1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah jenis fungi, populasi fungi, frekuensi kolonisasi jenis fungi dan keanekaragaman jenis fungi serta kuantitas
karbohidrat dan total protein yang terdapat pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas.
1.6 Hipotesis Penelitian
Tingkat salinitas dan lama masa dekomposisi berpengaruh terhadap jumlah jenis fungi, populasi fungi, frekuensi kolonisasi jenis fungi, keanekaragaman jenis
fungi serta kuantitas karbohidrat dan total protein yang terdapat pada serasah daun A. marina.
1.7 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk cara mempercepat proses dekomposisi serasah yaitu dengan pemberian jenis fungi yang
sudah diketahui sesuai untuk kawasan ekosistem mangrove dengan tingkat salinitas yang ada serta dapat digunakan sebagai penentuan lokasi yang sesuai dalam
pengelolaan tambak dan budidaya perikanan di daerah perairan estuari tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Peranan Ekosistem Mangrove
Hutan mangrove merupakan hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi
tidak terpengaruh oleh iklim sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai DAS yang berbatasan dengan laut dan masih
dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelerengan kurang dari 8 Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000.
Pada mulanya, hutan mangrove hanya dikenal secara terbatas oleh kalangan ahli lingkungan, terutama lingkungan laut. Kawasan hutan mangrove dikenal dengan
istilah vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah “payau” karena sifat habitatnya yang payau. Berdasarkan dominasi jenis pohon yang terdapat di daerah tersebut yaitu
bakau, maka kawasan mangrove juga disebut sebagai hutan bakau. Kata mangrove merupakan kombinasi antara mangue bahasa portugis yang berarti tumbuhan dan
grove bahasa Inggris yang berarti belukar atau semak kecil Arif, 2007. Menurut Macnae 1968 kata mangrove digunakan untuk menyebut jenis
pohon atau semak yang tumbuh di antara batas air tertinggi saat pasang dan batas air terendah sampai di atas rata-rata permukaan laut saat surut. Sebenarnya kata
mangrove digunakan untuk menyebut kelompok tumbuh-tumbuhan dari beberapa spesies yang mempunyai perakaran pneumatopores, dan tumbuh di antara garis
Universitas Sumatera Utara
pasang surut. Sehingga hutan mangrove juga disebut “hutan pasang” Steenis, 1978. Berdasarkan Surat keputusan Dirjen Kehutanan no. 60KptsDjI1978, hutan
mangrove dikatakan sebagai hutan yang terdapat di sepanjang pantai muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, yakni tergenang pada waktu pasang dan
bebas genangan pada waktu surut. Snedaker 1978 memberikan pengertian panjang mengenai hutan mangrove,
yakni suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di sepanjang garis tropika dan subtropika yang terlindung dan memiliki semacam bentuk lahan pantai
dengan tipe tanah anaerob. Hutan mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang menempati bagian zona intertidal tropika dan subtropika berupa rawa atau
hamparan lumpur yang dibatasi oleh pasang surut. Halofil merupakan sebutan bagi organisme yang tidak dapat hidup dalam lingkungan bebas garam, khususnya yang
berupa tumbuh-tumbuhan disebut halofita halophitic vegetation. Menurut Nybakken 1993, hutan mangrove adalah sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili yang terdiri atas 12 genera tumbuhan
berbunga yaitu: Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda dan Conocarpus Bengen,
2000.
Universitas Sumatera Utara
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
garamsalinitas pasang surut air laut dan kedua sebagai individu spesies Macnae, 1968. Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan
dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun
menurut Khazali 1999, penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di
mangrove. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut dan pantai berlumpur. Hutan mangrove banyak ditemui di pantai, teluk yang
dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Ekosistem mangrove di Indonesia memiliki keragaman hayati yang tertinggi di dunia dengan jumlah total
kurang lebih 89 spesies yang terdiri atas 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit dan 2 spesies parasit Nontji, 1993.
Batasan hutan mangrove adalah hutan yang terutama tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut. Selanjutnya, komposisi jenis tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan, terutama jenis tanah, genangan pasang surut dan salinitas
Bengen and Adrianto, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan merupakan pohon perintis umumnya adalah Api-api Avicennia spp. dan Pidada Sonneratia
spp.. Api-api umumnya hidup pada tanah berpasir agak keras, sedangkan Pidada pada tanah yang berlumpur lembut. Pada daerah yang terlindung dari hempasan
ombak, komunitas mangrove biasanya didominasi oleh Bakau Rhizophora spp.. Lebih ke arah daratan hulu, pada tanah lempung yang agak pejal, biasanya tumbuh
komunitas Tanjang Bruguiera spp.. Nipah Nypa fruticans merupakan sejenis palma dan merupakan komponen penyusun ekosistem mangrove, yang seringkali
tumbuh di tepian sungai lebih ke hulu, dan mendapatkan pengaruh aliran air tawar yang dominan. Komunitas Nipah tumbuh secara optimal di kiri-kanan sungai-sungai
besar di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya Soerianegara, 1998. Ekosistem mangrove merupakan tempat berlangsungnya kehidupan berbagai
jenis organisme yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah
pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asinpayau Santoso, 2000.
Pada umumnya, vegetasi yang tumbuh di kawasan mangrove mempunyai variasi yang seragam, yakni hanya terdiri atas satu strata yang berupa pohon-pohon
yang berbatang lurus dengan tinggi pohon mencapai 20-30 meter. Jika tumbuh di pantai berpasir atau terumbu karang, tanaman akan tumbuh kerdil, rendah, dan batang
tanaman sering sekali bengkok. Berdasarkan tempat tumbuhnya, kawasan mangrove
Universitas Sumatera Utara
dibedakan menjadi beberapa zonasi, yang disebut nama-nama vegetasi yang mendominasi Arif, 2007.
Pembagian zonasi menurut Arif 2007 juga dapat dilakukan berdasarkan jenis vegetasi yang mendominasi, dari arah laut ke daratan berturut-turut sebagai berikut.
1. Zona Avicennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada zona
ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avicennia banyak ditemui berasosiasi dengan Sonnetaria spp. Karena tumbuh di bibir laut, jenis-
jenis ini memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan dari hempasan air laut. Zona ini juga merupakan zona perintis atau pionir, karena terjadinya
penimbunan sedimen tanah akibat cengkraman perakaran dari jenis tumbuhan ini. 2.
Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia dan Sonnetaria. Pada zona ini, tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran
tanaman terendam selama terjadinya pasang air laut. 3.
Zona Bruguiera, terletak di belakang Zona Rhizophora. Pada zona ini tanah berlumpur agak keras dan perakaran hanya terendam pasang dua kali sebulan.
4. Zona Nipah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini
sebenarnya tidak harus ada kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir dari sungai ke laut.
Zona Nipah merupakan zonasi yang masih lengkap karena semua jenis tumbuhan masih terdapat di dalam kawasan ini. Di beberapa kawasan serta kepulauan
di Indonesia tidak seluruh zonasi ada. Ketidaksempurnaan zonasi ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya ketidaksempurnaan penggenangan atau pasang surut air
Universitas Sumatera Utara
laut. Pembagian zonasi berdasarkan vegetasi yang mendominasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Zonasi Mangrove Alami yang Masih Lengkap Arif, 2007 Mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan fungsi yang unik dalam
lingkungan hidup. Adanya pengaruh laut dan daratan di kawasan mangrove menyebabkan terjadinya interaksi kompleks antara sifat fisika dan sifat biologi.
Karena sifat fisiknya, mangrove mampu berperan sebagai penahan ombak serta penahan instrusi dan abrasi laut. Proses dekomposisi serasah bakau yang terjadi
mampu menunjang kehidupan di dalamnya. Keunikan lainnya adalah fungsi serbaguna dari hutan mangrove yaitu sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat
desa di daerah pesisir, tempat berkembangnya biota laut tertentu dan flora fauna pesisir, serta dapat dikembangkan sebagai wahana wisata untuk kepentingan
pendidikan dan penelitian Arif, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Ekosistem mangrove berfungsi sebagai sumber nutrisi untuk kelanjutan proses ekologis dan biologis, dan merupakan penangkap sedimen yang diperlukan untuk
kelanjutan proses suksesi, pengendali erosi pantai, tempat pemijahan dan pembesaran berbagai jenis ikan dan udang. Ekosistem mangrove juga merupakan sumber produksi
pangan, obat-obatan dan bahan baku industri Abdullah, 1984. Nontji 1993 melaporkan bahwa kurang lebih 80 spesies dari Crustaceae,dan
65 spesies Mollusca terdapat di ekosistem mangrove di Indonesia. Tumbuhan mangrove termasuk bagian batang, akar dan daun yang berjatuhan memberikan unsur
hara penting bagi spesies akuatik yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Ekosistem ini berfungsi sebagai tempat untuk memelihara larva, tempat bertelur dan
tempat pakan bagi berbagai spesies akuatik, khususnya udang Penaeidae dan ikan bandeng Chanos chanos.
2.2. Proses Dekomposisi Serasah