potensial dalam mengembangkan Pembangunan Nasional khususnya pembangunan daerah. Karena kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja sangat besar dan tersebar
luas ke pelosok pedesaan , sehingga secara langsung maupun tak langsung mampu mencegah arus urbanisasi bagi masyarakat Desa Paya Lombang khususnya pekerja
pencetak batu-bata sektor informal yang jumlahnya kira-kira 310 orang. Berdasarkan hal tersebut para pekerja sektor informal ini sangat rentan terhadap
penyakit akibat kerja dan tanpa mereka sadari bahaya penyakit akibat kerja akan mereka alami saat mereka bekerja, hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan studi
tentang bagaimana mencegah atau mengurangi bahaya penyakit akibat kerja, baik karena ketidak tahuan mereka tentang cara kerja ataupun karena tidak adanya alat-alat bantu
kerja yang dapat mencegah atau setidaknya mengurangi bahaya akan penyakit akibat kerja tersebut.
Pembuatan batu bata-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi ini adalah usaha home industri atau industri rumah tangga. Hampir disetiap rumah
merupakan pembuat batu-bata. Desa Paya Lombang ini mempunyai XVI dusun, beberapa dusun diantaranya adalah pembuat batu bata yang telah lama mereka tekuni kira-kira 10 –
15 tahun. Usaha ini dimulai sebagai usaha industri rumah tangga. Diantara dusun-dusun yang merupakan basis pembuat batu-bata tersebut adalah dusun I, II, IV, V, VI, VII, VIII,
XI, dan dusun XII dimana dengan populasi pencetak bagi masing-masing dusun adalah, dusun I 26 orang, dusun II 14 orang, dusun IV 7 orang, dusun V 25 orang, dusun VI 38
orang, dusun VII 28 orang, dusun VIII 11 orang, dusun XI 88 orang, dusun XII 73 orang.
1.2 Permasalahan
Universitas Sumatera Utara
S urvey awal pekerja pencetak batu-bata mengalami gangguan muskulo skeletal,
dimulai dengan pengamatan terhadap metode kerja yang menyebabkan pekerja selalu memutar badannya kearah kanan karena posisi bahan baku berada disebelah kanan dan
pekerjaan itu dilakukan dengan cara berjongkok sambil mundur kebelakang secara berulang-ulang.
Metode yang digunakan sangat perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai gerakan jongkok, membungkuk dan posisi jangkauan tangan yang selalu disebelah kanan,
keseluruhan gerakan pada proses pencetakan batu-bata ini merupakan gerakan yang kurang ergonomis apabila dilakukan secara repetitive. Postur jongkok termasuk dalam
katagori posisi kerja yang cukup ekstrim dan memberikan pembebanan yang cukup besar pada anggota tubuh bagian bawah. Posisi kerja membungkuk akan menyebabkan rasa
tidak nyaman pada otot punggung dan pinggang yang di kenal sebagai low back pain . Gerakan dengan jangkauan tangan selalu kekanan akan menyebabkan ketidak
seimbangan dalam postur kerja sehingga dapat mengakibatkan sakit dibagian tubuh bagian kanan terutama tangan.
Hasil survey awal yaitu penyebaran Standar Nordic Questionaire pada studi pendahuluan peneliti menemukan banyak keluhan dari pekerja terutama rasa sakit pada
bagain leher 40 , sakit pada bahu 20 , sakit pada punggung 40 , sakit pada pinggang 50 , sakit pada bokong 30 , sakit pada tangan 50 , sakit pada paha 60 ,
sakit pada lutut 50 , sakit pada betis 90 dan sakit pada kaki 90 . Dengan survey awal ini penulis melihat bahwa kecendrungan sakit yang diderita pencetak batu-bata
adalah bagian tubuh tangan, pinggang, paha, lutut, betis dan kaki. lampiran 5
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hal ini maka penulis ingin mengetahui pengaruh alat bantu kerja berupa kereta beroda sederhana dalam mereduksi gangguan muskuloskletal pada pekerja
pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penerapan pasilitas kerja yang ergonomis berupa alat bantu kerja kereta beroda sederhana terhadap gangguan muskuloskletal berupa rasa sakit
nyeri dan pegal pada pekerja pencetak batu-bata di Desa Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai.
1.4 Hipotesa