentuan aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Parameter non spesifik ekstrak menurut buku “Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat” (Depkes RI, 2000), meliputi :

1. Bobot jenis

Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume yang diukur pada suhu kamar tertentu (250C) yang menggunakan alat khusus piknometer atau alat lainnya. Tujuannya adalah memberikan batasan tentang besarnya masa persatuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang, bobot jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi (Depkes RI, 2000).

2. Kadar air

Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes Ri, 2000).


(31)

3. Kadar abu

Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunanya terdestruksi dan menguap. Sehingga tingga unsur mineral dan anorganik, yang memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Parameter kadar abu ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak (Depkes RI, 2000).

4. Sisa pelarut

Parameter sisa pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut tertentu yang mungkin terdapat dalam ekstrak. Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada (Depkes RI, 2000). Pengujian sisa pelarut berguna dalam penyimpanan ekstrak dan kelayakan ekstrak untuk formulasi (Putri, E., anggraeni, & Khairina, 2012).

5. Cemaran mikroba

Parameter cemaran mikroba adalah penentuan adanya mikroba yang patogen secara secara analisis mikrobiologis. Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

6. Cemaran aflatoksin

Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur. Aflatoksik sangat berbahaya karena dapat menyebabkan toksigenik (menimbulkan keracunan), mutagenik (mutasi gen), tertogenik (penghambatan pada pertumbuhan janin) dan karsinogenik (menimbulkan kanker pada jaringan) (Rustian, 1993 dalam Arifini, H., Anggraini, Handayani, & Rasyid). Jika ekstrak positif mengandung aflatoksin maka pada media pertumbuhan akan menghasilkan koloni berwarna hijau kekuningan sangat cerah (Saifudin, A., Rahayu, & Teruna, 2011).


(32)

7. Cemaran logam berat

Parameter cemaran logam berat adalah penetuan kandungan logam berat dalam suatu ekstrak, sehingga dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi batas yang telah ditetapkan karena berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).

2.9 Uraian Instrumen

2.9.1 Spektroskopi Serapan Atom

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et al., 2004 dalam Arifiani, 2012).

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada dalam sel (Underwood & Day, 2002).

Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang menghasilkan atom-atom gas bebas dalam keadaaan dasarnya dan suatu sistem optik untuk pengukuran sinyal (Willard, Merritt, Dean, & Settle, 1988).

Pada prinsipnya mekanisme kerja dari SSA ini adalah atom-atom suatu logam diuapkan dalam suatu nyala dan serapannya pada suatu pita radiasi sempit yang dihasilkan oleh suatu lampu katode rongga. Kemudian, dilapisi dengan logam tertentu yang sedang ditentukan, setelah itu diukur (Watson, DG., 2010).

Dalam metode SSA, sebagaimana dalam metode spektrometri atomik yang lain, contoh harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal dengan istilah atomisasi, pada proses ini sampel diuapkan dan didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (Basset et al. 1994):


(33)

a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan residu padat.

b. Penguapan zat padat, zat padat ini terdisosiasi menjadi atom- atom penyusunnya yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar.

Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi dan akan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut mampu memancarkan energy (Basset et al. 1994).

Aplikasi dalam penetapan kadar dengan menggunakan SSA ini, terutama sering digunakan dalam uji batas untuk logam-logam didalam obat sebelum dimasukan kedalam formulasi. Sampel biasanya dilarutkan dalam asam nitrat 0,1 M untuk menghindari pembentukan hidroksida logam dari logam berat, yang relative non-volatil dan menekan hasil bacaan SSA (Watson, DG., 2010).

2.9.2 Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS)

Gas Chromatopraphy Mass Spectrophotometry atau kromatografi gas spektroskopi masa merupakan suatu kesatuan instrumen kromatografi gas dan spektroskopi masa (Willard, Merritt, Dean, & Settle, 1988).

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner (Underwood & Day, 2002).

Kromatografi gas adalah metode pemisahan dan deteksi yang dinamis pada senyawa volatil organik dan beberapa senyawa anorganik. Kromatografi gas dapat memisahkan senyawa volatil dan semi volatil dengan resolusi yang baik, tetapi tidak dapat mengidentifikasi. Sedangkan spektroskopi massa dapat memberikan informasi struktural yang rinci pada berbagai senyawa sehingga mampu diidentifikasi dengan tepat. Prinsip kerja kromatografi gas melibatkan partisi dari gas terlarut antara gas mulia sebagai fase gerak dan cairan atau padatan sebagai fase diam, sedangkan spektrometri massa diperoleh dengan mengukur puncak dan massa yang tepat dari ion yang membentuk spektrum massa (Arifiani, 2012).

Penggunaan secara umum kromatografi gas spektrometri massa adalah untuk mengidentifikasi senyawa volatil organik dan semivolatil dalam campuran


(34)

kompleks, penentuan berat molekul dan terkadang komposisi unsur senyawa organik yang belum diketahui dalam campuran yang kompleks, penentuan struktur senyawa organik yang belum diketahui dengan pemcocokan spektrum yang terdapat pada spektroskopi massa. Kromatografi gas spektrometri massa dapat digunakan untuk identifikasi secara kualitatif dan secara kuantitatif untuk memastikan komponen senyawa dalam campuran yang kompleks. Untuk pengukuran kuantitatif didasarkan pada luas puncak dari kromatografi massa atau dari ion target yang diinginkan (Settle, 1997 dalam Arifiani, 2012).


(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan selama ± 5 bulan, terhitung mulai dari bulan Maret – Juli tahun 2013 di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Formulasi Sediaan SterilFakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan program studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, BPPT PUSLIT-Serpong, Balitro-Cimanggu Bogor,Pusat Laboratorium Terpadu, LIPI Kimia-Serpong, dan Lab. Forensik Mabes Polri-Jakarta.

3.2.Alat dan Bahan 3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan penguap, batang pengaduk, piknometer, timbangan analitik (Wiggen Hauser), labu destilasi (alat destilasi), oven (memmert), hot plate (Wiggen Hauser®), cawan petri, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur, kapas, kertas saring, kertas saring bebas abu, erlemmeyer, corong, mikropipet, termometer, vortex, Spektrofotometri UV (Hitachi Type U2910), Gas Chromatography-Mass

Spectrometry (Agilent), mikroskop(Olympus IX71), Atomic Absorption

Spechtrophotometer (Hitachi Z-2000 Polarized Zeeman®), Atomic Absorption Spechtrophotometer (Spektra AA-880).

3.2.2. Bahan

Ekstrak etanol 70% herba kemangi (Ocimum americanum L.)yang berumur 3 bulan diperoleh dari kebun kemangi di daerah Grogol, Kecamatan Limo, Depok yang telah dideterminasi.Kloroform, aseton, n-heksan, amoniak 10%, petroleum eter, alcohol (etanol 96%), FeCl3 1%, , HCl 1%, HCl 10%, HCl

pekat, amoniak 25%, HNO3 pekat, NaOH 5%, H2SO4 pekat, H2SO4 encer, H2SO4


(36)

lempengan Mg, pewarna Anisaldehid, standar eugenol,Nutrien Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA)

3.3.Prosedur Penelitian 3.3.1. Determinasi Tanaman

Pemeriksaan atau determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat.

3.3.2. Penyiapan Simplisia

Tanaman kemangi yang diperoleh dari kebun kemangi di daerah Grogol, Kecamatan Limo, Depok yang telah dideterminasi, kemudian disortasi dari bahan-bahan pengotor. Lalu dilakukan pencucian dengan air mengalir hingga bersih, setelah itu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering (selama ± 2 minggu). Kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk dengan ukuran derajat kehalusan serbuk simplisia yang sesuai.Setelah itu disimpan dalam wadah kering tertutup rapat dalam ruangan terlindung dari cahaya matahari.

3.3.3. Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia (Depkes RI, 1979) 3.3.3.1. Uji Makroskopik

Uji makroskopik bertujuan untuk menentukan ciri khas simplisia dengan pengamatan secara langsung berdasarkan bentuk simplisia dan ciri-ciri organoleptik herba kemangi (Ocimum americanum L.) menurut literatur secara umum.

3.3.3.2. Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik mencakup pengamatan terhadap bagian simplisia dan fragmen pengenal dalam bentuk sel, isi sel atau jaringan tanaman serbuk simplisia herba kemangi (Ocimum americanum L) secara umum yang dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.


(37)

3.3.4. Penyiapan Ekstrak

Serbuk simplisia herba kemangi dimaserasi dengan menggunakan etanol 70% selama 24 jam dan pada 6 jam pertama sekali-sekali dilakukan pengadukan. Hasil maserasi disaring dengan kapas dan kertas saring.Selanjutnya, residu dimaserasi kembali hingga warna coklat bening.Filtrat herba kemangi yang diperoleh disatukan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 400C - 500C sampai diperoleh ekstrak kental. Rendemen dari ekstrak kemudian dihitung dengan rumus :

3.3.5. Pengujian Parameter Spesifik 3.3.5.1. Identitas (Depkes RI, 2000)

Pendiskripsian tata nama, yaitu nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan.

3.3.5.2. Organoleptik (Depkes RI, 2000)

Penetapan organoleptik yaitu dengan pengenalan secara fisik dengan menggunakan panca indera dalam mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.

3.3.5.3. Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu

Pengujian senyawa terlarut dalam pelarut tertentu dalam ekstrak terdiri dari kadar senyawa yang terlarut dalam air dan kadar senyawa yang terlarut dalam etanol(Depkes RI, 2000; Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

(i) Kadar Senyawa yang Larut dalam Air

Sejumlah 1 g ekstrak (W1) dimaserasi dengan 25 mL kloroform selama 24 jam, menggunakan labu ukur sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian didiamkan selama 18 jam dan disaring. Filtrat sebanyak 5 mL diuapkandalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara (W0) dengan cara didiamkan sampai pelarutnya menguap dan tersisa residunya,kemudianpanaskan


(38)

residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap (W2)(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong W1 = bobot ekstrak awal

W2 = bobot cawan + residu yang dioven

(ii) Kadar Senyawa yang Larut dalam Etanol

Sejumlah 1 g ekstrak (W1) dimaserasi dengan 25 mL etanol 96%, selama 24 jam dengan menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama. Kemudian didiamkan selama 18 jam dan disaring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol. Filtrat sebanyak 5 mL diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara (W0) dengan cara didiamkan sampai pelarutnya menguap dan tersisa residunya, panaskan residu pada suhu 105oC hingga bobot tetap (W2)(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong W1 = bobot ekstrak awal

W2 = bobot cawan + residu yang dioven

3.3.5.4. Uji Kandungan Kimia Ekstrak (i) Uji Penapisan Fitokimia

(a) Identifikasi Alkaloid

Ekstrak 0,5 gram dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan 5 ml HCl 2 N, dipanaskan pada penangas air. Setelah dingin, campuran disaring dan filtrat ditambahkan beberapa tetes reagen Mayer. Sampel kemudian diamati hingga keruh atau ada endapan (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour, 2003).


(39)

(b) Identifikasi Flavonoid

Ekstrak 0,5 gram dalam cawan ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan serbuk magnesium 0,5 g dan 3 tetes HCl pekat. Terbentuknya warna jingga sampai merah menunjukkan adanya flavon, merah sampai merah padam menunjukkan flavanol, merah padam sampai merah keunguan menunjukkan flavanon (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour, 2003).

(c) Identifikasi Saponin

Ekstrak 0,5 gram dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan dengan 20 mL aquabides dan dikocok kemudian didiamkan selama 15-20 menit.Jika tidak ada busa = negatif; busa lebih dari 1 cm = positif lemah; busa dengan tinggi 1,2 cm = positif; dan busa lebih besar dari 2 cm = positif kuat (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour, 2003; Sarma & Babu, 2011).

(d) Identifikasi Triterpenoid

Ekstrak 0,5 gram dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan 1 mL kloroform dan 1 mL asetat anhidrida lalu didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan H2SO4. Jika terjadi warna kemerahan,

menunjukkan adanya triterpenoid (Mandal dan Ghasal, 2012).

(e) Identifikasi Steroid

Ekstrak 0,5 gram dalam tabung reaksi ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan 2 mL kloroform, kemudian ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat dengan cara diteteskan pelan-pelan dari sisi dinding tabung reaksi.

Pembentukan cincin warna merah menunjukkan adanya steroid (Mandal dan Ghasal, 2012).

(f) Identifikasi Tanin

Ekstrak 0,5 gram dalam cawan ditambahkan 2 mL etanol 70% kemudian diaduk, ditambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes, jika menghasilkan biru karakteristik,


(40)

biru-hitam, hijau atau biru-hijau dan endapan (Mojab, Kamalinejad, Ghaderi, & Vahidipour, 2003).

(g) Identifikasi Minyak Atsiri

Ekstrak 2 gram dalam tabung reaksi (volume 20 mL) ditambahkan 10 mL pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit diatas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 mL lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau aromatik/menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri (Farnsworth, 1966).

(ii) Analisis Komponen Senyawa Kimia dengan GCMS (Agilent MSD ChemStation G1701EA E.02.02.1431)

Analisis komponen senyawa kimia ekstrak dilakukan dengan menggunakan

Gas Chromatography-Mass Spectrometrydengan model number Agilent 19091S-433E yang disuntikkan sebanyak 1,0 mikroliter, dengan kondisi kolom HP-5MS dan temperatur maksimum 3500C dengan aliran awal kolom 1,00 ml/min, gas pembawa adalah Helium dengan tekanan kolom 8,57 psi, split rasio 50:1, split aliran 49,0 ml/menit dengan total aliran 52,9 ml/min dan suhu awal 290oC ditahan selama selama 2 menit dengan aliran 20,0 ml/min sampai seluruh komponen selesai dielusi. Komponen diidentifikasi dengan mencocokkan spektrum massa pada Library seperti Wiley dan Nasional Institute of Standards and Technology (NIST).

(iii) Penentuan Kadar Senyawa Marker (Eugenol) dalam Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

Penentuan kadar senyawa marker dengan menggunakan senyawa pembanding yaitu eugenol standar. Penetapan ini dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi, yang dibuat dengan membuat lima seri konsentrasi eugenol


(41)

standar yaitu 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 500 ppm.Kemudian lima seri konsentrasi ini disuntikkan ke alat GCMS sebanyak 1,0 mikroliter dengan spesifikasi alat sama seperti point (ii)), sehingga didapatkan nilai response (luas area) dari berbagai seri konsentrasi. Setelah itu data yang didapat diplot, sehingga didapatkan kurva kalibrasi dan persamaan regresi liniernya.Untuk penetapan kadar senyawa marker (eugenol), data response (luas area) yang didapat untuk eugenol dalam sampel ekstrak yang disuntikan ke alat GCMS sebanyak 1,0 mikroliter kemudian dimasukkan kedalam persamaan regresi linier dan ditetapkan kadar senyawa marker (eugenol) didalam ekstrak.

3.3.6. Pengujian Parameter Non Spesifik 3.3.6.1. Kadar Abu

(i) Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang seksama (W1) dimasukkan dalam krus silikat yang sebelumnya telah telah dipijarkan dan ditimbang (W0). Setelah itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan (dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 250C (Depkes RI, 1980 dalam Arifin, H., Anggraini, Handayani, & Rasyid, 2006) hingga arang habis.Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W2).

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong (gram) W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan (gram)

(ii) Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut asam. Kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu dan residunya dibilas dengan air panas. Abu yang tersaring dan kertas saringnya dimasukkan kembali dalam


(42)

krus silikat yang sama. Setelah itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan (dengan suhu dinaikan secara bertahap hingga 600 ± 250C (Depkes RI, 1980 dalam Arifin, H., Anggraini, Handayani, & Rasyid, 2006)) hingga arang habis.Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W3).

Keterangan :

W0 = bobot cawan kosong (gram) C = bobot kertas saring (gram) W1 = bobot ekstrak awal (gram)

W2 = bobot cawan + abu yang tidak larut asam (gram)

3.3.6.2. Bobot Jenis

Piknometer yang bersih, kering ditimbang.Kemudian dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25oC kemudian ditimbang (W1). Ekstrak cair diatur suhunya kurang lebih 20oC lalu dimasukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25oC kemudian ditimbang (W2) (Depkes RI, 2000).

Keterangan : d = bobot jenis

W0 = bobot piknometer kosong W1 = bobot piknometer + air W2 = bobot piknometer + ekstrak


(43)

3.3.6.3. Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan cara destilasi toluena. Toluena yang digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, setelah dikocok didiamkan, kedua lapisan air dan toluena akan memisah, lapisan air dibuang. Sebanyak 10 g ekstrak yang ditimbang dengan seksama dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan toluena yang telah dijenuhkan dengan air. Labu dipanaskan hati-hati selama 100 menit, setelah toluena mulai mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4 tetes/detik.Setelah semua toluena mendidih,dilanjutkan pemanasan selama 5 menit. Kemudian, dibiarkan tabung menerima dingin sampai temperatur kamar. Setelah lapisan air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen terhadap berat ekstrak semula. Pekerjaan diulang tiga kali.(Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

Keterangan :

V = Volume air (ml) W = Bobot ekstrak (gr)

3.3.6.4. Sisa Pelarut

Ektrak mengandung etanol 30% atau kurang. Timbang sejumlah 2,0 gram ekstrak kental dilarutkan dalam air sampai 25,0 ml kemudian dimasukkan kedalam labu destilasi. Atur suhu destilat pada 78,5oC.Catat destilasi hingga diperoleh destilat lebih kurang 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji (destilasi selama 2 jam atau tidak menetes lagi). Tambahkan air sampai 25,0 ml. Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25oC seperti yang tetera pada Penetapan Bobot Jenis. Hitung persentase dalam volume dari etanol dalam cairan menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope Indonesia Edisi IV (Depkes RI, 2000;Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).


(44)

3.3.6.5. Cemaran Mikroba

Pada penyiapan sampel ditimbang 1 gram ekstrak. Sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml ditambah aquadest sampai 10,0 mL sehingga diperoleh pengenceran 10-1, dan dikocok hingga larut atau dengan bantuan vortex. Dilanjutkan dengan pengenceran 10-2 dan 10-3(Depkes RI, 2000; Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

(i) Angka Lempengan Total (ALT)

Dipipet 1 ml dari tiap pengenceran ke dalam cawan petri yang steril (duplo), dengan menggunakan pipet yang berbeda dan steril untuk tiap pengenceran.Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 5 ml media Nutrient Agar yang telah dicairkan bersuhu kurang lebih 45oC. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati (putar dan goyangkan ke depan dan ke belakang serta ke kanan ke kiri) hingga sampel bercampur rata dengan pembenihan. Kemudian dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku.Cawan petri dengan posisi terbalik dimasukkan kedalam lemari inkubator suhu 35oC selama 24 jam.Catat pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang mengandung 30-300 koloni setelah 24 jam.Hitung ALT dalam koloni/g sampel dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang sesuai (Depkes RI, 2000; Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

(ii) Kapang dan Khamir

Kedalam cawan petri yang steril (duplo) tuangkan 5 ml media Potato dextros Agar yang telah dicairkan bersuhu 45oC, biarkan membeku pada cawan. Pipet 0,5 ml dari tiap pengenceran kedalam cawan petri yang steril (metode semai), dengan menggunakan pipet yang berbeda dan steril untuk tiap pengenceran. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati hingga sampel tersemai secara merata pada media. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau 25oC selama 7 hari. Dicatat hasil sebagai jumlah kapang dan khamir/g sampel (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).


(45)

3.3.6.6. Cemaran Aflatoksin

Untuk uji kualitatif metode yang dipersyaratkan adalah dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).Ekstrak di KLT dengan menggunakan pembanding campuran aflatoksin B1. Eluen yang digunakan adalah campuran kloroform: aseton: n heksan (83:15:20) dengan jarak rambat 8 cm. Kemudian hasil dilihat pada sinar uv 366 nm, jika terlihat adanya bercak dan warna yang sama (biru atau hijau kebiruan) menandakan positif adanya aflatoksin. Selanjutnya analisa secara kuantitatif dilakukan jika analisa kualitatif positif. Analisa kuantitatif dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).

3.3.6.7. Cemaran Logam Berat

Penetapan kadar Arsen (As), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spechtrophotometer. Penetapan kadar ketiga logam berat dilakukan dengan cara digesti basah. Ditimbang 1 gram ekstrak dan ditambahkan 10 ml HNO3 pekat, kemudian dipanaskan dengan heating mantel hingga kental atau kering. Ekstrak yang kental dan dingin ditambahkan aquadest 10 ml dan asam perkolat 5 ml, kemudian dipanaskan hingga kental lalu disaring ke labu ukur 50 ml. Sampel diukur dengan alat Atomic Absorption Spechtrophotometer. Maksimal residu Pb tidak melebihi 10 mg/kg ekstrak, residu Cd tidak melebihi 0,3 mg/kg ekstrak dan As tidak melebihi 5 μg/kg (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011).


(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan adalah tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) famili

Lamiaceae. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 2.

4.1.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.1.2.1. Uji Makroskopik

Pada uji makroskopik dilakukan pengamatan secara langsung terhadap bentuk fisik dari herbakemangi (Ocimum americanum L.). Pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Uji Makroskopik Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

No Sampel uji Literatur

1 Kemangi secara umum

Tanaman mempunyai batang tegak, yang tingginya sekitar 60 cm atau 0,6 meter.

Tanaman berbatang tegak, tinggi tanaman antara 0,3 – 1 meter (Siemonsma, J.S & Piluek, 1994).

2 Batang

Batang muda tanaman berwarna hijau, setelah tua berwarna kecoklatan. Bentuk batang muda persegi terdapat bulu-bulu halus.

Batang muda berwarna hijau, setelah tua berwarna kecoklatan; bentuk batang muda persegi; pada batang terdapat bulu terutama pada tanaman muda (Martono, Hadipoentyanti & Udarno,


(47)

2004;Pitojo, 1996). 3 Daun

Letak daun berhadapan, berwarna hijau terang, helainya berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, dan bergelombang. Pada daun terdapat 3-4 pasang tulang daun, tepi daun sedikit bergerigi, terdapat bintik-bintik serupa kelenjar pada permukaannya. Tangkai daun berwarna hijau dan panjangnya 0,5 cm

Letak daun berhadapan (Pitojo, 1996); daun berwarna hijau terang (Martono, Hadipoentyanti, & Udarno, 2004); helai daun

berbentuk bulat telur (Pitojo, 1996), ujungnya meruncing(Pitojo, 1996; Martono, Hadipoentyanti, & Udarno, 2004), tampak bergelombang (Pitojo, 1996); terdapat 3-4 pasang tulang daun(Pitojo, 1996); tepi daun sedikit bergerigi (Martono, Hadipoentyanti, & Udarno, 2004); terdapat bintik-bintik serupa kelenjar pada permukaan daun(Pitojo, 1996); tangkai daun berwarna hijau dan panjangnya antara 0,5-2 cm (Pitojo, 1996). 4 Bunga

Tanaman berbunga semu terdiri dari 6 karang bunga yang berkumpul menjadi tandan. Bunga terletak di ujung batang, cabang dan ranting. Daun pelindung bunga berbentuk elips atau bulat telur, panjangnya 0,5 cm. Kelopak bunga berwarna hijau, berambut, di sebelah dalam lebih rapat, dan bergerigi tak beraturan. Daun mahkota berwarna putih, berbibir dua,

Berbunga semu terdiri dari 1-6 karang bunga berkumpul menjadi tandan (Pitojo, 1996); bunga terletak di bagian ujung batang, cabang, atau ranting tanaman (Pitojo, 1996), daun pelindung bunga berbentuk elips atau bulat telur, panjang antara 0,5-1 cm(Pitojo, 1996); kelopak bunga hijau, berambut, disebelah dalam lebih rapat, dan bergigi tak beraturan (Pitojo, 1996); daun mahkota berwarna putih, berbibir


(48)

bibir atas bertaju 4 sedangkan bibir bawah utuh. Tangkai kepala putik berwarna ungu, jumlah putik 1, sedangkan benangsari ada 4 yaitu; 2 pendek dan 2 panjang.

dua (bibir atas bertaju 4, bibir bawah utuh)(Pitojo, 1996); tangkai kepala putik berwarna ungu (Pitojo, 1996); jumlah putik 1 (Martono, Hadipoentyanti, & Udarno, 2004); benang sari 4 (2 pendek, 2 panjang) (Martono, Hadipoentyanti, & Udarno, 2004). 5 Buah dan biji

Tangkai dan kelopak buah letaknya tegak melekat pada sumbu dari karang bunga. Biji buah kecil, keras, dan berwarna kehitaman.

Tangkai dan kelopak buah letaknya tegak, melekat pada sumbu dari karang bunga (Pitojo, 1996); biji buah kecil, keras, berwarna kehitaman (Pitojo, 1996).

4.1.2.2. Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia herba kemangi (Ocimum americanum L.) Dari hasil uji diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2. Uji Mikroskopik pada Serbuk Herba Kemangi

Sampel uji

Fragmen rambut penutup


(49)

4.1.3Hasil Ekstraksi Herba Kemangi

Dari hasil ekstraksi sebanyak 750 gram serbuk simplisia herba kemangi (Ocimum americanum L.) diperoleh ekstrak kental etanol herba kemangi sebanyak 95,610 gram. Dengan rendemen sebesar 12,748% (hasil perhitungan rendemen ekstrak dapat dilihat pada lampiran 4).

4.1.4 Hasil Pengujian Parameter Spesifik

Pengujian parameter standar spesifik meliputi identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, dan senyawa terlarut dalam pelarut tertentu (air dan etanol). Data hasil pengujian parameter spesifik ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum

L.) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3.Hasil Pengujian Identitas Ekstrak, Organoleptik Ekstrak dan Kadar Senyawa yang Terlarut dalam Pelarut Tertentu.

Parameter Hasil

Identitas:

Nama ekstrak Nama latin

Ekstrak etanol herba kemangi

Ocimum americanum L.

Fragmen jaringan parenkim

Fragmen stomata


(50)

Bagian tanaman Herba

Organoleptik:

Warna Bau Rasa Bentuk

Coklat kehitaman Aromatis

Kelat, agak sedikit pahit Ekstrak kental

Kadar senyawa larut dalam:

 Air

 Etanol

11,30% ± 2,92% 69% ± 0,70%

4.1.5 Uji Kandungan Kimia Ekstrak 4.1.5.1. Penapisan Fitokimia

Data hasil pengujian penapian fitokimia ekstrak etanol herba kemagi (Ocimum americanum L.) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Kandungan Kimia dengan Penapisan Fitokimia

Golongan senyawa Hasil penapisan

Alkaloid +

Flavonoid +

Saponin +

Tannin +

Steroid +

Triterpenoid +

Minyak atsiri +

4.1.5.2. Analisis Komponen Senyawa Kimia Ekstrak dengan GCMS

Dari hasil pengujian dengan menggunakan GCMS didapatkan hasil analisis komponen senyawa kimia pada ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.), didapatkan ada 10 senyawa dengan persen quality (derajat


(51)

kemiripan)lebih dari 90, yang dapat dilihat pada tabel 4.5 dan puncak kromatogram yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1.Kromatogram sampel ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.)

Tabel 4.5. Hasil Analisis Komponen Senyawa Kimia Ekstrak dengan GCMS

No Waktu Retensi

%Area Nama Senyawa Quality

1 10.0241 1.6033 4H-Pyran-4-one, 2,3-dihydro-3,5-dihydroxy-6-methyl

95

2 11.6552 1.2182 2-Methoxy-4-vinylphenol 95 3 11,9695 0,6453 Phenol, 2,6-dimethoxy- 95

4 12,0459 0,6655 Eugenol 94

5 16,6929 6,4407 Palmitic acid 99

6 17,8058 2,7518 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester

99

7 17,8737 9,4892 Linolenic acid 99 8 .0 0 1 0 .0 0 1 2 .0 0 1 4 .0 0 1 6 .0 0 1 8 .0 0 2 0 .0 0 2 2 .0 0 2 4 .0 0 2 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 0

T ime --> A b u n d a n c e

T IC: S A M P L E .D \ d a ta .ms

3 4 5 6 7 8 9 10 1 2


(52)

8 17,9672 8,0773 Phytol 91

9 18,1965 10,9403 Oleic acid 99

10 18,324 2,8121 Stearic acid 92

4.1.5.3.Penentuan Kadar Senyawa Marker (Eugenol) dalam Ekstrak Etanol Herba Kemngi (Ocimum americanum L.).

Penentuan kadar eugenol dalam ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.) dilakukan dengan menggunakan GCMS. Dari hasil pengujian GCMS pada sampel didapatkan waktu retensi eugenol adalah 12,045 yang dapat dilihat pada perbandingan kromatogram di bawah ini. Dari hasil GCMS alat menunjukkan pada waktu retensi 12,045 pada sampel didapatkan response 65173.

(a) (b)

Gambar 4.2.Perbandingan Kromatogram Standar Eugenol (a) dan Kromatogram Sampel Esktrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum

L.) (b) Berada Diwaktu Retensi 12,045

8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 T ime--> Abundanc e

T IC: EU GEN OL 0.D \ data.ms

1 1 .0 0 1 1 .1 0 1 1 .2 0 1 1 .3 0 1 1 .4 0 1 1 .5 0 1 1 .6 0 1 1 .7 0 1 1 .8 0 1 1 .9 0 1 2 .0 0 1 2 .1 0 1 2 .2 0 1 2 .3 0 6 0 0 0 0

8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0 1 6 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 2 4 0 0 0 0 2 6 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 3 4 0 0 0 0

T im e --> A b u n d a n c e

T IC : S A M P L E .D \ d a ta .m s

1 1 .1 3 3 1 1 .2 7 8

1 1 .3 7 51 1 .4 1 7 1 1 .5 6 9

1 1 .6 5 9

1 1 .7 3 0 1 1 .8 7 5

1 1 .9 6 81 1 .9 9 3 1 2 .0 4 5

1 2 .1 4 4 1 2 .2 6 8


(53)

Gambar 4.3. Hasil Kurva Kalibrasi dan Kadar Senyawa Eugenol dengan GCMS Dari gambar kurva kalibrasi standar eugenol, data konsentrasi terhadap nilai area dimasukkan ke dalam perhitungan statistik dengan menggunakan kalkulator diperoleh variabel a, b dan r yaitu untuk nilai a = -30713,93;b = 5565,88; dan r = 0,9988

Setelah diperoleh kurva kalibrasi dan persamaan regresi liniernya, maka dapat ditentukan persentase kadar eugenol yang terkandung dalam ekstrak etanol herba kemangi sejumlah 0,0215% (hasil perhitungan persentase kadar eugenol dapat dilihat pada lampiran 5).

4.1.6 Hasil pengujian Parameter Non Spesifik

Data hasil pengujian parameter non spesifik ekstrak etanol herba kemangi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sedangkan untuk hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Parameter Standar Non Spesifik Ekstrak

Parameter Hasil Syarat

Kadar abu

 Kadar abu total  Kadar abu tidak

larut asam

20,445% ± 0,233% 2,485% ± 0,07%

- -

y = 5565.88x - 30713.93 R = 0.9988

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

0 100 200 300 400 500 600

R e sp o n se Konsentrasi (ppm)


(54)

Susut pengeringan 19,201% ± 0,0027% -

Kadar air 17,345% ± 0,488% 5 – 30% (Voigt, 1994) Bobot jenis ekstrak

yang telah

diencerkan 5%

0,9312 ± 0,0025 -

Sisa pelarut - < 1,0% (BPOM RI, 2006)

Total cemaran bakteri

44,670 x 102 koloni/g 1 x 104 koloni/g(BPOM RI, 2006)

Total cemaran kapang

10* koloni/g 1 x 103 koloni/g (BPOM RI, 2006)

Cemaran aflatoksin (-) Aflatoksin 20 µg/kg (Badan Standardisasi Nasional, 2008) Uji cemaran logam

dengan AAS:

 Pb

 Cd

 As

0,007733 x 10-4 mg/kg 0,00477x 10-4mg/kg

0,002396 µg/kg

10 g/kg(BPOM RI, 2006) 0,3 mg/kg(BPOM RI, 2006)

5 µg/kg(BPOM RI, 2006)

4.2 Pembahasan

Penelitian karakterisasi simplisia dan standardisasi ekstrak etanol herba kemangi (Ocimum americanum L.) dilakukan sebagai upaya untuk menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).

Karakterisasi simplisia dilakukan untuk melihat bagaimana karakterisasi simplisia Ocimum americanum L) yang di gunakan untuk standardisasi ekstrak.Pedoman yang menjadi landasan ilmiah rancangan serta konsep metode, prosedur yang dilakukan dalam rangkaian standardisasi ekstrak berdasarkan pada buku Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat terbitan resmi Departemen Kesehatan yang dipadukan dengan dengan buku Standardisasi Bahan Obat Alam terbitan Graha Ilmu.


(55)

Karakterisasi simplisia yang dilakukan meliputi uji makroskopik dan uji mikroskopik simplisia herba kemangi (Ocimum americanum L.). Pengujian makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari herba kemangi yang bertujuan untuk menentukan ciri khas dari tanaman kemangi dengan pengamatan secara langsung dari tanaman segar dengan melihat ciri-ciri organoleptik tanaman kemangi (Ocimum americanum L.) berdasarkan literatur secara umum tanaman kemangi. Hasil pengamatan yang terlampir pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa tanaman segar herba kemangi (Ocimum americanum L.) yang berasal dari kebun kemangi di daerah Grogol, Kecamatan Limo, Depok., memenuhi persyaratan yang sesuai untuk tanaman kemangi dari berbagai literatur secara umum.

Pengujian secara mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia herba kemangi (Ocimum americanum L.), terlampir pada tabel 4.2.Di dalam tabel tersebut memperlihatkan fragmen pengenal dari serbuk simplisia herba kemangi yang dapat dilihat di bawah mikroskop.Serbuk simplisia herba kemangi berwarna hijau kecoklatan, dari hasil pengamatan mikroskopik didapatkan fragmen pengenal serbuk simplisia kemangi yaitu fragmen epidermis atas, fragmen rambut penutup, fragmen parenkim, fragmen trakea dan stomata. Pengujian mikroskopik ini bertujuan untuk menetukan fragmen pengenal dalam bentuk sel atau jaringan tanaman yang terdapat pada simplisia herba kemangi Ocimum amreicanum L. yang akan digunakan untuk standardisasi dari ekstrak, sehingga dapat mencegah dari pemalsuan simplisia.

Langkah selajutnya dilakukan proses ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Etanol merupakan pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan (J. B. Harbone, 1987). Selain itu, etanol juga memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa non polar sampai dengan polar (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011). Setelah melalui maserasi, filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator, kemudian didapatkan ekstrak kental dengan persentase rendemen ekstrak sebesar 12,748% dari 750 gram simplisia herba kemangi. Persentase rendemen menunjukkan kemaksimalan dari pelarut yang digunakan untuk menyari.

Setelah didapatkan ekstrak kemudian dilakukan pengujian standardisasi ekstrak herba kemangi. Pengujian standardisasi ekstrak ini meliputi pengujian


(56)

parameter spesifik dan non spesifik. Dalam penentuan nilai standardisasi ini diperlukan acuan yang menandakan bahwa ekstrak tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pada ekstrak herba kemangi belum terdapat acuan standardisasi resmi terbitan Departemen Kesehatan maupun dari sumber lain, sehingga sebagai acuan penelitian ini adalah dengan menggunakan persyaratan ekstrak secara umum yang mencakup parameter non spesifik.

Pengujian parameter spesifik meliputi identitas ekstrak, organoleptik ekstrak, senyawa terlarut dalam pelarut tertentu (air dan etanol), dan kandungan kimia ekstrak. Tujuan identitas ekstrak adalah memberikan objektifitas dari nama dan spesifikasi dari tanaman, sedangkan pengamatan organoleptik ekstrak bertujuan sebagai pengenalan awal menggunakan panca indra dengan mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI, 2000). Hasil identitas dan organoleptik ekstrak terlampir pada tabel 4.3.

Pada pengujian senyawa yang terlarut dalam pelarut tertentu dengan mengunakan etanol dan air, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3. Pada pengujian ini terlihat bahwa ekstrak lebih larut didalam etanol yaitu 69% ± 0,70%, sedangkan dalam air sebesar 11,30% ± 2,92%. Pada penetapan kadar senyawa yang terlarut dalam air dan etanol ini bertujuan sebagai perkiraan kasar kandungan senyawa-senyawa aktif yang bersifat polar (larut air) dan senyawa aktif yang bersifat semi polar – non polar (larut etanol) (Saifudin, A., Rahayu, & Teruna, 2011).

Parameter lain yang termasuk dalam uji spesifik adalah uji kandungan kimia ekstrak. Uji kandungan kimia ekstrak bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungan kima (Depkes RI, 2000). Uji kandungan kimia yang dilakukan meliputi penapisan fitokimia, analisis komponen senyawa kimia dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spektrophotometry

(GCMS) dan penentuan kadar senyawa marker. Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui keberadaan golongan senyawa metebolit sekunder yang ada didalam ekstrak, serta dapat pula menjadi gambaran kandungan ekstrak secara kualitatif. Penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak herba kemangi (Ocimum americanum L.) yang berasal dari kebun kemangi di daerah Grogol, Kecamatan Limo, Depok, memberikan hasil positif untuk alkaloid, flavonoid,


(1)

LAMPIRAN 9

HASIL UJI CEMARAN MIKROBA DENGAN ALT

Pengenceran 10-1 (g/ml)

Pengenceran 10-2 (g/ml)

Pengencerab 10-3 (g/ml)

1 2 3

1 2 3


(2)

LAMPIRAN 10

HASIL UJI CEMARAN KAPANG DAN KHAMIR

Pengenceran 10-1 (g/ml)

Pengenceran 10-2 (g/ml)

Pengenceran 10-3 1

2

3

1

2 3

1 2

3


(3)

Lampiran 11. Sertifikasi Hasil Pengujian Aflatoksin Pada Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum L)


(4)

Lampiran 12. Hasil LCMS Esktrak Etanol Herba Kemangi dan Standar Aflatoksin B1)

a. Hasil perbandingan kromatogram standar aflatoksin dan sampel ekstrak etanol herba kemangi.

 Standar aflatoksin

 Sampel uji aflatoksin (Ekstrak etanol herba kemangi) Waktu retensi


(5)

b. Hasil perbandingan fragmen standar aflatoksin dan sampel ekstrak etanol herba kemangi.

 Standar aflatoksin


(6)

Lampiran 13. Alat-alat penelitian

a) Krus silikat b) Botol timbang c) Oven

d) Desikator e) Piknometer f) Timbangan

g) Hot plate h) Alatdestilasi toluene i) Alat destilasi

j) GCMS k) Lampu UV l) Tanur

m) AAS Grafit Furnace AA-880


Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenik Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

2 24 100

Uji Aktivitas Ekstrak Air Herba Kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenesis Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

4 13 96

Uji Aktivitas Antibiofilm in Vitro Minyak Atsiri Herba Kemangi Terhadap Bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus

1 23 110

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn) dengan Metode DPPH (2,2- Difenil-1-Pikrilhidrazil).

11 52 78

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum L) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

8 47 73

Isolasi senyawa aktif antioksidan dari ekstrak Etil Asetat Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

2 14 90

Uji aktivitas antibiofilm in vitro minyak atsiri herba kemangi terhadap bakteri escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus

6 16 110

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap Kualitas Sperma Dan Densitas Sel Spermatogenik Tikus Sprague-Dawley Jantan secara In Vivo

1 12 100

Pengaruh Konsentrasi Tween 80 terhadap Stabilitas Fisik Obat Kumur Minyak Atsiri Herba Kemangi (Ocimum americanum L.)

10 81 76

Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum americanum Linn.) Terhadap Udem Pada Telapak Kaki Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Karagenan

7 64 91