Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

B. Rumusan Masalah

▲ e ▼ da ◆ ❖ ▼ kan la P a ▼ belakang ◗ ang P elah dikem ❘❙ ❖ kan ❚ ❯ aka ▼ ❘❯ ❘ ◆ ❖ n ma ◆ ❖ lah pada peneli P ian ini adalah ◆ ❱ bagai be ▼ ik ❘ P ❲ ▲ agaimana efek P i ❳ ❨P a ◆ model pembelaja ▼ an ❩ ❬ ❭ ❪❫❴ ❵ ❛ ❭ ❫❜❝❞ ❡ pada ma P e ▼ i pokok ke ◆ ❱ P imbangan kimia ❘ ❢ P❘❙ ❯ eningka P kan ke P e ▼ ampilan be ▼ piki ▼ k ▼ i P i ◆ ◆ ❨ ◆ ❣ a ❤

C. Tujuan Penelitian

▲ erd ❖ ◆ ❖ rk ❖ n ru m ❘ ◆ ❖ n m ❖◆ ❖ l ❖ h y ❖ n g tel ❖ h d ik em u k ❖ ❙ ❖ ❢ ❚ ❯❖ ❙ ❖ tu j ❘ ❖ n p en eliti ❖ n in i ❖ ✐ ❖ l ❖ h u n tu k men d esk rip sik ❖ n p em b el ❖ j ❖ r ❖ n ❩ ❬ ❭ ❪ ❫❴ ❵ ❛ ❭ ❫❜❝❞ ❡ y ❖ n g efek tif ✐ ❖ l ❖ m m en in g k ❖ t ❙ ❖ n k eter ❖ m p il ❖ n b erp ik ir k ritis sisw ❖

D. Manfaat Penelitian

❥ ❖ sil p en eliti ❖ n in i d i ❦ ❖ r ❖ ❧ ❙ ❖ n ✐ ❖ p ❖ t b erm ❖ n f ❖❖ t ♠ ❖ g i b er ♠ ❖ ♥ ❖ i p i ❦ ❖ k y ❖ itu ❲ ♦♣ q isw ❖ r en g ❖ n d iter ❖ ❧ ❙ ❖ n n y ❖ m o d el ❩ ❬ ❭ ❪ ❫❴ ❵ ❛ ❭ ❫❜❝❞ ❡ ✐ ❖ l ❖ m k eg i ❖ t ❖ n b el ❖ j ❖ r m en g s ❖ j ❖ r m ❖ ❙ ❖ ❖ ❙ ❖ n m en in g k ❖ t ❙ ❖ n k em ❖ m ❧ ❘❖ n b erp ik ir sisw ❖ ❙ ❖ ren ❖ sisw ❖ b el ❖ j ❖ r b er ✐ ❖ ◆ ❖ r ❙ ❖ n m ❖ s ❖ l ❖ h ✐ ❖ n tem ❘ ❖ n n y ❖ sen d iri ♣ t♣ ✉ u ru ✈✇✐ ❱ l ❩ ❬ ❭ ❪ ❫❴ ❵ ❛ ❭ ❫❜❝❞ ❡ m er ❘ ❧ ❖ ❙ ❖ n s ❖ l ❖ h ◆ ❖ tu ❖ lter ❢ ❖ tif m o d el p em b el ❖ j ❖ r ❖ n y ❖ n g in o v ❖ tif ❚ ❙▼ e ❖ tif ❚ ✐ ❖ n p ro d u k tif ♠ ❖ g i g u r ❘ ♣ ① ♣ q ek o l ❖ h ② en er ❖ ❧ ❖ n m o d el ❩ ❬ ❭ ❪❫❴ ❵ ❛ ❭ ❫❜❝❞ ❡ ✐ ❖ l ❖ m p em b el ❖ j ❖ r ❖ n m eru p ❖ ❙ ❖ n ❖ lter ❢ ❖ tif u n tu k m en in g ❙ ❖ t ❙ ❖ n m u tu p em b el ❖ j ❖ r ❖ n k im i ❖ d i sek o l ❖ h ♣ ③

E. Ruang Lingkup Penelitian

④ n ⑤⑥ ⑦ ⑧ enghinda ⑨ i penaf ⑩ ❶⑨ an ❷ ang be ⑨ beda ❸ beda ⑤ e ⑨ hadap i ⑩ ⑤ ilah ❷ ang dig ⑥ ❹❺❸ kan ❻ ⑧ aka pe ⑨ l ⑥ ❼ ❶ kembangkan bebe ⑨ apa i ⑩ ⑤ ilah ⑩ ❽ bagai be ⑨ ik ⑥ ⑤ ❾ ❿➀ ➁➂ ❼ ❽ l ➃➄ ➅➆ ➇➈➉ ➊ ➅ ➇ ➋➌➍ ➎ ❷ ang dig ⑥ ❹ akan pada peneli ⑤ ian ini adalah model ➃ ➄ ➅ ➆ ➇➈➉ ➊ ➅➇ ➋➌➍ ➎ men ⑥⑨⑥ ⑤ ➏ epdikna ⑩ ➐ ➑ ➑➒ y ❺❶ tu p r ➂ ⑩ ❽ s m ❽ n t ❺ ➓ ❼ ❺ n ❶ n t ❽➓❽ ⑦ - t ⑥❺ ➓ ❼ ❺ ➓ ❺ m m ❽ ❹ ❽ m ⑥ ⑦❺ n s ⑥ ❺ tu m ❺⑩ ❺ ➓ ❺➔ ❼ ❺ n m ❽ m ❽ →❺➔ ⑦ ❺ n n y ❺ ➣ ❽ r ❼ ❺ s ❺ r ⑦ ❺ n ❼ ❺ t ❺ ❼ ❺ n ❶ ❹ ↔ o r m ❺⑩ ❶ y ❺ n ↕ ❺ ⑦⑥ r ❺ t, ⑩ ❽ ➔❶ ❹ ↕↕ ❺ ❼ ❺ ➙ ❺ t ❼ ❶❺ m ➣ ❶ ➓ ⑦ ❽ ⑩ ❶ m ➙ ⑥ ➓ ❺ n y ❺ n ↕ t ❽➙ ❺ t ❼ ❺ n → ❽ rm ❺ t . ➛ ❺ n ↕ ⑦❺➔ - ➓ ❺ n ↕ ⑦❺➔ ⑧ ➂ ❼ ❽➓ p r ➂ ➣ ➓❽ m ⑩ ➂ ➓ ➜❶ ❹ ↕ ⑧ ❽ n u ru t ➏ epdikna ⑩ ➐ ➑ ➑➒ ❺ ❼ ❺ ➓ ❺➔ ❺ ❺ ❼ ❺ m ❺⑩ ❺ ➓ ❺➔ y ❺ ❹ ↕ ❼ ❶ ➣ ❽ r ❶ ⑦ ❺ n , ➣ m ❽ ❹→❺ r ❶ ❼ ❺ t ❺ ❺ t ❺ u ⑦ ❽ t ❽ r ❺ n ↕ ❺ n y ❺ ❹ ↕ ❼ ❺ ➙ ❺ t ❼ ❶ ↕ u n ❺ ⑦❺ n u n t ⑥ ⑦ ⑧ ❽ n y ❽ ➓❽ ⑩ ❺❶ ⑦❺ n m ❺⑩ ❺ ➓ ❺➔ ❻ → m ❽ ❹ ❽ t ❺ ➙ ⑦❺ n ➝ ❺ w ❺ ➣❺ n ⑩ ❽ m ❽ n t ❺ r ❺ ❼ ❺ r ❶ m ❺⑩ ❺ ➓ ❺ ➔ ⑤ ❽ r ⑩ ❽ ➣ ⑥ ⑤ , ❼ m ❽ n ↕ ⑥ ➝ ❶ ⑦ ❽ ➣ ❽ ❹❺ r ❺ n ➝ ❺ w ❺ ➣❺ n s ❽ m ❽ n t ❺ r ❺ t ❽ r ⑩ ❽ ➣⑥⑤ , ❼ ❺ n ❽ m ❽ n ❺ r ❶ ⑦ ⑦ ❽ ⑩ ❶ m ➙ ⑥ ➓ ❺ n ➐ ➀ ➞ ❶ sw ❺ y ❺ n ↕ m ❽ ❹➝ ❺ ❼ ❶ ⑩ ⑥ ➣ ➝ ❽ ⑦ ❼ ❺ ➓ ❺ m ➙ ❽ n ❽➓ ❶ t ❶❺ n ❶ ❹ ❶ ❺ ❼ ❺ ➓ ❺➔ ⑩ ❶ sw ❺ ⑦ ❽➓ ❺ s ➟➠ ➠ ➡➢ ➤ ❼ ❺ n ➟➠ ➠ ➡➢ ➥ ➞ ➁ ➢ ➦ ❽↕ ❽ r ❶ ➧ ➨❺ ❹ ❼ ❺ r ➛ ❺ m p u n ↕ ➩ ah ⑥ ❹ ➡ elaja ⑨ an ➐ ➑ ❿ ❿➫ ➐ ➑ ❿ ➐ ➭ ➀ ➯ e ⑤ e ⑨ ampilan be ⑨ piki ⑨ k ⑨ i ⑤ i ⑩ ❷ ang di ⑤ eli ⑤ i adalah ke ⑤ e ⑨ ampilan be ⑨ piki ⑨ k ⑨ i ⑤ i ⑩ men ⑥ ⑨⑥ ⑤ ➲ ❹ ❹ ❶⑩ ❿ ➧ ➒➤ y ❺❶ tu ❺ m ❽ m ➣ ❽ r ❶ ⑦ ❺ n p ❽ ❹➝ ❽➓ ❺⑩ ❺ n ⑩ ❽❼ ❽ r ➔❺ ❹❺ ❼ ❽ n ↕ ❺ n ❶❹ ❼ ❶ ⑦❺ to r ➣ ❽ rt ❺ n y ❺ ❼ ❺ n m ❽ ❹ ➝ ❺ w ❺ ➣ ➙ ❽ rt ❺ n y ❺❺ n y ❺ n ↕ ➣ ❽ r ↔ ➂ ⑦ ⑥ ⑩ ➙ ❺ ❼ ❺ ⑩ ⑥ ➣ ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦❺ to r m ❽ ❹ ↕ ❺ ➙ ❺ , ➣ m ❽ m ➣ ❺ n ↕ u n ⑦ ❽ t ❽ r ❺ m ➙ ❶ ➓ ❺ n ❼ ❺ s ❺ r ❼ ❽ n ↕ ❺ n ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦❺ to r m ❽ m ➙ ❽ rt ❶ m - ➣ ❺ ❹ ↕ ⑦ ❺ n ❺ p ❺ ⑦ ❺➔ ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦❺ to r su m ➣ ❽ r ❼ ❺ ➙ ❺ t ❼ ❶ ➙❽ r →❺ y ❺ ❺ t ❺ u t ❶ ❼ ❺ ⑦ y ❺ n ↕ ➣ ❽ r ↔ ➂ ⑦ ⑥ s ➙ ❺ ❼ ❺ ⑩ ⑥ ➣ ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦ ❺ to r ⑦ ❽ m ❺ m ➙ ⑥❺ n u n t ⑥ ⑦ ⑧ ❽ m ➣ ❽ r ❶ ⑦ ❺ n ❺ ➓ ❺⑩ ❺ n , → m ❽ n y ❶ m ➙ ⑥ ➓ ⑦❺ n ❼❽ ❹ ↕ ❺ n ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦ ❺ to r m ❽ n ↕ ❶ n ❼ ⑥ ⑦ ⑩ ❶ ❼ ❺ n m ❽ m ➙ ❽ r t ❶ m ➣❺ n ↕ ⑦❺ n ➔ ❺⑩ ❶ ➓ ❶ n ❼ ⑥ ⑦ ⑩ ❶ y ❺ n ↕ ➣ ❽ r ↔ ➂ ⑦ ⑥ ⑩ ➙ ❺ ❼ ❺ ⑩ ⑥ ➣❶ ❹ ❼ ❶ ⑦ ❺ to r m ❽ ❹ ↕ ❽ m ⑥ ⑦❺ ⑦ ❺ n ➔❶ p o t ❽ ⑩ ❶ s , ❼ m ❽ m ➣ ❽ r ❶ ⑦❺ n ➙ ❽ n - ➝ ❽➓ ❺⑩ ❺ n ➓ ❺ ❹ ➝ u t ❼ ❽ n ↕ ❺ n ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦ ❺ to r m ❽ ❹ ❼❽ ↔ ❶ ❹ ❶⑩ ❶ ⑦ ❺ n ❶ st ❶ ➓ ❺➔ ❼ ❺ n m ❽ m ➙ ❽ r t ❶ m ➣❺ n ↕ ⑦❺ n ⑩ ⑥ ❺ tu ❼ ❽ ↔ ❶ ❹ ❶⑩ ❶ y ❺ n ↕ ➣ ❽ r ↔ o ⑦ ⑥ ⑩ ➙ ❺ ❼ ❺ ⑩ ⑥ ➣ ❶ ❹ ❼ ❶ ⑦ ❺ to r m ❽ m ➣⑥❺ t ➣ ❽ nt ⑥ ⑦ ❼❽ ↔ ❶ ❹❶⑩ ❶ ➳ ➵ o n t ➸ ➺ ➻➼ n n o n ➵ o n t ➸ ➺ , ➻➼ n ➽ m ➽ n ➾➼ tu r t ➼ ➚➪➶➚ ➻➼ n str ➼ t ➽➾ ➶ ➻ ➽ n ➾➼ n ➶ ➹ ➻ ➶ ➚➼ to r m ➽ ➹ ➽ n t ➘ ➚ ➼ n ➴ ➘ ➼ tu t ➶ ➹➻➼ ➚➼ n y ➼ n ➾ ➷ ➽ r ➬ ➸ ➚ ➘ ➴ ➮ ➼ ➻➼ ➴ ➘➷ ➶ ➹ ➻ ➶ ➚➼ to r m ➽ ➹➻➽ ➬ ➶ ➹➶ ➴ ➶ ➚➼ n m ➼ ➴ ➼ ➱ ➼ ➺ ✃❐ ❒ ➼ t ➽ r ➶ ➮ ➽ m ➷ ➽ ➱ ➼ ❮ ➼ r ➼ n y ➼ n ➾ ➻➶ ➷ ➽ r ➶ ➚➼ n ➼ ➻➼ ➱ ➼ ➺ ➚ ➽ ➴ ➽ t ➶ m ➷ ➼ ➹ ➾ ➼ n ➚➶ m ➶➼ ➻➽ n ➾➼ n m ➼ t ➽ r ➶ ➮ ➸ ➚➸ ➚ ➚ ➸ ➹ ➴ ➽ p ➚ ➽ s ➽ t ➶ m ➷ ➼ ➹➾➼ n ➻ ➶ ➹➼ m ➶ s, t ➽ t ➼ ➮ ➼ n ➚➽ ➴ ➽ t ➶ m ➷ ➼ n ➾➼ n ➻ ➼ n st ➸➶ ➚➶ o m ➽ tr ➶ ➚ ➽ ➴ ➽ t ➶ m ➷ ➼ ➹ ➾ ➼ n ➚➶ m ➶➼ ➴ ➽ rt ➼ ➮ ➽ r ➾➽ ➴ ➽ r ➼ n ➚➽ ➴ ➽ t ➶ m ➷ ➼ ➹ ➾ ➼ n ➼ ➴ ➼ s ❰ ➽ Ï ha ➪ elie Ð Ñ ❐ ❒ ➽ n u r u t Ò u r ➼ ➽ ➹ ➶ ➻ ➚➚ Ó ÔÕ Ô , m ➸ ➻ ➽ ➱ ➮ ➽ m ➷ ➽ ➱ ➼ ❮ ➼ r ➼ n ➻➶ ➚ ➼ t ➼ ➚➼ n ➽ ➬ ➽ ➚ ➪➶ ➬ m ➽ ➹➶ ➹➾ - ➚ ➼ t ➚➼ n ➺➼ ➴ ➶ ➱ ➷ ➽ ➱ ➼ ❮ ➼ r ➴ ➶ sw ➼ ➼ ➮ ➼ ➷ ➶ ➱ ➼ ➴ ➽➵➼ r ➼ st ➼ t ➶ st ➶ ➚ ➺ ➼ ➴ ➶ ➱ ➷ ➽ ➱ ➼ ❮ ➼ r ➴ ➶ sw ➼ m ➽ n u n - ❮➘ ➚ ➚ ➼ n ➮ ➽ r ➷ ➽ ➻➼➼ n y ➼ n ➾ ➴ ➶➾ ➹➶ ➬ ➶ ➚ ➼ n ➼ n t ➼ r ➼ ➮ ➽ m ➼ ➺➼ m ➼ n ➼ w ➼ ➱ ➻➽ n ➾➼ n ➮ ➽ m ➼ ➺ ➼ m - ➼ n ➴ ➽ t ➽ ➱ ➼ ➺ ➮ ➽ m ➷ ➽ ➱ ➼ ❮ ➼ r ➼ n ➻ ➶ t ➘ ➹ ❮➘ ➚➚➼ n ➻ ➽ ➹➾➼ n ➾➼➶ n y ➼ n ➾ ➴ ➶➾ ➹➶ ➬ ➶ ➚ ➼ n . Ö Ö × Ø Ö ÙÚ ÛÜÛ Ù Ý Ü Þ ØÛß Û Û × Ýà m áà l â ãâ r â ä ß o n str u k tivis m à åæçè éè ê ëì ç íîïð æ é ñ æ î ò óô õô d alam ö ï çç æç÷ å è ð ê ïñï ÷ òï ç ø æ ùï éúû ç ï ü ý è þ ÿ ÿ ó m en y atak an b ah w a ✁ ì ç ð êé è ù ê û ✂ ûð ✄ æ ✄ æé è ☎ ïù ï ç ð ïîï ü ð ï ê è ïîû é ï ç ñûîð ïñï ê ☎ æç ✆ æê ï ü è ï ç ý ï ç ✆ ✄ æçæùï çùï ç ✝ ï üúï ☎ æç ✆ æê ï üèï ç ù û ê ï ✄ æéè ☎ ïùï ç üïð ûî ù ì ç ð ✞ êéèù ð û b en tu k an k ita sen d iri . Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat di- transfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mem- punyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya Triyanto, 2007. Menurut Von Glaserfeld 1989 dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 2001, agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan: 1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga- laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding- kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan- nya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengeta- huannya. 3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain selective conscience. Melalui suka dan tidak suka inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya. Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan memba- ngun pengetahuan dan pemahaman. Menurut Piaget dalam Rita L. Atkinson 1991 bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang men- cari jawaban dengan melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi. Hasil dari eksperimen miniatur itu menyebabkan anak menyusun pengetahuannya sendiri. Piaget menyebutnya skema tentang bagaimana dunia fisik dan sosial beroperasi. Saat menemukan benda atau peristiwa baru, anak ber- upaya untuk memahaminya berdasarkan skema yang telah dimilikinya. Piaget menyebut hal ini proses asimilasi yaitu upaya anak untuk mengasimilasikan peris- tiwa baru ke dalam skema yang telah ada sebelumnya. Jika skema lama tidak cu- kup untuk mengakomodasi peristiwa baru, maka anak seperti layaknya seorang ilmuwan akan memodifikasi skema dan dengan demikian memperluas teori ten- tang dunia. Paradigma konstruktivisme oleh Jean Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif yang disebut teori meta cognition. Meta cognition merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. Menurut Preisseisen 1985 meta cognition meliputi empat jenis keterampilan, yaitu: 1. Keterampilan pemecahan masalah problem solving, yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. 2. Keterampilan pengambilan keputusan decisión making, yaitu keteram- pilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengum- pulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alter- natif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berda- sarkan alasan-alasan yang rasional. 3. Keterampilan berpikir kritis critical thinking, yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yang mencakup menganalisa argu- men, memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasio- nal, analisis asumsi, serta interpretasi logis. 4. Keterampilan berpikir kreatif creative thinking, yaitu keterampilan indi- vidu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu. Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno 1997, antara lain: 1 penge- tahuan dibangun oleh siswa secara aktif, 2 tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, 3 mengajar adalah membantu siswa belajar, 4 tekanan dalam pro- ses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, 5 kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan 6 guru adalah fasilitator. ✟✠ ✡ ☛☞✌ l P ✍ ✎ ✏✑✒✓ Solving Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut. Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasar- kan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri infor- masi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu Hidayati, 2006. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam proses pembelajaran dikemukakan oleh John Dewey 1920, yakni : 1. siswa menghadapi masalah, artinya dia menyadari adanya suatu masalah tertentu 2. siswa merumuskan masalah, artinya menjabarkan masalah dengan jelas dan spesifik 3. siswa merumuskan hipotesis, artinya merumuskan kemungkinan- kemungkinan jawaban atas masalah tersebut yang masih perlu diuji kebenarannya 4. siswa mengumpulkan dan mengolah data atau informasi 5. siswa menguji hipotesis berdasrkan data atau informasi yang telah dikumpulkan dan diolah 6. menarik kesimpulan berdasrkan pengujian hipotesis dan jika ujinya salah maka kembali ke langkah 3 dan 4 dan seterusnya 7. siswa menerapkan hasil pemecahan masalah pada situasi baru Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, meng- analisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik kesim- pulan, dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi, menampil- kannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari hubungan, pola, atau pilihan baru. Langkah-langkah model problem solving Depdiknas, 2008 yaitu meliputi : 1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain. 3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. 4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan kegiatan lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain. 5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi Nessinta, 2009. ✔✕ ✖✗ t ✗ r ✘ m p il ✘✙ ✚✗ r p ik ir ✖ r itis Keterampilan adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dimana keterampil- an tidak hanya meliputi gerakan motorik, tetapi juga melibatkan fungsi mental yang bersifat kognitif, yaitu suatu tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan membutuhkan keterlibatan aktif pemikir. Menurut Presseisen dalam Costa 1985 pengertian ini mengindikasikan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang kreatif. Berpikir membuat seseorang da- pat mengolah informasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Arifin 2003 menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Ada- nya kemampuan berpikir pada manusia merupakan pembeda yang khas antara ma- nusia dengan binatang. Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Menurut Presseisen dalam Costa 1985 berpikir dianggap suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan. Walaupun demikian, aspek kog- nitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran se- bagai fokus utama dalam aspek kognitif. Menurut Costa dalam Liliasari 2007 membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks atau tingkat tinggi. Berpikir kompleks atau tingkat tinggi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang di- katakan berpikir kritis, apabila ia mencoba untuk membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan. Presseisen dalam Costa 1985 mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, me- mahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan. Ennis menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan . Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis menurut Ennis 1989 yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 2.1. ✛ ✜✢✣ l ✤ ✥ ✦ n su r ✧ u n su r k ✣ t ✣ r ✜ m p il ✜★ ✢✣ r p ik ir k r itis No Unsur Keterangan 1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut. 2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan reasoning. Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir. 3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan 4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial. 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan. Moore dan Parker dalam Liliasari, 2011 menyatakan bahwa berpikir kritis memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. Menentukan informasi mana yang tepat atau tidak tepat. 2. Membedakan klaim yang rasional dan emosional. 3. Memisahkan fakta dari pendapat. 4. Menyadari apakah bukti itu terbatas atau luas. 5. Menunjukkan tipuan dan kekurangan dalam suatu argumentasi orang lain. 6. Menunjukkan analisis data atau informasi. 7. Menyadari kesalahan logika dalam suatu argumen. 8. Menggambarkan hubungan antara sumber-sumber data yang terpisah dan informasi. 9. Memperhatikan informasi yang bertentangan, tidak memadai atau bermaknaganda. 10. Membangun argumen yang meyakinkan. 11. Memilih data penunjang yang paling kuat. 12. Menghindari kesimpulan yang berlebihan. 13. Mengidentifikasi celah-celah dalam bukti dan menyarankan pengumpulan informasi tambahan. 14. Menyadari ketidakjelasan. 15. Mengusulkan pilihan lain dan mempertimbangkannya dalam pengambilan keputusan. 16. Mempertimbangkan semua pemangku kepentingan atau sebagiannya dalam pengambilan keputusan. 17. Menyatakan argumen dan kontek untuk apa argumen itu. 18. Menggunakan bukti secara benar. 19. Menyusun argumen secara logis dan kohesif. 20. Menghindari unsur-unsur luar dalam penyusunan argumen. 21. Menunjukkan bukti untuk mendukung argumen yang meyakinkan. Menurut Ennis 1989 terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis KBKr yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelom- pok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana elementary clarification, membangun keterampilan dasar basic support, menyimpulkan interfence, membuat penjelasan lebih lanjut advance clarification, serta stra- tegi dan taktik strategy and tactics. Adapun kedua belas indikator tersebut adalah: 1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen. 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi. 11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain. ✩ ✪✫✬ l ✭ ✮ ✯✬ t ✬ r ✪ m p il ✪✰ ✫✬ r p ik ir k r itis m ✬ n u r u t ✱ n n is ✲ o ✯✬ lo m p o k ✳ ✰✴ ik ✪✵ o r ✶ u ✫ ✳ n ✴ ik ✪ ✵ o r ✷ Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis argumen a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi kalimat- kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi kalimat- kalimat bukan bukan pertanyaan d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan e. Melihat struktur dari suatu argumen f. Membuat ringkasan Bertanya dan menjawab pertanyaan a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....? ✭ Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi g. Kemampuan untuk memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang benar f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi h. Mempertanggungjawaban hasil observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menyatakan tafsiran Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis Membuat dan menentukan hasil pertimbangan a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat c. Menerapkan konsep yang dapat diterima d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan masalah. 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi a. Membuat bentuk definisisinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi Mengidentifikasi asumsi-asumsi a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen 5 Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali f. Mengamati penerapannya Berinteraksi denganorang lain a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah ✸ o ✹✺ lo m p o k Indikator Sub Indikator 1 Memberikan penjelasan sederhana bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa 2 Membangun keterampilan dasar mempertimbangkan apakah indikator sumber dapat dipercaya atau tidak Kemampuan untuk memberikan alasan 3 Menyimpulkan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi mengemukakan hipotesis 4 Memberikan penjelasan lanjut mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi membuat isi definisi contoh dan non contoh 5 Mengatur strategi dan taktik menentukan suatu tindakan mendefinisikan istilah

D. Hasil Penelitian yang Relevan