5.3. PengaruhBudaya terhadap Penyembuhan Luka Perineum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden yang berjumlah 32 orang, budaya dalam kategori baik mengalami penyembuhan luka dengan baik
sebesar 78,1 , dan dibandingkan dengan budaya yang kurang baik berjumlah 12 orang mengalami penyembuhan luka dengan baik sebesar 25,0 . Hasil uji chi-
square diperoleh nilaip= 0,003 0,05, berarti ada terdapat hubungan antara budaya dengan penyembuhan luka perineum.
Berdasarkan penelitian Mas’adah 2009, terdapat hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas
yaitu ibu yang berpantang makanan mengalami penyembuhan luka perineum buruk 50. Hasil penelitian yang peneliti lakukan saat ini, dan dikaitkan dengan hasil
penelitian terdahulu, maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan penyembuhan luka perineum. Walaupun cara pengkategorian
tidak sama antara peneliti dengan peneliti terdahulu, tetapi pada dasarnya budaya setempat dari responden sangat berpengaruh untuk mencegah luka lama sembuh. Dari
jawaban responden terdapat budaya yang sangat kuat yaitu tentang keluarga melakukan pantangan makanan tertentu seperti pantang makan pepaya, pisang, tidak
boleh makan sayur bersantan, mie, ketan dan makanan pedas karena cepat datang menstruasi, makan telur bisa turun peranakan Seumalo, dalam bahasa Aceh, makan
daging ayam dan sapi bisa luka lama sembuh, pantang makan udang, kepiting, cumi- cumi, terong, dan ikan bandeng. Ada juga sebagian besar ibu nifas diberikan makanan
Universitas Sumatera Utara
khusus seperti ikan gabus, ikan air tawar, ikan teri di gongseng, kuah rebusan ikan, sayur bening, minum madu, minum air kunyit di campur gula aren dengan asam jawa.
Hasil wawancara saat penelitian, masyarakat belum mengetahui pasti manfaat dari pemberian makanan khusus seperti tersebut diatas, tapi karena kebiasaan dari
keluarga maka dilanjutkan ke generasi berikutnnya. Dalam sehari-hari ibu ada juga makan ikan air tawar seperti ikan lele, ikan bandeng, ikan gabus, ikan mujair tetapi
saat dalam masa nifas lebih diutamakan makan ikan gabus karena menurut keluarga dapat mempercepat sembuh luka dan tenaga cepat pulih kembali. Demikian juga
dengan minum jamu atau rebusan rempah-rempah dan sebagainya, sebagian ibu sehari-hari terbiasa minum jamu dan sebagainya untuk menjaga kesehatan, tetapi saat
dalam masa nifas lebih diperhatikan lagi. Fenomena ikan gabus tersebut pernah diangkat dalam penelitian khusus oleh
Suprayitno Guru besar ilmu biokimia Fakultas Perikanan Unibraw pada 2003. Dalam penelitian berjudul albumin ikan gabus ophiochepalus striatus sebagai makanan
fungsional mengatasi permasalahan gizi masa depan. Khasiat dan kegunaan yang dimiliki oleh ikan gabus adalah a. Meningkatkan kadar albumin dan daya tahan
tubuh, b. Mempercepat proses penyembuhan pasca operasi, c.
Mempercepat penyembuhan luka dalamluka luar, d.
Membantu proses penyembuhan pada penyakit:Hepatitis,TBCinfeksi paru, nephritic syndrome, tonsilitis,
Typus, Diabetes, patah tulang, gastritis, ITP, HIV,
Sepsis, stroke, thalasemia minor.e.
Menghilangkan oedem pembengkakan.f. Memperbaiki gizi buruk pada
Universitas Sumatera Utara
bayi, anak dan ibu hamil.g. Membantu penyembuhan autis.h.
Sebagai larutan pengganti pada keadaan defisiensi albumin Journal Keperawatan, 2011.
Kandungan protein ikan gabus juga lebih tinggi daripada bahan pangan yang selama ini dikenal sebagai sumber protein seperti telur, daging ayam, maupun daging
sapi. Kadar protein per 100 gram telur 12, 8 gram, daging ayam 18,2 gram dan daging sapi 18, 8 gram. Selain itu, protein kolagen ikan gabus juga lebih rendah
dibandingkan dengan daging ternak, yaitu berkisar 3-5 dari total protein. Rendahnya kolagen menyebabkan daging ikan gabus menjadi lebih mudah dicerna
bayi, kelompok lansia, dan juga orang yang baru sembuh dari sakit. Karena kandungan inilah, ikan gabus memiliki manfaat atau kegunaan yang sangat tinggi
sebagai pertumbuhan otak balita dan anak, khususnya sebagai penyembuhan luka jahitan periniumJournal Keperawatan, 2011.Menurut Astawa dalam Journal
Keperawatan 2011, bahwa komposisi gizi ikan gabus per 100 gram tediri dari protein 20 gram, lemak 1,5 gram, karbohidrat 0,2 gram, mineral 1,3, dan air 77 gram.
Budaya yang masih dilakukan sampai sekarang walaupun mulai berkurang di wilayah kerja Puskesmas Jeumpa, Puskesmas Kuta Blang, dan Puskesmas Gandapura
Kabupaten Bireuen adalah bakar batu, kemudian batu panas tersebut dibalut dengan kain lalu diletakkan dibawah pusar, dan ibu nifas juga disuruh duduk diatas batu
panas dibalut kain. Menurut kepercayaan keluarga yang sudah turun temurun bahwa tindakan tersebut dapat mempercepat penyembuhan luka di peranakan rahim,
sehingga darah kotor cepat kering dan ibu cepat sembuh. Sebagian ibu yang sudah pernah melakukan, mengakui bahwa benar bila meletakkan batu panas akan cepat
Universitas Sumatera Utara
kering darah yang keluar yaitu bisa sekitar 6-7 hari. Ada beberapa ibu nifas memberi jawaban alasan dari meletakkan batu panas di perut adalah supaya perut tidak besar.
5.4. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Penyembuhan Luka Perineum