Unsur-unsur Kewarisan PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT

C. Unsur-unsur Kewarisan

Kewarisan mempunyai unsur-unsur yang harus terpenuhi agar dapat disebut peristiwa waris. 98 Terdapat beberapa perbedaan di antara tiga sistem hukum waris di Indonesia mengenai unsur-unsur kewarisan. Dalam hukum adat untuk terjadinya pewarisan haruslah memenuhi 4 unsur pokok yaitu adanya pewaris, adanya harta warisan, adanya ahli waris, penerusan dan pengoperan harta waris. 99 1. Pewaris Namun secara garis besar unsur-unsur perwarisan terdiri atas pewaris, harta warisan, dan ahli waris. Menurut sistem hukum waris adat, pewaris adalah orang yang meneruskan hartanya ketika masih hidup maupun setelah ia wafat. Hukum adat juga memandang warisan sebagai proses peralihan harta kekayaan berupa materiil maupun immaterial dari satu generasi ke generasi lainnya. 100 2. Harta warisan Dalam hukum adat, harta warisan dapat berupa harta benda maupun yang bukan berwujud benda, misalnya gelar kebangsawan. Harta warisan yang berupa harta benda menurut hukum waris adat adalah harta pencaharian yaitu harta yang diperoleh selama masa perkawinan dan harta bawaan. 101 98 F. Satriyo Wicaksono, Hukum Waris, Jakarta : Visimedia, 2011, hal. 5. 99 Hilman Hadikusumah buku 3, Op. Cit, hal. 19. 100 F. Satriyo Wicaksono, Loc. Cit. 101 Ibid, hal. 7. Defenisi harta bawaan yaitu harta yang diperoleh sebelum masa perkawinan maupun harta yang berasal dari warisan. Di dalam hukum adat, selama pasangan suami isteri belum mempunyai keturunan, harta pencaharian dapat dipisahkan. Namun, bila pasangan suami isteri telah mempunyai keturunan, harta pencaharian menjadi bercampur. 102 3. Ahli waris Ahli waris menurut hukum waris adat dibedakan dalam tiga sistem kekeluargaan, yaitu patrilineal, matrilineal dan parental. Ahli waris dalam hukum waris adat yang sistem kekeluargaan patrilineal menentukan bahwa hanya anak laki-laki yang menjadi ahli waris dari orang tuanya. Namun, anak laki-laki tidak dapat menentang jika orang tua memberikan sesuatu kepada anak perempuannya. 103 1 Anak laki-laki Ahli waris dalam sistem patrilineal ini yaitu sebagai berikut : Semua anak laki-laki yang sah mempunyai hak untuk mewarisi harta pencaharian dan harta pusaka. 2 Anak angkat Anak angkat berkedudukan sama dengan anak kandung tetapi sebatas harta pencaharian. 3 Ayah dan ibu serta saudara-saudara sekandung 102 Ibid. 103 Ibid, hal. 9. Apabila tidak ada anak kandung laki-laki maupun anak angkat, orang tua beserta sudara-saudara kandung pewaris merupakan ahli waris. 4 Keluarga terdekat dalam derajat tidak tertentu Apabila ahli waris tersebut sebelumnya tidak ada, keluarga terdekat dalam derajat tidak tertentu adalah ahli warisnya. 5 Persekutuan adat Apabila tidak ada ahli waris sebagaimana di atas, harta warisan jatuh ke persekutuan adat. 104 Hukum waris adat dengan sistem kekeluargaan matrilineal menentukan bahwa anak-anak hanya dapat menjadi ahli waris dari ibu, baik harta pencaharian maupun harta bawaan harta pusaka. 105 a Anak laki-laki dan anak perempuan Ahli waris dalam sistem kekeluargaan parental adalah anak laki-laki dan anak perempuan dengan hak yang sama atas harta warisan dari orang tuanya, dengan demikian ahli waris dalam sistem kekeluargaan parental, sebagai berikut : b Orang tua apabila tidak ada anak c Saudara-saudara apabila tidak ada orang tua d Apabila tidak ada ahli waris, harta warisan diserahkan ke desa e Anak angkat hanya berhak mewarisi harta pencaharian dari orang tua angkatnya 4. Penerusan dan pengoperan harta waris 104 Ibid, hal. 9-10, 105 Ibid, hal. 10. Hukum waris adat mengatur proses penerusan dan pengoperan harta waris, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari pewaris pada waktu masih hidup dan atau setelah meninggal dunia kepada ahli warisnya dari generasi ke generasi. 106 1. Pembagian warisan dilaksanakan dalam waktu menurut adat kebiasaan masyarakat setempat, ada yang 40 hari setelah pewaris meninggal dunia dan ada pula 100 hari setelah pewaris meninggal dunia. Hal ini dilakukan untuk ketenangan almarhum pewaris dan mencerminkan sifat masyarakat yang tidak materialistik. Pembagian warisan menurut hukum adat dilaksanakan menurut daerah dan adat masing-masing. Di Indonesia menjunjung tinggi musyawarah mufakat dalam menentukan dan menetapkan pembagian warisan diantara ahli waris, dengan cara sebagai berikut : 2. Selama anak-anak pewaris belum dewasa, harta warisan tidak akan dibagi. 3. Dilakukan musyawarah yang diwarnai asas kekeluargaan, agar dalam membagi warisan dapat menghasilkan pembagian yang adil bagi ahli waris. 4. Umumnya musyawarah dalam pembagian waris dihadiri sesama ahli waris, apabila diperlukan dengan disaksikan sesepuh desapamong desa. 5. Ada kalanya dalam pembagian waris tersebut diperlukan bantuan dari ulama untuk mengingatkan rasa keadilan dalam membagi waris serta telah 106 https:justice94.wordpress.comtaghukum-waris-adat diakses pada tanggal 23 Agustus 2015. terpenuhinya hukum agama yang dianut. Para ahli waris dapat memilih untuk menggunakan hukum waris adat atau hukum waris islam. 6. Apabila musyawarah tidak menemui kesepakatan, diselesaikan melalui pengadilan negeri. 7. Sebelum harta warisan dibagi ke masing-masing ahli waris, para ahli waris bertanggung jawab untuk melunasi utang dari pewaris. Harta warisan dipakai untuk melunasi utang dari pewaris setelah itu dibagi ke ahli waris. Hibah yang telah dilakukan pewaris semasa hidupnya dapat dipakai untuk melunasi utang pewaris apabila harta warisan tidak cukup. Namun di beberapa daerah adat hibah tidak dapat dipakai untuk melunasi utang pewaris. 8. Besarnya bagian masing-masing ahli waris sebagai berikut : a. Anak kandung baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan pembagian yang sama, tetapi ada kalanya berlaku prinsip sepikul segendong yang artinya 2 : 1, bagian anak perempuan separuh dari bagian anak laki-laki. b. Anak angkat mendapat harta warisan bersifat serelanya dari ahli waris yang lain atas harta warisan yang ada, dapat pula berlaku hanya berhak atas harta pencaharian orang tua angkatnya. Apabila anak angkat menerima wasiat atau hibah, ada adat tertentu menentukan tidak boleh lebih dari ½ seluruh harta warisan. c. Anak tiri mendapatkan harta warisan bersifat serelanya dari ahli waris yang lain atas harta warisan orang tua tirinya, atau ada kalanya hanya dapat mewarisi harta dari orang tua kandungnya saja. d. Anak tidak sah hanya mewarisi dari ibu kandungnya saja. Dibeberapa adat menetapkan bahwa anak tidak sah, tidak mewarisi bersama-sama dengan anak sah, walaupun pada akhirnya ibu menikah dengan ayah biologisnya. e. Jandaduda menerima bagian warisan sama besar dengan seorang anak, apabila tidak ada anak, harta warisan jatuh semua pada janda duda, sedangkan harta pusaka kembali ke asal. Jandaduda berhak atas ½ harta pencaharian. 107 Hukum waris adat di Indonesia banyak terpengaruh oleh hukum islam, ahli waris hanya bertanggung jawab sebatas pada harta peninggalannya saja. Sehingga, ahli waris harus menyelesaikan kewajiban dari pewaris atas seluruh utang-utangnya pada kreditur. 108

D. Hukum Waris Adat Minangkabau

Dokumen yang terkait

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L) DI KENAGARIAN KOTO TANGAH KECAMATAN TANJUNG EMAS KABUPATEN TANAH DATAR.

0 1 7

“KEHIDUPAN ANAK DARI HASIL PERKAWINAN CAMPURAN” (Studi Kasus: Status dan Hak Waris Anak Dari Perkawinan Laki-Laki Minangkabau dengan wanita Batak di Jorong Pasar Rao Pasaman).

0 0 14

FOLKLORE DESA BALAI JANGGO DAN DESA KAMPUNG TENGAH, NAGARI PAGARUYUNG KECAMATAN TANJUNG EMAS KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT.

0 0 12

PERBANDINGAN BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA TIGA HAMPARAN SAWAH BERIRIGASI TEKNIS DI KENAGARIAN KOTO TANGAH KECAMATAN TANJUNG EMAS KABUPATEN TANAH DATAR.

0 0 9

Makna anak perempuan bagi ayah pada keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki di Suku Batak Toba.

0 2 192

Status Dan Hak Mewarisi Anak Dari Hasil Perkawinan Laki-Laki Batak Dengan Perempuan Minangkabau Di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

0 1 11

Status Dan Hak Mewarisi Anak Dari Hasil Perkawinan Laki-Laki Batak Dengan Perempuan Minangkabau Di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

0 1 1

Status Dan Hak Mewarisi Anak Dari Hasil Perkawinan Laki-Laki Batak Dengan Perempuan Minangkabau Di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

0 0 16

Status Dan Hak Mewarisi Anak Dari Hasil Perkawinan Laki-Laki Batak Dengan Perempuan Minangkabau Di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

2 3 27

Status Dan Hak Mewarisi Anak Dari Hasil Perkawinan Laki-Laki Batak Dengan Perempuan Minangkabau Di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

0 0 2