Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium

siswa membuat hipotesis dan penjelasan guru membantu siswa dalam membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah; e analisis proses penemuan guru membimbing siswa berpikir tentang proses intelektual dan proses penemuan dan menghubungkan dengan pelajaran lain. Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam menemukan konsep. Penemuan terbimbing sering juga disebut discoveri yang artinya suatu proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu kegiatan atau prinsip-prinsip, seperti pendapat berikut: ”Penemuan terbimbing adalah metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber buku pelajaran dan perpustakaan ataupun media lain berupa alat-alat p raktikum”, Mulyasa, 2006:48. Dalam penemuan terbimbing siswa belum dapat dipandang sebagai seorang penemu sejati, sehingga guru masih perlu memberikan bantuan kepada siswa. Bantuan yang diberikan guru terutama dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan bukan penjelasan-penjelasan yang memungkinkan siswa berpikir ke arah penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman berikut: Pada waktu siswa melakukan proses pembelajarannya untuk mencari pemecahan atau jawaban terhadap masalah yang sedang dihadapi, bantuan yang dapat diberikan guru adalah dengan memberikan pertanyaan bukan penjelasan Sardiman, 2003 : 174. Pendapat lain yang berkaitan dengan hal ini mengemukakan bahwa pada saat penerapan metode penemuan terbimbing guru mengajukan sejumlah pertanyaan yang sudah terarah yang membimbing siswa menuju penyelesaian masalah, Roestiyah, 2001: 12. Dari uraian di atas dapatdikatakan bahwa dengan penerapan metode penemuan terbimbing pada proses pembelajaran siswa merasa dipacu semangatnya dalam menyelesaikan permasalahan yang sengaja diberikan guru selama kegiatan belajar berlangsung. Dengan kegiatan belajar seperti ini siswa turut berpartisipasi dan aktif dalam proses pembelajaran serta memungkinkan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang dihadapi.

2.2.4.3 Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis

Laboratorium Model pembelajaran berbasis laboratorium menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental intelektual itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experince, social experience, dan equilibration. Sanjaya, 2011 : 198. Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitasdaya pikir. Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, siswa bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Sedangkan equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya. Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan model pembelajaran berbasis laboratorium terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari metode penemuan terbimbing adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu . Makna dari ”sesuatu” yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan. b. Prinsip interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri c. Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah pembelajaran sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya atau untuk menguji.Prinsip belajar untuk berpikirBelajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir learning how to think, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. d. Prinsip keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebiasaan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

2.2.5 Lembar Kerja Siswa LKS

Pembelajaran berbasis laboratorium merupakan proses belajar penemuan terbimbing yang dalam pelaksanaannya guru memperkenankan siswanya untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru. Pada penerapan model pembelajaran berbasis laboratorium dalam proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar sendiri dengan bantuan LKS yang telah disepakati maupun buku pembantu lain yang sifatnya melengkapi dan menunjang buku ajar. Peranan guru pada model pembelajaran berbasis laboratorium hanyalah sebagai pembimbing jika siswa menemukan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh siswa. Adapun cara yang digunakan untuk membantu siswa adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penyelesaian permasalahan. Salah satu media yang digunakan untuk membimbing siswa dalam proses penemuan terhadap konsep-konsep, rumus dari materi yang diajarkan adalah lembar kerja siswa LKS. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa 2002:656, lembar kerja siswa LKS adalah bagian pokok dari suatu modul yang berisi tujuan umum topik yang dibahas dan disertai soal latihan atau instruksi praktik bagi siswa. LKS digunakan untuk menuntun siswa belajar mandiri dan dapat menarik kesimpulan pokok bahasan yang dibelajarkan. Penyajian bahan pelajaran umumnya dapat mendorong siswa mengembangkan kreativitas dalam belajar. Dengan demikian mampu mendorong siswa secara aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII A SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERPIMPIN

0 3 28

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SRI PENDOWO LAMPUNG TIMUR

1 11 49

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

17 74 124

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Surakarta Tahun 2014/201

0 3 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Surakarta Tahun 2014/20

0 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK.

0 2 50

Pembelajaran Fisika Dengan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ungaran.

0 0 84

Pembelajaran Fisika Dengan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ungaran.

0 0 83

Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Strategi Guided Inquiry di SMP Negeri 5 Surakarta Kelas VIII F Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

0 1 11

Meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran berbasis inkuiri

0 1 9