Konsep Dasar Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium

Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis laboratorium adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Menurut Sanjaya 2011:198 Metode pembelajaran penemuan terbimbing merupakan bentuk dari metode pembelajaran yang berorientasi kepada siswa student centered approach. Dikatakan demikian, sebab dalam metode ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Mengacu pada pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis laboratorium juga merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, dimana model ini akan efektif manakala: a. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam metode penemuan terbimbing penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar; b. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian; c. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu; d. Jika guru akan membelajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Metode penemuan terbimbing akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir; e. Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru; f. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan metode yang berpusat pada siswa. Hasil penelitian Eko Prihandono 2012 menyebutkan bahwa pembelajaran fisika berbasis laboratorium berguna untuk membangkitkan semangat discovery meneliti para siswa dalam mencari sendiri, merancang sendiri, serta memperoleh kesimpulan berdasarkan data-data hasil percobaan yang relevan. Hal ini juga tentu saja berpengaruh pada hasil belajar fisika para siswa yang akan semakin meningkat manakala siswa dihadapkan dengan persoalan yang sudah tentu dapat mereka teliti lebih lanjut untuk memperoleh jawaban serta kebenaran yang objektif.

2.2.4.2 Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium

Agar pelaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, menurut Markaban 2006 :16 ada beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru IPA khsusnya materi Fisika adalah sebagai berikut: a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini , bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS. c. Siswa menyusun konjektur prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100 kebenaran konjektur. f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. Memperhatikan pembelajaran penemuan terbimbing di atas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari metode penemuan terbimbing menurut Markaban 2006 : 16 adalah sebagai berikut: a siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan; b menumbuhkan sekaligus menambahkan sikap inquiry mencari-temukan; c mendukung kemampuan problem solving siswa; d memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; e Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Sementara itu kekurangannya menurut Markaban 2006 : 16 adalah sebagai berikut: a untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama; b tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan metode ceramah; c tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan metode penemuan terbimbing. Sedangkan menurut Roestiyah 2001 : 78, pembelajaran penemuan terbimbing juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya. a. Kelebihan metode penemuan terbimbing 1. Mampu membantu, mengembangkan, dan memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif; 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi sehingga dapat kokoh mendalam tertinggal dalam jiwa siswa; 3. Dapat membangkitkan kegairahan siswa dalam belajar; 4. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing; 5. Membantu siswa untuk menambah kepercayaan diri. b. Kekurangan pembelajaran penemuan terbimbing 1. Bagi guru yang sudah terbiasa dengan metode tradisional akan sangat sulit menyesuaikan kebiasaan ini; 2. Pada siswa harus ada kesiapan mental, siswa harus berkeinginan dan berani untuk mengetahui keadaan lingkungan. Mulyasa 2005:236 mengemukakan bahwa ada 5 tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan yaitu: a. Guru memberi penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa c. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan siswa. d. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. e. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun sintaks pembelajaran metode penemuan terbimbing menurut Arends dalam Trianto, 2007: 25, sebagai berikut: a menyampaikan tujuan, mengelompokkan dan menjelaskan prosedur discovery guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing; b guru menyampaikan suatu masalah. Guru mejelaskan masalah secara sederhana; c siswa memperoleh data eksperimen. Guru mengulangi pertanyaan pada siswa tentang masalah dengan mengarahkan siswa untuk mendapat informsi yang membantu proses inquiry dan penemuan; d siswa membuat hipotesis dan penjelasan guru membantu siswa dalam membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah; e analisis proses penemuan guru membimbing siswa berpikir tentang proses intelektual dan proses penemuan dan menghubungkan dengan pelajaran lain. Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam menemukan konsep. Penemuan terbimbing sering juga disebut discoveri yang artinya suatu proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu kegiatan atau prinsip-prinsip, seperti pendapat berikut: ”Penemuan terbimbing adalah metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber buku pelajaran dan perpustakaan ataupun media lain berupa alat-alat p raktikum”, Mulyasa, 2006:48. Dalam penemuan terbimbing siswa belum dapat dipandang sebagai seorang penemu sejati, sehingga guru masih perlu memberikan bantuan kepada siswa. Bantuan yang diberikan guru terutama dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan bukan penjelasan-penjelasan yang memungkinkan siswa berpikir ke arah penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman berikut: Pada waktu siswa melakukan proses pembelajarannya untuk mencari pemecahan atau jawaban terhadap masalah yang sedang dihadapi, bantuan yang dapat diberikan guru adalah dengan memberikan pertanyaan bukan penjelasan Sardiman, 2003 : 174. Pendapat lain yang berkaitan dengan hal ini

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII A SMP BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERPIMPIN

0 3 28

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SRI PENDOWO LAMPUNG TIMUR

1 11 49

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LABORATORIUM PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

17 74 124

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Surakarta Tahun 2014/201

0 3 10

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Surakarta Tahun 2014/20

0 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK.

0 2 50

Pembelajaran Fisika Dengan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ungaran.

0 0 84

Pembelajaran Fisika Dengan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Pada Sub Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ungaran.

0 0 83

Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Strategi Guided Inquiry di SMP Negeri 5 Surakarta Kelas VIII F Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

0 1 11

Meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran berbasis inkuiri

0 1 9