Berdasarkan hasil observasi salah satu rendahnya cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Pandan adalah rendahnya dukungan keluarga dalam
pemberian imunisasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku ibu balita dan dukungan keluarga terhadap
pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga dalam
Mendukung Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga dalam Mendukung Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar
di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.
1.4 Hipotesis
Adanya pengaruh perilaku ibu balita pengetahuan, sikap dan tindakan dan dukungan keluarga dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan
penilaian dan dukungan emosional terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah untuk meningkatkan cakupan imunisasi di wilayah kerja Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Bagi Puskesmas Pandan untuk meningkatkan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Perilaku
Notoatmodjo 2012 menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini
tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo 2012, membagi perilaku ke dalam tiga
domain, yaitu 1 kognitif, 2 afektif, dan 3 psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari; pengetahuan, sikap dan tindakan
praktek.
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2012.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behaviour. Karena dari pengalaman dan
Universitas Sumatera Utara
penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni Notoatmodjo, 2012 :
a. Awareness kesadaran, di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
b. Interest merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni Notoatmodjo, 2012 :
Universitas Sumatera Utara
1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat diliat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Synthesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah.
2.1.2. Sikap
Berkowitz tahun 1972 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap Azwar, 2000, namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok pemikiran, yaitu : 1. Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone 1928, Rensis Likert
1932, Charles Osgood 1975, mengatakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak
Universitas Sumatera Utara
favorable maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak unfavorable terhadap objek sikap tertentu”.
2. Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave 1928, Bogardus 1931, LaPiere 1934, Mead 1934 dan Girdon Allport 1935, mengatakan bahwa “sikap
adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respons”. 3. Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “sikap merupakan konstalasi
komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok ini Secord dan Backman 1964 mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai
keteraturan tertentu dalam hal perasaan efeksi, pemikiran kognisi dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”
Sikap terjadi karena adanya rangsangan sebagai objek sikap yang harus diberi respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak
setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap.
Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak favorable atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak
unfavorable suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut. Sebaliknya jika
Universitas Sumatera Utara
seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan Fishbein, 1987.
2.1.3. Tindakan
Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukanmengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan
tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi,
sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya Notoatmodjo, 2012.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya dinilai baik. Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga
mencakup Notoatmodjo, 2012. a. Tindakan sehubungan dengan penyakit
b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c. Tindakan kesehatan lingkungan
2.1.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Green 1980, menjelaskan berdasarkan penelitian kumulatif mengenai perilaku kesehatan, telah diidentifikasi tiga kelas faktor yang mempunyai potensi
dalam mempengaruhi kesehatan. Tiga faktor tersebut adalah faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
predisposisi predisposing factors, faktor-faktor yang mendukung enabling factors dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong reinforcing factors. Masing-
masing faktor ini mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku. Model ini dikembangkan untuk keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan
kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari “Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes of Educational Diagnosis and
Evaluation”. a. Faktor-faktor predisposisi
Setiap karakteristik konsumen atau komuniti yang memotivasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan,
sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok, dapat memudahkan atau merintangi tindakan, faktor sosio demografis
juga termasuk umur, jenis kelamin, pendidikan. b. Faktor-faktor pemungkin
Setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan perilaku dan setiap keterampilan atau sumber daya diperlukan untuk melaksanakan perilaku. Tidak
adanya karakteristik atau keterampilan tersebut menghambat perilaku kesehatan. Hal ini terwujud dalam bentuk lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau sarana
dan prasarana untuk berperilaku, serta keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan. Keterampilan sendiri berarti kemampuan seseorang melakukan upaya
yang menyangkut perilaku yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor-faktor penguat Setiap ganjaran, insentif atau hukuman yang mengikuti atau diperkirakan sebagai
akibat dari suatu perilaku kesehatan dan berperan bagi menetap atau lenyapnya perilaku itu. Hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Referensi ini dapat berasal dari guru, dosen, famili, tokoh masyarakat, supervisior, majikan, teman
sebaya dan lain sebagainya. Menurut Morgan et. al. sebagimana yang dikutip oleh Sudrajat 1992,
pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan checklist dan pengamatan langsung terhadap perilaku. Sedangkan menurut Backstorm
dalam Sudrajat 1992, melalui pengamatan langsung dapat dipelajari lebih banyak perilaku seseorang dibandingkan dengan pertanyaan, karena orang tidak selalu
menyatakan secara benar apa yang ditanyakan. Metode pertanyaan ini memiliki kelemahan karena responden mungkin memberikan jawaban yang dipengaruhi oleh
pikiran karena responden mungkin memberikan jawaban pada pertanyaan dan dipengaruhi oleh pikiran tentang bagaimana orang lain memberikan jawaban pada
pertanyaan dan dipengaruhi oleh pikiran tentang bagaimana seharusnya mereka menjawab. Walaupun metode pengamatan langsung merupakan pengukuran yang
lebih baik, kemungkinan tidak sesuai dengan yang diinginkan bisa saja terjadi karena pengaruh Hawthorne Hawthorne Effect yaitu pengaruh yang timbul dari seseorang
Universitas Sumatera Utara
yang sedang diamati karena telah mengetahui dirinya sedang dijadikan subjek pengamatan.
2.2. Keluarga
Pengertian keluarga adalah yang terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah
tangga, anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran sosial dan menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri
unik tersendiri Friedman, 1998. Pengertian keluarga yang lain adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi dalam perannya masing-masing, menciptakan serta membedakan kebudayaan Effendy,
1998. Ada juga yang mengemukakan pengertian sebuah keluarga sebagai suatu
sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama karena hubungan darah, perkawinan, adopsi atau perjanjian bersama. Sebagai sebuah sistem
keluarga mempunyai pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang merupakan bagian dari sistem dan menentukan apakah seorang
individu akan berhasil dalam menjalani kehidupannya. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri dimana masalah seseorang
individu mempengaruhi anggota keluarga dan seluruh keluarga Effendy, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota keluarga, terutama pada kuratif pengobatan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga juga yang akan memperhatikan individu tersebut secara total, menilai, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu keadaan sehat sampai
tingkat optimum, mengingat prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarga.
2.2.1. Konsep Keluarga
Pengertian keluarga menurut Suprajitno 2004, yang mengutip para ahli mengatakan :
1. Friedman 1998 mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Sayekti 1994 menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatanpersekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam
sebuah rumah. 3. Menurut Undang-undang No. 10 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap
serumah dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.
2.2.2. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi Effendy, 1998 :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tuakeluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa
besar perubahannya. b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memutuskan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila
keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga sumber- sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, kekompakan antara anggota keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga
keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga Suprajitno, 2004.
2.2.3. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga
Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut Effendy 1998, yaitu : a. Patrilineal, yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah di
pihak ayah. b. Matrilineal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di
pihak ibu.
Universitas Sumatera Utara
c. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang
mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan, mereka yang menentukan masalah dan kebutuhan
keluarga. Dasar pengambilan keputusan tersebut yaitu : a. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga.
c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah.
2.2.4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi terus-menerus di sepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang
berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang
dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses untuk keluarga dukungan keluarga bisa tidak digunakan tetapi anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan bantuan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan suami atau istri
atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal yang didapat dari sahabat, teman dan tetangga bagi keluarga inti Friedman,
1998.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. Dukungan Sosial Keluarga Menurut Prasetyawati 2011 yang mengutip pendapat CohenSyme
1996,dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seorang akan tahu bahwa ada
orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Menurut Prasetyawati 2011 yang mengutip Frieman 1998, dukungan
social keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial.
Dalam semua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan meningkatkan
kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati 92011 yang
mengutip pendapat Friedman 1998, yakni : 1. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan kongkrit, dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat
memenuhinya, sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang,
peralatan, waktu serta modifikasi lingkungan.
2. Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desiminator penyebar Informasi, tentang dunia, apabila individu tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang
dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat serta pengawasan
terhadap pola kegiatan sehari-hari.
3. Dukungan Penilaian Apprasial, yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga, terjadi lewat ungkapan hormat untuk pasien, misalnya pujian terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan atau
masalah keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik serpeti dorongan
bagi anggota keluarga.
4. Dukungan Emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta
pemulihan penguasaan emosi Smet Bart, 1999.
Menurut Prasetyawati 2011 yang mengutip pendapat House Smet Bart,1994, setiap bentuk dukungan social keluarga mempunyai cirri-ciri
anatara lain : a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya
Universitas Sumatera Utara
yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain
yang mungkin menghadapai persolan yang sama atau hampir sama.
b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksasi dari orang lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati,
cinta, kepercayaan dan penghargaan.
c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan engan, persoalan-
persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan
yang dihadapinya.
d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak orang lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilaian ini bias positif dan negative yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga,
maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif. 2.3. Imunisasi
2.3.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkanmeningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sedangkan imunisasi dasar adalah pemberian
Universitas Sumatera Utara
imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan Wahab, 2002.
Imunisasi lengkap yaitu 1 satu dosis vaksin BCG, 3 tiga dosis vaksin DPT, 4 empat dosis vaksin Polio dan 1 satu vaksin Campak serta ditambah 3 tiga dosis
vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun 9-11 bulan Depkes RI, 2013.
2.3.2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar. Tujuan dari imunisasi adalah memberikan suatu antigen untuk merangsang sistem
imunoglobik tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit Musa dalam Wardhana, 2001.
Menurut Depkes RI 2005, tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah
yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita
atau anak-anak pra sekolah.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi adalah sebagai berikut : 1. Bagi Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Bagi Keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Bagi Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan Negara Proverawati, 2010.
2.3.4. Jenis Imunisasi
Jenis imunisasi adalah sebagai berikut : 1. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan vaksin agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan
terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.
Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu : a. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja atau endotoksin yang terikat pada protein
Universitas Sumatera Utara
pembawa seperti polisakarida dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen
harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin. b. Pengawetstabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar
vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau
antibiotik yang biasa digunakan. c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur sel.
d. Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen
dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
2. Imunisasi Pasif Merupakan suatau proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan
zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia kekebalan yang didapatkan bayi dari ibu
melalui plasenta atau binatang bisa ular yang digunakan untuk mengatasi mikroba sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif
adalah penyuntikan ATS pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
Universitas Sumatera Utara
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak Proverawati, 2010.
2.3.5. Tata Cara Pemberian Imunisasi
a. Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut: 1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi. 2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan. 3. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
4. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.
5. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan. 6. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan
baik. 7. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan.
Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan.
8. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal catch up vaccination
bila diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
9. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima
vaksin. b. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:
c. Berilah petunjuk sebaiknya tertulis kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat. d. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
e. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang P2M.
e. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan Alimul, 2009.
2.3.6. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi adalah Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak, Dan Hepatitis B
Depkes RI, 2005.
1. Tuberkulosis Berat
Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang berbentuk batang disebut Mycobakterium Tuberculosis dan dikenal juga
dengan Basil Tahan Asam. Penyakit TBC berat pada anak adalah Tuberculosis Miller penyakit paru berat yang menyebar ke seluruh tubuh dan Meningitis Tuberculosis
yang menyerang otak, yang keduanya bisa menyebabkan kematian pada anak. Basil
Universitas Sumatera Utara
tuberkulosis termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili Mycobacterium dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium
tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi. Masih terdapat Mycobacterium paratuberkulosis
dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak
dapat terklasifikasikan Depkes RI, 2005. Tuberculosis milier dapat mengenai bayi, terbanyak pada usia 1-6 bulan.
Tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan. Gejala dan tanda tersering pada bayi adalah demam, berat badan turun atau tetap, anoreksia, pembesaran kelenjar
getah bening, dan hepatosplenomegali. Gejala spesifik tuberkulosis pada anak biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang, misalnya Tuberkulosis
otak dan saraf yaitu meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan keasadaran menurun.
WHO melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia angka kejadian
tuberkulosis pada anak belum diketahui pasti karena sulit mendiagnosa, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis
pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang di lingkungannya, terutama anak-anak.
Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini biasanya melelaui inhalasi butir sputum penderita yang mengandung kuman tuberkulosis, ketika penderita dewasa
batuk, bersin dan berbicara Depkes, RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kartasasmita 2006 diagnosa TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, uji tuberkulin Mantoux Test serta pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Uji tuberkulin Mantoux Test menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak. Pemeriksaan klinik antara lain
menyangkut perkembangan berat badan. Pemeriksaan laboratorium menyangkut pengamatan sputum dan cairan lambung dan pemeriksaan radiologi untuk melihat
kondisi paru-paru Salah satu pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan imunisasi BCG Bacille Calmette Geurin. Vaksin ini terbuat dari kuman TBC yang
hidup, namun telah dilemahkan. BCG dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi TB seperti milier, meningitis, dan spondilitis.
2. Difteri
Adalah penyakit akut saluran napas bagian atas yang sangat mudah menular. Penularannya melalui droplet ludah yang melayang-layang di udara dalam sebuah
ruangan dengan penderita atau melalui kontak memegang benda yang terkontaminasi oleh kuman diphteria dan melalui kontak dari orang ke orang. Penyebab penyakit ini
adalah bakteri Corynebacterium diphteriae. Kuman ini tahan beberapa minggu dalam air, suhu dingin es, susu, serta lendir yang mengering. Manusia adalah natural host
dari bakteri C. diphteriae. Penyakit ini ditandai dengan adanya pertumbuhan membran pseudomembran berwarna putih keabu-abuan, yang berlokasi utamanya di
nasofaring atau daerah tenggorokan, selain itu dapat juga di trachea, hidung dan tonsil Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum gejala penyakit difteri ditandai dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi, kemudian tampak lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia gejala
tidak mampu makan dan gejala khas pilek, napas yang sesak dan berbunyi Stridor. Untuk pencegahan penyakit ini, vaksin diberikan secara bersama dengan vaksin
pertusis dan tetanus toxoid, yang dikenal sebagai vaksin trivalen yaitu DPT difteri, pertusis, dan tetanus Depkes RI, 2005.
3. Pertusis
Penyakit yang dikenal sebagai penyakit batuk rejan, menyerang bronkhus yakni saluran napas bagian atas. Cara penularan melalui airborne jalan udara.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur, namun terbanyak berumur 1-5 tahun. Penyebab pertusis adalah sejenis kuman yang disebut Bordetella pertussis.
Gejala awal berupa batuk-batuk ringan pada siang hari. Makin hari makin berat disertai batuk paroksismal selama dua hingga enam minggu. Batuk tersebut
dikenal sebagai whooing cough, yaitu batuk terus tak berhenti-henti yang diakhiri dengan tarikan napas panjang berbunyi suara melengking khas. Gejala lain adalah
anak menjadi gelisah, muka merah karena menahan batuk, pilek, serak, anoreksia tidak mau makan, dan gejala lain yang mirip influenza. Pencegahan penyakit ini
dengan melakukan imuniasi DPT difteri, pertusis, dan tetanus Depkes RI, 2005.
4. Tetanus
Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya sejenis kuman yang dinamakan Clostridium
tetani. Binatang seperti kuda dan kerbau bertindak sebagai harbour persinggahan
Universitas Sumatera Utara
sementara. Gejala umum penyakit tetannus pada awalnya dapat dikatakan tidak khas bahkan gejala ini terselimuti oleh rasa sakit yang berhubungan dengan luka yang
diderita. Dalam waktu 48 jam penyakit ini dapat menjadi buruk. Penderita akan mengalami kesulitan membuka mulut, tengkuk terasa kaku, dinding otot perut kaku
dan terjadi rhisus sardonikus, yaitu suatu keadaan berupa kekejangan atau spasme otot wajah dengan alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah,
bibir tertekan kuat pada gigi Depkes RI, 2005. Ada tiga tipe gejala tetanus, yaitu :
a. Tipe pertama penderita hanya mengalami kontraksi otot-otot lokal, jadi tidak mengalami rhisus sardonikus.
b. Tipe generalized, yakni spasme otot khususnya otot dagu, wajah dan otot seluruh badan.
c. Tipe cephalic tipe susunan saraf pusat, tipe ini jarang terjadi. Gejalanya timbul kekejangan pada otot-otot yang langsung mendapat sambungan saraf
pusat. Masa inkubasi biasanya 3-21 hari, walaupun rentang waktu bisa satu hari
sampai beberapa bulan. Hal ini tergantung pada ciri, letak dan kedalaman luka. Rata- rata masa inkubasi adalah 10 hari. Kebanyakan kasus terjadi dalam waktu 14 hari.
Pada umumnya, makin pendek masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminasi berat, akibatnya makin berat penyakitnya dan makin jelek prognosisnya. Cara
pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian tetanus toxoid bersama-sama diphteria toxoid dan vaksin pertusis dalam kombinasi vaksin DPT Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
5. Polio
Polio atau penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Penyakit polio disebabkan oleh poliovirus genus enterovirus tipe 1, 2 dan 3. semua tipe dapat
menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kelumpuhan. Tipe 3 lebih jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering
menyebabkan kejadian luar biasa. Sebagian besar kasus vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3. Masa inkubasi umumnya 7-14 hari untuk kasus
paralitik, dengan rentang waktu antara 3-35 hari. Reservoir satu-satunya adalah manusia, dan sumber penularan biasanya penderita tanpa gejala inapparent
infection terutama anak-anak Depkes RI, 2005. Penularan terutama terjadi dari orang ke orang melalui orofecal, virus lebih
mudah dideteksi dari tinja, dalam jangka waktu panjang dibandingkan dari sekret tenggorokan. Di daerah dengan sanitasi lingkungan yang baik penularan lebih sering
terjadi melalui sekret faring daripada melalui rute orofecal. Cara pencegahan dengan memberikan imunisasi polio OPVOral Polio Vaccine yang sangat efektif
memproduksi antibodi terhadap virus polio. Satu dosis OPV menimbulkan kekebalan terhadap ketiga tipe virus polio pada sekitar 50 penerima vaksin. Dengan 3 dosis
OPV, 95 penerima vaksin akan terlindungi dari ancaman poliomielitis, diperkirakan seumur hidup. Dosis ke empat akan meningkatkan serokonversi sehingga 3 dosis OV.
Disamping itu, virus yang ada pada OPV dapat mengimunisasi orang-orang disekitarnya dengan cara penyebaran sekunder. Hal ini dapat memutuskan rantai
penularan polio Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
6. Campak
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah seseorang penderita.
Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Masa inkubasi berkisar antara 10 hingga 12 hari,
kadang 2-4 hari. Gejala awal berupa demam, malaise atau demam, gejala conjunctivis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala radang tracheo
bronchitis yakni daerah tenggorokan saluran napas bagian atas. Campak dapat menimbulkan komplikasi radang telinga tengah, pneumonia radang paru, diare,
encephalitis radang otak, hemiplegia kelumpuhan otot kaki Depkes RI, 2005. Penyakit campak secara klinik dikenal memiliki tiga stadium, yaitu Depkes
RI, 2005 : a. Stadium kataral, berlangsung selama 4-5 hari disertai panas malaise, batuk,
fotofobia takut terhadap suasana terang atau cahaya, konjunctivis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral timbul bercak berwarna putih kelabu khas
sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema, lokasi disekitar mukosa mulut. b. Stadium erupsi, dengan gejala batuk yang bertambah serta timbul eritema di
mana-mana. Ketika erupsi berkurang maka demam makin lama makin berkurang. c. Stadium konvalesen
Universitas Sumatera Utara
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi campak yang menggunakan vaksin yang mengandung virus campak yang
dilemahkan.
7. Hepatitis B
Penyakit Hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada manusia, yang disebabkan oleh virus. Sedangkan Hepatitis B adalah penyakit liver
hati kronik hingga akut, umumnya kronik-subklinik dan sembuh sendiri self limited. Penularan penyakit ini dapat melalui ibu ke bayi dalam kandungan vertical
transmission, jarum suntik yang tidak steril dan hubungan seksual. Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan
waktu selama 2 minggu untuk bisa mendeteksi HBsAg dalam darah, dan pernah dijumpai baru terdeteksi 6-9 bulan kemudian Depkes RI, 2005.
2.3.7. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi 1. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Umur
Antigen
0 Bulan BCG HB 0 Uniject
Polio 1 2 Bulan
DPT 1 HB 0 Polio 2
3 Bulan DPT 2 HB 2
Polio 3 4 Bulan
DPT 3 HB 3 Polio 4
9 Bulan CAMPAK
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi, Dinkes Tap-Teng, 2007
Universitas Sumatera Utara
2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin Tabel 2.2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin
Vaksin Dosis
Pemberian
BCG 0,05 ml
Intra Cutan HB 0
0,5 ml Intra Muskular
Polio 2 tetes
Oral DPT HB
0,5 ml Intra Muskular
Campak 0,5 ml
Sub Cutan Sumber : Buku Pedoman Imunisasi, Dinkes Tap-Teng, 2007
2.3.8. Kontraindikasi Imunisasi
Kontraindikasi imunisasi adalah : a. Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi
mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih
dari 38ºC merupakan kontraindikasi pemberian DPT, Hepatitis B-1 dan campak.
b. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala
AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
c. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi
ketika bayi sudah sehat Proverawati, 2010.
2.4. Landasan Teori
Notoatmodjo 2012, menyatakan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal.
Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain
lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet. Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati 2011 yang
mengutip pendapat Friedman 1998, yakni : a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator penyebar informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian
c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya : kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
Universitas Sumatera Utara
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
2.5. Kerangka Konsep