Kerangka Konsep Jenis Penelitian Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian Analisis Multivariat

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas bahwa perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan dan dukungan keluarga instrumental, informasional, penilaian dan emosional diasumsikan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi pada bayi. Tindakan dalam variabel perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mendukung ibu mengimunisasikan bayinya, sedangkan pemanfaatan pelayanan adalah tindakan ibu dalam mengimunisasikan bayinya. Perilaku − Pengetahuan − Sikap − Tindakan Dukungan Keluarga Instrumental Informasional Penilaian Emosional Pemanfatan Pelayanan Imunisasi pada bayi Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional sekat silang untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten

Tapanuli Tengah. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa : cakupan imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan adalah yang paling rendah di Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai bulan Januari sampai Juli 2013 dengan melakukan survei pendahuluan, penelurusan referensi keperpustakaan, penulisan proposal penelitian dan pelaksanaan penelitian. Universitas Sumatera Utara

3.5. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak umur 12 bulan yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu berjumlah 243 orang.

3.3.3 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi sampel. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Lemeshow sebagai berikut : = 69,03 orang ≈ 69 orang dimana : n = besar sampel minimum N = besar populasi Z1- α2 = nilai distribusi normal baku tabel Z pada α tertentu P = proporsi di populasi d = kesalahan absolute yang dapat ditolerir Jadi besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 ibu yang memiliki anak umur 12 bulan. Jika dalam sampel terpilih dijumpai lebih dari 1 orang balita, maka yang Universitas Sumatera Utara dipilih adalah balita yang umurnya paling muda. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik simpel random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen Murti, 1997. Pemilihan responden dilakukan dengan mengacu tabel bilangan random, dimulai dengan memilih satu bilangan random kemudian dilanjutkan secara konsisten melangkah dari kiri ke kanan hingga terpenuhi jumlah responden yang dibutuhkan. 3.6. Metode Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner yaitu telah disusun berdasarkan variabel perilaku ibu balita dan dukungan keluarga pengetahuaan, sikap, tindakan, dukungan instrumental, dukungan informational, dukungan penilaian dan dukungan emosional dan pemanfaatan pelayanan imunisasi bayi.

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan, catatan atau dokumen dari Puskesmas Pandan yang berhubungan dengan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Universitas Sumatera Utara

3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Kuesioner tentang pengaruh perilaku ibu balita dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar yang telah disusun, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebelum dijadikan sebagai alat ukur penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik Pearson Product Moment Correlation Coeffcient r dengan ketentuan jika nilai rhitung rtabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan rAlpha rtabel maka dinyatakan reliabel Ghozali, 2005. Hasil uji coba kuesioner terhadap 30 orang ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan diuar sampel penelitian untuk menguji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaanpernyataan untuk variabel perilaku dan dukungan keluarga diperoleh nilai corrected item total 0,361 Universitas Sumatera Utara dan nilai cronbach alpha 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel Lampiran-2. Uji validitas dan reliabilitas yang pertama dilakukan menunjukkan seluruh item pertanyaanpernyataan valid dan reliabel, sehingga uji tersebut hanya dilakukan sekali.

3.7. Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku ibu Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dan Dukungan Keluarga dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. b. Variabel Dependen Variabel dependen adalah pemanfaatan pelayanan imunisasi pada bayi.

3.5.2 Definisi Operasional

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang imunisasi pada bayi. b. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang imunisasi pada bayi. c. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan responden dalam hal mendukung pemberian imunisasi pada bayi. Universitas Sumatera Utara d. Keluarga adalah unit masyarakat terkecil dalam struktur kependudukan, yang terdiri dari orangtua ayah, ibu dan anak-anak serta orang lain yang tinggal dalam satu rumah. e. Dukungan instrumental adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam memberikan atau menyediakan benda konkrit untuk pemberian imunisasi. f. Dukungan informasional adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam pemberian informasi tentang imunisasi dasar. g. Dukungan penilaian adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam memberikan penghargaan atau balasan atas apa yang dilakukan keluarga dalam upaya pemberian imunisasi dasar. h. Dukungan emosional adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam memberikan perhatian serta menciptakan kondisi nyaman saat pemberian imunisasi. i. Pemanfaatan pelayanan Imunisasi adalah responden membawa anaknya untuk imunisasi ditempat-tempat yang telah disediakan oleh pihak Puskesmas, dan anak berhasil memperoleh jenis imunisasi sesuai dengan umurnya.

3.6 Metode Pengukuran

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah daftar pertanyaan kuesioner untuk wawancara langsung dengan responden yaitu ibu-ibu yang Universitas Sumatera Utara memiliki bayi di wilayah kerja Puskesman Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Pengukuran variabel bebas adalah perilaku ibu dan dukungan keluarga pengetahuan, sukap, tindakan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional dan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar pada bayi. Tabel 3.1 Aspek Pengukur Variabel Independen dan Variabel Dependen No Nama Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Kuesioner Baik 75 Ordinal Sedang 40-75 Ordinal Kurang 40 Ordinal 2. Sikap Kuesioner Baik 75 Ordinal Sedang 40-75 Ordinal Kurang 40 Ordinal 3. Tindakan Kuesioner Baik 75 Ordinal Sedang 40-75 Ordinal Kurang 40 Ordinal 4. Dukungan Intrumental Kuesioner Baik 75 Ordinal Tidak Baik ≤75 Ordinal 5. Dukungan Informasional Kuesioner Baik 75 Ordinal Tidak Baik ≤ 75 Ordinal 6. Dukungan Penilaiaan Kuesioner Baik 75 Ordinal Tidak Baik ≤ 75 Ordinal 7. Dukungan Emosional Kuesioner Baik 75 Ordinal Tidak Baik ≤75 Ordinal 8. Pemanfaatan pelayanan Kuesioner Baik Ya Ordinal Imunisasi Tidak Baik Tidak Ordinal Berdasarkan pendapat Arikunto 2012, dapat disimpulkan bahwa skor nilai dapat dikategorikan untuk perilaku ada 3 kategori dan dukungan keluarga ada 2 teori. Yaitu : 1.Baik : jika total nilai yang diperoleh responden 75 Universitas Sumatera Utara 2.Sedang : jika total nilai yang diperoleh responden 40-75. 3.Kurang : jika total nilai yang diperoleh responden 40.

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah responden diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10dan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu Arikunto, S, 2012 : − Baik : Jika 75 dijawab dengan benar dengan total skor 7 − Sedang : Jika 45-75 dijawab dengan benar dengan total skor 5-7 − Kurang : Jika 45 dijawab dengan benar dengan total skor 5

2. Sikap

Sikap responden diukur melalui 20 pernyataan. Pengukuran sikap dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam item yang mengandung item-item favorable sikap yang menunjukkan apakah seseorang menyetujuik mengandung nilai-nilai yang positif 1, 2, 4, 5, 7, 10, 12, 17, 20, sedangkan item-item yang unfavorable tidak menyutujui mengandung nilai-nilai negatif 3, 6, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 19, maka nilai yang diberikan ialah : Favorable Unfavorable − Sangat setuju = 3 − Setuju = 2 − Tidak Setuju = 1 − Sangat tidak setuju = 0 − Sangat setuju = 0 − Setuju = 1 − Tidak Setuju = 2 − Sangat tidak setuju = 3 Universitas Sumatera Utara Jumlah nilai tertinggi untuk seluruh untuk sikap adalah 60 yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu Arikunto, S, 2012 : − Baik : Jika 75 dijawab dengan benar dengan total skor 45. − Sedang : Jika 45-75 dijawab dengan benar dengan total skor 27-45 − Kurang : Jika 45 dijawab dengan benar dengan total skor 27

3. Tindakan

Tindakan diukur melalui 15 pertanyaan. Jika responden jawab “Ya” diberi nilai 2, menjawab “Kadang-kadang” diberi nilai 1, menjawab “Tidak pernah” diberi nilai 0. Jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 30 dan yang terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari Arikunto, S, 2012 : − Baik : Jika 75 dijawab dengan benar dengan total skor 23 − Sedang : Jika 45-75 dijawab dengan benar dengan total skor 14-23 − Kurang : Jika 45 dijawab dengan benar dengan total skor 14

4. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar

Pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar diukur melalui pertanyaan : apakah bayi diberikan atau mendapatkan imunisasi dasar. Berdasarkan pemanfaatan pelayanan imunisasi ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari Arikunto, S, 2012 : − Baik : Jika ibu membawa bayinya ke tempat atau sarana pelayanan imunisasi dasar. Universitas Sumatera Utara − Tidak baik : Jika ibu tidak membawa bayinya ke tempat atau sarana pelayanan imunisasi dasar. 3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing Untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan lengkap jelas jawaban dari responden dan relevan dengan pertanyaan. b. Coding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisi data dan juga entri data. c. Processing Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner ke dalam program komputer. d. Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis. Universitas Sumatera Utara 3.7.2 Analisis Data 3.7.2.1 Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen yaitu perilaku ibu pengetahuan, sikap dan tindakan dan dukungan keluarga dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional.

3.7.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan perilaku ibu pengetahuan, sikap dan tindakan dan dukungan keluarga dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.

3.7.2.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menguji pengaruh perilaku ibu pengetahuan, sikap dan tindakan dan dukungan keluarga dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah dengan menggunakan uji statistik Regresi Logistik Berganda. Universitas Sumatera Utara Analisis regresi logistik berganda digunakan karena variabel terikat pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar dikelompokkan dalam 2 dua kategori yaitu : baik jika memanfaatkan dan tidak baik jika tidak memanfaatkan. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pandan

Wilayah kerja Puskesmas Pandan adalah Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah yang berada di pantai barat sumatera dengan ketinggian antara 0 – 800 m di atas permukaan laut. Kecamatan Pandan terletak pada Koordinat 01 33’ Lintang Utara, 99 Wilayah kerja Puskesmas Pandan terbagi atas 8 Kelurahan dan 1 Desa, 6 dusun dan 36 lingkungan dengan luas keseluruhan wilayah 36,31 Km2, seluruhnya berada di daratan Pulau Sumatera. Kelurahan Aek Tolang merupakan daerah yang terluas, yaitu dengan luas 7,30 Km2. Kecamatan Pandan tergolong daerah beriklim tropis dan hanya ada dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. 08’ Bujur Timur. Batas wilayah kerja Puskesmas Pandan adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sarudik, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Badiri, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tukka, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pandan sebanyak 48.028 jiwa dengan kepadatan 1.297 jiwaKm2. Kelurahan dengan kepadatan adalah Kelurahan Pandan yaitu 3.509, sedangkan kepadatan terendah di Kelurahan Aek Tolang yaitu 669,68. Seks rasio antara laki-laki dan perempuan sebesar 105,26 dan jumlah rumah tangga sebanyak 10.371 RT. Universitas Sumatera Utara Fasilitas kesehatan yang tersedia adalah 1 unit Puskesmas yang terletak di Kelurahan Aek Tolang, 4 unit Puskesmas Pembantu yang berada di 4 desakelurahan. Jumlah petugas kesehatan di Puskesmas Pandan sebanyak 73 orang dengan perincian dokter sebanyak 2 orang yang bertugas di Puskesmas yang berada di Kelurahan Aek Tolang dan 1 orang lagi bertugas di Desa Hajoran, bidan 56 orang bertugas di 9 DesaKelurahan, perawat dan tenaga medis lainnya sebanyak 14 orang. Pelayanan imuniasi pada setiap desakelurahan umumnya dilakukan bersamaan dengan hari pelaksanaan posyandu, namun setiap bayi yang membutuhkan pelayanan imunisasi dasar juga dapat memperolehnya di Polindes, Poskesdes maupun di Puskesmas Pandan. Program imunisasi dasar merupakan salah satu program utama di Puskesmas Pandan yang dikelola secara berjenjang mulai dari Juru Imunisasi Jurim dari puskesmas, bidan desa yang berada di setiap desakelurahan didukung oleh kader kesehatan dan kader posyandu yang bertugas membantu pelaksanaan kegiatan imunisasi bayi pada setiap posyandu sebagai sarana pelayanan utama. 4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Identitas Responden

Identitas ibu yang mempunyai balita sebagai responden meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Distribusi Reponden Menurut Identitas di Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Identitas Jumlah Orang a Umur 1 ≤ 30 tahun 38 55.1 2 30 tahun 31 44.9 Jumlah 69 100,0 b Pendidikan 1 Tidak sekolahTidak tamat SD 1 1.4 2 SD 10 14.5 3 SMP 18 26.1 4 SMA 32 46.4 5 PT 8 11.6 Jumlah 69 100,0 c Pekerjaan 1 PNSTNIPolri 1 1.4 2 WiraswastaPedagang 39 56.5 3 Petani 17 24.6 4 Buruh tani 12 17.4 Jumlah 69 100,0 d Penghasilan 1 ≤ UMK Tapteng Rp. 1.447.000 15 21.7 2 UMK Tapteng Rp. 1.447.000 54 78.3 Jumlah 69 100,0 Umur responden dikelompokkan berdasarkan umur rata-rata dari 69 orang responden, yaitu 30 tahun. Responden berumur ≤ 30 tahun sebanyak 38 orang 55,1 sedangkan yang berumur 30 tahun sebanyak 31 orang 44,9. Tingkat pendidikan responden dengan persentase terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 32 orang 46,4 sedangkan responden yang tidak sekolah atau tidak tamat SD hanya 1 orang 1,4. Universitas Sumatera Utara Jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah wiraswasta atau pedagang yaitu 39 orang 56,5, sedangkan yang bekerja sebagai PNS hanya 1 orang 1,4. Tingkat penghasilan responden yang dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten UMK Tapanuli Tengah yaitu Rp.1.447.000 diketahui persentase terbanyak mempunyai penghasilan UMK yaitu 54 orang 78,3.

4.2.2 Perilaku

Perilaku ibu yang mempunyai balita dalam penelitian ini dikaji dari aspek pengetahuan, sikap dan tindakan yang terkait dengan imunisasi dasar pada bayi.

4.2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan responden tentang imunisasi dasar pada bayi diukur melalui 10 pertanyaan seperti pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Pengetahuan Benar Salah Total n n n 1 Tujuan imunisasi 60 87.0 9 13.0 69 100,0 2 Waktu mulai imunisasi bayi. 46 66.7 23 33.3 69 100,0 3 Umur bayi mendapatkan imunisasi lengkap 52 75.4 17 24.6 69 100,0 4 Manfaat imunisasi 58 84.1 11 15.9 69 100,0 5 Jenis penyakit infeksi dalam program im nisasi 50 72.5 19 27.5 69 100,0 6 Dampak terberat pada bayi menderita TBC 53 76.8 16 23.2 69 100,0 7 Cara mencegah penyakit TBC pada bayi 31 44.9 38 55.1 69 100,0 8 Gangguan yang diakibat penyakit polio 51 73.9 18 26.1 69 100,0 9 Akibat yang terjadi jika anak tidak diimunisasi 32 46.4 37 53.6 69 100,0 10 Cara mengatasi nyeri akibat suntikan imunisasi 22 31.9 47 68.1 69 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi dasar yang paling tinggi adalah tentang tujuan imunisasi yaitu sebanyak 60 orang 87,0 yang menjawab benar. Sedangkan pengetahuan paling rendah adalah tentang cara mengatasi rasa nyeri akibat suntikan saat imunisasi yaitu sebanyak 22 orang 31,9 yang menjawab benar yaitu dengan cara mengompres dengan air hangat. Berdasarkan jawaban responden terhadap 10 pertanyaan tentang pengetahuan imunisasi dikategorikan seperti pada Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Distribusi Reponden Menurut Kategori Pengetahuan tentang Imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Pengetahuan Jumlah Orang 1 Baik 19 27,5 2 Sedang 26 37,7 3 Kurang 24 34,8 Jumlah 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori sedang yaitu 26 orang 37,7 sedangkan paling sedikit pada kategori tinggi yaitu 19 orang 27,5. Hal tersebut menggambarkan ibu-ibu yang mempunyai balita di wilayah Puskesmas Pandan belum seluruhnya mengetahui atau memahami tentang imunisasi dasar pada bayi. Universitas Sumatera Utara

4.2.2.2 Sikap

Sikap responden tentang imunisasi dasar pada bayi diukur melalui 20 pernyataan dengan pilihan jawaban : Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS dan Sangat Tidak Setuju STS, seperti pada Tabel 4.4. di bawah. Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Imunisasi Dasar di Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Sikap SS S TS STS Total n n n n n 1 Selain untuk ibu, penyuluhan tentang imunisasi bagi ayah juga penting dilakukan. 21 30.4 26 37.7 14 20.3 8 11.6 69 100,0 2 Pemberian imunisasi pada bayi sangat penting dilakukan. 18 26.1 38 55.1 9 13.0 4 5.8 69 100,0 3 Anak akan tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi, meskipun anak tidak diimunisasi. 21 30.4 26 37.7 14 20.3 8 11.6 69 100,0 4 Bapakkeluarga seharusnya tidak malu untuk mengantar anak imunisasi. 18 26.1 38 55.1 9 13.0 4 5.8 69 100,0 5 Dukungan keluarga seharusnya diberikan pada istri agar membawa bayi untuk diimunisasi. 9 13.0 11 15.9 30 43.5 19 27.5 69 100,0 6 Seharusnya bayi tidak diimunisasi karena dapat meninggal setelah diimunisasi. 16 23.2 28 40.6 17 24.6 8 11.6 69 100,0 7 Pemberian imunisasi dapat menunjang tumbuh kembang anak lebih berkualitas 14 20.3 34 49.3 15 21.7 6 8.7 69 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 lanjutan No Sikap SS S TS STS Total n n n n n 8 Seharusnya bayi tidak diimunisasi karena vaksin yang disuntikkan itu terbuat dari zat yang haram. 10 14.5 9 13.0 35 50.7 15 21.7 69 100,0 9 Pemberian imunisasi hanya akan menyusahkan keluarga saja, karena setelah bayi diimunisasi bayi pasti sakit. 16 23.2 31 44.9 14 20.3 8 11.6 69 100,0 10 Pemberian imunisasi seharusnya dilakukan sebelum bayi berusia 1 tahun 12 17.4 16 23.2 24 34.8 17 24.6 69 100,0 11 Seharusnya bayi tidak boleh diimunisasi sesaat setelah bayi lahir. 6 8.7 19 27.5 32 46.4 12 17.4 69 100,0 12 Munculnya rasa sakit, kemerahan di sekitar tempat penyuntikan merupakan reaksi normal dan tidak akan berbahaya terhadap bayi. 17 24.6 28 40.6 18 26.1 6 8.7 69 100,0 13 Penundaan atau penolakan imunisasi bayi tidak akan membawa risiko terkena ki l b i 13 18.8 5 7.2 32 46.4 19 27.5 69 100,0 14 Seharusnya bayi tidak diimunisasi karena vaksin yang disuntikkan terbuat dari kuman yang menyebabkan penyakit sapi gila. 10 14.5 22 31.9 28 40.6 9 13.0 69 100,0 15 Vaksin yang diberikan dalam imunisasi merupakan produk yang sangat tidak aman 9 13.0 18 26.1 23 33.3 19 27.5 69 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 lanjutan No Sikap SS S TS STS Total n n n n n 16 Dukungan keluarga tidakperlu diberikan pada istri dalam imunisasi bayi. 10 14.5 16 23.2 29 42.0 14 20.3 69 100,0 17 Jika bapak ragu terhadap efek samping setelah imunisasi, maka sebaiknya hal itu bapak tanyakan saja pada petugas kesehatan agar bapak mendapat saran yang menguntungkan dari mereka. 7 10.1 24 34.8 24 34.8 14 20.3 69 100,0 18 Sebenarnya tidak ada manfaatnya diberikan imunisasi pada bayi. 6 8.7 4 5.8 42 60.9 17 24.6 69 100,0 19 Seharusnya program imunisasi yang ada di desa saya dihilangkan saja. 8 11.6 18 26.1 28 40.6 15 21.7 69 100,0 20 Peran suami sangat besar bagi ibu untuk membawa anak imunisasi. 2 2,9 32 46.4 25 36.2 10 15.4 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa sikap responden yang paling tinggi menyatakan sangat setuju tentang pentingnya dilakukan penyuluhan tentang imunisasi bagi ayah dan anak akan tetap memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi, meskipun anak tidak diimunisasi dinyatakan oleh sebanyak 21 orang 30,4. Universitas Sumatera Utara Sedangkan sikap yang negatif atau pernyataan sangat tidak setuju tentang dukungan keluarga seharusnya diberikan pada istri agar membawa bayi untuk diimunisasi, penundaan atau penolakan imunisasi bayi tidak akan membawa risiko terkena penyakit menular bagi dan vaksin yang diberikan dalam imunisasi merupakan produk yang sangat tidak aman dinyatakan oleh sebanyak 19 orang 27,5. Berdasarkan jawaban responden terhadap 20 pernyataan tentang sikap terhadap imunisasi dasar dikategorikan sebagai berikut Tabel 4.5 Distribusi Reponden Menurut Kategori Sikap terhadap Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Sikap Jumlah Orang 1 Baik 11 15,9 2 Sedang 16 23,2 3 Kurang 42 60,9 Jumlah 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa sikap responden tentang imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori kurang yaitu 42 orang 60,9 sedangkan paling sedikit pada kategori tinggi yaitu 11 orang 15,9. Hal tersebut menggambarkan tanggapan ibu-ibu yang mempunyai balita di wilayah Puskesmas Pandan belum positif secara keseluruhan.

4.2.2.3 Tindakan

Tindakan ibu-ibu yang mempunyai balita dalam mendukung pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan diuraikan pada Tabel 4.6 sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Tindakan dalam Mendukung Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Tindakan Ya Kadang- Kadang Tidak Pernah Total n n n n 1 Saya selalu menghadiri penyuluhan tentang imunisasi yang diadakan di daerah saya. 21 30.4 35 50.7 13 18.8 69 100,0 2 Saya selalu mendukung untuk mengimunisasi bayi selama ini. 20 29.0 32 46.4 17 24.6 69 100,0 3 Saya selalu menanyakan kepada perugas tentang kelengkapan imunisasi bayi. 15 21.7 41 59.4 13 18.8 69 100,0 4 Saya selalu meluangkan waktu khusus dalam untuk mengimunisasi bayi. 22 31.9 33 47.8 14 20.3 69 100,0 5 Saya selalu menyediakan biaya untuk imunisasi bayi. 24 34.8 31 44.9 14 20.3 69 100,0 6 Pada saat saya berhalangan, saya selalu menyuruh keluarga membawa bayi untuk imunisasi. 22 31.9 38 55.1 9 13.0 69 100,0 7 Saya selalu mengajak bapak-bapak yang lain menemani anaknya untuk imunisasi. 22 31.9 40 58.0 7 10.1 69 100,0 8 Saat anak demam setelah imunisasi, saya selalu ikut merawatnya. 28 40.6 28 40.6 13 18.8 69 100,0 9 Saya selalu mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat. 28 40.6 28 40.6 13 18.8 69 100,0 10 Saya selalu memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak saya. 23 33.3 38 55.1 8 11.6 69 100,0 11 Saya selalu mendukung program imunisasi yang ada di desa saya. 26 37.7 31 44.9 12 17.4 69 100,0 12 Saya selalu menanyakan kepada petugas kesehatan tentang efek samping yang ditimbulkan setelah pemberian imunisasi. 29 42.0 34 49.3 6 8.7 69 100,0 13 Saya selalu mengajak anggota keluarga yang lain supaya ikut mendukung dalam mengimunisasi bayi. 19 27.5 36 52.2 14 20.3 69 100,0 14 Saya selalu ikut berpartisipasi dalam menyelenggarakan acara penyuluhan tentang imunisasi yang diadakan di desa saya 31 44.9 27 39.1 11 15.9 69 100,0 15 Saya juga selalu mengajak istri supaya ikut berpartisipasi dalam acara penyuluhan tentang imunisasi yang diadakan di desa saya 30 43.5 28 40.6 11 15.9 69 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa tindakan ibu-ibu yang mempunyai bayi dalam mendukung imunisasi dasar paling tinggi dalam hal tindakan paling mendukung adalah selalu ikut berpartisipasi dalam menyelenggarakan penyuluhan tentang imunisasi yang dinyatakan selalu oleh 31 orang 44,9 responden. Tindakan yang paling rendah dalam mendukung ibu dalam mengimunisasikan bayinya adalah dalam hal mendukung untuk mengimunisasi bayi yang dinyatakan tidak pernah oleh 17 orang 24,6 responden. Berdasarkan jawaban responden terhadap 15 pernyataan tentang tindakan dalam mendukung imunisasi dasar dikategorikan sebagai berikut Tabel 4.7 Distribusi Reponden Menurut Kategori Tindakan dalam Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Tindakan Jumlah Orang 1 Baik 11 15.9 2 Sedang 18 26.1 3 Kurang 40 58.0 Jumlah 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa tindakan yang dilakukan responden dalam mendukung imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori kurang yaitu 40 orang 58,0 sedangkan paling sedikit pada kategori tinggi yaitu 11 orang 15,9. Hal tersebut menggambarkan tindakan ibu-ibu yang mempunyai balita di wilayah Puskesmas Pandan belum mampu mendukung program imunisasi dasar pada bayi. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga terhadap ibu yang mempunyai balita untuk membawa anaknya ke pelayanan imunisasi dasar dalam penelitian ini dikaji dari aspek dukungan instrumental, informasional, penilaian dan emosional yang terkait dengan imunisasi dasar pada bayi.

4.2.3.1 Dukungan Instrumental

Pernyataan responden tentang dukungan yang diberikan keluarga secara instrumental dalam pelayanan imunisasi dasar pada bayi diukur melalui 4 pernyataan seperti pada Tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Dukungan Instrumental dari Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Dukungan Instrumental Ada Tidak Ada Total n n n 1 Keluarga meluangkan waktu untuk memberikan imunisasi pada bayi 37 53.6 32 46.4 69 100,0 2 Keluarga memperhatikan jadwal kegiatan untuk pemberian imunisasi 35 50.7 34 49.3 69 100,0 3 Keluarga bersedia memberikan fasilitas untuk pemberian imunisasi 25 36.2 44 63.8 69 100,0 4 Keluarga berusaha untuk mencari sarana pelayanan kesehatan imunisasi untuk kesehatan anak 24 34.8 45 65.2 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa dukungan keluarga responden secara instrumental adalah meluangkan waktu untuk memberikan imunisasi pada bayi yaitu sebanyak 37 orang 53,6. Sedangkan dukungan instrumental keluarga paling Universitas Sumatera Utara rendah adalah tidak berusaha untuk mencari sarana pelayanan kesehatan imunisasi untuk kesehatan anak yang dinyatakan sebanyak 45 orang 65,2. Berdasarkan jawaban responden terhadap 4 pernyataan tentang dukungan instrumental dalam mendukung imunisasi dasar dikategorikan sebagai berikut Tabel 4.9 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Instrumental dalam Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Dukungan Instrumental Jumlah Orang 1 Baik 19 27.5 2 Tidak Baik 50 72.5 Jumlah 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa dukungan instrumental dari keluarga responden dalam mendukung imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori tidak baik yaitu 50 orang 72,5 sedangkan paling sedikit pada kategori baik yaitu 19 orang 27,5.

4.2.3.2 Dukungan Informasional

Pernyataan responden tentang dukungan yang diberikan keluarga secara informasional dalam pelayanan imunisasi dasar pada bayi diukur melalui 4 pernyataan tentang informasi atau pemberitahuan perlunya imunisasi, manfaat, serta akibat jika anak tidak diimunisasi seperti pada Tabel 4.10 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Dukungan Informasional dari Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Dukungan Informasional Ada Tidak Ada Total n n n 1 Keluarga memberitahu tentang perlunya imunisasi bayi 32 46.4 37 53.6 69 100,0 2 Keluarga memberitahu tentang mamfaat imunisasi bayi 35 50.7 34 49.3 69 100,0 3 Keluarga memberitahu tentang dampak kalau tidak diimunisasi pada bayi 30 43.5 39 56.5 69 100,0 4 Keluarga memberitahu tentang bahaya penyakit kalau tidak di imunisasi pada bayi 29 42.0 40 58.0 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa keluarga responden yang tidak memberitahu tentang perlunya imunisasi bayi sebanyak 35 orang 53,6. Keluarga memberitahu tentang mamfaat imunisasi bayi sebanyak 37 orang 50,7. Keluarga tidak memberitahu tentang dampak kalau tidak diimunisasi pada bayi sebanyak 39 orang 56,5. Keluarga tidak memberitahu tentang bahaya penyakit kalau tidak di imunisasi pada bayi sebanyak 40 orang 58,0. Berdasarkan jawaban responden terhadap 4 pernyataan tentang dukungan informasional dalam mendukung imunisasi dasar dikategorikan sebagai berikut Tabel 4.11 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Informasional dalam Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Dukungan Informasional Jumlah Orang 1 Baik 25 36.2 2 Tidak Baik 44 63.8 Jumlah 69 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa dukungan informasional dari keluarga responden dalam mendukung imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori tidak baik yaitu 44 orang 63,6 sedangkan paling sedikit pada kategori baik yaitu 25 orang 36,2.

4.2.3.3 Dukungan Penilaian

Pernyataan responden tentang dukungan yang diberikan keluarga secara penilaian dalam pelayanan imunisasi dasar pada bayi diukur melalui 4 pernyataan tentang penghargaan, dukungan serta pujian jika anak dalam keluarga diebrikan imunisasi seperti pada Tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Distribusi Responden Menurut Dukungan Penilaian dari Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Dukungan Penilaian Ada Tidak Ada Total n n n 1 Keluarga memberikan penghargaan atas keputusan anda 22 31.9 47 68.1 69 100,0 2 Keluarga setuju dengan tindakan memberikan imunisasi pada bayi 35 50.7 34 49.3 69 100,0 3 Keluarga memberikan dukungan penuh terhadap tindakan pemberian imunisasi pada bayi 28 40.6 41 59.4 69 100,0 4 Keluarga memberikan pujian jika bayi anda diberikan diimunisasi 24 34.8 45 65.2 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa keluarga responden yang tidak memberikan penghargaan atas keputusan mengimunisasi anak sebanyak 47 orang 68,1. Keluarga setuju dengan tindakan memberikan imunisasi pada bayi sebanyak Universitas Sumatera Utara 34 orang 49,3. Keluarga responden yang tidak memberikan dukungan penuh terhadap tindakan pemberian imunisasi pada bayi sebanyak 41 orang 40,6 dan keluarga responden yang tidak memberikan pujian jika bayi anda diberikan diimunisasi sebanyak 45 orang 65,2. Berdasarkan jawaban responden terhadap 4 pernyataan tentang dukungan penilaian dalam mendukung imunisasi dasar dikategorikan sebagai berikut Tabel 4.13 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Penilaian dalam Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Dukungan Penilaian Jumlah Orang 1 Baik 16 23.2 2 Tidak Baik 53 76.8 Jumlah 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa dukungan informasional dari keluarga responden dalam mendukung imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori tidak baik yaitu 53 orang 76,8 sedangkan paling sedikit pada kategori baik yaitu 16 orang 23,2.

4.2.3.4 Dukungan Emosional

Pernyataan responden tentang dukungan yang diberikan keluarga secara emosional dalam pelayanan imunisasi dasar pada bayi diukur melalui 4 pernyataan tentang rasa simpati dan perhatian terhadap pemberian imunisasi dan status kesehatan anak seperti pada Tabel 4.14 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Distribusi Responden Menurut Dukungan Emosional dari Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Dukungan Emosional Ada Tidak Ada Total n n n 1 Keluarga menunjukkan rasa simpati jika anak anda diimunisasi 22 31.9 47 68.1 69 100,0 2 Keluarga memberikan perhatian terhadap kelengkapan imunisasi anak 35 50.7 34 49.3 69 100,0 3 Keluarga mengucilkan anda jika anak tidak imuninasikan 28 40.6 41 59.4 69 100,0 4 Keluarga memberikan perhatian pada status kesehatan anak 24 34.8 45 65.2 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa keluarga responden yang tidak menunjukkan rasa simpati jika anak diimunisasi sebanyak 47 orang 68,1. Keluarga memberikan perhatian terhadap kelengkapan imunisasi anak dinyatakan sebanyak 35 orang 50,7. Keluarga tidak mengucilkan ibu meskipun anak tidak imuninasikan dinyatakan oleh sebanyak 41 orang 59,4. Keluarga tidak memberikan perhatian pada status kesehatan anak dinyatakan sebanyak 45 orang 65,2. Berdasarkan jawaban responden terhadap 4 pernyataan tentang dukungan emosional dalam mendukung imunisasi dasar dikategorikan sebagai berikut Tabel 4.15 Distribusi Reponden Menurut Kategori Dukungan Emosional dalam Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Kategori Dukungan Emosional Jumlah Orang 1 Baik 18 26.1 2 Tidak Baik 51 73.9 Jumlah 69 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa dukungan emosional dari keluarga responden dalam mendukung imunisasi dasar pada bayi paling banyak pada kategori tidak baik yaitu 51 orang 71,9 sedangkan paling sedikit pada kategori baik yaitu 18 orang 26,1.

4.2.4 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar

Responden yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada bayi seperti pada Tabel 4.16 berikut. Tabel 4.16 Distribusi Responden Menurut Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Jumlah Orang 1 Ya 29 42.0 2 Tidak 40 58.0 Jumlah 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa responden yang tidak memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 40 orang 58,0. Berdasarkan jawaban responden terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar pada bayi dikategorikan baik untuk yang memanfaatkan dan tidak baik untuk yang tidak memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Universitas Sumatera Utara Setiap jenis imunisasi dasar mempunyai frekuensi pemberian yang berbeda dan setiap bayi harus mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal menurut umur serta frekuensi sesuai dengan pedoman pemberian imunisasi. Persentase kelengkapan imunisasi dasar pada anak berdasarkan jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pada bayi sebelum berumur 1 tahun seperti diuraikan pada Tabel 4.17 berikut. Tabel 4.17 Distribusi Reponden Menurut Kelengkapan Jenis Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 No Jenis Imunisasi Lengkap Tidak Lengkap Total n n n 1 BCG 1 x 25 36.2 44 63.8 69 100,0 2 Hepatitis B 4 x 26 37.7 43 62.3 69 100,0 3 Polio 4 x 26 37.7 43 62.3 69 100,0 4 DPT 3 x 26 37.7 43 62.3 69 100,0 5 Campak 1 x 28 40.6 41 59.4 69 100,0 Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa jenis imunisasi paling banyak yang lengkap adalah imunisasi Campak yaitu 28 orang 40,6 sedangkan jenis imunisasi yang paling rendah kelengkapannya adalah BCG yaitu 25 orang 36,2. 4.3 Analisis Bivariat Uji chi sguare yang ditampilkan dalam tabel silang cross-tab untuk menjelaskan analisis bivariat tentang hubungan antara variabel bebas perilaku dan dukungan keluarga dengan variabel terikat pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar eperti pada Tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Pengetahuan Baik Tidak baik Total n n n Baik 15 78.9 4 21.1 19 100.0 p=0,000 Sedang 9 34.6 17 65.4 26 100.0 Kurang 5 20.8 19 79.2 24 100.0 Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai pengetahuan yang baik dan sedang lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang pengetahuannya kurang lebih banyak yang tidak baik memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,000 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Tabel 4.19 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Sikap Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Sikap Baik Tidak Baik Total n n n Baik 10 90.9 1 9.1 11 100.0 p=0,000 Sedang 10 62.5 6 37.5 16 100.0 Kurang 9 21.4 33 78.6 42 100.0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai sikap yang baik dan sedang lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang sikapnya kurang lebih banyak yang tidak baik memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,000 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Tabel 4.20 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Tindakan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Tindakan Baik Tidak baik Total n n n Baik 9 81.8 2 18.2 11 100.0 p=0,000 Sedang 11 61.1 7 38.9 18 100.0 Kurang 9 22.5 31 77.5 40 100.0 Berdasarkan Tabel 4.20 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai tindakan yang baik dan sedang lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang tindakannya kurang lebih banyak yang tidak baik memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,000 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara tindakan ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.21 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan Instrumental Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Dukungan Instrumental Baik Tidak baik Total n n n Baik 16 84.2 3 15.8 19 100.0 p=0,000 Tidak Baik 13 26.0 37 74.0 50 100.0 Berdasarkan Tabel 4.21 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai dukungan instrumental yang baik dari keluarganya lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang dukungan instrumental keluarganya tidak baik, lebih banyak yang tidak baik memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,000 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan instrumental keluarga ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Tabel 4.22 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan Informasional Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Dukungan Informasional Baik Tidak Baik Total n n n Baik 15 60.0 10 40.0 25 100.0 p=0,023 Tidak Baik 14 31.8 30 68.2 44 100.0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.22 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai dukungan informasional yang baik dari keluarganya lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang dukungan informasional keluarganya tidak baik, lebih banyak yang tidak baik memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,023 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan informasional keluarga ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Tabel 4.23 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan Penilaian Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Dukungan Penilaian Baik Tidak Baik Total n n n Baik 11 68.8 5 31.2 16 100.0 p=0,013 Tidak baik 18 34.0 35 66.0 53 100.0 Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai dukungan penilaian yang baik dari keluarganya lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang dukungan penilaian keluarganya tidak baik, lebih banyak yang tidak baik dalam memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Universitas Sumatera Utara Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,013 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan penilaian keluarga ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Tabel 4.24 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan Emosional Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Chi Square Dukungan Emosional Baik Tidak Baik Total n n n Baik 16 88.9 2 11.1 18 100.0 p=0,000 Tidak baik 13 25.5 38 74.5 51 100.0 Berdasarkan Tabel 4.24 diketahui bahwa ibu balita yang mempunyai dukungan emosional yang baik dari keluarganya lebih banyak yang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar dengan baik, sedangkan responden yang dukungan emosional keluarganya tidak baik, lebih banyak yang tidak baik dalam memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Hasil uji chi square diperoleh nilai p =0,000 0,05, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan emosional keluarga ibu yang mempunyai balita dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Universitas Sumatera Utara

4.4 Analisis Multivariat

Hasil analisis bivariat merupakan syarat untuk dilakukan analisis multivariat, yaitu variabel yang mempunyai nilai signifikan 0,25 pada analisis bivariat akan diikutsertakan dalam analisis multivariat. Berdasarkan analisis bivariat bahwa seluruh variabel bebas yaitu perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan serra dukungan keluarga instrumental, informasional, penilaian dan emosional mempunyai nilai dignifikan 0,25 sehingga seluruhnya diikutsertakan dalam analisis multivariat. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat di wilayah kerja Puskesmas Pandan untuk masing-masing indikator perilaku dan dukungan keluarga maupun secara bersama-sama, dilakukan analisis multivariat yaitu dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut. Tabel 4.25 Hasil Uji Multivariat dengan Regresi Logistik Ganda Variabel Independen Koefisien regresi B Signifikansi p Odds Ratio OR

1. Perilaku

- Pengetahuan - Sikap - Tindakan 1.967 1.790 2.177 0.029 0.033 0.049 7.147 5.991 8.818

2. Dukungan Keluarga

- Instrumental - Informasional - Penilaian - Emosional 3.511 2.954 3.204 2.883 0.015 0.035 0.047 0.040 33.495 19.183 24.630 17.861 Sesuai dengan kelaziman dalam analisis statistik menggunakan regresi logistik, maka nilai statistik yang dibahas dari output lampiran 5 adalah : 1 nilai Universitas Sumatera Utara sign. atau biasanya diberi symbol “p” yang menunjukkan variabel bebas yang diuji berpengaruh jika nilai p 0,05 atau tidak berpengaruh jika nilai p 0,05 dan 2 nilai exp B atau biasanya disebut odds ratio yang menunjukkan besarnya pengaruh peluang dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan nilai B koefisien regresi, SE Standart Errror, df degree of freedom dan nilai Wald tidak dibahas. Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel bebas yaitu perilaku pengetahuan, sikap dan tindakan serta dukungan keluarga instrumental, informasional, penilaian dan emosional berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar oleh ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan, karena seluruh indikator variabel mempunyai nilai signifikansi p 0,05. Variabel yang paling dominan memengaruhi pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar oleh ibu yang mempunyai balita adalah variabel dukungan instrumental dengan nilai p = 0,015 dan OR = 33,495. Dengan demikian upaya peningkatan program imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan dapat dilakukan dengan meningkatkan dukungan keluarga secara instrumental dengan cara setiap keluarga meluangkan waktu dan memyediakan fasilitas untuk melakukan imunisasi dasar. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Perilaku terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Perilaku ibu yang mempunyai anak umur 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pandan dilihat dari aspek : pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pengetahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar, demikian juga sikap dan tindakan. Besarnya pengaruh setiap indikator bervariasi dan paling tinggi adalah aspek tindakan, dengan nilai OR = 8,818 Penjelasan serta pembahasan masing-masing indikator perilaku serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi akan diuraikan di bawah ini. 5.1.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai balita tentang imunisasi dasar dengan persentase tertinggi pada kategori sedang sebanyak 37,7 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 7,147, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai pengetahuan baik lebih besar 7 sampai 8 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang pengetahuannya kategori Universitas Sumatera Utara kurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, maka semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar kepada anaknya. Secara umum aspek pengetahuan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum baik, khususnya aspek pengetahuan ditemukan permasalahan tentang cara mencegah penyakit TBC pada bayi dimana sebanyak 51,1 responden menjawab salah. Hal ini menggambarkan bahwa program imunisasi dasar pada bayi harus dimulai dengan cara memberitahukan pengertian imunisasi, jenis imunisasi serta manfaat setiap jenis imunisasi dasar kepada ibu yang mempunyai bayi, bahkan hal ini dapat dilakukan secara lebih efektif kepada ibu hamil, sehingga setelah melahirkan segera akan memberikan imunisasi kepada bayinya. Sesuai dengan penelitian Herawati 2007 bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Imunisasi tanpa didukung dengan kesadaran masyarakat tidaklah akan berarti, tentunya akan banyak kendala untuk mencapai target 100. Hal ini didukung pendapat Notoatmodjo 2003 bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar terkait dengan karakteristiknya, seperti umur merupakan ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan Universitas Sumatera Utara kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan, mulai umur 21 tahun secara hukum dikatakan mulai masa dewasa dan pada umur tiga puluh tahunan telah mampu menyelesaikan masalah dengan cukup baik, jadi stabil dan tenang secara emosional. Jadi ibu yang lebih muda kemampuannya lebih baik daripada yang lebih tua tentang perilaku pasca pemberian imunisasi. Pengetahuan juga terkait erat dengan pendidikan seseorang berbeda-beda akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu yang berpendidikan tinggi lebih muda menerima suatu ide baru dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dan dilaksanakan. Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah formal dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pengetahuannya tentang kesehatan. Penjelasan tentang pengetahuan sebagaimana diuraikan di atas didukung penelitian Wardhani dkk 2012 bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pendidikan, maka akan semakin lengkap status imunisasi anaknya. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi status imunisasi dasar adalah tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan. Hal ini sejalan dengan penelitian di tujuh provinsi di Indonesia Ayubi, 2009 yang menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan ibu berkontribusi terhadap kelengkapan status imunisasi dasar anak karena ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kepatuhan pemberian imunisasi dasar. Tingkat pengetahuan mempengaruhi status imunisasi sebab bila ibu tidak tahu mengenai pentingnya Universitas Sumatera Utara imunisasi maka status imunisasi anaknya bisa dipastikan tidak lengkap, begitu pula sebaliknya. 5.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Sikap ibu-ibu yang mempunyai balita tentang imunisasi dasar dengan persentase tertinggi pada kategori kurang yaitu sebanyak 60,9 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 5,991, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai sikap baik lebih besar 5 sampai 6 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang sikap kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin positif tanggapan atau respons ibu tentang imunisasi dasar, maka semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar kepada anaknya. Peningkatan cakupan imunisasi melalui perubahan sikap orangtua telah menjadi program yang populer di berbagai negara. Strategi ini ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan di imunisasi secara benar disebabkan orangtua tidak mendapat karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki sikap dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu intervensi prefentif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam Universitas Sumatera Utara menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak. Perbaikan dan evaluasi sikap kesehatan masyarakat sangat diperlukan. Banyak literatur yang menyatakan hubungan antara faktor orang tua dengan penggunaan sarana kesehatan baik untuk tindakan pencegahan atau mengobati penyakit, hal ini dapat majadi acuan bagaimana mengembangkan dan meningkatkan cakupan imunisasi dasar melalui perubahan sikap orangtua yang mempunai bayi. Salah satu faktor pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam stimulus yang melibatkan faktor emosional. Orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting significant others akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, teman sebaya, guru, teman kerja, suami atau istri. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap Universitas Sumatera Utara penting tersebut. Sikap orangtua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang hidup. Pengembangan sikap positif tentang imunisasi dasar pada anak dapat dijelaskan dengan mengacu kepada teori inokulasi theory of inoculation yang dikembangkan McGuire dalam Muhammad 2010 dengan menganalogikan proses penggunaan imunisasi untuk jenis penyakit tertentu. Melalui pendekatan inokulasi, seseorang akan menolak persuasi dengan cara mempertahankan posisinya, sehingga ia menjadi tidak peka terhadap pesan-pesan persuasi yang datang dari orang lain. Orang yang secara fisik tidak siap untuk menahan penyakit infeksi, seperti polio, memerlukan inokulasi suntikan vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya supaya dapat melawan penyakit tersebut. Persuasi dapat dipandang sebagai suatu cara belajar. Manusia dapat belajar tentang fenomena-fenomena yang ada di hadapannya. Manusia dapat mengubah respon yang berkaitan dengan sikapnya. Belajar persuasi merupakan suatu gabungan produk pesan yang diterima individu dan mengantarai berbagai kekuatan di dalam individu yang bertindak berdasarkan pesan-pesan tersebut agar menghasilkan pesan- pesan persuasif. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap untuk menolak argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah menyuntiknya dengan argumentasi balasan counterarguments. Universitas Sumatera Utara Faktor sikap merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu sendiri. Tidak membawa anak ketempat pelayanan kesehatan untuk diimunisasi dikarenakan sikap ibu yang tidak memahami pentingnya imunisasi. Sebaliknya ibu yang membawa anaknya untuk diimunisasi didorong oleh sikap ibu yang memahami pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit, mengetahui efek samping badan anak panas setelah diimunisasi merupakan hal yang wajar, memiliki keyakinan vaksin yang disuntikan aman bagi anak dan mendukung program imunisasi yang diberikan petugas kesehatan. Pengaruh sikap terhadap imunisasi sebagaimana dilakukan Afifah 2011 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan praktik pelaksanaan imunisasi di Puskesmas Sayung I adalah peningkatan penyuluhan kepada masyarakat umum dan ibu hamil saat melakukan pemeriksaan kehamilan mengenai pentingnya pemberian imunisasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi. Hambatan sikap masyarakat tentang imunisasi juga ditemukan Kemenkes RI dibantu oleh Global Alliance for Vaccine and Immunization GAVI tahun 2012 di Papua. Beberapa kendala dihadapi oleh para petugas kesehatan di wilayah Papua karena muncul sikap negatif mengenai imunisasi dari masyarakat khususnya yang tinggal di daerah-daerah pedalaman. Sikap atau persepsi negatif yang timbul di masyarakat mengenai imunisasi, seperti penggunaan jarum suntik sampai efek demam yang timbul setelah imunisasi adalah salah satu upaya untuk membunuh mereka. Sikap ini Universitas Sumatera Utara semakin sulit untuk dijelaskan dengan baik kepada masyarakat dikarenakan kendala perbedaan bahasa, dimana setiap wilayah di Papua memiliki bahasa yang berbeda- beda. 5.1.3 Pengaruh Tindakan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Kegiatan atau tindakan ibu-ibu yang mempunyai balita terkait dengan imunisasi dasar lebih banyak pada kategori kurang yaitu sebanyak 58,0 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara tindakan dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 8,818, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai tindakan baik lebih besar 8 sampai 9 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang tindakannya kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kegiatan yang dilakukan atau diikuti ibu tentang imunisasi dasar, maka semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar kepada anaknya. Secara umum aspek tindakan yang dilakukan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum baik, karena persentase responden yang mempunyai tindakan pada kategori baik lebih rendah dibandingkan kategori kurang. Pada aspek tindakan yang belum mendukung pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar adalah 24,6 responden menyatakan selama ini tidak pernah medukung pelaksanaan imunisasi anak Universitas Sumatera Utara Permulaan dari adanya tindakan ibu dalam mendukung pemberian imunisasi dasar pada bayi adalah kemauan ibu mengikuti penyuluhan tentang imunisasi. Menurut hasil penelitian Harahap 2009 yang menyarankan petugas kesehatan dan kader lebih aktif memberikan penyuluhan imunisasi, karena rendahnya cakupan imunisasi dasar di Provinsi Sumatera Utara disebabkan sasaran program imunisasi tidak memahami manfaat imunisasi, jadwal pemberian, cara penularan serta akibat penyakit yang ditimbulkan jika bayi tidak diumunisasi. Penyuluhan imunisasi adalah merupakan salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk membahas imunisasi. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan untuk menyukseskan pelaksanaan imunisasi dari tahun ke tahun semakin baik dilakukan, diantaranya penyuluhan imunisasi melalui media cetak dan elektronik. Begitupun pada penelitian Reichler, et.al dikutip dalam penelitian Endah dan Sulastri 2008, bahwa pada 4188 orangtua dari 3216 rumah tangga di Mesir setelah Hari Imunisasi Nasional National Immunizations Days atau NIDs untuk imunisasi Oral Poliovirus Vaccine OPV menunjukkan bahwa 47 anak tidak diimunisasi karena faktor kurangnya informasi dan alat komunikasi. Pemberian informasi tentang imunisasi perlu dilakukan secara intensif baik pada saat pemeriksaan kehamilan ibu Kunjungan ANC maupun kegiatan posyandu berlangsung. Penyuluhan imunisasi diperlukan agar meningkatkan pemahaman dan kesadaran ibu tentang pentingnya pemberian imunisasi serta pencegahan dan penyebab penyakit. Universitas Sumatera Utara 5.2 Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Sesuai dengan definisi keluarga yang telah didefinisikan pada metode penelitian, maka yang dimaksud dengan dukungan keluarga adalah dorongan atau upaya yang dilakukan oleh anggota keluarga suami, anak-anak atau anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah dengan ibu yang mempunyai bayi. Dukungan keluarga ibu yang mempunyai anak umur 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pandan dilihat dari aspek : instrumental, informasional, penilaian dan emosional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga secara instrumental berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar, demikian juga dukungan informasional, penilaian dan emosional. Besarnya pengaruh setiap indikator bervariasi dan paling tinggi adalah aspek dukungan instrumental, dengan nilai OR = 33,495. Penjelasan serta pembahasan masing-masing indikator dukungan keluarga serta pengaruhnya terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi akan diuraikan di bawah ini. 5.2.1 Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Dukungan keluarga dalam aspek instrumental terhadap ibu-ibu yang mempunyai balita terkait dengan imunisasi dasar lebih banyak pada kategori tidak baik yaitu sebesar 72,5 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan instrumental dari keluarga dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Universitas Sumatera Utara Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 33,495, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai dukungan keluarga secara instrumental baik lebih besar 33 sampai 34 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang keluarganya tidak mendukung secara instrumental. Dibandingkan nilai OR dari seluruh variabel bebas pada penelitian ini, maka dukungan instrumental memberikan pengaruh paling tinggi, artinya dukungan secara instrumental yang diberikan keluarga memberikan dampak positif paling tinggi dibandingkan aspek lain dalam upaya peningkatan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang diluangkan keluarga serta menyediakan fasilitas pendukung bagi ibu untuk melakukan imunisasi dasar pada bayi, maka semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Secara keseluruhan keluarga ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum memberikan dukungan instrumental yang baik, terutama dalam aspek usaha untuk mencari sarana pelayanan kesehatan imunisasi untuk kesehatan anak, dimana sebesar 65,2 responden menyatakan tidak melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemauan anggota keluarga dalam mendukung pemberian imunisasi dasar pada bayi belum menjadi hal yang dianggap kebutuhan untuk menjaga anak dari infeksi penyakit. Prilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga, antara lain : orang tua sebagai panutan contoh prilaku anaknya, dan suami Universitas Sumatera Utara sebagai kepala keluarga, yang sangat dominan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Peran suami mempunyai tanggung jawab dalam keluarga, sedangkan perempuan sebagai istri cenderung patuh pada keputusan suami. Dukungan keluarga dapat memperkuatmendorong prilaku ibu dan dapat menghambat prilaku ibu. Dukungan keluarga yang memperkuat prilaku ibu antara lain adalah mendukung untuk mengimunisasikan anaknya agar mempunyai kekebalan dan terhindar dari penyakit terutama penyakit difteri, pertusis, dan tetanus mengingatkan jadwal imunisasi bayinya, mengingatkan bahwa keadaan panas dari bayi adalah reaksi imunisasi dan suatu keadaan yang tidak berbahaya, bukan kontra indikasi untuk imunisasi berikutnya. Sedangkan dukungan keluarga yang memperlemah perilaku ibu untuk mengimunisasikan bayinya adalah sikap keluarga yang tidak mendukung ibu, antara lain: adanya efek samping dari imunisasi setelah bayi mendapat imunisasi. seperti: bayi menjadi panas dan atau ada benjolan ditempat suntikan, kemerahan di tempat suntikan, sehingga bayi tidak diijinkan untuk imunisasi berikutnya. Sesuai penelitian Khotimah dan Runelly 2008 bahwa dalam kegiatan imunisasi lebih banyak peranan sebagai ibu sehingga ada korelasi antara dukungan keluarga terhadap peranan ibu membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peranan ibu yang memiliki bayi dalam program imunisasi perlu ditunjang oleh dukungan keluarga membuat program imunisasi mampu berjalan dengan baik. Berhasilnya suatu program imunisasi tidak cukup hanya dengan tersedianya vaksin dan logistik lainnya, tetapi diperlukan Universitas Sumatera Utara petugas kesehatan yang berdedikasi, dengan lintas program dan lintas sektoral serta yang tidak kalah pentingnya adalah peran serta orang tua terutama peran serta ibu-ibu membawa anaknya untuk diimunisasi Depkes RI, 2006. Pengukuran dukungan keluarga pada aspek inatrumental dapat dilakukan mengacu kepada teori Sarason dalam Sarafino 2010 khususnya pada aspek enacted social support. Ciri khas dari bentuk pengukuran ini adalah bahwa dukungan keluarga yang diterima seseorang didasarkan pada frekuensi tingkah laku dukungan yang diterima individu. Jadi konkretnya, berapa jumlah orang yang mendukung, berapa banyak dukungan tersebut diberikan, menjadi ukurannya. Seperti halnya bentuk pengukuran yang pertama, bentuk pengukuran ini juga tidak melihat dukungan keluarga dari sudut persepsi individu penerima dukungan. 5.2.2 Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Aspek informasional dalam dukungan keluarga terhadap ibu-ibu yang mempunyai balita terkait dengan imunisasi dasar lebih banyak pada kategori tidak baik yaitu sebesar 63,8 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan informasional dari keluarga dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 19,183, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai dukungan keluarga secara informasional baik lebih besar 19 sampai 20 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita Universitas Sumatera Utara yang keluarganya tidak mendukung secara informasional. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak informasi yang diperoleh tentang imunisasi, manfaatnya, jenis imunisasi serta dampak dari pemberian imunisasi akan semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Secara keseluruhan keluarga ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum memberikan dukungan informasional, terutama dalam hal keluarga memberitahu tentang bahaya penyakit kalau tidak di imunisasi pada bayi, dimana sebesar 58,0 responden menyatakan tidak melakukannya. Kurangnya informasi yang disosialisasikan dalam keluarga tentang penyakit yang mungkin timbul jika seorang anak tidak diimunisasi menyebabkan kurangnya kemauan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Sesuai penelitian Simangunsong 2011 di Kecamatan Kolang Kabapaten Tapanuli Tengah bahwa sumber informasi tentang imunisasi paling banyak diperoleh melalui perawatbidan. Sementara yang paling sedikit adalah media cetak surat kabar, brosur dan tetanggateman. Sebagian besar pengetahuan suami pada kategori kurang . Sikap suami tentang imunisasi mayoritas pada kategori sedang dan kurang. Tindakan suami dalam mendukung imunisasi pada bayi sebagian besar berada pada kategori kurang. Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan Universitas Sumatera Utara sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Pentingnya dukungan keluarga dalam pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar, karena dapat menahan efek-efek negatif dari masalah terhadap kesehatan dan efek- secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang cukup terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. 5.2.3 Pengaruh Dukungan Penilaian terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Aspek penilaian dalam dukungan keluarga terhadap ibu-ibu yang mempunyai balita terkait dengan imunisasi dasar lebih banyak pada kategori tidak baik yaitu sebesar 76,8 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan penilaian dari keluarga dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 24,630, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai dukungan keluarga secara penilaian baik lebih besar 24 sampai 25 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita yang keluarganya tidak mendukung secara penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin Universitas Sumatera Utara banyak penghargaan dan pujian yang diberikan keluarga kepada ibu dan bayi dalam suatu keluarga maka akan semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Secara keseluruhan keluarga ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum memberikan dukungan penilaian, terutama dalam hal keluarga memberikan penghargaan dengan keputusan ibu untuk mengimunisasikan anaknya, dimana sebesar 68,1 responden menyatakan tidak melakukannya. Kurangnya penghargaan yang diberikan keluarga melalui pujian jika seorang ibu membawa bayinya ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi dasar menyebabkan si ibu tidak melakukan pemberian imunisasi sesuai jadwal yang ditetapkan dan akibatnya si bayi tidak mendapatkan imunsasi secara lengkap. Pendekatan ukuran dukungan keluarga secara penilaian dapat dilakukan mengacu kepada teori Sarason dalam Sarafino 2010, khususnya pada aspek social embeddedness, pada pengukuran dengan cara ini, dukungan sosial yang diterima individu diukur dari jumlah hubungan atau interaksi yang dijalin individu dengan orang-orang disekitarnya. Individu yang memiliki hubungan yang lebih banyak dinilai memiliki dukungan sosial yang besar. Dengan demikian, bentuk pengukuran ini tidak memandang kualitas interaksi yang terjalin. Keluarga merupakan sumber dukungan keluarga karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, Universitas Sumatera Utara tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan. Dukungan keluarga dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Menurut Stanhope dan Canaster 2004, dukungan keluarga adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan orang tersebut. Dukungan keluarga adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu. 5.2.4 Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 Aspek emosional dalam dukungan keluarga terhadap ibu-ibu yang mempunyai balita terkait dengan imunisasi dasar lebih banyak pada kategori tidak baik yaitu sebesar 73,9 dan secara statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan emosional dari keluarga dengan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan. Analisis multivariat menunjukkan besarnya kemungkinan atau niilai Odds Ratio OR sebesar 17,861, artinya bahwa kemungkinan peluang memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar pada ibu yang mempunyai dukungan keluarga secara emosional baik lebih besar 17 sampai 18 kali dibandingkan dengan ibu-ibu balita Universitas Sumatera Utara yang keluarganya tidak mendukung secara emosional. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak rasa empati dan perhatian yang diberikan keluarga kepada ibu dan bayi dalam suatu keluarga maka akan semakin besar kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan imunisasi dasar. Secara keseluruhan keluarga ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum memberikan dukungan emosional, terutama dalam hal keluarga memberikan penghargaan dengan keputusan ibu untuk mengimunisasikan anaknya, dimana sebesar 68,1 responden menyatakan tidak melakukannya. Kurangnya rasa simpati dan perhatian yang diberikan keluarga melalui pujian jika seorang ibu membawa bayinya ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi dasar menyebabkan si ibu tidak melakukan pemberian imunisasi secara lengkap. Pendekatan ukuran dukungan keluarga secara emosional dapat dilakukan mengacu kepada teori Sarason dalam Sarafino 2010, khususnya pada aspek perceived social support, adalah evalusi subjektif dari kualitas dukungan yang diterima atau didapatkan. Bentuk pengukuran ini didasarkan pada kualitas dukungan keluarga yang diterima, sebagaimana yang dipersepsikan individu penerima dukungan. Semakin kuat seseorang merasakan dukungan, semakin kuat kualitas dukungan yang diterima. Sehingga, dapat terjadi seseorang mempersepsikan dukungan keluarga yang diterimanya kurang, padahal individu tersebut memiliki jaringan keluarga yang banyak. Sebaliknya, individu bisa mempersepsikan dukungan Universitas Sumatera Utara keluarga yang diterima lebih besar daripada yang sebenarnya diberikan oleh sumbernya. Bentuk pengukuran dengan melihat enacted social support dan embedded social support memiliki keterbatasan. Individu yang dihadapkan pada kesulitan hidup yang lebih besar tentu akan dilihat menerima dukungan keluarga yang lebih besar daripada individu dengan kesulitan yang relatif lebih kecil. Mereka yang mampu menghadapi situasi yang sulit akan menjadi penerima dukungan keluarga yang lebih kecil. Hal tersebut tidak dapat mencerminkan kecukupan kualitas dukungan yang diterima oleh tiap individu. Berbeda dengan kedua pengukuran tersebut, pengukuran dengan berdasarkan pada perceived social support menganggap bahwa dukungan yang dirasakan individu memang benar-benar ditemukan dalam diri mereka. Pengukuran dengan cara ini lebih mampu mengindikasikan penyesuaian yang baik pada diri individu. Konsep dukungan dalam peningkatan program imunisasi dasar bayi dengan merubah perilaku ibu perlu dikembangkan melalui peran petugas kesehatan dan tokoh agama, hal ini sebagimana hasil penelitian Sari 2011 di wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar, bahwa faktor yang memengaruhi perilaku ibu balita dalam imunisasi campak dari komunikasi petugas kesehatan adalah metode, media dan isi pesan, sedangkan dari dukungan tokoh agama adalah dukungan instrumental dan dukungan informasional. Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak, sehingga disarankan meningkatkan partisipasi tokoh agama melalui sosialisasi tentang imunisasi campak. Universitas Sumatera Utara Dukungan keluarga dari keempat aspek yang telah diuraikan di atas sangat dibutuhkan dalam meningkatkan cakupan dan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi sebelum berumur 11 bulan. Dilihat nilai OR setiap indikator dukungan keluarga, maka perhatian khusus tentang dukungan instrumental keluarga, karena faktor tersebut yang pengaruhnya paling dominan. Dukungan keluarga akan optimal jika dukungan informasional, penilaian dan emosional ditingkatkan. Pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar oleh ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Pandan belum baik, karena sebagian besar bayi tidak lengkap diimunisasi 36,2 - 40,6, artinya bayi yang mendapatkan imunisasi BCG 1 kali, Hepatitis B 4 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan Campak 1 kali hanya sebanyak 36,2 - 40,6, akibatnya belum memberikan manfaat yang optimal untuk mencegah penyakit PD3I. Jadwal pemberian imunisasi dasar juga berbeda untuk setiap jenisnya, sebagaimana telah diatrur dalam Buku Pedoman Imunisasi, Dinkes Tap-Teng 2007, bahwa setiap bayi harus sudah mendapat seluruh jenis imunisasi dasar saat bayi berumur 9 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis imunisasi yang paling rendah kelengkapannya adalah BCG, yaitu 36,2, hal ini terkait dengan jadwal imunisasi BCG merupakan paling awal diberikan setelah bayi lahir banyak ibu yang lupa. Oleh karena itu dibutuhkan upaya upaya promosi kesehatan melalui 3 strategi advokasi, bina suasana dan pemberdayaan. Konsep promosi ini dapat diupayakan dalam merubah perilaku ibu dan meningkatkan dukungan keluarga. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013

2 64 89

Perilaku Ibu Balita Terhadap Imunisasi Polio Di Wilayah Kerja Puskesmas Securai Kabupaten Langkat Tahun 2006

0 57 73

Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

4 34 88

Perilaku Akseptor Vasektomi dan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 37 137

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Sragen.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Sragen.

0 3 15

Hubungan Perilaku Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Tahun 2016

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku - Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

0 0 9

PENGARUH PERILAKU IBU BALITA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.

0 0 17