Pendaftaran, Pembayaran, dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

3.2.9 Pendaftaran, Pembayaran, dan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

1. Pendaftaran Pajak Bumi dan Bangunan Orang atau badan yang menjadi subjek pajak bumi dan bangunan harus mendaftarkan objek pajaknya ke dinas pendapatan kota medan yang mana tertera didalam perda nomor 3 tahun 2011 pasal 9 ayat satu bahwa tata cara pendaftran adalah dengan cara mengisi formulir pendaftaran data baru dan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan dikembalikan ke kantor Dinas Pendapatan Kota Medan. Hal yang harus didaftarkan oleh wajib pajak adalah : a. Data-Data Diri Orang Pribadi atau Badan yang menjadi subjek pajak. b. Semua bumi tanah yang dimiliki dengan suatu hak dan atau dimanfaatkan. c. Semua bangunan yang dimiliki dan dikuasai atau dimanfaatkan. yang mana berisi tentang data-data wajib pajak. Adapun data-data atau syarat yang harus dilampiri adalah : • Surat permohonan • Surat kuasa wajib pajak bagi yang dikuasakan • Fotocopy sertifikatsurat tanah • Fotocopy KTP • Fotocopy IMB • Fotocopy SPPT sebelah objek NOP sebelah • Fotocopy rekening listrik, rekening PDAM • SPOP yang telah diisi dan ditandatangani • Surat keterangan dari kelurahan • Surat keterangan bebas sengketa dari pengadilan kelurahan. Pendaftaran tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah yaitu wajib pajak nya yang sendiri yang mendaftarkan dirinya sebagai subjek pajak bumi dan bangunan ke dinas pendapatan kota medan. Sedangkan secara tidak langsung adalah pihak dinas pendapatan daerah yang mendaftarkan subjek pajak tersebut ke dinas pendapatan kota medan. 2. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan bangunan Perdesaan dan Perkotaan terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah, misalnya paling lama enam bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT oleh wajib pajak atau paling lama satu bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD oleh wajib pajak. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayarbertambah, pajak dimaksud harus dilunasi paling lambat satu bulan sejak tanggal diterbitkan. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh bupatiwalikota sesuai waktu yang ditentukan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT atau Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk maka hasil penerimaan pajak harus disetor kekas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh bupatiwalikota. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pada hari libur maka pembayaran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah SSPD. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus lunas. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak memberikan tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan mudah terpantau oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah atau Petugas Lain yang ditunjuk. Bentuk, isi, ukuran buku penerimaan dan tanda bukti pembayaran pajak ditetapkan dengan keputusan bupatiwalikota. 3.Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Apabila pajak yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran maka bupatiwalikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT atau Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan pajak. Surat Teguran atau Surat Peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran pajak, dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh bupatiwalikota. Dalam jangka waktu tujuh hari sejak Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis diterimanya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. Apabila jumlah pajak terutang yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis akan ditagih dengan Surat Paksa. Tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat dilanjutkan dengan tindakan Penyitaan, Pelelangan, Pencegahan dan Penyanderaan apabila wajib pajak tetap tidak mau melunasi utang pajaknya sebagaimana mestiya. Apabila terhadap wajib pajak dilakukan penyitaan dan pelelangan barang milik wajib pajak yang disita maka kepada pemerintahan kabupatenkota diberi hak mendahulu untuk tagihan pajak atau barang-barang milik wajib pajak atau penanggung pajakdalam Siahaan, 2012 : 567. BAB IV ANALISIS DAN DATA 4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2012-2014. Sebelum pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan maka untuk masa tahun anggaran mendatang lebih dahulu ditargetkan hasil pajak bumi dan bangunan dari masing-masing objek pajak. Target inilah yang diusahakan tercapai atau terealisasi. Realisasinya mungkin dapat dibawah target dan mungkin diatas target. Tetapi pihak Dinas Pendapatan Kota Medan berusaha agar target tercapai sesuai yang diharapkan oleh pihak Dinas Pendpatan Kota Medan. Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan di Dinas Pendapatan Kota Medan untuk sektor Perdesaan dan Perkotaan selama 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2012 – 2014, realisasi penerimaannya berada dibawah target yang telah ditetapkan. Data selengkapnya yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan seperti pada Tabel di bawah ini. TABEL I TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN 2012-2014 NO TAHUN ANGGARAN JUMLAH WP POKOK KETETAPAN TARGET REALISASI 1 2012 436.178 430.028.247.968 353.346.171.770 275.138.356.001 77,87 2 2013 451.033 230.693.149.951 383.000.000.000 234.325.866.564 61,18 3 2014 465.967 388.693.548.659 365.000.000.000 289.000.081.973 79,18 Sumber : Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Perbandingan Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2012, 2013, 2014. Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tercatat di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, periode 2012 yaitu sebesar 77,87, periode 2013 sebesar 61,18 dan periode 2014 sebesar 79,18. Berdasarkan data pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jika kita bandingkan data tabel yang di tahun pertama dan kedua terlihat bahwa terjadi penurunan persentase sehingga realisasinya pun menurun, tetapi jika kita lihat ditahun berikutnya persentasenya menjadi meningkat sehingga yang terrealisasi pun semakin meningkat. Walaupun setiap tahun nya persentase tidak stabil tetapi upaya – upaya untuk tetap mempertahankan atau semakin meningkatkan Penerimaan pajak Bumi dan Bangunan harus ditingkatkan agar penerimaan pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya dapat meningkat sehingga terealisasi, dilihat dari data diatas bahwa terdapat wajib pajak yang kurang akan kesadaran dalam membayar pajak bumi dan bangunan tetapi tidak dari wajib pajak nya saja yang dapat kita lihat kesimpulan dari tabel diatas tetapi seberapa besar peran serta pihak dinas pendapatan kota medan itu sendiri dalam meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan sehingga disetiap tahunnya akan meningkat dan terealisasi dengan baik. Apabila tidak dilakukan usaha atau upaya- upaya yang dapat meningkatkan penerimaan serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak terdapat wajib pajak memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak bumi dan bangunan maka membuat kemungkinan untuk tahun-tahun berikutnya target pajak bumi dan bangunan semakin menurun dari realisasi tahun sebelumnya, dan tidak disayangkan bahwa disetiap tahunnya akan semakin menurun. 4.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Masih Banyak Wajib Pajak Tidak Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun faktor yang menyebabkan masih banyak wajib pajak tidak membayar pajak bumi dan bangunan. Menurut Staff Pegawai Bidang Bagi Hasil Pendapatan BHP, Interview, 16 Juni 2015 adalah: 1. kesadaran masyarakat sebagai pembayar wajib pajak bumi dan bangunan masih rendah. 2. Banyak tumpang tindih terhadap objek pajak, satu lahan tanah dimiliki dua sampai tiga orang serta kesalahan nama wajib pajak. 3. Masyarakat pemilik lahan atau bangunan tidak berdomisili ditempat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. 4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat disebabkan oleh banyak faktor antara lain seperti kurang pahamnya masyarakat terhadap arti dari pada dalam pembiayaan pembangunan, kurangnya bukti nyata dari pajak yang dibayarkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang giatnya aparat dalam melakukan penagihan dan sikap apatis dari masyarakat itu sendiri dalam membayar pajak, selain dari itu kadangkala wajib pajak sulit dijangkau karena tidak lagi berdomisili diluar kota medan. 5. Terdapat wajib pajak bertempat tinggal di luar wilayah kerja kantor Dinas Pendapatan kota medan tetapi wajib pajak tersebut mempunyai tanah dan atau bangunan diwilayah kerja dinas pendapatan daerah kota medan. Dalam menghadapi hal seperti ini petugas pemungut pajak tetap berusaha untuk menghubungi wajib pajak tersebut dengan mengirimkan surat penagihan ke alamat wajib pajak yang berada diluar wilayah kerjanya dinas pendapatan kota medan. Tetapi kebanyakan wajib pajak tersebut tidak menghiraukan atau menanggapi surat tagihan yang dikirimkan oleh petugas pemunggut pajak tersebut, sehingga usaha yang dilakukan petugas pemunggut tersebut sia-sia. 6. Keengganan masyarakat untuk melakukan pendaftaran objek pajaknya karena tidak ingin membayar pajaknya.

4.3 Kendala-Kendala Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.