BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pada bab-bab terdahulu, maka dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Status anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan
Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat Barat sebelum tahun 1974, yaitu dominan memilih
hukum Batak dan Minangkabau sebagai hukum anaknya dikarenakan mereka tinggal di lingkungan adat Minangkabau maka anak mereka ikut hukum ibu,
apabila nantinya berkunjung ke kampung bapaknya maka ikut hukum Batak, dan setelah tahun 1974, dominan memilih hukum Batak sebagai hukum anaknya
dikarenakan menurut mereka status anak tersebut mengikuti hukum bapaknya karena bapaklah sebagai kepala rumah tangga.
2. Hak mewarisi anak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan
perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yaitu di berikan kepada anak kandung
yang meliputi anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki memperoleh 2:1 dari bagian anak perempuan. Anak perempuan juga memperoleh ½ bagian dari
bagian anak laki-laki. 3.
Pembagian harta warisan untuk anak yang diperoleh dari harta pusaka rendah dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau di
Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yaitu Besarnya bagian masing-masing ahli waris yang
memperoleh harta pusaka rendah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau yaitu, apabila
suami meninggal dunia, yang menjadi ahli waris yaitu : Anak kandung yang terdiri dari anak laki-laki memperoleh 2 : 1 dari bagian anak perempuan dari harta
warisan, anak perempuan memperoleh ½ bagian dari bagian anak laki-laki, dan janda memperoleh 13 bagian dari harta warisan. Apabila isteri meninggal dunia,
yang menjadi ahli waris yaitu : anak kandung yang terdiri dari : anak laki-laki memperoleh 2 : 1 dari bagian anak perempuan dari harta warisan, anak perempuan
memperoleh ½ bagian dari bagian anak laki-laki, dan duda memperoleh ¼ bagian dari harta warisan. Sedangkan apabila yang meninggal suami dan isteri, yang
menjadi ahli waris yaitu anak kandung yang terdiri dari : anak laki-laki memperoleh 2 : 1 dari bagian anak perempuan dari harta warisan, dan anak
perempuan memperoleh ½ bagian dari bagian anak laki-laki. Sedangkan harta pusaka tinggi hanya dalam bentuk hak pakai bukan untuk dimiliki.
4. Hambatan yang timbul dalam pembagian harta warisan untuk anak yang
diperoleh dari harta pencaharian dari hasil perkawinan laki-laki Batak dengan perempuan Minangkabau di Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, yaitu perbedaan suku antara suami- isteri, orang tua dari masing-masing pihak, dan kerabat-kerabat dari kedua belah
pihak.
B. SARAN