Analisis Mengenai Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Memberikan Informasi Produk Melalui Transaksi E-Commerce (Studi Pada AUTO 2000-Medan)
ANALISIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB PELAKU
USAHA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI PRODUK
MELALUI TRANSAKSI E-COMMERCE
(STUDI PADA AUTO 2000-MEDAN)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
NAOMI CLAUDIA APRILITA MANURUNG 1 1 0 9 0 3 1 1 5
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
ANALISIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI PRODUK MELALUI TRANSAKSI
E-COMMERCE (STUDI PADA AUTO 2000-MEDAN)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh:
NAOMI CLAUDIA APRILITA MANURUNG 110200554
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. Hasim Purba SH., M.Hum NIP. 1966030331985081001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Hasim Purba SH., M.Hum Aflah, SH., M.Hum
NIP. 196603031985081001 NIP. 1970051920022120002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA : NAOMI CLAUDIA APRILITA MANURUNG
NIM : 110200554
DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN/ DAGANG
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI PRODUK MELALUI TRANSAKSI E- COMMERCE (STUDI PADA AUTO 2000-MEDAN)
Dengan ini menyatakan:
1. Skripsi yang saya tulis adalah benar tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain
2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya
3. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
Medan, Juni 2015
Naomi C. A. Manurung 110200554
(4)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Mengenai Tanggung
Jawab Pelaku Usaha Dalam Memberikan Informasi Produk Melalui Transaksi E-Commerce (Studi Pada AUTO 2000-Medan)”.
Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyusunan dan penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. OK Saidin, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Hasim Purba, SH.,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini, yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(5)
6. Ibu Aflah, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memeriksa skripsi ini agar menjadi lebih baik.
7. Bapak Syamsul Rizal, SH.,M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik penulis yang dengan sabar membimbing penulis selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 8. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang dengan peenuh kerelaan telah membagikan ilmunya kepada penulis sejak pertama kali penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
9. Untuk orang tuaku tercinta, Hasoloan Manurung, SE dan Nurmawin Simbolon, yang dengan penuh kasih sayang dan kesabaran telah membesarkan penulis hingga saat ini, selalu memberikan motivasi kepada penulis yang tanpa kalian penulis
tidak dapat menyelesaikan semua ini. You’re the best more than
anything, I love You.
10.Untuk ketiga kakakku tersayang, Cory Manurung, Fitri Manurung SH, Bertha Manurung S.Sos, yang sudah telebih dahulu mendapatkan gelar sarjana yang menjadikan penulis termotivasi untuk cepat menyelesaikan perkuliahan ini yang dengan sabar mengajari penulis menjadi lebih baik, mengingatkan, dan saling mendoakan satu sama lain. Dan untuk adikku tersayang Justal Manurung dan abangku Erlando Sibarani, serta keponakanku
(6)
Eleanora dan Endenami yang menjadi penyemangat penulis setiap mengingat mereka.
11.My partner in crime, Wahjoow gondrong yang menjadi teman terbaik penulis di awal perkuliahaan hingga saat ini, yang selalu memberikan support kepada penulis dan terkadang menghilangkan konsentrasi penulis tetapi selalu dapat diandalkan dan selalu membantu penulis dari awal penyusunan skripsi ini sampai selesai.
Keep Calm and Graduate, I’m officially Bachelor of Law.
12.Terima kasih kepada Bapak Felix Priscillia Oetomo selaku Kepala Administrasi AUTO 2000-Medan Amplas, Bapak Vicky Manurung, Bapak Max Hendra, yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam proses wawancara guna mendapatkan informasi sehingga skripsi ini selesai.
13.My beloved friends, Stevany Claudia, Cyndi Fransisca SH, dan teman-temanku tersayang Cudpo, Natasya Rehulina SH, Aina, Bila, Azaria, Assyfa, Grace Dina SH, Dian, Noviliana, Novi, Mutiara, Christin, Via, Stephanie, Rika, Piti dan Dinda yang bersama-sama mengejar target and we did it. Untuk teman laki-laki penulis, Boy Tobing, Zuhdi Lubis, Tondi Harahap, Jo, Patuan, Baginda, Calvin, Andri, Fito, Ibnu, Merico, Mike, Fikri, Vicky, Koko, Dicky. Terima kasih untuk waktu dan menjadi teman yang mengisi hari-hari penulis selama menjalani masa perkuliahan hingga saat ini.
(7)
14.Teman-teman penulis yang tersayang, dr. Theresia Silalahi, Melissa Manurung, SE, Sahata Bastian Hutapea SH, Elisabeth, Sarah, Regina, Michelle, yang ada bersama-sama dengan penulis sejak SMP hingga sekarang, yang berbeda universitas namun memiliki tujuan yang sama dan berlomba-lomba mendapatkan gelar sarjana secepat mungkin.
15.Teman-teman stambuk 2011 yang bersama-sama menjalani masa perkuliahan hingga satu per satu lulus. Adik-adik stambuk 2012, 2013, 2014 dan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini. Akhir kata, penulis telah berusaha dengan segala kemampuan yang dimiliki dalam penyelesaian skripsi ini, dan menyadari bahwa ada kekurangan-kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis minta maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa lebih baik lagi dikesempatan yang akan datang.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum dagang, baik bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain.
Medan, Juni 2015 Penulis,
(8)
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penulisan ... 8
D. Manfaat Penulisan ... 9
E. Keaslian Penulisan ... 10
F. Metodologi Penelitian ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN A. Pengertian Pelaku Usaha ... 16
B. Pengertian Konsumen ... 19
C. Hubungan Pelaku Usaha dengan Konsumen ... 24
D. Hak dan Kewajiban antara Pelaku Usaha dengan Konsumen ... 27
E. Tanggung Jawab Produk Pelaku Usaha Terhadap Konsumen ... 37
BAB III ASPEK HUKUM TRANSAKSI E-COMMERCE ANTARA PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN A. Sejarah E-Commerce ... 43
B. Pengertian dan Pengaturan Transaksi E-Commerce ... 49
C. Manfaat Transaksi E-Commerce Dibandingkan dengan Transaksi secara Konvensional ... 59
(9)
D. Pentingnya Informasi Produk dalam Transaksi E-Commerce ... 66
BAB IV ANALISIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB PELAKU
USAHA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI
PRODUK MELALUI TRANSAKSI E-COMMERCE
A. Prosedur Pemberian Informasi oleh AUTO 2000-Medan tentang Suatu Produk Mobil yang Dipromosikan Melalui
E-Commerce ... 69 B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Transaksi
E-Commerce pada AUTO 2000-Medan ... 79 C. Tanggung Jawab AUTO 2000-Medan dalam Memberikan
Informasi Produk dalam Transaksi E-Commerce ... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 86 B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN
a. Surat Riset dari AUTO 2000-Medan Amplas b. Wawancara (Question of Interview)
(10)
ABSTRAK
Naomi Claudia Aprilita Manurung* Hasim Purba**
Aflah***
Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis tentang jual beli secara online yang dikenal dengan e-commerce. Hal ini dikarenakan perkembangan dan kemajuan internet telah mendorong di bidang teknologi informasi, sehingga penggunaan internet yang semakin luas dalam kegiatan bisnis telah mengubah pandangan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli yang pada awalnya bersifat tradisional beralih menjadi transaksi jual beli dengan menggunakan media internet. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana prosedur pemberian informasi oleh AUTO 2000-Medan tentang suatu produk mobil yang dipromosikan melalui e-commerce, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan transaksi e-commerce oleh AUTO 2000-Medan, dan bagaimana tanggung jawab AUTO 2000-Medan dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif yang didukung dengan studi lapangan. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam skripsi ini penulis melakukan studi lapangan ke AUTO 2000-Medan Amplas.
Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu AUTO 2000-Medan bertanggung jawab dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce yang secara prosedur dilaksanakan dengan di dasarkan oleh ketentuan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dimana dalam pemberian informasi tersebut, AUTO 2000-Medan memfungsikan website sebagai media informasi pengenalan produk yang beralamatkan
www.auto2000-medan.com. AUTO 2000-Medan berhak memberikan informasi yang benar dan
jelas kepada konsumen perihal mengenai keadaan produk, harga, cara penggunaan, maupun informasi lainnya terkait pelaksaanaan transaksi e-commerce.
Kata Kunci : Pemberian Informasi, Transaksi E-Commerce * Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
(11)
ABSTRAK
Naomi Claudia Aprilita Manurung* Hasim Purba**
Aflah***
Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis tentang jual beli secara online yang dikenal dengan e-commerce. Hal ini dikarenakan perkembangan dan kemajuan internet telah mendorong di bidang teknologi informasi, sehingga penggunaan internet yang semakin luas dalam kegiatan bisnis telah mengubah pandangan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli yang pada awalnya bersifat tradisional beralih menjadi transaksi jual beli dengan menggunakan media internet. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi permasalahan adalah bagaimana prosedur pemberian informasi oleh AUTO 2000-Medan tentang suatu produk mobil yang dipromosikan melalui e-commerce, bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan transaksi e-commerce oleh AUTO 2000-Medan, dan bagaimana tanggung jawab AUTO 2000-Medan dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif yang didukung dengan studi lapangan. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam skripsi ini penulis melakukan studi lapangan ke AUTO 2000-Medan Amplas.
Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu AUTO 2000-Medan bertanggung jawab dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce yang secara prosedur dilaksanakan dengan di dasarkan oleh ketentuan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dimana dalam pemberian informasi tersebut, AUTO 2000-Medan memfungsikan website sebagai media informasi pengenalan produk yang beralamatkan
www.auto2000-medan.com. AUTO 2000-Medan berhak memberikan informasi yang benar dan
jelas kepada konsumen perihal mengenai keadaan produk, harga, cara penggunaan, maupun informasi lainnya terkait pelaksaanaan transaksi e-commerce.
Kata Kunci : Pemberian Informasi, Transaksi E-Commerce * Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara *** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perdagangan tidak akan pernah terlepas dari perkembangan teknologi. Oleh karena itu, dalam upaya mencapai kemakmuran, teknologi tidak terlepas dari upaya tersebut. Pengaruh tersebut dewasa ini semakin nyata dengan lahirnya e-commerce
(electronic commerce).* E-commerce berarti transaksi yang terjadi dalam Internet dan Web. E-commerce merupakan suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis.†
Perkembangan teknologi informasi saat ini, telah menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru di mana transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronik. Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan jual-beli. Perkembangan internet memang cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan. Internet membantu untuk dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan melakukan perdagangan dengan banyak orang dari segala penjuru dunia dengan murah, cepat
* Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hal. 161
† Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon, Sistem Informasi Manajemen, Jakarta, Salemba Empat, 2012, hal.48
(13)
dan mudah. Beberapa tahun terakhir ini dengan begitu merebaknya media internet menyebabkan banyaknya perusahaan yang mulai mencoba menawarkan berbagai macam produknya melalui e-commerce. Dan salah satu manfaat dari keberadaannya adalah sebagai media promosi suatu produk.‡
E-commerce terus mengalami pertumbuhan yang cepat dalam dunia perdagangan. Hal ini cukup signifikan antara lain tampak dari kuantitas transaksi melalui sarana ini. Teknologi e-commerce
memungkinkan transaksi komersial melintasi batas-batas budaya dan negara dengan kenyamanan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih efektif daripada dalam suatu sistem perdagangan yang tradisional. Namun tidak dipungkiri, transaksi perdagangan secara tradisional juga masih diminati karena sudah menjadi kebiasaan yang ada sejak dulu. Alasan lainnya transaksi perdagangan secara tradisional masih diminati adalah masalah ketidakpercayaan yang masih diragukan keamanannya dalam transaksi melalui e-commerce. Bukan hanya karena masalah ketidakpercayaan saja, perdagangan tradisional digemari karena kurangnya pengetahuan tentang internet dan apa itu
e-commerce sebenarnya.§
Dalam konsep perdagangan tradisional, pasar adalah sebuah tempat fisik, seperti toko eceran, yang dapat dikunjungi untuk melakukan transaksi bisnis secara langsung. Keuntungan dalam
‡ http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=artic e&id=11:e-commerce&catid=1:perdata&Itemid=58, diakses Minggu, 8 Maret 2015 pukul 19.21
(14)
bertransaksi secara langsung yaitu dapat memilih barang yang ingin dibeli dengan melihat kondisi fisik produk tersebut apakah layak atau tidak, dan kecil kemungkinan terjadinya penipuan.
E-commerce adalah perdagangan yang menggunakan mekanisme elektronik yang berada dalam jaringan internet. Oleh sebab itu, jika membahas aspek hukum tentang e-commerce maka ruang lingkup pembicaraan tetap akan membahas tentang hukum internet. Indonesia memiliki hukum yang terkait mengenai e-commerce, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun secara spesifik Indonesia belum memiliki undang-undang, aturan atau hukum yang secara resmi mengatur tentang e-commerce atau transaksi secara online ini.**
Transaksi melalui e-commerce ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1. Transaksi secara e-commerce memungkinkan para pihak memasuki pasar global secara cepat tanpa dirintangi oleh batas-batas negara.
2. Transaksi secara e-commerce memungkinkan para pihak berhubungan tanpa mengenal satu sama lainnya.
3. Transaksi melalui e-commerce sangat bergantung pada sarana (teknologi) yang kendalanya kurang dijamin.††
** http://ecommerce-id.blogspot.com/, diakses Minggu, 8 Maret 2015 pukul 19.24
(15)
Semakin berkembangnya transaksi melalui e-commerce, semakin banyak pula kejahatan yang timbul. Dalam kenyataannya, banyak kendala yang dihadapi dalam perkembangan e-commerce. Maka aspek hukum yang melekat terhadap mekanisme e-commerce
adalah berinteraksi dengan aplikasi jaringan internet yang digunakan oleh pihak yang melakukan transaksi melalui sistem e-commerce.
Beberapa permasalahan hukum yang muncul dalam bidang hukum pada aktivitas e-commerce antara lain:
1. Otentikasi subyek hukum yang membuat transaksi melalui internet
2. Saat perjanjian berlaku dan memiliki kekuatan mengikat secara hukum
3. Obyek transaksi yang diperjualbelikan 4. Mekanisme peralihan hak
5. Hubungan hukum dan pertanggungjawaban para pihak yang terlibat dalam transaksi penjual, pembeli, maupun para pendukung seperti perbankan, Internet Service Provider (ISP), dan lain-lain
6. Legalitas dokumen catatan elektronik serta tanda tangan digital sebagai alat bukti
(16)
8. Pilihan hukum dan forum peradilan yang berwenang dalam penyelesaian sengketa.‡‡
Permasalahan yang mungkin dihadapi atau akan dihadapi di media internet ini, belum ada satu peraturan pun yang dikeluarkan untuk mengaturnya, sedangkan kebutuhan bagi tersedianya media ini semakin meningkat dari hari ke hari, di mana semakin banyak orang sudah mulai melakukan transaksi jual beli melalui e-commerce. E-commerce merupakan model perjanjian jual beli dengan karakteristik dan aksentuasi yang berbeda dengan model transaksi jual beli konvensional, apalagi dengan daya jangkau yang tidak hanya lokal tapi juga bersifat global. Adaptasi secara langsung ketentuan jual beli konvensional akan kurang tepat dan tidak sesuai dengan konteks e-commerce. Oleh karena itu perlu analisis mengenai tanggung jawab dari pelaku usaha dalam memberikan informasi produk apakah Undang-Undang ITE, UUPK, KUH-Perdata dan KUHD sudah cukup relevan dan akomodatif dengan hakekat e-commerce atau perlu regulasi khusus yang mengatur tentang e-commerce.§§
Disisi lain transaksi melalui e-commerce juga memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
1. Transaksi dagang menjadi lebih efektif dan cepat;
2. Transaksi dagang menjadi lebih efisien, produktif dan bersaing; 3. Lebih memberi kecepatan dan ketepatan kepada konsumen; 4. Mengurangi biaya administratif
ΐΐhttp://kiteklik.blogspot.com/2010/10/permasalahan-hukum-e-commerce- di.html, diakses Senin, 9 Maret 2015 pukul 08.55.
(17)
5. Memperkecil masalah-masalah sebagai akibat perbedaan budaya, bahasa dan praktik perdagangan;
6. Meningkatkan pendistribusian logistik;
7. Memungkinkan perusahaan-perusahaan kecil untuk menjual produknya secara global.***
Aplikasi e-commerce tidak hanya dilakukan pada sektor ekonomi dan perdagangan, tetapi juga masuk ke sektor ilmu pengetahuan dan pendidikan, politik, sosial, budaya, hukum, pertahanan, dan keamanan.††† Melihat perkembangan e-commerce
saat ini maka potensi pelanggaran terhadap informasi pribadi masyarakat secara elektronik akan meningkat sehingga pelanggaran terhadap privasi atas informasi pribadi akan bertambah. Pelanggaran
privasi yang terjadi di dalam e-commerce salah satunya yaitu informasi pribadi yang diperoleh ketika seseorang melakukan transaksi melalui internet termasuk ketika orang tersebut melakukan pembayaran.‡‡‡
Pemanfaatan transaksi e-commerce seiring dengan semakin populernya pemakaian jaringan sistem komputer yang menggunakan sistem telekomunikasi yang ditandai dengan penggunaan internet telah menjadikan teknologi informasi berperan hampir di seluruh bagian kehidupan manusia. Perbincangan mengenai e-commerce ini tampaknya tidak ada hentinya di Indonesia. Jika sebelumnya
*** Huala Adolf, Op. Cit., hal 163
††† http://www.academia.edu/7546991/Perlindungan_Konsumen_Melalui_ Transaksi_E-Commerce_, diakses Senin, 9 Maret 2015, pukul 09.10
(18)
menggunakan media elektronik seperti telepon, fax, hingga
handphone untuk melakukan perdagangan, sekarang ini kita dapat menggunakan internet.§§§
Keberadaan e-commerce merupakan alternatif bisnis yang cukup menjanjikan untuk diterapkan pada saat ini, karena e-commerce memberikan banyak kemudahan bagi kedua belah pihak, baik dari pihak pelaku usaha maupun dari pihak konsumen di dalam melakukan transaksi perdagangan, meskipun para pihak berada di dua benua berbeda sekalipun. Dengan e-commerce setiap transaksi tidak memerlukan pertemuan dalam tahap negoisasi. Oleh karena itu jaringan internet ini dapat menembus batas geografis dan teritorial termasuk yurisdiksi hukumnya.****
Melakukan transaksi perdagangan melalui internet sangat berbeda dengan berbelanja atau melakukan transaksi perdagangan di dunia nyata. Dengan e-commerce memungkinkan kita bertransaksi dengan cepat dan biaya yang murah tanpa melalui proses yang berbelit-belit, di mana pihak pembeli cukup mengakses internet ke
website perusahaan yang mengiklankan produknya di internet, yang kemudian pihak pembeli cukup mempelajari ketentuan-ketentuan yang diisyaratkan pihak penjual. Dengan demikian hal yang paling penting dalam melalukan transaksi e-commerce adalah dengan memberikan informasi yang tepat dan benar untuk mengurangi
§§§http://ardhianrama89.blogspot.com/p/e-commerce-bagi-pengguna-bisnis.
html?m=1, diakses Senin, 9 Maret 2015, pukul 09.30
(19)
kesalahan-kesalahan ataupun kejahatan-kejahatan yang timbul karena kurangnya informasi dalam melakukan transaksi e-commerce.††††
Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini yang disoroti secara mendalam adalah mengenai pertanggung jawaban pelaku usaha serta batasan-batasan pemberian informasi yang baik dan benar dalam transaksi e-commerce.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur pemberian informasi oleh AUTO 2000-Medan tentang suatu produk mobil yang dipromosikan melalui e-commerce?
2. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan transaksi e-commerce oleh AUTO 2000-Medan?
3. Bagaimana tanggung jawab AUTO 2000-Medan dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
(20)
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian informasi tentang suatu produk mobil yang dipromosikan melaluit transaksi
e-commerce pada AUTO 2000-Medan.
2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan transaksi e-commerce pada AUTO 2000-Medan. 3. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab AUTO
2000-Medan dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan kemajuan ilmu hukum khususnya dalam bidang perdagangan. Selain itu, diharapkan skripsi ini dapat dijadikan tambahan literatur yang membahas tentang tanggung jawab pelaku usaha dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce. Manfaat lainnya adalah untuk menambah wawasan, baik bagi penulis sendiri maupun bagi siapa saja yang membacanya dan juga dapat menjadi pedoman penulisan skripsi lainnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan melalui penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan serta pengetahuan bagi pembaca, khususnya dalam
(21)
memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce
mengenai tanggung jawab yang dilakukan oleh pelaku usaha.
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul Analisis Mengenai Tanggung Jawab Pelaku Usaha dalam Memberikan Informasi Produk Melalui Transaksi E-Commerce (Studi pada AUTO 2000 Medan-Amplas), yang telah melalui tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Fakultas Hukum USU pada tanggal 23 Februari 2015.
Jika terdapat judul yang hampir sama dengan judul ini, akan tetapi substansi pembahasannya berbeda. Dan skripsi ini adalah asli dari ide, pemikiran, dan gagasan penulis sendiri tanpa adanya penjiplakan dari hasil karya orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan demikian penulis dapat bertanggung jawab atas penulisan skripsi ini.
F. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya, suatu penelitian harus menggunakan suatu metode yang tepat dengan tujuan yang hendak dicapai sebelumnya. Metodologi pada hakekatnya memberikan pedoman tentang cara-cara
(22)
seseorang mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya, serta dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.‡‡‡‡ Berdasarkan uraian di atas, penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian di dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yang didukung dengan studi lapangan. Penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
‡‡‡‡ Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia, 2012, hal. 7
(23)
2. Sifat Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif, yang menyajikan, menggambarkan, dan memaparkan mengenai gejala-gejala dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat.
3. Jenis Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari kaedah dasar, yakni berupa Undang-Undang dan peraturan yang setaraf, Peraturan Pemerintah dan sebagainya.
b. Bahan Hukum sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer seperti hasil-hasil penelitian dan tulisan para ahli hukum, serta hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. 4. Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran dalam penulisan skripsi ini, maka ditulis dengan menggunakan alat pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan (library research)
Dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisis bahan-bahan studi kepustakaan yang sesuai dengan masalah yang dibahas
(24)
dengan menggunakan data sekunder yang tertulis sebagai pedoman.
b. Studi lapangan (field research)
Dilakukan dengan metode penelitian dan wawancara secara langsung kepada pihak yang bersangkutan dalam hal ini Pelaku Usaha yang bekerja di AUTO 2000 Medan-Amplas.
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research), dianalisis secara kualitatif. Kemudian data yang diperoleh disusun secara sistematis sehingga didapat gambaran yang komprehensif. Selanjutnya ditarik satu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berasal dari data-data yang diperoleh dari penelitian dan didukung dengan studi lapangan sehingga diperoleh penelitian yang bersifat deskriptif.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan saling berkaitan satu sama lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang sistematis. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
(25)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN
Dalam bab ini akan membahas tentang pengertian pelaku usaha, pengertian konsumen, hubungan pelaku usaha dengan konsumen, hak dan kewajiban antara pelaku usaha dengan konsumen dan tanggung jawab produk pelaku usaha terhadap konsumen.
BAB III ASPEK HUKUM TRANSAKSI E-COMMERCE
ANTARA PELAKU USAHA DENGAN
KONSUMEN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang sejarah commerce, pengertian dan pengaturan transaksi e-commerce, manfaat transaksi e-commerce dibandingkan dengan transaksi secara konvensional, serta pentingnya informasi produk dalam transaksi e-commerce.
(26)
BAB IV ANALISIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB
PELAKU USAHA DALAM MEMBERIKAN
INFORMASI PRODUK MELALUI TRANSAKSI
E-COMMERCE PADA AUTO 2000 MEDAN
Bab ini menyajikan data yang diperoleh melalui hasil penelitian atau studi lapangan yang berisikan tentang prosedur pemberian informasi oleh AUTO 2000 Medan tentang suatu produk mobil yang dipromosikan melalui e-commerce, hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan transaksi e-commerce pada AUTO 2000 Medan, serta tanggung jawab AUTO 2000 Medan dalam memberikan informasi produk melalui transaksi e-commerce.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi penulisan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(27)
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN
A. Pengertian Pelaku Usaha
Kegiatan usaha sudah banyak di dapatkan melalui berbagai media online dengan mudah, karena pada saat ini berbagai macam portal informasi lebih lengkap tersaji di berbagai situs ataupun
website. Hingga saat ini terdapat banyak sektor usaha dengan modal minimum yang sukses dijalankan oleh pelaku usaha. Suksesnya sebuah usaha dapat dikatakan bukan bergantung dari usaha apa yang dijalankan, melainkan bagaimana cara pelaku usahanya menjalankan sektor usaha tersebut. Dengan adanya bermacam-macam dan berbagai jenis kebutuhan, maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik berupa barang maupun jasa. Berbagai kebutuhan tersebut ditawarkan oleh pelaku usaha sehingga tercipta hubungan timbal balik antara pelaku usaha dengan konsumen yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, yang seharusnya pelaku usaha dan konsumen menduduki posisi yang seimbang. Namun pada kenyataannya, konsumen berada pada kedudukan yang lemah jika dibandingkan dengan pelaku usaha.
(28)
Salah satu yang menyebabkan kedudukan konsumen lemah adalah kurangnya informasi yang diberikan dengan jelas dan benar.§§§§
Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, disebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Unsur-unsur definisi pelaku usaha adalah sebagai berikut:
a. Bentuk atau wujud dari pelaku usaha
a) Orang perorangan, yaitu setiap individu yang melakukan kegiatan usahanya secara seorang diri. b) Badan usaha, yaitu kumpulan individu yang secara
bersama-sama melakukan kegiatan usaha. Selanjutnya badan usaha dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu badan hukum, yang menurut hukum merupakan badan usaha yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori badan hukum adalah yayasan, perseroan terbatas dan koperasi. Kemudian, badan usaha yang bukan badan hukum dapat dikelompokkan ke dalam kategori seperti firma atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha secara insidentil.
§§§§ http://www.kamarusaha.com/artikel-macam-macam-usaha-kecil-yang- sukses/, diakses Minggu, 22 Maret 2015 pukul 19.20
(29)
Badan usaha tersebut harus memenuhi kriteria yakni, didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia, melakukan kegiatan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia.
b. Kegiatan usaha tersebut harus didasarkan pada perjanjian. c. Menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi, bukan hanya pada bidang produksi.*****
Dalam penjelasan undang-undang yang termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan, koperasi, BUMN, korporasi, importir, pedagang, distributor dan lain-lain.††††† Istilah pelaku usaha umumnya dikenal dengan sebutan pengusaha. Pengusaha adalah setiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha, memproduksi, menawarkan, menyampaikan, atau mendistribusikan suatu produk kepada masyarakat luas selaku konsumen. Pelaku usaha tidak hanya diartikan sebagai pembuat atau pabrik yang menghasilkan produk saja, tetapi mereka yang terkait dengan penyampaian atau peredaran produk hingga sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian jelas bahwa pengertian pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen sangat luas, bukan hanya pelaku usaha melainkan hingga kepada pihak terakhir
***** pk/, diakses Kamis, 28 Mei 2015, pukul 20.45
ΏΏΏΏΏAz. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta, Diadit Media, 2001, hlm.17
(30)
yang menjadi perantara antara pelaku usaha dan konsumen, seperti agen, distributor dan pengecer atau konsumen perantara.‡‡‡‡‡
B. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer
(Inggris-Amerika), atau consument/ konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari prosdusen) setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen.§§§§§
Sebagai suatu konsep, konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu di berbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen. Sejalan dengan perkembangan itu, berbagai negara telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan kepada konsumen.******
ΐΐΐΐΐIbid, hal. 19
§§§§§Ibid, hal. 3
******Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika, 2014, hal. 22
(31)
Pengertian konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna barang dan/jasa untuk tujuan tertentu.†††††† Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1999 tentang Hukum Perlindungan Konsumen dalam Pasal 1 ayat (2), konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Unsur-unsur definisi konsumen adalah sebagai berikut:
a. Setiap Orang
Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang dan atau jasa. Istilah orang sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke
persoon atau termasuk juga badan hukum (rechtspersoon). Namun, konsumen harus mencakup juga badan usaha dengan makna lebih luas daripada badan hukum.
b. Pemakai
Sesuai dengan bunyi Penjelasan Pasal 1 angka (2) UUPK, kata pemakai menekankan, konsumen adalah konsumen akhir (ultimate consumer). Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan, barang dan atau jasa yang dipakai tidak serta-merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya,
ΏΏΏΏΏΏA.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Diadit Media, 2002, hal. 3.
(32)
sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan presentasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan atau jasa.
c. Barang dan atau jasa
Berkaitan dengan istilah barang dan atau jasa, sebagai pengganti terminologi tersebut digunakan kata produk. Saat ini produk sudah berkonotasi barang atau jasa. Semula kata produk hanya mengacu pada pengertian barang. UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
d. Yang Tersedia dalam Masyarakat
Barang dan atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran. Dalam perdagangan yang makin kompleks dewasa ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perusahaan pengembang (developer) perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih dahulu sebelum bangunannya jadi. Bahkan, untuk jenis-jenis transaksi
(33)
konsumen tertentu, seperti future trading, keberadaan barang yang diperjualbelikan bukan sesuatu yang diutamakan.
e. Bagi Kepentingan Diri Sendiri, Keluarga, Orang Lain, Makhluk Hidup Lain
Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain atau di luar diri sendiri dan keluarganya, bahkan untuk makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan.
f. Barang dan atau Jasa itu tidak untuk Diperdagangkan Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah biasa dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen di berbagai negara. Hal tersebut cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya, sulit menetapkan batas-batas seperti itu.‡‡‡‡‡‡
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua orang adalah konsumen karena membutuhkan barang dan jasa untuk
(34)
mempertahankan hidupnya sendiri, keluarganya, ataupun untuk memelihara atau merawat harta bendanya.§§§§§§ Dalam ilmu ekonomi ada dua jenis konsumen, yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan. Sedangkan pengguna barang adalah konsumen akhir. Yang dimaksud di dalam UUPK sebagai konsumen adalah konsumen akhir. Karena konsumen akhir memperoleh barang dan atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain.*******
Konsumen memiliki posisi yang sangat penting dalam kegiatan jual beli yang juga menjadi faktor penting bagi kelancaran dunia usaha bagi pelaku usaha, karena konsumen lah yang akan mengkonsumsi barang dan atau jasa yang diproduksi oleh pelaku usaha tanpa memperdagangkannya kembali, yang mana akan memberikan keuntungan bagi pelaku usaha untuk kelangsungan usahanya. Konsumen sebagai pemakai barang dan atau jasa memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar dapat bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika terjadi tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, maka konsumen dapat bertindak lebih jauh
§§§§§§ Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2014, hal. 15
*******http://definisipengertian.com/2012/pengertian-konsumen-menurut-para -ahli/, diakses Selasa, 24 Maret 2015 pukul 18.30
(35)
untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain konsumen tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.††††††† Oleh karena itu, Pemerintah berupaya memberikan perlindungan hukum untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
C. Hubungan Pelaku Usaha dengan Konsumen
Persoalan hubungan pelaku usaha dengan konsumen biasanya dikaitkan dengan produk barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh teknologi, khususnya teknologi manufaktur dan teknologi informasi.‡‡‡‡‡‡‡ Hubungan pelaku usaha dengan konsumen dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan langsung dapat terjadi apabila antara pelaku usaha dengan konsumen langsung terikat karena adanya perjanjian yang mereka buat atau karena ketentuan undang-undang. Apabila hubungan itu terjadi dengan perantaraan pihak lain, maka terjadi hubungan tidak langsung. Hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen pada dasarnya berlangsung terus menerus dan berkesinambungan karena keduanya saling membutuhkan dan saling interdependensi.§§§§§§§
††††††† http://ekakeropoh.blogspot.com/2012/10/pengertian-konsumen-ciri-ciri- konsumen.html, diakses Selasa, 24 Maret 2015 pukul 18.30
ΐΐΐΐΐΐΐJanus Sidabalok, Op. Cit., hal. 15
§§§§§§§ http://feezha.blog.uns.ac.id/2010/03/25/perlindungan-hukum-terhadap- konsumen-menderita-kerugian-dalam-transaksi-properti-menurut-undang-undang- perlindungan-konsumen-studi-pada-pengembang-perumahan-fajar-bangun-raharja- surakarta-h/, diakses Sabtu, 30 Mei 2015, pukul 20.45
(36)
Hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen yang sering terjadi hanya sebatas kesepakatan lisan mengenai harga barang dan atau jasa tanpa diikuti dan ditindaklanjuti dengan suatu bentuk perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak. Ketentuan umum mengenai bentuk perjanjian tersebut diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Suatu perjanjian memang tidak diharuskan untuk dibuat secara tertulis kecuali untuk perjanjian-perjanjian tertentu yang secara khusus disyaratkan adanya formalitas ataupun perbuatan atau fisik tertentu. Suatu perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata yaitu suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Sedangkan untuk syarat sahnya suatu perjanjian ditegaskan dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang dan suatu persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik (Pasal 1338 KUH Perdata). Alasan pokok terjadinya hubungan hukum perjanjian antara konsumen dan pelaku usaha yaitu
(37)
kebutuhan akan barang dan atau jasa tertentu. Pelaksanaannya senantiasa harus menjaga mutu suatu produk agar konsumen dapat menikmati penggunaan, pemanfaatan, dan pemakaian barang dan atau jasa tersebut secara layak. Hubungan pelaku usaha dengan konsumen merupakan hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban.********
Apabila telah terjadi kesepakatan atau perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen maka akan melahirkan hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen. Hubungan pelaku usaha dan konsumen akan berlangsung secara terus menerus karena dilandasi pada kebutuhan sehingga memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi. Hubungan ini terjadi karena keduanya saling membutuhkan. Apabila diikuti pola distribusi yang dikenal dalam ilmu manajemen pemasaran, akan diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Produsen --- Konsumen 2. Produsen --- Pengecer --- Konsumen 3. Produsen --- Pedagang Besar --- Pengecer--- Konsumen 4. Produsen -- Agen -- Pedagang Besar -- Pengecer -- Konsumen 5. Produsen --- Agen --- Pengecer --- Konsumen Dari pola-pola distribusi di atas tampak bahwa produk sampai ke tangan konsumen langsung dari produsen-pelaku usaha, yaitu
********https://andiayu.wordpress.com/2010/05/16/hak-dan-kewajiban-pelaku- usaha-terhadap-konsumen/, diakses Minggu, 31 Mei 2015, pukul 18.25
(38)
dengan menjual produk langsung ke rumah konsumen atau konsumen datang ke tempat pelaku usaha. Hal ini biasanya berlaku untuk produk-produk home industry meskipun tidak tertutup kemungkinan dipakai untuk produk perusahaan lainnya. Akan tetapi, yang umum terjadi adalah pola-pola yang memakai pedagang perantara, apakah itu agen, pedagang besar, atau pengecer. Makin jauh jangkauan atau pasar sasaran, makin banyak pihak yang terlibat di dalam peredarannya. Dengan kata lain, produk yang sampai ke tangan konsumen telah melalui proses yang di dalamnya terikat hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen yang saling membutuhkan dan terkait juga dengan pihak yang berbeda, seperti tergambar dalam pola-pola distribusi di atas.††††††††
D. Hak dan Kewajiban antara Pelaku Usaha dengan Konsumen
Dunia usaha harus mampu menghasilkan berbagai barang dan atau jasa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dengan pemastian terhadap mutu, jumlah yang mencukupi, serta keamanan pada pemakaian barang dan atau jasa yang diedarkan ke pasar. Pelaku usaha merupakan salah satu komponen yang turut bertanggung jawab dalam mengusahakan tercapainya kesejahteraan rakyat itu. Maka di dalam berbagai peraturan perundang-undangan dibebankan sejumlah hak dan kewajiban serta hal-hal yang menjadi tanggung jawab pelaku usaha. Dalam kegiatan menjalankan usaha,
(39)
undang-undang memberikan sejumlah hak dan membebankan sejumlah kewajiban dan larangan kepada pelaku usaha. Pengaturan tentang hak, kewajiban, dan larangan itu dimaksudkan untuk menciptakan hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen.‡‡‡‡‡‡‡‡
Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen digunakan istilah pelaku usaha bagi pihak-pihak yang menghasilkan dan memperdagangkan produk, yaitu mereka yang terlibat di dalam penyediaan produk hingga sampai ke tangan konsumen. Yang menjadi hak-hak dari pelaku usaha itu menurut Pasal 6 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut:
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.
Tampak bahwa pokok-pokok hak dari pelaku usaha adalah: a. hak menerima pembayaran, yang berarti pelaku usaha
berhak menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas produk yang dihasilkan dan diserahkannya kepada pembeli.
(40)
b. hak mendapat perlindungan hukum, yang berarti pelaku usaha berhak memperoleh perlindungan hukum jika ada tindakan pihak lain, yaitu konsumen, yang dengan itikad tidak baik menimbulkan kerugian baginya.
c. hak membela diri, yang berarti pelaku usaha berhak membela diri dan membela hak-haknya dalam proses hukum apabila ada pihak lain yang mempersalahkan atau merugikan haknya.
d. hak rehabilitasi, yang berarti pelaku usaha berhak memperoleh rehabilitasi atas nama baiknya atau dipulihkan nama baiknya sebagai pelaku usaha jika karena suatu tuntutan akhirnya terbukti bahwa pelaku usaha ternyata bertindak benar menurut hukum.
Adapun kewajiban pelaku usaha diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah:
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
(41)
f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberikan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian kerugian apabila barang dan/atau barang yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai dengan perjanjian.
Dengan demikian, pokok-pokok kewajiban pelaku usaha adalah:
a. kewajiban beritikad baik, yang berarti pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya wajib melakukannya dengan itikad baik, yaitu secara berhati-hati, mematuhi dengan aturan-aturan, serta dengan penuh tanggung jawab. b. kewajiban memberi informasi, yang berarti pelaku usaha
wajib memberi informasi kepada masyarakat konsumen atas produk dan segala hal sesuai mengenai produk yang dibutuhkan konsumen. Informasi itu adalah informasi yang benar, jelas, dan jujur.
c. kewajiban melayani, yang berarti pelaku usaha wajib memberi pelayanan kepada konsumen secara benar dan jujur serta tidak membeda-bedakan cara ataupun kualitas pelayanan secara diskriminatif.
d. kewajiban memberi kesempatan, yang berarti pelaku usaha wajib memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba produk tertentu sebelum konsumen memutuskan membeli atau tidak membeli, dengan maksud
(42)
agar konsumen memperoleh keyakinan akan kesesuaian produk dengan kebutuhannya.
e. kewajiban memberi kompensasi, yang berarti pelaku usaha wajib memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian kerugian akibat tidak atau kurang bergunanya produk untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya dan karena tidak sesuainya produk yang diterima dengan yang diperjanjikan.§§§§§§§§
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan juga sejumlah hak dan kewajiban konsumen yang mendapat jaminan dan perlindungan hukum. Sebagai pemakai barang dan atau jasa, konsumen memiliki hak dan kewajiban yang sangat penting untuk dapat bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri ketika hak-haknya dilanggar oleh pelaku usaha. Setiap konsumen tidak hanya mempunyai hak yang bisa dituntut dari pelaku usaha, tetapi juga kewajiban yang harus dipenuhi atas diri pelaku usaha. Bob Widyahartono menyebutkan bahwa deklarasi hak konsumen yang dikemukakan oleh John F. Kennedy tanggal 15 Maret 1962, menghasilkan empat hak dasar konsumen yang meliputi hak-hak sebagai berikut:
1. Hak untuk mendapat keamanan (the right to safety);
2. Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed);
§§§§§§§§ Ibid
(43)
3. Hak untuk memilih (the right to choose);
4. Hak untuk didengar (the right to be heard).*********
Di samping hak-hak yang yang dikemukakan oleh John F. Kennedy, Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan juga sejumlah hak-hak konsumen, yaitu:
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
d. hak untuk didengar pendapat dan keluahannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Hak-hak konsumen sebagaimana disebut di atas secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan mengandung pengertian bahwa konsumen berhak mendapatkan produk yang nyaman, aman, dan yang memberi keselamatan. Oleh karena itu, konsumen harus
********* Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta Selatan, Visi Media, 2008, hal. 24
(44)
dilindungi dari segala bahaya yang mengancam kesehatan, jiwa, dan harta bendanya karena memakai atau mengonsumsi suatu produk. Dengan demikian, setiap produk, baik dari segi komposisi bahan, konstruksi, maupun kualitasnya harus diarahkan untuk mempertinggi rasa kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. b. Hak untuk memilih, mengandung pengertian tidak
dikehendakinya prroduk yang dapat mencelakakan dan mencederai konsumen. Karena itu, pelaku usaha wajib mencantumkan label produknya sehingga konsumen dapat mengetahui adanya unsur-unsur yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan dirinya atau menerangkan secara lengkap perihal produknya sehingga konsumen dapat memutuskan apakah produk tersebut cocok baginya.
c. Hak atas informasi yang benar, mengandung pengertian dalam hal berproduksi pelaku usaha diharuskan bertindak jujur dalam memberi informasi sehingga konsumen dapat memilih produk yang terbaik bagi dirinya. Informasi yang diberikan oleh pelaku usaha mengenai produknya diharuskan informasi yang jujur, benar, dan jelas sehingga tidak mengelabui atau membodohi konsumen. Karena itu, pemanfaatan media informasi oleh pelaku usaha, baik
(45)
dengan iklan, dan media lainnya hendaknya dilandasi kejujuran dan niat baik.
d. Hak untuk didengar mengandung pengertian bahwa pelaku usaha seharusnya mendengar keluhan konsumen dan memberikan penyelesaian yang baik apabila setelah mengonsumsi atau menggunakan suatu produk, konsumen merasa dirugikan atau dikecewakan karena ternyata produk yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan informasi yang diterimanya, misalnya kualitas tidak sesuai.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa, dimaksudkan bahwa pelaku usaha berada dalam kedudukan yang lebih kuat, baik secara ekonomis maupun dari segi kekuasaan dibanding dengan konsumen, maka konsumen perlu mendapatkan perlindungan yang secara patut atas hak-haknya. Perlindungan itu dibuat dalam suatu peraturan perundang-undangan serta dilaksanakan dengan baik.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen, yang berarti konsumen berhak mendapatkan bagaimana berkonsumsi yang baik. Pelaku usaha wajib memberi informasi yang benar dan mendidik sehingga konsumen makin dewasa bertindak dalam memenuhi kebutuhannya, bukan sebaliknya mengeksploitasi
(46)
kelemahan-kelemahan konsumen terutama wanita dan anak-anak.
g. Hak untuk diperlakukan secara benar dan jujur, yang berarti dalam memperoleh pelayanan konsumen berhak juga untuk diperlakukan secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif dengan konsumen lainnya, tanpa ada pembeda-bedaan berdasarkan ukuran apapun, misalnya suku, agama, budaya, daerah, daerah asal atau tempat tinggal, pendidikan, status ekonomi, dan status sosial lainnya.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi dan ganti rugi, mengandung pengertian apabila konsumen merasa dirugikan atau dikecewakan karena produk yang dikonsumsi atau digunakan tidak sesuai dengan informasi yang diterimanya, maka konsumen berhak mendapatkan penggantian atas kerugian yang dideritanya setelah mengonsumsi produk tersebut atau jika produk tidak sesuai.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, yang berarti konsumen berhak mendapatkan hak-hak lainnya sesuai dengan kedudukannya sebagai konsumen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan ini membuka kemungkinan berkembangnya pemikiran tentang
(47)
hak-hak baru dari konsumen di masa yang akan datang, sesuai dengan perkembangan zaman.†††††††††
Setiap konsumen tidak hanya mempunyai hak yang bisa dituntut dari pelaku usaha, tetapi juga kewajiban yang harus dipenuhi atas diri pelaku usaha. Kewajiban tersebut tertuang dalam pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 adalah:
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
Konsumen tentunya harus dapat benar-benar mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dengan tidak diam saja saat hak-hak-hak-hak konsumen sudah jelas dilanggar. Hak-hak tersebut pun telah dilindungi oleh negara dengan adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sehingga tidak terjadi hal-hal yang senantiasa merugikan konsumen dan terjalin hubungan yang baik dengan pelaku usaha dimana masing-masing pihak dapat saling menghormati hak dan kewajibannya. Hak dari konsumen merupakan kewajiban pelaku usaha, begitu juga sebaliknya, kewajiban konsumen merupakan hak dari pelaku usaha.‡‡‡‡‡‡‡‡‡
ΏΏΏΏΏΏΏΏΏJanus Sidabalok, Op. Cit., hal. 33-35
(48)
E. Tanggung Jawab Produk Pelaku Usaha Terhadap Konsumen
Produk menjadi unsur penting dalam kegiatan jual beli sebab inilah yang ditawarkan pelaku usaha kepada konsumen. Dalam pengertian luas, produk ialah segala barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu proses sehingga produk berkaitan erat dengan teknologi. Pemakaian teknologi yang makin baik, di satu sisi memungkinkan pelaku usaha mampu membuat produk beraneka macam jenis, bentuk, kegunaan, maupun kualitasnya sehingga pemenuhan kebutuhan konsumen dapat terpenuhi lebih luas, lengkap, cepat dan menjangkau bagian terbesar lapisan masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan teknologi memungkinkan dihasilkannya produk yang tidak sesuai dengan persyaratan keamanan dan keselamatan pemakai sehingga menimbulkan kerugian kepada konsumen. Untuk itu pelaku usaha harus memperhatikan beberapa hal mengenai produk, seperti kualitas atau mutu, serta harga dimulai dari bahan baku, biaya produksi, sampai pada keuntungan yang diharapkan.§§§§§§§§§
Secara historis, tanggung jawab produk lahir karena ada ketidakseimbangan tanggung jawab antara pelaku usaha dan konsumen. Namun, pihak konsumenlah yang dituntut untuk bersikap waspada dan hati-hati dalam membeli suatu produk demi keselamatan dirinya. Tanggung jawab produk adalah tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk
(49)
(producer, manufacture) atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk (processor, assembler) atau dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan (seller, distributor) produk tersebut. Menurut Johannes Gunawan, tujuan utama dari tanggung jawab produk adalah:
1. memberi perlindungan kepada konsumen (consumer protection);
2. agar terdapat pembebanan risiko yang adil antara pelaku usaha dan konsumen (a fair apportionment of risks between producers and consumers).**********
Persoalan hukumnya di sini adalah produk yang diedarkan harus aman, tidak mengganggu atau merugikan konsumennya. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan adalah salah satu hak konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Adapun mengenai ciri-ciri dari tanggung jawab produk dengan mengambil pengalaman dari masyarakat Eropa dan terutama Negeri Belanda, dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut:††††††††††
1. Yang dapat dikualifikasikan sebagai pelaku usaha adalah
a. pembuat produk jadi (finished product); b. penghasil bahan baku;
**********Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal. 99
(50)
c. pembuat suku cadang;
d. setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai pelaku usaha dengan jalan mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu; e. importir suatu produk dengan maksud untuk
diperjualbelikan, disewakan, disewagunakan (leasing) atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan;
f. pemasok (supplier), dalam hal identitas dari pelaku usaha atau importir tidak dapat ditentukan.
2. Yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen adalah konsumen akhir (end consumer atau ultimate consumers);
3. Yang dapat dikualifikasikan sebagai produk adalah benda bergerak, sekalipun benda bergerak tersebut telah menjadi komponen atau bagian dari benda bergerak atau benda tetap lain, listrik, dengan pengecualian produk-produk pertanian dan perburuan; 4. Yang dapat dikualifikasikan sebagai kerugian adalah
(51)
dan kerugian pada harta benda, selain dari produk yang bersangkutan;
5. Produk dikualifikasi sebagai mengandung kerusakan apabila produk itu tidak memenuhi keamanan (safety) yang dapat diharapkan oleh seseorang dengan mempertimbangkan semua aspek, antara lain:
a. penampilan produk (the presentation of the product);
b. maksud penggunaan produk (intended use of the product);
c. saat ketika produk ditempatkan di pasaran (the time when the product was put into circulation).
Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat atau rusak sehingga menyebabkan kerugian bagi pihak konsumen, baik kerugian badaniah, kematian atau harta benda. Menurut Emma Suratman, produk cacat adalah setiap produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang. Dari batasan ini terlihat bahwa pihak yang terutama bertanggung jawab adalah pelaku usaha pembuat produk tersebut, tanpa kesalahan dari pihaknya.
(52)
Sesuatu produk dapat disebut cacat atau tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya karena:
1. cacat produk atau manufaktur; 2. cacat desain;
3. cacat peringatan atau cacat instruksi.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Berdasarkan sistem hukum yang ada, kedudukan konsumen sangat lemah dibanding pelaku usaha. Salah satu usaha untuk melindungi dan meningkatkan kedudukan konsumen adalah dengan menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) dalam hukum tentang tanggung jawab pelaku usaha. Tanggung jawab mutlak (strict liability) adalah pelaku usaha dianggap bersalah, konsekuensinya ia harus bertanggung jawab (liable) untuk memberi ganti rugi secara langsung kepada pihak konsumen yang menderita kerugian. Meskipun berlaku tanggung jawab produk yang bersifat mutlak, pelaku usaha dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya, baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Hal-hal yang dapat membebaskan tanggung jawab pelaku usaha tersebut adalah:
1. jika pelaku usaha tidak mengedarkan produknya (put into circulation);
2. cacat yang menyebabkan kerugian tersebut tidak ada pada saat produk diedarkan oleh pelaku usaha, atau terjadinya cacat tersebut baru timbul kemudian;
ΐΐΐΐΐΐΐΐΐΐIbid., hal. 103
(53)
3. bahwa produk tersebut tidak dibuat oleh pelaku usaha baik untuk dijual atau diedarkan untuk tujuan ekonomis maupun dibuat atau diedarkan dalam rangka bisnis;
4. bahwa terjadinya cacat pada produk tersebut akibat keharusan memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah; 5. bahwa secara ilmiah dan teknis (state of scientic and
technical know ledge, state of art defense) pada saat produk tersebut diedarkan tidak mungkin terjadi cacat.§§§§§§§§§§
Dengan demikian, tanggung jawab produk berkaitan dengan kerugian, baik kerugian materiil maupun imateriil yang diderita konsumen akibat memakai atau mengonsumsi produk yang cacat yang dihasilkan dan atau diperdagangkan pelaku usaha. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab produk dan perlindungan konsumen merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tetapi hanya dapat dibedakan, dimana tanggung jawab produk merupakan sebagian dari cakupan pengertian perlindungan konsumen.***********
§§§§§§§§§§Ibid., hal. 106
(54)
BAB III
ASPEK HUKUM TRANSAKSI E-COMMERCE ANTARA PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN
A. Sejarah E-Commerce
Lahir dan berkembangnya hukum teknologi informasi telah
didorong dengan adanya konvergensi antara teknologi
telekomunikasi dan informatika dan salah satunya adalah mendorong lahirnya suatu alternatif bagi penyelenggara kegiatan bisnis yang dikenal dengan perdagangan melalui elektronik atau electronic commerce. E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994, pada saat pertama kali banner elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan disuatu halaman web. Pada pertengahan tahun 1990an e-commerce mulai digunakan dalam perdagangan internasional dimulai di Amerika Serikat yang mengembangkan
global electronic commerce dan melalui Departemen Perdagangan mulai menjalin hubungan dengan negara-negara di Uni Eropa dan Asia sehingga pertumbuhan e-commerce dalam perdagangan internasional mencapai pertumbuhan yang pesat.†††††††††††
Perkembangan Teknologi Informasi telah berhasil
menciptakan infrastruktur informasi baru. Internet memiliki beberapa
(55)
daya tarik dan keunggulan bagi para konsumen maupun organisasi, misalnya dalam hal kenyamanan, kecepatan data, akses 24 jam sehari, efisiensi, alternatif ruang dan pilihan yang tanpa batas, personalisasi, sumber informasi dan teknologi yang potensial dan lain lainnya. Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, telah menciptakan jenis-jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru dimana transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronik. Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti misalnya melakukan jual beli. Perkembangan internet memang cepat dan memberi pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Di Indonesia, fenomena e-commerce ini sudah dikenal sejak tahun 1996 dengan munculmya situs http://www.sanur.com/ sebagai toko buku online pertama. Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 tersebut mulai bermunculan berbagai situs yang melakukan e-commerce. Sepanjang tahun 1997-1998 eksistensi e-commerce di Indonesia sedikit terabaikan karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga saat ini kembali menjadi fenomena yang menarik perhatian meski tetap terbatas pada minoritas masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi. E-commerce dapat dipahami sebagai kegiatan transaksi perdagangan baik barang dan jasa melalui media
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=art icle&id=11&Itemid=11, diakses Selasa, 31 Maret 2015 pukul 12.30
(56)
elektronik yang memberikan kemudahan didalam kegiatan bertransaksi konsumen di internet. Adapun keuntungan utama yang didapat dengan menggunakan teknologi ini adalah open platform
yang tidak tergantung kepada satu vendor tertentu, sehingga sistem e-commerce tersebut dapat dikembangkan dengan cepat tanpa terikat dengan satu vendor tertentu. Walapun hingga saat ini belum ada defenisi baku dari e-commerce, beberapa mengatakan bahwa e-commerce adalah website yang digunakan untuk berdagang semacam storefront, di lain pihak ada yang menghubungkan e-commerce
dengan EDI (Electronik Data Interchange) dan seterusnya.§§§§§§§§§§§ Berikut beberapa model bisnis e-commerce:
1. Brokerage
a. Membawa pembeli dan penjual pada satu tempat yang sama dan menjadi fasilitator transaksi.
b. Model penghasilannya terutama dari biaya persen per transaksi yang terjadi.
2. Advertising
a. Merupakan pengembangan dari model broadcasting
(penyiaran) tradisional.
b. Dalam hal ini yang menjadi broadcaster (penyiar) adalah situs web yang menyediakan content (isi) dan services (layanan) dikombinasikan dengan advertising message (iklan) yang terletak di banner.
§§§§§§§§§§§http://research.amikom.ac.id/index.php/KIM/article/view/4508, diakses Selasa, 31 Maret 2015, pukul 12.55
(57)
c. Model penghasilannya terutama dari biaya pemasangan banner.
d. Model ini hanya bisa berjalan apabila traffic dari situs
web broadcaster (penyiar) cukup besar atau sering dikunjungi.
3. Infomediary
a. Data mengenai pembeli dan kebiasaan membeli mereka sangat penting. Data tersebut kemudian digunakan sebagai analisis.
b. Hasil analisis tersebut dijual ke pihak ketiga yang memerlukan.
4. Merchant
a. Model bisnis ini merupakan bentuk elektronik dari penjualan barang secara grosir maupun eceran (retail). b. Penjualan bisa melalui harga yang ada maupun
melalui lelang. 5. Manufaktur
a. Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin, manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Manufaktur, dalam arti yang paling luas, adalah proses mengubah bahan baku menjadi produk. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, tenaga kerja, dan suatu medium proses
(58)
untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual.
b. Perusahaan brick and mortar, yang sudah mempunyai basis industri sendiri, membuat web untuk beberapa tujuan:
Memperpendek rantai distribusi produk dengan akses langsung ke pemakai.
Meningkatkan pelayanan dan mengetahui kebutuhan pelanggan secara langsung.
6. Afiliasi
a. Afiliasi merupakan cara menghasilkan uang dengan menjual produk dari perusahaan atau lembaga pemilik produk (affiliate merchant) dengan bergabung menjadi pemasar produk (affliate marketers) dan atau hanya dibayar setelah produk terjual.
b. Model bisnis yang memungkinkan afiliasi antar situs web e-commerce untuk melakukan promosi/penjulan di internet.
7. Komunitas
Berbasiskan pada kepuasan pengunjung situs, pada beberapa kasus, pengunjung merupakan penyumbang isi dan pendapatan dari situs web tersebut.
(59)
Pengunjung membayarkan sejumlah uang pada saat akan mengakses situs tersebut. Isi situs tersebut merupakan informasi yang bernilai tinggi. Pengunjung dikenakan biaya berdasarkan banyaknya fasilitas yang diakses pada situs web tersebut. Umumnya, situs web untuk payment gateway kartu kredit.
E-commerce dapat menjadi suatu bisnis yang menjanjikan di Indonesia. Hal ini tak lepas dari potensi berupa jumlah masyarakat yang besar dan adanya jarak fisik yang jauh sehingga e-commerce
dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Namun, daya beli masyarakat yang masih rendah dan infrastruktur telekomunikasi yang tidak merata di daerah-daerah lainnya membuat e-commerce tidak begitu populer. Hal ini tak lepas dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang hanya sekitar 8 juta orang dari 215 juta penduduk. Selain itu, e-commerce juga belum banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Meskipun relatif banyak perusahaan-perusahaan yang sudah memasang homepage, hanya sedikit yang memfungsikannya sebagai sarana perniagaan atau perdagangan online. Sebagian besar
homepage itu lebih difungsikan sebagai media informasi dan pengenalan produk. Pada akhirnya, perkembangan teknologi dan peningkatan pengguna internet di Indonesia akan membuat e-commerce menjadi suatu bisnis yang menjanjikan.************
************http://unpas.ac.id/perkembangan-e-commerce-di-indonesia/, diakses Selasa, 31 Maret 2015, pukul 13.00
(60)
Maka dalam konteks ini aspek hukum yang melekat dari mekanisme e-commerce adalah berinteraksi dengan aplikasi jaringan internet yang digunakan oleh pihak yang melakukan transaksi melalui sistem e-commerce yang di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.††††††††††††
B. Pengertian dan Pengaturan Transaksi E-Commerce
Perdagangan elektronik atau e-commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www (world wide web), atau jaringan komputer lainnya. E-commerce dapat melibatkan data elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang definisi e-commerce karena masing-masing pihak memberikan suatu definisi yang berbeda-beda, hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi yang selalu berkembang sehingga definisi e-commerce akan mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Akan tetapi, dalam perkembangan praktek e-commerce merupakan kegiatan yang meliputi tukar menukar informasi (information sharing), iklan
ΏΏΏΏΏΏΏΏΏΏΏΏCandra Ahmadi, E-Business & E-Commerce, Yogyakarta, CV Andi Off
set, 2013, hal. 7
ΐΐΐΐΐΐΐΐΐΐΐΐTata Sutabri, Konsep Sistem Informasi, Yogyakarta, CV Andi Offset,
(1)
masing pihak sehingga proses transaksinya dapat berjalan lancar dan tidak ada satu pihak pun yang merasa dirugikan. 3. Terhadap tanggung jawab yang diberikan oleh AUTO 2000
Medan dalam memberikan informasi produk dalam transaksi e-commerce harusnya dapat lebih jelas dan pasti, karena apabila pihak AUTO 2000 tidak memberikan informasi yang tepat maka dapat merugikan perusahaan dan mengakibatkan hilangnya kepercayaan konsumen. Untuk itu kiranya AUTO 2000 dapat lebih memperhatikan pemberian informasi yang diberikan, baik itu melalui website, maupun media lainnya dalam mempromosikan produknya.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Adolf, Huala. 2013, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta.
Ahmadi, Candra. 2013, E-Business & E-Commerce, CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Badrulzaman, Mariam Darus. 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya, Bandung.
Cakrawala, Andi Julia. 2015, Penerapan Konsep Hukum Arbitrase
Online di Indonesia, Rangkang Education, Yogyakarta.
Dewi, Shinta. 2009, Cyber Law I, Widya Padjajaran, Bandung.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2014, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta.
Laudon, Kenneth C. dan Jane P. Laudon. 2012, Sistem Informasi
Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.
Makarim, Edmon. 2004, Kompilasi Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2004, Hukum Perlindungan
Konsumen, RajaGrafindo, Jakarta.
Miru, Ahmadi. 2013, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
(3)
Morissan. 2010, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group, Jakarta.
N. H. T, Siahaan. 2005, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen
dan Tanggung Jawab Produk, Pantai Rei, Jakarta.
Nasution, A. Z. 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu
Pengantar, Diadit Media, Jakarta.
2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Jakarta.
Sarwono, Jonathan dan Tutty Martadiredja. 2008, Teori E-Commerce:
Kunci Sukses Perdagangan di Internet, Gava Media,
Yogyakarta.
Sidabalok, Janus. 2014, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Soekanto, Soerjono. 2012, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Soelaeman, Henni T. 2014, Rahasia Reputasi Toyota Indonesia Peran
CEO Sebagai Ujung Tombak Perubahan, Infometro
Mediatama, Jakarta.
Susanto, Happy. 2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visi Media, Jakarta.
Sutabri, Tata. 2012, Konsep Sistem Informasi, CV. Andi Offset, Yogyakarta.
(4)
B. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
C. Website
http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=11:e-commerce&catid=1:perdata&Itemid=58
http://ecommerce-id.blogspot.com/
http://kiteklik.blogspot.com/2010/10/permasalahan-hukum-ecommerce- di.html
http://www.academia.edu/7546991/Perlindungan_Konsumen_Melalui_ Transaksi_E-Commerce
http://ardhianrama89.blogspot.com/p/e-commerce-bagi-pengguna- bisnis.html?m=1
http://www.kamarusaha.com/artikel-macam-macam-usaha-kecil-yang- sukses/
http://www.wibowotunardy.com/pengertian-pelaku-usaha-menurut-uu- pk/
(5)
http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-konsumen- menurut-para-ahli/
http://ekakeropooh.blogspot.com/2012/10/pengertian-konsumen-ciri- ciri-konsumen.html
http://feezha.blog.uns.ac.id/2010/03/25/perlindungan-hukum-terhadap- konsumen-yang-menderita-kerugian-dalam-transaksi- properti-menurut-undang-undang-perlindungan-konsumen-studi-pada-pengembang-perumahan-pt-fajar-bangun- raharja-surakarta-h/
https://andiayu.wordpress.com/2010/05/16/hakdankewajiban-pelaku- usaha-terhadap-konsumen/
http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=11&Itemid=11
http://research.amikom.ac.id/index.php/KIM/article/view/4508
http://unpas.ac.id/perkembangan-e-commerce-di-indonesia/
http://www.pajak.go.id/content/e-commerce-tentukan-masa-depan- perdagangan-indonesia
https://mhs.blog.ui.ac.id/hari.wibawa/2010/10/28/perkembangan- manfaat-dan-kelemahan-e-commerce/
http://bungasitianessya.blogspot.com/2010/06/keunggulan-e- commerce-dibanding-dengan.html
(6)
http://blog.lazada.co.id/lazada-co-id-perkembangan-pesat-trend-e- commerce-di-indonesia/
http://www.inginbisnis.com/tipsbisnis/pentingnya-informasi-dalam- bisnis-online
www.auto2000.co.id