anak tunggal hak mewarisi diberikan oleh orangtuanya kepada anak tersebut, tidak memandang jenis kelamin anak yang lahir dari hasil perkawinannya.
C. Pembagian Harta Warisan untuk Anak dari Hasil Perkawinan antara
Laki-laki Batak dengan Perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
Di tempat penelitian penulis setelah dilakukannya wawancara kepada pihak-pihak
yang melakukan perkawinan lompek paga antara laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau ada yang sudah membagi harta warisan, dan ada juga
yang belum membagi harta warisan tetapi telah membuat wasiat terlebih dahulu agar tidak terjadinya perselisihan dalam membagi harta warisan tersebut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam paparan tabel berikut :
Tabel 8. Pihak-pihak yang sudahbelum membagi warisan.
n = 25 No
Membagi Warisan frekuensi
Persentase 1
Sudah 6
24 2
Belum 19
76 Jumlah
25 100
Sumber: Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa 24 sudah membagi warisan dan 76 belum membagi warisan.
Dalam pembagian harta warisan di tempat penelitian penulis setelah dilakukannya wawancara kepada pihak-pihak yang melakukan perkawinan lompek paga antara
laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau ada yang menggunakan hukum adat, ada juga yang menggunakan hukum Islam, serta hukum adat dan hukum
Islam sekaligus dalam membagi harta warisan dalam kehidupan sehari-seharinya tergantung kesepakatan kedua belah pihak, sebagaimana terdapat dalam tabel
berikut:
Tabel 9. Hukum yang Digunakan dalam Membagi Harta Warisan untuk Anak dari Hasil Perkawinan Laki-laki Batak dengan Perempuan
Minangkabau.
n = 25 No
Hukum yang Digunakan frekuensi
Persentase 1
Hukum Islam 10
40 2
Hukum Adat 5
20 3
Hukum Islam dan Adat 10
40 Jumlah
25 100
Sumber: Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa hukum yang digunakan dalam pembagian harta warisan untuk anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan
Minangkabau, 40 memilih hukum Islam, 5 memilih hukum adat, dan 40 memilih hukum Islam dan hukum adat dalam pembagian harta warisannya.
Setelah 40 hari pewaris meninggal dunia, pembagian harta warisan menurut hukum adat tersebut dilakukan setelah musyawarah dilaksanakan secara
kekeluargaan yang dihadiri oleh mamak-mamak dari pewaris, serta pemuka adat Datuk, sebelum harta warisan dibagi ke masing-masing ahli waris, para ahli
waris bertanggung jawab untuk melunasi utang dari pewaris. Besarnya bagian masing-masing ahli waris yang memperoleh harta pusaka rendah
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau yaitu :
a. Apabila suami meninggal dunia, yang menjadi ahli waris yaitu :
1 Anak kandung yang terdiri dari :
a Anak laki-laki, memperoleh 2 : 1 dari bagian anak perempuan dari harta
warisan. b
Anak perempuan, memperoleh ½ bagian dari bagian anak laki-laki. 2
Janda, memperoleh 13 bagian dari harta warisan. b.
Apabila isteri meninggal dunia, yang menjadi ahli waris yaitu : 1
Anak kandung yang terdiri dari : a
Anak laki-laki, memperoleh 2 : 1 dari bagian anak perempuan dari harta warisan.
b Anak perempuan, memperoleh ½ bagian dari bagian anak laki-laki.
2 Duda, memperoleh ¼ bagian dari harta warisan.
c. Apabila yang meninggal suami dan isteri, yang menjadi ahli waris yaitu
anak kandung yang terdiri dari :
1 Anak laki-laki, memperoleh 2 : 1 dari bagian anak perempuan dari harta
warisan. 2
Anak perempuan, memperoleh ½ bagian dari bagian anak laki-laki. Sedangkan harta pusaka tinggi hanya dalam bentuk hak pakai bukan untuk
dimiliki.
129
D. Hambatan dalam Pembagian Warisan untuk Anak dari Hasil