Studi Tingkat Aksesibilitas Antar Desa Di Kabupaten Aceh Selatan, NAD (Studi Kasus: Kec. Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja)
STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS ANTAR DESA
DI KABUPATEN ACEH SELATAN, NAD
(Studi Kasus: Kec. Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menempuh Colloqium Doctum/Ujian Sarjana (Insinyur) Teknik Sipil
Dikerjakan oleh:
RIAN SUHARDI
02 0404 013
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI TINGKAT AKSESIBILITAS ANTAR DESA
DI KABUPATEN ACEH SELATAN, NAD
(Studi Kasus: Kec. Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menempuh Colloqium Doctum/Ujian Sarjana Teknik Sipil
Dikerjakan oleh:
RIAN SUHARDI
02 0404 013
Pembimbing
Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. NIP. 132 010 748
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
Kurang lancarnya aksesibilitas kepusat bisnis, fasilitas umum dan pusat kegiatan masyarakat merupakan masalah utama bagi sebagian masyarakat miskin di pedesaan dan di daerah perluasan perkotaan. Peningkatan aksesibilitas daerah pedesaan tidak hanya memperbaiki hubungan ke pusat bisnis,tetapi juga akan memperbaiki komunikasi melalui suatu jaringan. Secara umum ini berarti biaya yang lebih rendah untuk mendapatkan barang, untuk menuju daerah pedesaan, juga untuk menuju keluar dari daerah pedesaan, sehingga memudahkan hubungan antar daerah.Transportasi yang baik kedaerah pedesaan juga akan memudahkan bagi mereka yang tinggal di desa dan bekerja di kota untuk pulang balik kerja, tanpa harus berpindah ke kota.
Pengambilan data berupa data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil survey dilapangan yang berlokasi di kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja kabupaten Aceh Selatan. Dan data sekunder yaitu berupa teori dan perhitungan dari buku-buku literatur yang berkaitan dengan studi ini.
Analisa data berupa perhitungan waktu tempuh,kondisi jalan, jenis moda, muatan angkutan, orang bepergian, jalan alternatif, tata guna lahan dan tarif angkutan yang mana data diperoleh dari survey yang dilakukan selama 12 jam terhadap aksesibilitas selama 3 hari dengan menggunakan konsep yang di kembang kan dari buku Ofyar Z. Tamin “Perencanaan dan Permodelan Transportasi dan Panduan Survey dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas Bina Marga 1995”.
Hasil dilapangan menunjukkan nilai Aksesibilitas berkisar antara 0.48 - 0.86. Ini menunjukkan bahwa Aksesibilitas berkisar di tingkatan sedang. Untuk peningkatan Aksesibilitas menjadi lebih baik,sebagai saran perlu adanya penambahan dan peningkatan infrastruktur transportasi angkutan umum pedesaan, khususnya perbaikan kondisi jalan pada daerah kabupaten Aceh Selatan.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas akhir yang telah diselesaikan oleh penulis berjudul “`Tingkat Aksesibilitas Antar Desa di Kabupaten Aceh Selatan, NAD (Studi Kasus: Kec. Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja)” disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng. sebagai pembimbing yang sangat membantu penulis, baik dalam meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta ide-idenya demi terselesainya tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr.Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Terunajaya selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staf pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Teristimewa untuk kedua orang tua yang penulis hormati dan sayangi, Ayahanda H. Syamsurizal Isa (Alm) dan Ibunda Hj. Hafifah, yang telah membesarkan, mendidik, memberikan dorongan baik material, spiritual serta semangat dengan sabar dan penuh kasih sayang yang tidak dapat dibalas jasa dan pengorbanannya. Hanya Allah SWT. yang dapat membalasnya.
6. Ketiga adik Fatmawati, Mursal Aidin dan Mahda Laila, yang telah memberikan dorongan dan inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman–teman penulis, teman-teman senasib seperjuangan di Lab Hidrolika, Bona, Ai, Memed, Iput, Mas Yud, Awen, Yudha, Bebek dll.
(5)
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan dn pengalaman, serta referensi yang Penulis miliki. Oleh karena itu sangat diharapkan saran-saran serta kritikan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Medan, Mei 2009
Rian Suhardi 02 0404 013
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI……….. iii
DAFTAR TABEL……….. vi
DAFTAR GAMBAR……… viii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Umum……… 1
1.2 Latar Belakang……… 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Studi……… 4
1.4 Pembatasan Masalah……… 5
1.5 Metodologi Penelitian………...……….. 5
1.6 Sistematika Penulisan………. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tata Guna Lahan……… 8
2.2 Jaringan Transportasi……… 8
2.2.1 Pelayanan Jaringan Transportasi……… 11
2.3 Angkutan……….……….. 12
2.4 Angkutan Umum Penumpang…….. ……….………. 12
2.5 Transportasi dan Peranannya………. ……….……….. ... 16
2.6 Tata Guna Lahan dan Transportasi.………… ……….……….. 19
2.7 Aksesibilitas……… …………... ……….……….. 20
2.8 Aksesibilitas Pedesaan……… 22
2.8.1 Ukuran Aksesibilitas Pedesaan..……… 23
2.9 Aksesibilitas Perjalanan………..24
2.10 Ukuran-ukuran Aksesibilitas Pedesaan………..25
(7)
3.1 Umum……….. 28
3.2 Letak Geografis………. 28
3.3 Kondisi Sosial……….... 29
3.4 Transportasi……….30
3.5 Pengambilan Data………40
3.6 Pembuatan Data Kuesioner………..41
3.7 Penetuan Jumlah Sampel untuk Tingkat Efektivitas dan Efisiensi……… 42
3.8 Pelaksanaan Pengumpulan Data………..42
3.9 Langkah-langkah Melakukan Wawancara………..42
3.10 Prosedur Kerja Penelitian………48
BAB IV. ANALISA DATA 4.1 Penyusunan Data……….. 49
4.2 Metoda Analisa Data……… 77
4.4 Hasil Pengolahan Data………..……… 78
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………... 84
5.2 Saran………... 85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Trayek Angkutan Umum Pedesaan dan Perkotaan ……...30
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Armada Angkutan Umum Pedesaan Aceh Selatan ……31
Tabel 3.3 Panjang Jalan di Kabupaten Aceh Selatan Menurut Kelas Jalan Tahun 2007 ………...32
Tabel 3.4 Panjang Jalan Kabupaten Aceh Selatan Menurut Jenis Permukaan Jalan Tahun 2007 ………...33
Tabel 3.5 Panjang Jalan Kabupaten Aceh Selatan Menurut Kondisi Jalan Tahun 2007 ………...33
Tabel 3.6 Jenis Jalan Utama Desa di Kecamatan Kluet Utara Tahun 2007…...36
Tabel 3.7 Jenis Jalan Utama Desa di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2007 ...38
Tabel 3.8 Jenis Jalan Utama Desa di Kecamatan Pasie Raja Tahun 2007……...40
Tabel 4.1 Waktu Tempuh di Kecamatan Kluet Utara....…...……….49
Tabel 4.2 Waktu Tempuh di Kecamatan Kluet Selatan....…...………..50
Tabel 4.3 Waktu Tempuh di Kecamatan Pasie Raja…...…...………..50
Tabel 4.4 Kondisi Perkerasan Jalan di Kecamatan Kluet Utara..………..51
Tabel 4.5 Kondisi Perkerasan Jalan di Kecamatan Kluet Selatan...………..51
Tabel 4.6 Kondisi Perkerasan Jalan di Kecamatan Pasie raja…..………..52
Tabel 4.7 Jumlah Orang Bepergian di Kecamatan Kluet Utara……….53
Tabel 4.8 Jumlah Orang Bepergian di Kecamatan Kluet Selatan….……….54
Tabel 4.9 Jumlah Orang Bepergian di Kecamatan Pasie Raja….….……….55
Tabel 4.10 Jumlah Angkutan di Kecamatan Kluet Utara………...…56
Tabel 4.11 Jumlah Angkutan di Kecamatan Kluet Selatan….………57
Tabel 4.12 Jumlah Angkutan di Kecamatan Pasie raja…...….………58
Tabel 4.13 Jumlah Muatan Angkutan Barang di Kecamatan Kluet Utara…………...59
Tabel 4.14 Jumlah Muatan Angkutan Barang di Kecamatan Kluet Selatan.………...60
Tabel 4.15 Jumlah Muatan Angkutan Barang di Kecamatan Pasie raja…...………...61
Tabel 4.16 Jumlah Jalan Alternatif Kecamatan Kluet Utara………....…...………....62
Tabel 4.17 Jumlah Jalan Alternatif Kecamatan Kluet Selatan….………..…...……...63
Tabel 4.18 Jumlah Jalan Alternatif Kecamatan Pasie Raja…….………..…...……...64
(9)
Tabel 4.20 Bobot Aksesibilitas………66
Tabel 4.21 Fasilitas-Fasilitas Pendukung di Pedesaan Kecamatan Kluet Selatan…...67
Tabel 4.22 Bobot Aksesibilitas………68
Tabel 4.23 Fasilitas-Fasilitas Pendukung di Pedesaan Kecamatan Pasie Raja….…...69
Tabel 4.24 Bobot Aksesibilitas………70
Tabel 4.25 tarif Angkutan di Kecamatan Kluet Utara……… 71
Tabel 4.26 Nilai Aksesibilitas Kluet utara……….………… 72
Tabel 4.27 tarif Angkutan di Kecamatan Kluet Selatan……….…… 73
Tabel 4.28 Nilai Aksesibilitas Kluet Selatan………..………… 74
Tabel 4.29 tarif Angkutan di Kecamatan Pasie raja…...……….…… 75
Tabel 4.30 Nilai Aksesibilitas Kecamatan Pasie raja …………...……….………… 76
Tabel 4.31 Perbandingan Nilai Aksesibilitas Tiap Desa dikecamatan Kluet Utara… 79 Tabel 4.32 Perbandingan Nilai Aksesibilitas Tiap Desa dikecamatan Kluet Selatan .80 Tabel 4.33 Perbandingan Nilai Aksesibilitas Tiap Desa dikecamatan Pasie raja...… 81
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Prosedur Kerja Penelitian.……….48 LAMPIRAN
• Quisoner Aksesibilitas • Foto-Foto Wilayah Studi • Peta Lokasi Desa-Desa
(11)
ABSTRAK
Kurang lancarnya aksesibilitas kepusat bisnis, fasilitas umum dan pusat kegiatan masyarakat merupakan masalah utama bagi sebagian masyarakat miskin di pedesaan dan di daerah perluasan perkotaan. Peningkatan aksesibilitas daerah pedesaan tidak hanya memperbaiki hubungan ke pusat bisnis,tetapi juga akan memperbaiki komunikasi melalui suatu jaringan. Secara umum ini berarti biaya yang lebih rendah untuk mendapatkan barang, untuk menuju daerah pedesaan, juga untuk menuju keluar dari daerah pedesaan, sehingga memudahkan hubungan antar daerah.Transportasi yang baik kedaerah pedesaan juga akan memudahkan bagi mereka yang tinggal di desa dan bekerja di kota untuk pulang balik kerja, tanpa harus berpindah ke kota.
Pengambilan data berupa data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil survey dilapangan yang berlokasi di kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja kabupaten Aceh Selatan. Dan data sekunder yaitu berupa teori dan perhitungan dari buku-buku literatur yang berkaitan dengan studi ini.
Analisa data berupa perhitungan waktu tempuh,kondisi jalan, jenis moda, muatan angkutan, orang bepergian, jalan alternatif, tata guna lahan dan tarif angkutan yang mana data diperoleh dari survey yang dilakukan selama 12 jam terhadap aksesibilitas selama 3 hari dengan menggunakan konsep yang di kembang kan dari buku Ofyar Z. Tamin “Perencanaan dan Permodelan Transportasi dan Panduan Survey dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas Bina Marga 1995”.
Hasil dilapangan menunjukkan nilai Aksesibilitas berkisar antara 0.48 - 0.86. Ini menunjukkan bahwa Aksesibilitas berkisar di tingkatan sedang. Untuk peningkatan Aksesibilitas menjadi lebih baik,sebagai saran perlu adanya penambahan dan peningkatan infrastruktur transportasi angkutan umum pedesaan, khususnya perbaikan kondisi jalan pada daerah kabupaten Aceh Selatan.
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Lalu lintas dengan angkutan umum sebagai salah satu elemen dari perangkutan
memegang peranan bagi daerah perkotaan/pedesaan, kota/desa yang baik dapat ditandai
antara lain dengan melihat kondisi lalu lintas dan perangkutannya. Sektor perangkutan
harus mampu memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat dalam segala kegiatannya
di semua lokasi yang berbeda dan tersebar dengan karakteristik fisik yang berbeda pula.
Perangkutan yang aman dan lancar selain mencerminkan keteraturan kota/desa, juga
mencerminkan kelancaran kegiatan perekonomian kota/desa. Dengan demikian, lalu lintas
dan perangkutan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam pergerakan
manusia itu sendiri maupun komponen kecil dari suatu perekonomian.
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan adanya peningkatan
ekonomi, menyebabkan jumlah perjalanan yang dilakukan oleh individu-individu semakin
meningkat, dalam hal ini kebutuhan akan transportasi umum juga semakin tinggi.
Meningkatnya kebutuhan transportasi harus disertai dengan pengembangan sarana dan
prasarana transportasi, kendaraan, jalan, lingkungan dan manusia.
Sistem transportasi pedesaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti
bekerja,sekolah,olahraga,belanja,dan bertamu yang berlangsung di atas sebidang tanah
(kantor, pertokoan, rumah dan lain-lain). Potongan lahan ini biasa disebut tata guna lahan.
Untuk memenuhi kebutuhannya,manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan
tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi (misalnya berjalan kaki atau
(13)
Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas (perumahan) dan
jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan). Beberapa jenis tata guna lahan
mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota ataupun desa seperti rumah
sakit, dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi, kualitas pelayanan transportasi pasti juga
berbeda-beda. Sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik
dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas) maupun kualitas
(frekuensi dan pelayanan).
1.2 LATAR BELAKANG
Permasalahan yang sering terjadi di dalam pedesaan maupun perkotaan adalah
kurangnya pengaturan sistem transportasi dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan
tingkat kepuasaan para pengguna jaringan transportasi tidak tercapai. Mulai dari alat
transportasi yang kurang layak hingga prasarana transportasi yang masih banyak kurang
nya disana sini. Maka dari hal ini, perlu adanya pengaturan yang baik mengenai sistem
jaringan tranportasi sehingga dapat di peroleh kenyamanan dalam melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan transportasi.
Kurang lancarnya aksesibilitas kepusat bisnis,fasilitas umum dan pusat kegiatan
masyarakat merupakan masalah utama bagi sebagian masyarakat miskin di pedesaan dan
di daerah perluasan perkotaan.Perbaikan aksesibilitas daerah pedesaan tidak hanya
memperbaiki hubungan ke pusat bisnis,tetapi juga akan memperbaiki komunikasi melalui
suatu jaringan.Secara umum ini berarti biaya yang lebih rendah untuk mendapatkan
barang,untuk menuju daerah pedesaan,juga untuk menuju keluar dari daerah
pedesaan,sehingga memudahkan hubungan antar daerah.Transportasi yang baik kedaerah
pedesaan juga akan memudahkan bagi mereka yang tinggal di desa dan bekerja di kota
(14)
Kabupaten Aceh Selatan merupakan suatu kabupaten yang ada di propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD). Di kabupaten ini, begitu banyak masalah-masalah transportasi
yang tidak ada penyelesaiannya. Di antara lain: kondisi jalan yang berlubang, jarak antar
desa yang begitu jauh, waktu tempuh yang sangat lama dalam menuju suatu kecamatan,
biaya perjalanan yang tidak semuanya terjangkau bagi masyarakat, dan hubungan tata guna
lahan dengan transportasinya tidak semuanya memadai.
Dari semua permasalahan transportasi yang ada di atas, maka dapat dilihat transportasi
yang baik sangat berhubungan erat dengan parameter-parameter pengukur aksesibilitas.
Aksesibilitas sendiri pengertiannya adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan
tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Sedangkan faktor-faktor pengukur dari aksesibilitas adalah jarak,
waktu tempuh, tata guna lahan, biaya perjalanan. Semua pengertian di atas diambil dari
buku Ofyar Z.Tamin “Perencanaan dan Permodelan Trasportasi”. Sedangkan aksesibilitas
menurut Black adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai tata cara guna
lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah susahnya lokasi tersebut dicapai melalui
sistem jaringan transportasi. Dan menurut W.Cremer dan H Keller dalam bukunya
”Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi”, aksesibilitas adalah konsep yang mendasari hubungan
antara tata guna lahan dan transportasi. Dalam konteks yang paling luas, aksesibilitas
berarti kemudahan melakukan pergerakan di antara dua tempat. Aksesibilitas meningkat
dari sisi waktu atau uang ketika pergerakan menjadi lebih murah. Selain itu,
kecenderungan untuk berinteraksi juga akan meningkat ketika biaya pergerakan menurun
(15)
Mengingat sangat pentingnya peranan transportasi dan tata guna lahan di daerah
pedesaan, maka perlu adanya suatu studi yang membahas tentang peranan transportasi
dengan tata guna lahan tersebut.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT STUDI
Adapun tujuan dari studi ini adalah :
- Untuk mengetahui bagaimana aksesibilitas yang ada antar desa di kabupaten Aceh
Selatan dan membandingkan nilai aksesibilitas di tiap-tiap desa sehingga di peroleh
suatu ukuran aksesibilitas yang baik yang ada di masing-masing kecamatannya.
- Mengetahui tingkat peranan transportasi yang ada terhadap masyarakat antar
pedesaan.
- Mengetahui tingkat efektivitas angkutan umum.
Sedangkan manfaat dari studi ini adalah studi ini dapat dijadikan suatu bahan
referensi/acuan dan perbandingan nilai aksesibilitas di kabupaten-kabupaten lainnya di
propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
1.4 PEMBATASAN MASALAH
Karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini maka pembahasan masalah
dibatasi oleh hal-hal berikut:
1. Penelitian hanya di lakukan di 3 (tiga) kecamatan di kabupaten Aceh Selatan yaitu
Kluet Utara, Kluet Selatan dan Pasie Raja. Hal ini dikarenakan ketiga kecamatan
ini lokasinya dekat dengan jalan propinsi sehingga memudahkan dalam mengambil
(16)
2. Penelitian ini hanya membahas aksesibilitas desa ke jalan propinsi di kabupaten
Aceh Selatan NAD.
3. Penelitian ini membahas tentang kondisi angkutan umum di 3 (tiga) kecamatan
dalam mendukung aksesibilitas antar pedesaan tersebut.
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur yaitu mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan tugas
akhir ini bersumberkan dengan buku-buku serta referensi lainnya sebagai
pendekatan teori maupun sebagai bahan perbandingan untuk mengkaji penelitian
ini.
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan survei langsung
kelapangan meliputi :
- Mencatat waktu tempuh kendaraan dari suatu desa ke jalan
propinsi.
- Melihat dan mencatat kondisi jalan di tiap desa di masing-masing
kecamatan.
- Mencatat jumlah orang bepergian di tiap desa.
- Mencatat jenis-jenis angkutan umum yang melalui jalan propinsi.
- Mencatat tata guna lahan yang ada di tiap desa.
(17)
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap
perlu. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut:
BAB.I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian ini, ruang
lingkup pembahasan dan sistematika penulisan.
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini meliputi pengambilan teori dari beberapa sumber bacaan yang mendukung
analisa permasalahan yang berkaitan dengan tugas akhir ini.
BAB.III DESKRIPSI WILAYAH DAN METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang pendiskripsian wilayah dan langkah-langkah kerja
yang akan dilakukan dengan cara memperoleh data-data yang relevan dengan penelitian
ini.
BAB. IV ANALISA DATA
Bab ini kita akan menganalisa data-data yang telah kita olah dan dianalisa dengan
memakai teori-teori dan rumus-rumus yang cocok untuk permasalahan
parameter-parameter aksesibilitas.
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisa data, temuan dan bukti yang
disajikan sebelumnya yang menjadi dasar untuk menyusun suatu saran sebagai suatu
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TATA GUNA LAHAN
Tata guna lahan sebagai salah satu alasan yang utama dari pergerakan dan aktivitas.
Aktivitas ini dikenal sebagai trip Generation, yang akan mempengaruhi fasilitas
transportasi, seperti jalan dan sistem bus, yang diperlukan untuk pergerakan lalu-lintas.
Ketika penambahan fasilitas disediakan,sistem dengan sendirinya akan menambah
aksesibilitas (Khisty and Lall, 1998). Kota dapat dianggap sebagai lokasi pengaturan dari
banyaknya aktivitas atau pengaturan kegunaan lahan.Interaksi antar kegiatan ditunjukkan
dengan pergerakan manusia,barang dan informasi. Perubahan aksesibilitas akan
menentukan perubahan nilai suatu lahan, dan akan mempengaruhi bagaimana lahan itu
akan digunakan. Jika suatu perubahan terjadi (contohnya sebuah lokasi pemukiman
menjadi daerah perniagaan), angka Trip Generation (contohnya jumlah perjalanan per
hektar lahan) akan berubah dan siklus perubahan itu akan berlanjut.
2.2 JARINGAN TRANSPORTASI
Sistem transportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas: sistem, yakni
bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain dalam tatanan
yang terstruktur, serta transportasi, yakni kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain. Dari dua pengertian di atas, sistem transportasi dapat diartikan
sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan yang integral antara berbagai variabel dalam
suatu kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.Maksud
adanya sistem transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan
penumpang dan barang yang bertujuan untuk memberikan optimalisasi proses pergerakan
(19)
Dalam sistem transportasi terdapat dua aspek yang sangat penting,yakni aspek sarana
dan aspek prasarana. Aspek sarana berhubungan dengan jenis atau piranti yang digunakan
dalam hal pergerakan manusia dan barang, seperti mobil, kapal, kereta api (KA) dan
pesawat terbang. Aspek sarana ini sering disebut dengan moda atau jenis angkutan. Aspek
prasarana berhubungan dengan wadah atau alat lain yang digunakan untuk mendukung
sarana,seperti jalan raya, jalan rel, dermaga, terminal, bandara, dan stasiun kereta api.
Dalam hal pergerakan barang,transportasi diperlukan karena sumber kebutuhan
manusia tidak terdapat di sembarang tempat. Selain itu, sumber yang masih berbahan baku
harus diproses melalui tahapan produksi yang lokasinya juga tidak selalu ada di lokasi
manusia sebagai konsumennya. Kesenjangan antara jarak lokasi sumber, lokasi produksi
dan lokasi konsumsi inilah yang melahirkan adanya kebutuhan transportasi, dalam hal ini
transportasi barang atau logistik. Karena itu dalam sistem transportasi juga terdapat lima
unsur pokok, yaitu:
1. orang yang membutuhkan
2. barang yang dibutuhkan
3. kendaraan sebagai alat angkut
4. jalan sebagai prasarana angkutan
5. organisasi yaitu pengelola angkutan.
Pada umumnya jenis sarana atau jenis/moda angkutan dapat digolongkan sebagai
berikut ini.
1. Udara, dengan moda pesawat dan prasarana bandara
2. Air, dengan moda kapal dan prasarana dermaga, pelabuhan
3. Darat, yaitu:
a. jalan raya: mobil, bus, sepeda motor,
(20)
c. lain-lain: kabel, pipa, belt conveyor
Objek dasar kajian perencanaan transportasi adalah pergerakan manusia atau barang
yang pasti melibatkan banyak moda transportasi. Pemilihan moda transportasi oleh
pengguna adalah waktu perjalanan, biaya, kenyamanan, keselamatan, tingkat kepopuleran
suatu moda, maksud perjalanan dan kelaziman menggunakan suatu moda. Perilaku pelaku
perjalanan dalam memilih moda angkutan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:
karakteristik pelaku perjalanan (the characteristic of trip maker), karakteristik perjalanan
(the characteristic of trip) dan karakteristik sistem transportasi (the characteristic of
transportation system).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan moda angkutan dapat dibagi tiga
faktor yaitu:
1. Karakteristik pelaku perjalanan, meliputi: pemilihan kendaraan, pendapatan dan
tingkat sosial.
2. Karakteristik perjalanan, meliputi: tujuan, waktu dan jarak.
3. Karakteristik fasilitas transportasi, yaitu:
- secara kuantitatif, meliputi waktu tunggu, waktu yang diperlukan untuk
mengakses pada moda transportasi lainnya, tarif dan ketersediaan tempat
parkir.
- secara kualitatif meliputi kenyamanan, kepercayaan dan keamanan.
2.2.1 Pelayanan Jaringan Transportasi
Arah pengembangan jaringan transportasi adalah pelayanan transportasi antar moda
yang mampu memberikan pelayanan yang berkesinambungan (seamless services), tepat
waktu (just in time services), dan dapat memberikan pelayanan dari pintu ke pintu (door to
(21)
sarana dan fasilitas yang ada pada prasarana moda-moda transportasi yang terlibat,
kesetaraan tingkat pelayanan (level of service) sesuai dengan standar yang dibakukan,
sinkronisasi dan keterpaduan jadwal pelayanan, efektivitas dan efisiensi aktivitas alih
moda yang didukung dengan sistem tiketing dan dokumen angkutan serta teknologi
informasi yang memadai.
Perwujudan pelayanan jaringan transportasi antar moda juga harus di integrasikan antar
trayek atau rute-rute angkutan jalan, kereta api, sungai dan danau, penyeberangan, laut dan
udara, dengan memperhatikan keunggulan moda berdasarkan kesesuaian teknologi dan
karakteristik wilayah pelayanan.
Prinsip dasar penataan dan pembangunan jaringan transportasi adalah sebagai berikut
ini:
1. Fungsional, yakni jaringan yang dikelompokkan dalam berbagai tatanan dengan
karakteristik funsional yang berbeda.
2. Struktural, yakni pada masing-masing tatanan dirumuskan susunan yang saling
terkait, namun dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitasnya.
3. Keunggulan karakteristik moda dan keterpaduan, yakni dalam menentukan
peran masing-masing moda pada setiap tataran dilakukan dengan memanfaatkan
secara maksimal keunggulan masing-masing moda, sedangkan kelemahannya
dapat diantisipasi dengan cara pemaduan antar moda.
4. Optimalisasi, yakni pilihan terhadap suatu tatanan dikaitkan dengan faktor
pembatas sumber daya dalam upaya pemanfaatan maksimal dengan
pengorbanan minimal, serta memberikan kontribusi maksimal dalam upaya
(22)
Indikator output pangembangan jaringan transportasi adalah meliputi: keselamatan,
aksesibilitas yang tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah
dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi dan efisien.
2.3 ANGKUTAN
Angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kendaraan.Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di
jalan,terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.Kendaraan bermotor
merupakan kendaraan yang di gerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan
tersebut.
2.4 ANGKUTAN UMUM PENUMPANG
Wilayah yang melingkupi beroperasinya angkutan umum dapat disebut
dengan wilayah trayek, sedangkan kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan
angkutan orang disebut dengan jaringan trayek. Sedangkan biaya yang dibebankan kepada
penumpang kendaraan angkutan penumpang umum disebut dengan tarif, dan dinyatakan
dalam rupiah.
Kendaraan umum bermotor adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan
untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.Kendaraan umum dapat berupa
mobil penumpang,bus kecil,bus sedang,dan bus besar.
Angkutan umum penumpang merupakan bagian dari sistem transportasi yang
berfungsi sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan.Prnsip dasar untuk memahami pengertian mengenai angkutan
umum penumpang yaitu manusia yang pada dasarnya tidak ingin bepergian dengan
angkutan umum melainkan lebih memilih menggunakan angkutan pribadi.Maka angkutan
umum penumpang dapat diartikan sebagai angkutan penumpang yang dilakukan dengan
(23)
kota,angkutan pedesaan ( bus,mini bus,dan sebagainya ),kereta api,angkutan air,dan
angkutan udara.Keberadaan angkutan umum sangat dibutuhkan tetapi apabila tidak
ditangani secara baik dan benar akan menjadi masalah yang cukup berarti bagi kita.
Tujuan utama dari keberadaan angkutan umum penumpang adalah
menyelenggarakan angkutan umum baik dan layak bagi masyarakat.Pengadaan pelayanan
angkutan umum penumpang memang secara langsung mengurangi banyaknya kendaraan
pribadi.Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta
keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan.Dalam hal ini pemerintah perlu campur
tangan dengan tujuan antara lain : menjamin sistem operasi yan g aman bagi kepentingan
masyarakat pengguna jasa angkutan,petugas pengelola angkutan dan pengusaha jasa
angkutan umum; mengarah agar kegiatan angkutan tidak mengganggu
lingkungan;menciptakan persaingan yang sehat;membantu perkembangan dan
pembangunan nasional maupun daerah dengan meningkatkan pelayanan jasa
angkutan;menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak adapihak yang dirugikan;
dan mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan.
Untuk melakukan perjalanan maka manusia memerlukan angkutan umum.
Adapun alasan-alasan yang menyebabkan orang melakukan perjalanan antara lain:
1. Perjalanan untuk bekerja
Untuk perjalanan jenis ini,pelayanan angkutan umum hendaknya memenuhi
syarat,yaitu dapat meminimumkan waktu.Jadi angkutan umum tersebut harus cepat
dan tepat waktu,menjamin martabat pengguna angkutan umum,khususnya
perjalanan jarak jauh mampu menyediakan pelayanan makan dan ruang kerjayang
layak.Oleh karena orang-orang mulai bekerja pada waktu yang hampir bersamaan
(24)
kebutuhan ini tidak begitu tinggi apabila orang-orang mengakhiri pekerjaan pada
waktu yang berbeda.
2. Perjalanan untuk kesekolah atau kuliah
Sektor pendidikan adalah salah satu sektor yang sangat penting,karena ini
menyangkut seluruh lapisan masyarakat.Oleh karena itu kebutuhan angkutan umum
sangat besar untuk melakukan kegiatan ini,dikarenakan jumlah pelakunya yang
sangat besar.Saat ini adalah hal yang sangat baik apabila sekolah-sekolah
menyediakan fasilitas bus sekolah,hal ini guna mengurangi kemacetan pada saat
jam puncak sekolah yaitu pada saat masuk dan keluar sekolah.Dengan adanya bus
tersebut pengguna bus pribadi dapat berkurang,sehingga kemacetan dapat sedikit
terkurangi.
3. Perjalanan untuk berbelanja
Perkembangan pusat-pusat perbelanjaan, membangkitkan kebutuhan akan
angkutan, terlebih jika orang mulai berbelanja jauh dari tempat tinggalnya.
4. Perjalanan untuk rekreasi
Masing-masing orang yang tidak mempunyai angkutan sendiri akan memerlukan
angkutan umum untuk mengadakan rekreasi seperti mengunjungi teman, dan sanak
saudara, pergi menonton pertandingan olah raga dan sebagainya.
5. Perjalanan dengan alasan sosial
Beberapa perjalanan penumpang yang dilakukan adalah untuk alasan sosial.
Contohnya untuk mengunjungi teman/kerabat yang sakit, menghadiri pemakaman
dan sebagainya. Walaupun jumlah perjalanan ini biasanya hanya merupakan bagian
kecil dari seluruh kegiatan perjalanan yang meggunakan angkutan umum, ini tetap
(25)
Tarif angkutan umum adalah biaya yang dibayarkan oleh pengguna jasa
angkutan umum per satuan berat atau penumpang per km. Penetapan tarif dimaksudkan
untuk mendorong terciptanya pengguna pra sarana dan sarana perangkutan secara optimum
dengan mempertimbangkan lintas yang bersangkutan. Guna melindungi konsumen,
pemerintah menetapkan tarif maksimum, dan bila sianggap perlu untuk menjaga
persaingan sehat, pemerintah juga menerapkan tarif minimum. Sementara itu tarif harus
ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih memberikan keuntungan wajar kepada
pengusaha angkutan umum penumpang.
2.5 TRANSPORTASI DAN PERANANNYA
Peranan transportasi merupakan bagian integral dan suatu fungsi
masyarakat.Transportasi menunjukkan hubungan yang erat dengan gaya
hidup,jangkauan,lokasi dan kegiatan yang produktif dan selingan serta barang-barang dan
pelayanan yang tersedia untuk di konsumsi.
Perpindahan penduduk dan barang-barang sudah seusia dengan sejarah manusia
itu sendiri.Manusia zaman batu berpindah dari satu tempat ketempat yang lain dalam
mencari makanan,sambil membawa milik mereka yang relatif sedikit.Perpindahan yang
terbatas pada zaman primitif itu merupakan suatu awal dari cara hidup sekarang dimana
kita berpergian dan melakukan perjalanan ketempat tujuan.
Pengenalan terhadap teknologi transportasi baru atau yang dikembangkan sangat
berkorelasi dengan pengembangan masyarakat modern.Walaupun banyak ahli sejarah dan
lainnya cenderung beranggapan bahwa ini hanya disebabkan oleh hubungan sebab akibat
yang sederhana yaitu bahwa pengembangan suatu teknologi transportasi baru tidak hanya
(26)
teknologi ini,namun anggapan seperti ini terlalu sederhana.Dalam banyak hal,permintaan
baru akan transportasi telah membawa kepada pengembangan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan yang meningkat.Transportasi adalah suatu bagian integral dari
hampir semua kegiatan manusia,sehingga secara prinsip tidak mungkin membedakan
secara jelas antara sebab akibat.Malahan kemajuan-kemajuan dalam bidang transportasi
telah memungkinkan perubahan-perubahan dalam cara hidup kita dan masyarakat
diatur,dengan demikian mempengaruhi pengembangan peradaban manusia.
Peranan transportasi dapat ditinjau dari:
1.Peranan Ekonomi
Peranan ekonomi dari transportasi adalah sebagai berikut:
1. Transportasi memperbesar jangkauan terhadap sumber yang dibutuhkan suatu
daerah, dan memungkinkan digunakannya sumber yang lebih murah ataupun
lebih tinggi mutunya serta barang yang tidak bisa diperoleh di daerah setempat
dapat tersedia.
2. Pemakaian sumber yang lebih efisien mengakibatkan timbulnya kekhususan
setiap daerah ataupun pembagian tenaga kerja yang sesuai, yang mengakibatkan
penambahan jumlah barang yang dapat dikonsumsi.
3. Penyaluran barang tidak lagi terbatas pada daerah setempat saja tapi dapat
disalurkan dari sumber-sumber alternatif lainnya apabila sumber yang biasa
dipakai tidak dapat memenuhi semua kebutuhan.
Dari perspektif ekonomi, transportasi memungkinkan berpindahnya barang-barang dari
suatu tempat ke tempat yang lain, di mana barang-barang tadi mungkin lebih berguna atau
bernilai. Konsep utamanya ialah kegunaan (utilitas) tempat, kegunaan waktu dan kegunaan
kualitas.
(27)
Peranan sosial dari transportasi telah memungkinkan penduduk berubah dari
makhluk hidup yang nomaden menjadi penghuni pemukiman permanen. Dengan
bertambah mudahnya sarana transportasi, pemukiman menjadi bertambah luas dan tidak
terlalu bergantung pada sumber-sumber lokal untuk mendukungnya.
Transportasi juga sangat membantu dalam menyediakan berbagai kemudahan
seperti :
1. Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok
2. Pertukaran untuk penyampaian informasi
3. Perjalanan untuk bersantai
4. Perluasan jangkauan perjalanan sosial
5. Pemendekan jarak antara rumah dan tempat kerja
6. Bantuan dalam memperluas kota atau memencarkan penduduk menjadi
kelompok yang lebih kecil (Warpani, 1990).
3. Peranan Politik
Transportasi mempunyai pengaruh yang cukup penting terhadap karakteristik
politis suatu masyarakat, memungkinkan suatu wilayah yang luas untuk diatur satu pusat,
dan memungkinkan pemerintahan dari suatu negara yang besar.
4. Peranan Lingkungan
Pengaruh transportasi terhadap lingkungan pada umumnya dianggap negatif, yaitu
menghasilkan polusi udara dan kebisingan. Untuk memperkecil aspek negatif tersebut
sambil tetap menikmati suatu standar kehidupan yang dikehendaki, kesadaran untuk
menjaga dan memajukan lingkungan alamiah dalam perencanaan sistem transportasi
(28)
2.6 TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI
Pergerakan manusia dan barang dalam kota menunjukan arus lalu-lintas sebagi akibat
dari aktivitas (permintaan) dan kapabilitas (kemampuan) sistem transportasi dalam
mengatasi arus transportasi (penyediaan). Tentu saja, ada hubungan langsung antara tipe
dan intesintas tata guna lahan serta penyediaan fasilitas transportasi. Salah satu obyek
utama dalam perencanaan tata guna lahan dan sistem transportasi adalah untuk
memastikan keseimbangan yang efisien antara tata guna lahan dan kapabilitas transportasi
(Blunden and Black, 1984).
Potensi tata guna lahan diukur dengan skala aktivitas sosial ekonomi pada sebuah
lahan. Sifat khusus dari tata guna lahan adalah kemampuannya atau potensinya untuk
“membangkitkan’ lalu lintas.
Jika tata guna lahan sebuah daerah di suatu kota di ketahui, maka kemungkinan dapt
diukur bangkitannya (Blunden and Black, 1984).
hubungan tata guna lahan yang penting yang menunjukan variable adalah sumber
finansial, aktivitas industri, biaya bahan baker, konsumsi dan penyediaan, struktur bisnis,
kesempatan kerja dan pertambahan penduduk. Sermua variabel ini dan hubungan mereka
menunjukan fakta bahwa struktur kota adalah sistem yang paling rumit di dunia (Khisty
and Lall, 1998).
Suatu tempat dikatakan ‘aksesibel’ jika sangat dekat dengan tempat lainnya, dan
‘tidak aksesibel’ jika berjauhan. Ini adalah konsep yang paling sederhana; hubungan
transportasi (aksesibilitas) dinyatakan dalam bentuk ’jarak’ (km). Namun ada kalanya jarak
merupakan peubah yang tidak begitu cocok dan di ragukan. Jika sistem transportasi antara
kedua buah tempat diperbaiki (disediakan jalan baru atau pelayanan bus baru), maka
hubungan transportasi dapat dikatakan akan lebih baik karena waktu tempuh nya akan
(29)
tersebut. Oleh karena itu, ‘waktu tempuh’ menjadi ukuran yang lebih baik dan sering di
gunakan untuk aksesibilitas. Selanjutnya, misalkan terdapat pelayanan bus yang baik
antara dua tempat dalam suatu daerah pedesaan mapun perkotaan.Akan tetapi, bagi orang
miskin yang tidak mampu membeli karcis, aksesibilitas antara kedua lokasi tersebut tetap
rendah. Jadi, biaya perjalanan (Rp) menjadi ukuran yang lebih baik untuk aksesibilitas
dibandingkan dengan jarak dan waktu tempuh. Mobil pribadi hanya akan dapat
memperbaiki aksesibilitas dalam hal waktu bagi orang yang mampu membeli atau
menggunakan mobil. Dengan alasan di atas, moda dan jumlah transportasi yang tersedia
dalam suatu desa atau kota merupakan hal yang penting untuk menerangkan aksesibilitas.
Beberapa moda transportasi lebih cepat (waktu tempuh berkurang) dibandingkan dengan
moda lain, dan mungkin juga ada yang lebih mahal.
Hubungan transportasi dapat dinyatakan sebagai ukuran untuk memperlihatkan mudah
atau sukarnya suatu tempat di capai, dinyatakan dalam bentuk hambatan perjalanan.
Semuanya selanjutnya dinyatakan dalam bentuk jarak, waktu, atau biaya. Untuk
meningkatkan aksesibilitas tata guna lahan yang akan terhubungkan oleh sistem jaringan
transportasi, dilakukanlah investasi pembangunan sistem jaringan transportasi.
2.7 AKSESIBILITAS
Ada yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika
suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua
tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas
antara keduanya rendah. Jadi, tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas
yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara
(30)
Akan tetapi, peruntukan lahan tertentu seperti misalnya bandara, lokasinya tidak bisa
sembarangan dan biasanya terletak jauh di luar kota (karena ada batasan dari segi
keamanan, pengembangan wilayah, dan lain-lain). Dikatakan aksesibilitas ke bandara
tersebut pasti akan selalu rendah karena letaknya yang jauh di luar kota. Namun, meskipun
letaknya jauh, aksesibilitas ke bandara dapat ditingkatkan dengan menyediakan sistem
jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi sehingga waktu
tempuhnya menjadi pendek.
Oleh sebab itu, penggunaan ‘jarak’ sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan orang
dan mulai dirasakan bahwa penggunaan ‘waktu tempuh’ merupakan kinerja yang lebih
baik dibandingkan dengan jarak dalam menyatakan aksesibilitas. Dapat disimpulkan
bahwa suatu tempat yang berjarak jauh belum tentu dapat dikatakan mempunyai
aksesibilitas rendah atau suatu tempat yang berjarak dekat mempunyai aksesibilitas tinggi
karena terdapat faktor lain dalam menentukan aksesibilitas yaitu waktu tempuh.
Aksesibilitas adalah alat untuk mengukur potensial dalam melakukan perjalanan, selain
juga menghitung jumlah perjalanan itu sendiri. Ukuran ini menggabungkan sebaran
geografis tata guna lahan dengan kualitas sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Dengan demikian, aksesibilitas dapat digunakan untuk menyatakan
kemudahan suatu tempat untuk di capai.
Sedangkan menurut Black Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan ‘mudah’
atau ‘susah’nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Pernyataan ‘mudah’ atau ‘susah’ merupakan hal yang sangat ‘subjektif’ dan
‘kualitatif’. Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain,begitu juga dengan
pernyataan susah. Oleh karena itu, diperlukan kinerja kuantitatif (terukur) yang dapat
(31)
2.8 AKSESIBILITAS PEDESAAN
Setiap orang menginginkan aksesibilitas yang baik dan ini digunakan dalam
beberapa model penentuan lokasi tata guna lahan di daerah perkotaan atau pedesaan.
Model yang terakhir yang banyak digunakan adalah model lowry (Lowry, 1964). Model ini
mengasumsikan bahwa lokasi pusat perekonomian utama di daerah pedesaan harus
ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu jumlah keluarga dapat diperkirakan dan lokasinya
ditentukan berdasarkan aksesibilitas lokasi perekonomian tersebut. Jumlah sektor
pelayanan kemudian dapat diperkirakan dari jumlah keluarga dan model tersebut, yang
selanjutnya ditentukan lokasinya berdasarkan aksesibilitasnya terhadap lokasi tempat
tinggal. Dengan kata lain, dengan menentukan lokasi pusat perekononomian, lokasi
lainnya (tempat tinggal dan fasilitas pelayanan lainnya) dapat ditentukan oleh model
dengan kriteria dasar aksesibilitas.
2.8.1 Ukuran Aksesibilitas Pedesaan
Ukuran untuk menentukan besarnya hambatan pergerakan yang dapat digunakan
untuk mengukur aksesibilitas telah didiskusikan. Black & Conroy (1977) membuat
ringkasan tentang cara mengukur aksesibilitas didalam daerah pedesaan. Yang paling
mudah adalah mengasumsikan bahwa daerah pedesaan dipecah menjadi N zona, dan
semua aktivitas terjadi dipusat zona. Aktivitas diberi notasi A. Aksesibilitas K untuk suatu
zona adalah ukuran intensitas dilokasi tata guna lahan pada setiap zona didalam desa
tersebut dan kemudahan untuk mencapai zona tersebut melalui sistem jaringan
transportasi.
Adapun rumus yang mendukung dalam menghitung aksesibilitas dalam bentuk zona
adalah
∑
= Ed A0
(32)
di mana: =
0
A Aksesibilitas zona aktual
d
E = Jumlah pekerjaan di zona d
todb = Fungsi waktu tempuh
Aksesibilitas perorangan biasanya diukur dengan menghitung jumlah lokasi kegiatan
(disebut juga peluang-opportunity) yang tersedia pada jarak tertentu dari rumah orang
tersebut dan memfaktorkan jumlah tersebut dengan jarak di antaranya. Perhitungan
aksesibilitas dapat dilakukan untuk berbagai jenis peluang, seperti belanja atau bekerja.
Salah satu perhitungan tersebut diberikan oleh:
b ij j j
i O d
A =
∑
−di mana: = i
A Aksesibilitas orang i =
i
O Jumlah peluang pada jarak d dari rumah orang i =
ij
d Beberapa ukuran rentang antara i dan j (seperti waktu tempuh, biaya perjalanan, atau
hanya jarak saja)
=
b Sebuah konstanta
Indeks aksesibilitas seperti ini merupakan ukuran dari seberapa banyak tujuan
potensial yang tersedia bagi seseorang dan semudah orang tersebut dapat mencapainya.
Aksesibilitas suatu tempat dari tempat-tempat lainnya di dalam suatu kota dapat diukur
dengan cara yang sama, di mana dalam kasus ini A adalah aksesibilitas dari zona i. i
(33)
2.9 AKSESIBILITAS PERJALANAN
Aksesibilitas adalah ukuran untuk menghitung potensial perjalanan dibandingkan
dengan jumlah perjalanan. Ukuran ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah
perjalanan yang sebenarnya berhubungan dengan potensial tersebut. Salah satu cara
sederhana adalah dengan memperlihatkan secara grafis proporsi penghuni yang mencapai
tujuannya dibandingkan dengan jumlah kumulatif aktivitas. Zona tujuan d diurut
berdasarkan jarak, waktu, atau biaya yang semakin menjauh yang dipilih berdasarkan zona
i.
Hal ini dapat ditafsir untuk menunjukkan jumlah kesempatan yang sebenarnya
didapat.Teknik ini dijelaskan secara rinci oleh Black and Conroy (1977). Hubungan antara
aksesibilitas dan jumlah perjalanan sebenarnya membentuk dasar model gravity yang dapat
digunakan untuk meramalkan arus lalu lintas antar zona di dalam daerah pedesaan.
2.10 UKURAN-UKURAN AKSESIBILITAS PEDESAAN
1. Jarak
Aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan
tempat lainnya dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat sangat tinggi jika kondisi
prasarananya sangat baik pula. Sebaliknya, jika kedua tempat sangat berjauhan, maka
aksesibilitas antara keduanya sangat rendah jika prasarananya sangat jelek. Pada
kenyataannya penggunaan jarak sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan orang karena
waktu tempuh dianggap lebih baik.
Jarak
jauh Aksesibilitas rendah aksesibilitas menengah
dekat Aksesibilitas menengah Aksesibilitas tinggi
(34)
2.Waktu Tempuh
Jika waktu tempuh sangat lama dari satu tempat ke tempat lainnya maka
penggunaan dan kinerja terhadap aksesibilitas tidak baik. Sebaliknya, jika waktu
tempuhnya singkat antara kedua tempat maka penggunaan dan kinerja terhadap
aksesibilitas sangat baik. Jika sistem transportasi kedua buah tempat diperbaiki (disediakan
jalan baru atau pelayanan bus baru) maka hubungan transportasi dapat dikatakan akan
lebih baik karena karena waktu tempuhnya lebih singkat. Hal ini sudah jelas berkaitan
dengan kecepatan sistem jaringan tersebut. Oleh karena itu, waktu tempuh menjadi ukuran
yang lebih baik dan sering digunakan untuk aksesibilitas.
3.Biaya Perjalanan
Dalam beberapa kasus, terutama dinegara barat,untuk menggabungkan waktu dan
biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi biasa disebut biaya gabungan. Biaya ini
dalam bentuk nilai uang yang terdiri dari jumlah biaya perjalanan (tiket, parkir, bensin,
dan biaya operasi kendaraan lainnya) dan nilai waktu perjalanan. Sudah tentu, diperlukan
cara tersendiri untuk menyatakan waktu dalam bentuk uang, dan beberapa penelitian ini
telah dikembangkan untuk tujuan ini. Beberapa penulis (seperti Atkins, 1984) berpendapat
bahwa biaya gabungan adalah ukuran yang tidak cocok digunakan dalam beberapa hal
karena tidak memperlihatkan perbedaan kepentingan antara waktu dan biaya secara
terpisah. Ini mungkin berlaku dalam mengukur aksesibilitas waktu biasanya merupakan
ukuran yang terbaik, yang diatur berdasarkan setiap moda.
4.Tata Guna Lahan
Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antara tata
guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik maka aksesibilitas tinggi. Sebaliknya, apabila
(35)
kondisinya tidak baik maka aksesibilitas rendah. Jadi tata guna lahan yang berbeda pasti
mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan tersebut
tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen).
5. Banyak Orang Bepergian
Yaitu jumlah orang yang bepergian untuk melakukan aktivitas ke suatu daerah.
Dengan meningkatnya jumlah orang bepergian maka aksesibilitas tinggi. Akan tetapi jika
jumlah orang yang bepergian cenderung rendah maka aksesibilitas rendah pula, karena
dengan banyaknya orang bepergian berarti tingkat aksesibilitas di suatu tempat tersebut
bisa digolongkan baik.
(36)
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Proses pengumpulan data bagi suatu studi perencanaan transportasi pada dasarnya
bukan merupakan yang sembarangan, tetapi merupakan sekumpulan langkah-langkah yang
beruntun dan terkait satu dengan yang lainnya dengan hasil akhir untuk mendapatkan data
yang diinginkan. Hal ini perlu didasari agar pengumpulan data dapat dilakukan secara
efisien dan efektif sehingga data dapat digunakan secara optimal.
Dalam bab ini, akan dikemukakan data-data yang diperlukan sesuai dengan
persoalan yang dibahas. Dalam hal ini tidak semua data yang dikumpulkan dapat langsung
untuk pemecahan masalah.
Semua data parameter dari aspek aksesibilitas untuk penelitian ini didapat dari hasil
survey di lapangan, di mana data-data yang diperoleh dari lapangan akan diketahui waktu
tempuh, kondisi jalan, banyak orang bepergian, eksisting moda, angkutan barang, jaringan
jalan atau jalan alternatif, fasilitas desa atau tata guna lahan, ongkos/biaya perjalanan. Dari
data pengamatan di lapangan (data primer) akan diketahui hubungan antara parameter di
atas termsuk pengaruhnya terhadap aksesibilitas.
3.2 Letak Geografis
Aceh Selatan adalah sebuah kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam. kabupaten
ini mempunyai luas sebesar 4.005,10 km2 dan beribukotakan Tapaktuan. Menurut data
Kantor BPS tahun 2007 penduduknya berjumlah 205.970 jiwa. Kabupaten Aceh Selatan
terletak pada garis 20-40 Lintang Utara dan 960-900 Bujur Timur. Kabupaten Aceh Selatan
berbatasan dengan Tiga (3) kabupaten. Secara administrasi Kabupaten Aceh Selatan
(37)
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil
Pada saat ini Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari enam belas kecamatan yaitu Trumon,
Trumon Timur, Bakongan, Bakongan Timur, Kluet Selatan, Kluet Timur, Kluet Utara,
Pasie Raja, Kluet Tengah, Tapaktuan, Samadua, Sawang, Meukek, Labuhan Haji, Labuhan
Haji Timur, dan Labuhan Haji Barat.
3.3 Kondisi Sosial
Mayoritas penduduk Aceh Selatan adalah petani. dengan luas panen 10.950 Ha dan
produksi 4.089 ton. Selain menjadi petani, masyarakat di kabupaten ini juga banyak yang
berprofesi sebagai nelayan.
Di bidang kehutanan, Kabupaten Aceh Selatan memiliki lahan 159.392 Ha hutan terdiri
dari hutan produksi 84.540 Ha; hutan lindung 74.852 Ha. Kawasan hutan terbesar berada
di Kecamatan Kluet yakni 38,58% dari hutan yang ada di kabupaten ini. Sehingga daerah
ini termasuk kedalam hutan dunia, yang sering di sebut dengan hutan Leuser.
3.4 Transportasi
Prasarana transportasi di Kabupaten Aceh Selatan pada umumnya cukup baik.
Jaringan jalan untuk menghubungkan satu lokasi dengan lokasi lainnya telah ada dan telah
dilapisi oleh lapisan aspal, terutama jalan utama yang menghubungkan lokasi-lokasi
tertentu. Pada ruas-ruas tertentu prasarana transportasi memang mengalami kerusakan
akibat bencana alam (berupa gempa bumi dan longsor). Di bagian lain, terdapat ruas jalan
(38)
Daftar Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Pedesaan dan Angkutan Perkotaan di
Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1: Daftar trayek angkutan umum pedesaan dan perkotaan
No Kode Trayek Rute Trayek
1 TR. 1.01 T.Tuan - Samadua PP
2 TR. 1.02 T.Tuan - Sp.Empat Samadua – Panton luas PP
3 TR. 1.03 T.Tuan – Sawang Lue Paku PP
4 TR. 1.04 T.Tuan – Meukek – Jambo Papeun
5 TR. 1.05 T.Tuan – L.Haji (Kota) PP
6 TR. 1.06 T.Tuan –Tpl.Batas Abdya PP
7 TR. 1.07 T.Tuan – Batu Itam PP
8 TR. 1.08 T.Tuan – Kota Fajar PP
9 TR. 1.09 T.Tuan – Kota Fajar - Menggamat 10 TR. 1.10 T.Tuan – Kota Fajar – L.Sawah PP 11 TR. 1.11 T.Tuan – Kota Fajar – Kandang PP
12 TR. 1.12 T.Tuan – Bakongan PP
13 TR. 1.13 T.Tuan – Keude Paya – Trumon PP 14 TR. 1.14 T.Tuan – Kp.Sesak (Tpl.Batas Singkil)
Sumber data: Dishub Aceh Selatan
Skema:Rute Angkutan Umum Pedesaan Kluet Utara,Kluet Selatan,Pasie Raja
Keterangan:
= meninggalkan = menuju TAPAK TUAN
Kota Fajar Kandang
Kandang Kota Fajar
Terbangan
Kota Fajar Menggamat
Lawe Sawah Kota Fajar
(39)
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Armada Angkutan Umum Pedesaan Aceh Selatan
No Nama Angkutan Jumlah/Unit
1 CV. Anugerah Jaya 46
2 CV. Muliaya Jaya 51
3 CV. Labuhan Raya Transport 47
4 CV. PO.Kaset 91
5 CV. Prima Jasa Transportasi 59
Sumber data: Dishub Aceh Selatan
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah angkutan umum pedesaan ada lima
CV yang mana jumlah unit keseluruhannya adalah 294 unit.
3.3.1 Kondisi Jalan
Peningkatan usaha pembangunan akan menuntut pula peningkatan pembangunan
jalan. Pembangunan jalan bertujuan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di
Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2007 mencapai 1.132,11 km, terdiri atas jalan propinsi
sepanjang 176,80 km, dan jalan kabupaten 955,31 km. Pada tahun 2007 kondisi jalan di
Kabupaten Aceh Selatan 143.00% kondisinya baik, 261.25% kondisinya sedang, 303.30%
kondisinya rusak, dan 217.45% dalam keadaan rusak berat.
Tabel 3.3
Panjang Jalan di Kabupaten Aceh Selatan menurut Kelas Jalan Tahun 2007
No Kelas jalan Panjang Jalan
1. Kelas I
Ruas Jalan Negara/Nasional -
(40)
3. Kelas III
Ruas Jalan Propinsi 176,80
4. Kelas IIIA -
5. Kelas IIIB 30,31
6. Kelas IIIC 925,00
Tahun 2007 1132,11
Sumber: Dinas Kimpraswil Kab. Aceh Selatan
Tabel 3.4
Panjang Jalan Kabupaten Aceh Selatan Menurut Jenis Permukaan Jalan Tahun 2007
No. Kondisi Jalan Panjang jalan
1. Aspal 382,20
2. Kerikil 276,60
3. Tanah 244,16
Tahun 2007 902,96
Sumber: Dinas Kimpraswil Kab. Aceh Selatan
Tabel 3.5
Panjang Jalan Kabupaten Aceh Selatan menurut Kondisi Jalan Tahun 2007
No. Kondisi Jalan Panjang Jalan
1. Baik 143,00
2. Sedang 261,25
3. Rusak 303,30
4. Rusak Berat 217,45
Tahun 2007 925,00
(41)
Adapun kondisi geografis 3 (tiga) kecamatan yang akan ditinjau aksesibilitas
transportasinya antara lain sebagai berikut:
1. Kecamatan Kluet Utara
a. Letak Geografis
Kluet Utara mempunyai luas sebesar 146.562,00 km2, nama kota kecamatannya adalah Kota Fajar. Kondisi fisik kecamatan ini berada pada ketinggian 2 – 4 m dpl. Menurut data
tahun 2007 penduduknya berjumlah 23.845 jiwa.Secara administrasi Kecamatan Kluet
Utara berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kluet Tengah
- Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pasie Raja
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet selatan.
Desa-desa yang ada di kecamatan Kluet Utara letaknya ada yang di daerah pesisir ada juga
di daerah pegunungan.Desa-desa yang letaknya di daerah pesisir dan sekitarnya adalah :
1.Kedai Padang
2.Pasie Kuala Bau
3.Suaq Geringgeng
4.Krueng Batee
5.Pasie Kuala Asahan
6.Simpang Lhe
Desa-desa yang letaknya di daerah Pegunungan dan sekitarnya adalah :
1. Simpang Empat
(42)
3. Limau Purut
4. Pulo Kambing
5. Kampung Paya
6. Krueng Batu
7. Gunung Pulo
8. Pulo Ie I
9. Krueng Batee
10.Fajar harapan
11.Krueng Kluet
12.Alur Mas
13.Kampung Tinggi
14.Kampung Ruak
b. Kondisi Sosial
Mayoritas penduduk Kluet Utara adalah petani.Untuk lebih lengkapnya tentang pekerjaan
penduduk Kluet Utara dapat dilihat dari tabel 3.7.Penggunaan Tanah di Kluet Utara adalah
2.201 Ha untuk sawah, 2.291 Ha untuk ladang, 77 Ha untuk kolam, dan 3.162 Ha untuk
areal perkebunan.
c. Kondisi Transportasi
Adapun kondisi jalan utama desa di kecamatan Kluet Utara dapat dilihat dari Tabel 3.6 .
Tabel 3.6
Jenis jalan Utama Desa di Kecamatan Kluet Utara Tahun 2007
(Km)
No. Desa Jalan Aspal Jalan diperkeras Jalan Tanah
1. Kedai Padang 1.00 2.80 0.90
(43)
4. Simpang Lhee 2.50 3.50 4.50
5. Simpang Empat 3.80 7.00 2.50
6. Jambo Manyang 2.10 1.40 1.00
7. Limau Purut 8.00 5.50 6.50
8. Pulo Kambing 1.20 3.00 1.00
9. Kampung Paya 2.50 3.00 2.50
10. Krueng Batu 5.10 3.00 1.10
11. Gunung Pulo 2.30 1.50 2.50
12. Pulo Ie.I 2.50 1.60 1.00
13. Krueng Batee 4.30 3.00 2.00
14. Pasie Kuala Asahan 4.00 6.00 5.00
15. Fajar Harapan 2.50 1.70 1.50
16. Krueng Kluet 1.20 1.50 1.50
17. Alur Mas 2.50 1.70 0.50
18. Kampung Tinggi 1.30 1.70 1.00
19. Kampung Ruak 5.00 2.50 2.00
JUMLAH 60.60 54.40 39.00
Sumber data: Kantor BPS Aceh Selatan
2. Kecamatan Kluet Selatan
a. Letak Geografis
Kluet Selatan mempunyai luas sebesar 152.105,10 km2,nama kota kecamatannya adalah Suaq Bakong.Kondisi fisik kecamatan ini berada pada ketinggian 2 – 4 m dpl.Menurut data
tahun 2007 penduduknya berjumlah 23.845 jiwa.Secara administrasi Kecamatan Kluet
Selatan berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bakongan
- Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kluet Utara
Desa-desa yang ada di kecamatan Kluet Selatan letaknya ada yang di daerah pesisir ada
juga di daerah pegunungan.Desa-desa yang letaknya di daerah pesisir dan sekitarnya
adalah :
1. Pasi Lembang
2. Ujung Padang
(44)
5. Sialang
6. Rantau benuang
Desa-desa yang letaknya di daerah Pertanian dan sekitarnya adalah :
7. Barat Daya
8. Kapeh
9. Pulo Ie
10. Jua
11. Pasi Merapat
12. Ujung
13. Luar
14. Kedai Kandang
b. Kondisi Transportasi
Adapun kondisi jalan utama desa di kecamatan Kluet Utara dapat dilihat dari Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Jenis jalan Utama Desa di Kecamatan Kluet Selatan Tahun 2007
(Km)
No. Desa Jalan Aspal Jalan diperkeras Jalan Tanah
1. Pasie Lembang 2,00 - 6,00
2. Ujung Padang 1,00 1,00 2,00
3. Indra Damai 4,00 - 3,00
4. Suaq Bakong 5,00 - 3,00
5. Barat Daya 2,00 - 3,00
6. Sialang 1,00 - 3,00
7. Kapeh 2,00 1,00 1,00
8. Pulo Ie 2,50 2,00 0,50
9. Jua - - 1,00
10. Pasie Merapat - - 1,00
11. Ujung - - 1,00
12. Luar - - 1,00
(45)
15. Ujung Pasir - - 1,00
16. Gelumbuk 2,00 2,00 2,00
17. Kedai Runding 3,00 1,00 3,00
JUMLAH 26,50 9,00 33,50
Sumber data: Kantor BPS Aceh Selatan
3. Kecamatan Pasie Raja
a. Letak Geografis
Pasie Raja mempunyai luas sebesar 567.285,80 km2,nama kota kecamatannya adalah Kampung Baro.Kondisi fisik kecamatan ini berada pada ketinggian 2 – 4 m dpl.Menurut
data tahun 2007 penduduknya berjumlah 14.753 jiwa.Secara administrasi Kecamatan Pasi
Raja berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kluet Utara
- Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapaktuan
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet Utara.
Desa-desa yang ada di kecamatan Pasie Raja letaknya ada yang di daerah pesisir ada juga
di daerah pegunungan.Desa-desa yang letaknya di daerah pesisir dan sekitarnya adalah :
1.Pasi Rasian
2.Teupin Gajah
3.Kampung Baro
4.Seneubok
5.Ladang Tuha
6.Mata Ie
Desa-desa yang letaknya di daerah Pegunungan dan sekitarnya adalah :
7.Ujung Padang Asahan
(46)
9.Ie Mirah
10.Ujung Padang Rasian
11.Krueng Kalee
12.Lhok Sialang Rayeuk
13.Lhok Sialang Cut
14.Paya Ateuk
15.Silolo
16.Kampung Baru
17.Panton Bili
15.Ladang Teungoh
16.Pucok Krueng
17.Ujung Batu
b. Kondisi Transportasi
Adapun kondisi jalan utama desa di kecamatan Kluet Utara dapat dilihat dari Tabel 3.4 .
Tabel 3.8
Jenis jalan Utama Desa di Kecamatan Pasie Raja Tahun 2007
(Km)
No. Desa Jalan Aspal Jalan diperkeras Jalan Tanah
1. Uj. Padang Asahan - 0,50 2,50
2. Pulo Ie II - - 3,00
3. Ie Mirah - 0,60 1,20
4. Uj. Padang Rasian 0,50 - 1,00
5. Pasie Rasian 1,50 - 2,00
6. Teupin Gajah 1,50 0,50 0,90
7. Kampung Baro - - 1,20
8. Krueng Kalee 8,00 1,00 2,20
9. Lhok Sialang Rayeuk - 1,00 1,00
10. Lhok Sialang Cut - 1,00 1,00
11. Paya Ateuk - - 1,70
12. Silolo 2,00 - 1,50
13. Kampung Baru 0,40 - -
14. Sinebok - 0,30 1,00
(47)
17. Ladang Teungoh 0,50 1,10 1,10
18. Pucuk Krueng 0,50 0,80 1,00
19. Mata Ie - 0,50 0,80
20. Ujung Batu - - -
JUMLAH 19,90 9,40 26,60
Sumber data: Kantor BPS Aceh Selatan
3.5 Pengambilan Data
3.5.1 Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1 Data jaringan jalan, data ini diperlukan untuk mengetahui kondisi
masing-masing ruas jalan serta fungsi dari jalan yang terdapat dari wilayah studi.
2. Data lalu lintas dan trayek angkutan pedesaan, data ini diperlukan untuk
mengetahui jumlah dan jenis kendaraan yang beroperasi di wilayah studi serta
jalan yang dilalui angkutan pedesaan (trayek).
3. Data penduduk, data ini diperlukan untuk mengetahui kepadatan penduduk
pada wilayah studi.
3.5.2 Pengambilan Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan survei langsung ke lapangan atau ke
lokasi penelitian antara lain:
1. Mengajukan pertanyaan (kuesioner), adapun data yang akan diambil meliputi data:
persepsi masyarakat (penumpang) terhadap angkutan pedesaan,kondisi perkerasan
jalan,jumlah orang bepergian, sehingga dapat di ketahui seberapa besar tingkat
aksesibilitas di masing-masing kecamatan yang menjadi tempat survey.
2. Pencatatan data waktu tempuh kendaraan umum, jumlah kendaraan umum yang
beroperasi, dan jumlah penumpang.
3. Pencatatan muatan angkutan barang,jumlah jalan alternatif,fasilitas-fasilitas di
(48)
3.6 Pembuatan Data Kuesioner
Daftar yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan pewawancara dalam melakukan pendataan dan mempermudah tiap
masyarakat dalam pengisian tabel kuesioner. Daftar variabel-variabel yang mempengaruhi
Aksesibilitas pada daerah kabupaten Aceh Selatan, yang ditinjau dari segi waktu tempuh,
kondisi jalan, banyaknya orang bepergian, existing moda, fasilitas,biaya perjalanan.
3.7 Penentuan Jumlah Sampel untuk Tingkat Efektivitas dan Efisiensi
Pengambilan data dilakukan pada pukul 08.00-10.00 WIB pada tanggal 23 Maret
2009 sampai dengan 25 Maret 2009 yang berturut-turut mulai hari Senin sampai hari Rabu.
Surveyor ditempatkan di setiap desa-desa yang tergabung dalam 3 kecamatan.
3.8 Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dengan uraian seperti di atas bahwa data-data yang
dibutuhkan diperoleh pada saat penduduk melakukan perjalanan dengan menggunakan
angkutan umum pedesaan. Data diperoleh dengan metode wawancara.
3.9 Langkah-langkah Melakukan Wawancara
Langkah-langkah melakukan wawancara adalah pembagian kuesioner secara
langsung kepada penduduk pengguna angkutan umum pedesaan. Dalam artian penulis
langsung berhadapan dengan penduduk dan menerangkan maksud dan tujuan kedatangan
Hal-hal yang menjadi parameter-parameter aksesibilitas adalah:
1.Waktu tempuh
yaitu lamanya perjalanan antara desa satu ke desa yang lainnya.Waktu tempuh sering
(49)
Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas dengan menggunakan waktu
tempuh adalah:
No. kecepatan
(Km/Jam) Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
1. 75 – 100 0.75-1 Baik
2. 50 – 75 0.5-0.75 Sedang
3. 25 – 50 0.25-0.5 Buruk
4. 0 – 25 0-0.25 Sangat Buruk
Sumber data: Buku Panduan survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan lalu Lintas
Direktorat Bina Marga 1990.
2. Kondisi Jalan
yaitu keadaan perkerasan jalan yang ada di daerah tersebut. Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas:
No. Kriteria Kondisi
Perkerasan Jalan Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
1.
Baik (Tidak terdapat kerusakan pada perkerasan)
1 Baik
2.
Sedang (Terdapat sedikit kerusakan ringan seperti terdapat lubang kecil, sedikit bergelombang)
0.75 Sedang
3. Rusak
(Berlubang-lubang/retak-retak) 0.5 Buruk
4.
Rusak Berat (Perkerasan hancur, amblas, jembul, permukaan tergerus)
0.25 Sangat Buruk
Sumber data: Buku Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional Dan Jalan Propinsi Direktorat Bina Marga 1995.
3. Banyak orang bepergian
yaitu jumlah orang yang bepergian untuk melakukan aktivitas ke suatu daerah. Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas:
No. Kriteria bepergian
(Jumlah Orang/Hari) Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
(50)
1. >10 1 Baik
2. 10 0.75 Sedang
3. 5 0.5 Buruk
4. <5 0.25 Sangat Buruk
4. Eksisting moda yaitu jenis-jenis angkutan moda yang melalui suatu daerah untuk
mempelancar transportasi.
Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas:
No .
Jenis Angkutan Umum Yang Ada
/Hari (Jumlah)
Bobot Aksesibilitas Penilaian Aksesibilitas
1. < 3 1 Baik
2. 3 0.75 Sedang
3. 2 0.5 Buruk
4. 1 0.25 Sangat Buruk
5. Angkutan barang yaitu berat muatan kendaraan yang mengangkut hasil pertanian,
peternakan dan perdagangan.
Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas:
No. Muatan angkutan Barang (Ton)
Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
1. > 3 1 Baik
2. 3 0.75 Sedang
(51)
4. 1 0.25 Sangat Buruk
6. Jalan Altenatif yaitu sistem jaringan jalan yang dapat di tuju dari berbagai arah ke
suatu desa.
Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas:
No. Jumlah Jalan Alternatif
Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
1. > 3 1 Baik
2. 3 0.75 Sedang
3. 2 0.5 Buruk
4. 1 0.25 Sangat Buruk
7. Tata guna Lahan
yaitu tempat masyarakat pedesaan melakukan aktivitas.
No. Nama Fasilitas-Fasilitas Desa 1 BRI
2 KUD
3 POSYANDU
4 PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) 5 PASAR IKAN & SAYUR-SAYURAN 6 KURSUS KOMPUTER & B. INGGRIS 7 SEKOLAH SD, SLTP, SMU
8 BENGKEL
9 KANTOR PEMERINTAHAN 10 TOKO HANDPHONE
(52)
No. Jumlah
Fasilitas Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
1. 7-10 1 Baik
2. 5-7 0.75 Sedang
3. 3-5 0.5 Buruk
4. < 3 0.25 Sangat Buruk
Sumber data: Buku Panduan survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan lalu Lintas
Direktorat Bina Marga 1990.
8. Tarif
yaitu biaya perjalanan yang di keluarkan bila menggunakan jasa angkutan umum. Adapun tabel acuannya/asumsi dalam mengukur aksesibilitas:
No
. Tarif Angkutan Bobot Aksesibilitas
Penilaian Aksesibilitas
1. > 5000 0.25 Mahal
2. 2500-5000 0.5 Sedang
3. 1500-2500 0.75 Murah
4. < 1500 1 Sangat murah
Sumber tarif angkutan:Dishub Aceh Selatan
Rumus perhitungan total Aksesibilitas adalah:
Ac= n
Ac
∑
Dimana
Ac= Aksesibilitas desa
(53)
3.10 Prosedur Kerja Penelitian
Adapun prosedur kerja dari penelitian ini dapat dilihat dari gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1. Prosedur Kerja Penelitian MAKSUD DAN TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
DATA PRIMER: 1. Waktu Tempuh 2. Kondisi Jalan
3. Banyaknya Orang Bepergian 4. Eksisting Moda
5. Angkutan Barang 6. Jalan Alternatif
7. Tata Guna Lahan/Fasilitas Desa 8. Ongkos Angkutan Umum
REKAPITULASI DATA
ANALISA DATA
KESIMPULAN DAN SARAN
DATA SEKUNDER: Instansi Terkait
1. Dinas PU 2. Dishub 3. Bappeda 4. BPS
(54)
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Penyusunan Data
Setelah selesai melakukan wawancara, maka data-data yang diperoleh dari
responden disusun dalam bentuk tabel. Dari informasi tersebut data-data yang diperlukan
untuk pengolahan atau analisis.
4.1.1 Waktu Tempuh
Jarak suatu desa dengan jalan Negara dan kecepatan angkutan umum menuju jalan
Negara tersebut dijadikan sebagai variabel untuk waktu tempuh. Untuk lebih lengkapnya
tentang data waktu tempuh di tiap desa dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
A. Kecamatan : Kluet Utara
Tabel 4.1: Waktu tempuh di kecamatan Kluet Utara
No. Nama-nama Desa Jarak Tempuh (s) (Km) Waktu Tempuh (t) (Menit) Kecepatan (V= t s ) (Km/Jam) Bobot Aksesibilitas (Ac)
1. Kedai Padang 2 2,00 60,00 0,6
2. Pasie Kuala Bau 3 2,57 70,00 0,7
3. Suaq Geringgeng 3 2,25 80,00 0,8
4. Simpang Lhee 3 2,57 70,00 0,7
5. Simpang Empat 1 0,86 70,00 0,7
6. Jambo Manyang 1 0,86 70,00 0,7
7. Limau Purut 1 0,86 70,00 0,7
8. Pulo Kambing 3 2,57 70,00 0,7
9. Kampung Paya 4 3,00 80,00 0,8
10. Krueng Batu 3 2,57 70,00 0,7
11. Gunung Pulo 2 2,00 60,00 0,6
12. Pulo Ie I 2 1,50 80,00 0,8
13 Krueng Batee 4 3,00 80,00 0,8
14. P. Kuala Asahan 4 3,00 80,00 0,8
15. Fajar Harapan 2 1,71 70,00 0,7
16. Krueng Kluet 6 4,50 80,00 0,8
17. Alur Mas 7 7,00 60,00 0,6
18. Kampung Tinggi 6 6,00 60,00 0,6
19. Kampung Ruak 5 5,00 60,00 0,6
NB:Jarak tempuh di ambil dari desa menuju jalan Propinsi
(55)
No. Nama-nama Desa Jarak Tempuh (s) (Km) Waktu Tempuh (t) (Menit) Kecepatan (V= t s ) (Km/Jam) Bobot Aksesibilitas (Ac)
1. Pasi Lembang 2 2,00 60,00 0,6
2. Ujung Padang 2 2,00 60,00 0,6
3. Indra Damai 3 2,57 70,00 0,7
4. Suaq Bakong 3 2,57 70,00 0,7
5. Barat Daya 2 2,00 60,00 0,6
6. Sialang 4 3,00 80,00 0,8
7. Kapeh 3 2,57 70,00 0,7
8. Pulo Ie 4 2,67 90,00 0,9
9. Jua 2 2,00 60,00 0,6
10. Pasi Merapat 4 3,00 80,00 0,8
11. Ujung 3 2,57 70,00 0,7
12. Luar 3 2,57 70,00 0,7
13 Kedai Kandang 2 2,40 50,00 0,5
14. Rantau Binuang 4 6,00 40,00 0,4
15. Ujung Pasir 3 3,00 60,00 0,6
16. Gelumbuk 2 1,71 70,00 0,7
17. Kedai Runding 2 2,00 60,00 0,6
NB:Jarak tempuh di ambil dari desa menuju jalan Propinsi
C.Kecamatan : Pasie Raja
Tabel 4.3: Waktu tempuh di kecamatan Pasie Raja
No. Nama-nama Desa Jarak Tempuh
(s) (Km) Waktu Tempuh (t) (Menit) Kecepatan (V= t s ) (Km/Jam) Bobot Aksesibilitas (Ac)
1. U. Padang Asahan 2 1,60 75,00 0,75
2. Pulo Ie II 3 3,60 50,00 0,5
3. Ie Mirah 3 3,60 50,00 0,5
4. U. Padang Rasian 2 1,60 75,00 0,75
5. Pasi Rasian 2 2,40 50,00 0,5
6. Teupin Gajah 2 2,40 50,00 0,5
7. Kampung baro 2 1,60 75,00 0,75
8. Krueng Kalee 3 4,50 40,00 0,4
9. Lhok Sialang Rayek 3 4,50 40,00 0,4
10. Lhok Sialang Cut 4 6,00 40,00 0,4
11. Paya Ateuk 4 6,86 35,00 0,35
12. Silolo 3 4,50 40,00 0,4
13 Kampung baru 2 2,40 50,00 0,5
14. Seneubok 2 1,60 75,00 0,75
15. Ladang tuha 2 1,60 75,00 0,75
16. Panton Bili 2 2,40 50,00 0,5
17. Ladang teungoh 2 2,40 50,00 0,5
18. Pucok Krueng 2 2,40 50,00 0,5
19. Mata Ie 2 1,71 70,00 0,7
20. Ujung Batu 2 1,60 75,00 0,75
NB:Jarak tempuh di ambil dari desa menuju jalan Propinsi
4.1.2. Kondisi Perkerasan Jalan A. Kecamatan : Kluet Utara
(56)
Tabel 4.4:Kondisi Perkerasan jalan Di Kecamatan Kluet Utara No. Nama-nama Desa Kondisi Perkerasan Jalan
Secara Keseluruhan
Bobot Aksesibilitas(A c)
1. Kedai Padang Sedang 0.75 2. Pasie Kuala Bau Sedang 0.75 3. Suaq Geringgeng Sedang 0.75 4. Simpang Lhee Sedang 0.75 5. Simpang Empat Baik 1 6. Jambo Manyang Sedang 0.75 7. Limau Purut Sedang 0.75 8. Pulo Kambing Sedang 0.75 9. Kampung Paya Rusak 0.5 10. Krueng Batu Rusak 0.5 11. Gunung Pulo Sedang 0.75 12. Pulo Ie I Baik 1
13 Krueng Batee Baik 1 14. Pasie Kuala Asahan Sedang 0.75 15. Fajar Harapan Sedang 0.75 16. Krueng Kluet Rusak 0.5 17. Alur Mas Sedang 0.75 18. Kampung Tinggi Sedang 0.75 19. Kampung Ruak Sedang 0.75 Sumber Data:Survey lapangan,Dishub,BPS dan Supir Angkutan Umum.
B. Kecamatan : Kluet Selatan
Tabel 4.5:Kondisi Perkerasan jalan Di Kecamatan Kluet Selatan
No. Nama-nama Desa Kondisi Perkerasan Jalan
Secara Keseluruhan
Bobot Aksesibilitas
(A c) 1. Pasi Lembang Sedang 0.75 2. Ujung Padang Sedang 0.75 3. Indra Damai Sedang 0.75 4. Suaq Bakong Sedang 0.75 5. Barat Daya Sedang 0.75 6. Sialang Sedang 0.75 7. Kapeh Sedang 0.75 8. Pulo Ie Sedang 0.75 9. Jua Sedang 0.75 10. Pasi Merapat Sedang 0.75 11. Ujung Rusak 0.5 12. Luar Rusak 0.5 13 Kedai Kandang Sedang 0.75 14. Rantau Binuang Rusak 0.5 15. Ujung Pasir Sedang 0.75 16. Gelumbuk Baik 1 17. Kedai Runding Baik 1 Sumber Data:Survey lapangan,Dishub,BPS dan Supir Angkutan Umum.
(57)
Tabel 4.6:Kondisi Perkerasan jalan Di Kecamatan Pasie Raja
No. Nama-nama Desa Kondisi Perkerasan Jalan
Secara Keseluruhan
Bobot Aksesibilitas
(Ac)
1. Ujung Padang
Asahan
Baik 1
2. Pulo Ie II Sedang 0.75
3. Ie Mirah Sedang 0.75
4. Ujung Padang Rasian Sedang 0.75
5. Pasi Rasian Sedang 0.75
6. Teupin Gajah Baik 1
7. Kampung baro Baik 1
8. Krueng Kalee Rusak 0.5
9. Lhok Sialang Rayek Sedang 0.75
10. Lhok Sialang Cut Sedang 0.75
11. Paya Ateuk Rusak 0.5
12. Silolo Rusak 0.5
13 Kampung baru Sedang 0.75
14. Seneubok Baik 1
15. Ladang tuha Baik 1
16. Panton Bili Sedang 0.75
17. Ladang teungoh Rusak 0.5
18. Pucok Krueng Rusak 0.5
19. Mata Ie Baik 1
20. Ujung Batu Baik 1
Sumber Data:Survey lapangan,Dishub,BPS dan Supir Angkutan Umum
4.1.3.Jumlah Orang Bepergian A. Kecamatan : Kluet Utara
Tabel 4.7: Jumlah Orang Bepergian di Kecamatan Kluet Utara
No. Nama-nama Desa
Jumlah Orang Bepergian Dengan: Total (Orang/H ari) Bobot Aksesibilitas
(Ac)
Angkutan Umum (L-300) (Orang/Har i) Angkutan Umum (Kaset) (Orang/H ari) Becak Bermotor (Orang/Har i) Pick Up (Orang/H ari)
1. Kedai Padang - - 7 - 7 0.5
2. P Kuala Bau - - 5 - 5 0.5
3. Suaq
Geringgeng
(58)
5. Simpang Empat
32 30 8 - 70 1
6. Jambo Manyang
4 27 12 - 43 1
7. Limau Purut 15 6 9 17 47 1
8. Pulo Kambing - - 3 28 31 1
9. Kampung Paya
- - 9 17 26 1
10. Krueng Batu - - 10 - 10 0.75
11. Gunung Pulo 38 - 2 - 40 1
12. Pulo Ie I 24 - 4 - 28 1
13 Krueng Batee 30 - 2 - 32 1
14. Pasie Kuala Asahan
16 - 1 - 17 1
15. Fajar Harapan 19 - - - 19 1
16. Krueng Kluet - - - 18 18 1
17. Alur Mas - - - 9 9 0.75
18. Kampung Tinggi
- - - 16 16 1
19. Kampung Ruak
- - - 28 28 1
Sumber Data:Survey lapangan,Dishub dan Supir Angkutan Umum
B. Kecamatan : Kluet Selatan
Tabel 4.8: Jumlah Orang Bepergian di Kecamatan Kluet Selatan
No. Nama-nama Desa
Jumlah Orang Bepergian Dengan: Total (Orang/ Hari) Bobot Aksesibilitas
(Ac)
Angkutan Umum (L-300) (Orang/ Hari) Angkutan Umum (Kaset) (Orang/ Hari) Becak Bermotor (Orang/ Hari) Pick Up (Orang/ Hari)
1. Pasi Lembang 36 48 - - 84 1
2. Ujung Padang 40 31 - - 71 1
3. Indra Damai 27 18 - - 71 1
4. Suaq Bakong - - 6 - 6 0.5
5. Barat Daya 48 19 - - 67 1
6. Sialang 18 23 - - 41 1
7. Kapeh 48 33 2 - 83 1
8. Pulo Ie 6 - - - 6 0.5
9. Jua - - 4 - 4 0.25
10. Pasi Merapat - - 4 - 4 0.25
11. Ujung - - 3 - 3 0.25
(59)
Kandang 14. Rantau
Binuang
- - 7 - 7 0.75
15. Ujung Pasir - - 2 - 2 0.25
16. Gelumbuk 16 38 8 - 62 1
17. Kedai Runding
35 42 2 - 79 1
C. Kecamatan : Pasie Raja
Tabel 4.9: Jumlah Orang Bepergian di Kecamatan Pasie Raja
No.
Nama-nama Desa
Jumlah Orang Bepergian Dengan: Total (Orang/ Hari) Bobot Aksesibilitas
(Ac)
Angkutan Umum (L-300) (Orang/ Hari) Angkutan Umum (Kaset) (Orang/ Hari) Becak Bermotor (Orang/ Hari) Pick Up (Orang/ Hari)
1. U. Padang Asahan
56 34 7 - 97 1
2. Pulo Ie II - - 5 - 5 0.5
3. Ie Mirah - - 4 - 4 0.25
4. U. Padang Rasian
- 31 6 - 37 1
5. Pasi Rasian
- - 8 - 8 0.75
6. Teupin Gajah
38 36 6 - 80 1
7. Kampung baro
50 25 6 - 81 1
8. Krueng Kalee
- - 4 - 4 0.25
9. L. Sialang Rayek
- - 3 27 30 1
10. L. Sialang Cut
4 12 - - 16 1
11. Paya Ateuk
- - 8 - 8 0.75
12. Silolo - - 8 - 8 0.75
13 Kampung baru
11 - - - 11 1
14. Seneubok 6 20 6 - 32 1
15. Ladang tuha
9 - 7 - 16 1
(60)
17. Ladang teungoh
- - - 19 19 1
18. Pucok Krueng
- - - 16 16 1
19. Mata Ie 7 23 6 - 36 1
20. Ujung Batu
38 16 8 - 62 1
4.1.4.Jumlah Angkutan A. Kecamatan : Kluet Utara
Tabel 4.10:Jumlah Angkutan di Kecamatan Kluet Utara
No. Nama-nama Desa
Jenis-jenis Angkutan
Bobot Aksesibilit
as(A c)
Angkutan umum (L-300) (Unit) Angkuta n Umum (Kaset) (Unit) Becak Bermo tor (Unit) Pick Up (Unit) Total Angku tan (Unit)
1. Kedai Padang
- - 3 - 3 0.75 2. Pasie
Kuala Bau
- - 3 - 3 0.75 3. Suaq
Geringgeng
- - 2 - 2 0.5
4. Simpang Lhee
- - 3 - 3 0.75
5. Simpang Empat
4 4 5 - 13 1
6. Jambo Manyang
4 4 6 - 14 1 7. Limau
Purut
5 1 7 3 16 1
8. Pulo Kambing
- - 1 3 4 1
9. Kampung Paya
- - 2 3 5 1 10. Krueng
Batu
- - 5 1 6 1
11. Gunung Pulo
4 - 2 - 6 1
12. Pulo Ie I 4 - 2 - 6 1 13 Krueng
Batee
2 - 1 - 3 0.75
14. Pasie Kuala Asahan
(1)
Gambar13: Kedai Rundeng-Gelumbuk (Lokasi Jalan Negara NAD-MEDAN) Kecamatan Kluet Selatan
(2)
Gambar15: Desa Limau Purut – Simpang Empat (Jalan Desa) Kecamatan Kluet Utara
Gambar16: Desa Jambo Manyang – Suak Geringgeng (Jalan Negara) Kecamatan Kluet Utara
(3)
Gambar17: Desa Barat Daya – Suak Bakong (Jalan Desa) Kecamatan Kluet Selatan
(4)
(5)
(6)
Gambar21: Jenis Transportasi angkutan Umum (Lokasi Jalan Negara Desa Mata Ie) Kecamatan Pasie raja