Rancangan Percobaan Metode Pengambilan Data .1 Pengumpulan Serasah Daun A. marina

alumunium foil, gelas Beaker, labu Erlenmeyer, gelas ukur, corong, spatula, batang pengaduk, bunsen, spiritus, hockey stick, mancis, pipet mikro, propipet, pipet serologi 0,1, 1,0, 2,0, 5,0 10 ml, pipet volumetri, sprayer, kertas saring, kertas lebel, kaca objek, kaca penutup, pinset, kotak penyimpan biakan, kotak slide, kamera dan rol meter.

3.3 Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel fungi yang meliputi jumlah jenis fungi, populasi fungi, frekuensi kolonisasi berbagai jenis fungi dan keanekaragaman jenis fungi. 2. Variabel serasah yang meliputi laju dekomposisi serasah, bobot serasah sisa pada tiap tahap dekomposisi, kandungan kimia serasah yaitu karbohidrat dan total protein yang terdapat pada serasah pada tiap tahap proses dekomposisi.

3.4 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap RAL faktorial dengan tiga ulangan yang terdiri atas dua faktor, yaitu: Faktor pertama adalah waktu pengambilan serasah T yang terdiri atas: T0 = Hari ke-0 kontrol T3 = Hari ke-45 T6 = Hari ke-90 T1 = Hari ke-15 T4 = Hari ke-60 T7 = Hari ke-105 T2 = Hari ke-30 T5 = Hari ke-75 T8 = Hari ke-120 Universitas Sumatera Utara Faktor kedua adalah tingkat salinitas atau plot S yang terdiri atas: S1 = Tingkat salinitas 0-10 ppt S2 = Tingkat salinitas 10-20 ppt S3 = Tingkat salinitas 20-30 ppt S4 = Tingkat salinitas 30 ppt 3.5 Metode Pengambilan Data 3.5.1 Pengumpulan Serasah Daun A. marina Serasah daun dikumpulkan dengan menggunakan penampung serasah yang terbuat dari jaring kasa nilon yang berukuran 2x2 m sebanyak 10 kain nilon yang diletakkan dengan cara mengikatkannya di antara kedua pohon pada ketinggian di atas garis pasang tertinggi hal ini dimaksudkan untuk menghindari air saat pasang.. Serasah daun A. Marina yang sudah menguning atau gugur dikumpulkan sekitar 4800 gram 50 g serasah x 9 perlakuan x 3 ulangan x 4 kelompok dan kontol 150 gram 50 g serasah x 3 ulangan. Serasah daun A. marina yang terkumpul dipisahkan menurut komponennya yaitu daun, bunga, hipokotil, dan ranting.

3.5.2 Penempatan Serasah Daun di Lokasi Penelitian

Serasah daun A. marina sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam kantong serasah yang berukuran 40 x 30 cm yang terbuat dari nilon Gambar 3. Kemudian kantong Universitas Sumatera Utara serasah di tempatkan pada lokasi penelitian pada berbagai tingkat salinitas yang telah diukur dengan hand refraktometer 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt, dan 30 ppt. Gambar 3. Bentuk dan Ukuran Kantong Serasah yang Digunakan Untuk Penempatan Serasah pada Beberapa Lokasi di Lapangan dengan Berbagai Tingkat Salinitas Pada lokasi dengan tingkat salinitas yang telah ditentukan di atas dibuat satu plot berukuran 170 cm x 500 cm dengan jumlah plot keseluruhan sebanyak empat plot Gambar 4. Kantong serasah yang berisi serasah daun A marina ditempatkan secara acak pada plot-plot ini Lampiran 8, hlm: 117. Agar tidak dihanyutkan oleh pasang air laut maka keempat ujung kantong serasah diikatkan pada potongan pancang yang dibuat dari bambu dengan panjang 50 cm dan diameter 1,5 cm. 5 cm 30 Cm 40 Cm Jahitan Kain Kasa Nilon Universitas Sumatera Utara Keempat potongan bambu yang sudah diikatkan dengan kantong serasah, selanjutnya ditancapkan di tanah sampai kedalaman 40 cm. Sebanyak 3 kantong berisi serasah diambil dari tiap tingkat salinitas sekali dua minggu dan pengambilan kantong berisi serasah dilakukan sampai hari ke-120 sebanyak 11 kali pengambilan setelah serasah diletakkan di lapangan. Pada hari ke-120, semua serasah diperkirakan telah mengalami dekomposisi dengan sempurna. Gambar 4. Letak Plot untuk Penempatan Kantong Serasah pada Beberapa Lokasi di Lapangan dengan Berbagai Tingkat Salinitas 30 ppt Hutan Mangrove B T U S 20 – 30 ppt 10 – 20 ppt 0 – 10 ppt 150 M Jl. Padang sidempuan Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Isolasi Fungi dari Serasah Daun A. marina

Penentuan populasi fungi baik yang terdapat pada kontrol belum mengalami proses dekomposisi maupun pada perlakuan mengalami proses dekomposisi dilakukan dengan metode pengenceran yaitu dengan membuat suatu seri pengenceran dilution series. Pengenceran serasah daun A. marina dan isolasi fungi dalam cawan petri Gambar 5 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: Sebanyak 10 g serasah daun A. marina yang telah dihancurkan dalam mortar dengan alu secara aseptis kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Selanjutnya disuspensikan air laut yang berasal dari lingkungan serasah pada masing-masing salinitas sampai volume mencapai 100 ml kemudian disterilkan selanjutnya dilakukan pengenceran pada tingkat yang optimal untuk isolasi fungi yaitu 10 -2 , kemudian sebanyak 0,1 ml suspensi hasil pengeceran dituang ke dalam cawan petri yang telah berisi media PDA Potato Dextrose Agar dan dibuat ulangan sebanyak 3 kali untuk tiap pengenceran. Suspensi fungi sebanyak 0,1 ml diambil dengan pipet serologi ditanam ditempatkan pada media yang telah memadat dengan hockey stick, suspensi fungi yang ditanam disebar merata pada media metode cawan sebar. Suspensi fungi diinkubasi selama 3 sampai 12 hari dan dilakukan Pengamatan terhadap koloni yang muncul. Jumlah koloni per ml dihitung dengan cara mangalikan jumlah koloni terhitung dengan faktor pengenceran. Koloni fungi yang berkembang, selanjutnya dimurnikan dengan membuat sub-media biakan, media agar PDA dalam cawan petri untuk pengamatan makroskopis dan media agar miring PDA dalam tabung reaksi untuk disimpan sebagai cadangan isolat, setelah bekembang media agar miring di simpan dalam Universitas Sumatera Utara lemari pendingin agar sub-biakan tidak cepat mati. Sub-biakan digunakan sebagai bahan untuk identifikasi fungi. Gambar 5. Metode pengeceran serasah daun A. marina untuk isolasi fungi pada cawan petridish

3.5.4 Identifikasi Fungi dari Serasah Daun A. marina

Biakan murni fungi diremajakan pada media PDA pada cawan petri dan diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu ruang. Fungi yang telah tumbuh pada media, diamati ciri-ciri makroskopiknya yaitu ciri koloni seperti sifat tumbuh hifa, warna hifa, dan warna massa spora atau konidia. Pengamatan fungi secara mikroskopik dilakukan dengan metode Block square yaitu spora fungi dari hasil biakan murni digoreskan pada seluruh bagian pinggir potongan agar sebesar 4 x 4 x 2 mm kemudian diletakkan pada kaca obyek dan ditutup dengan gelas penutup. Biakan pada 10 gr serasah daun A marina Universitas Sumatera Utara kaca obyek ini ditempatkan dalam cawan Petri yang telah diberi pelembab berupa kapas basah atau dengan kertas saring yang dibasahi. Biakan kaca obyek ini dibiarkan selama beberapa hari pada kondisi ruang sampai fungi tumbuh dan berkembang. Fungi yang berkembang diamati ciri mikroskopiknya yaitu ciri-ciri hifa, ada tidaknya sekat pada hifa, tipe percabangan hifa. Ciri-ciri yang didapatkan ditabulasi, kemudian dicocokan dengan kunci identifikasi fungsi Rifai, 1973., Samson et al., 1984, Gandjar et al., 1999. Setelah diidentifikasi dicatat jumlah tiap-tiap jenis fungi, populasi, keanekaragaman jenis dan frekuensi kolonisasi fungi yang terdapat pada serasah A. marina. Kegiatan ini dilakukan tiap kali pengambilan serasah dari lapangan selama masa proses dekomposisi yaitu mulai dari hari ke-0 kontrol sampai hari ke-120. 3.6. Penentuan Kuantitas Karbohidrat dan Total Protein yang Terdapat pada Serasah Daun A. marina yang Mengalami Dekomposisi 3.6.1 Penentuan Kuantitas Karbohidrat Kadar karbohidrat pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi dapat diketahui dengan menghitung kadar abu dengan cara sebagai berikut: Cawan porselin dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 2 sampai 3 jam. Cawan porselin ini selanjutnya didinginkan dalam eksikator dan ditimbang bobotnya X. Contoh uji sebanyak 5 g bobot kering Y dimasukkan ke dalam cawan porselin. Selanjutnya cawan porselin berisi contoh uji ini dipijarkan di atas nyala api bunsen sampai tidak mengeluarkan asap. Contoh uji kemudian dimasukkan Universitas Sumatera Utara ke dalam tanur listrik pada suhu 400-600 C. Contoh uji diangkat seluruhnya setelah menjadi abu yang berwarna putih dan didinginkan dalam eksikator. Setelah satu jam, abu ini ditimbang dengan bobot Z. Penentuan kadar abu ditentukan dengan rumus 1. Kadar Abu = Y X - Z x 100 1 dengan: X = Bobot cawan porselin Y = Bobot contoh uji awal Z = Bobot contoh setelah menjadi abu Penentuan kadar karbohidrat dilakukan dengan menggunakan rumus 2. Kadar Karbohidrat = Bobot kering –Abu x 100 2 Berat contoh uji awal

3.6.2 Penentuan Kadar Protein

Analisis protein dilakukan dengan 3 tahap yaitu: tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi. Adapun secara rinci metode analisis diuraikan sebagai berikut: sebanyak 0,3 g bobot kering contoh uji X dimasukkan ke dalam labu dekstruksi, kemudian ditambahkan 3 sendok kecil katalis campuran selen dan 20 ml H 2 SO 4 pekat secara homogen. Campuran ini selanjutnya dipanaskan dengan alat destruksi selama 10 menit pada posisi low dan 5 menit pada posisi hight sampai Universitas Sumatera Utara larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuningan. Proses ini dilakukan diruang asam tahap dekstruksi. Setelah labu dekstruksi didinginkan, larutan contoh uji dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml air yang tidak mengandung N. Selanjutnya ke dalam larutan dimasukkan beberapa butir batu didih dan ditambahkan 100 ml NaOH 33. Proses penyulingan ini dilakukan sampai semua N ditangkap oleh H 2 SO 4 yang ada dalam labu Erlenmeyer atau bila 23 cairan dalam labu telah menguap tahap destilasi. Sisa H 2 SO 4 yang terdapat pada labu Erlenmeyer dititrasi kembali dengan menggunakan larutan NaOH 0,3 N. Proses titrasi berakhir setelah terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan yang menandakan titik akhir titrasi. Volume NaOH dicatat sebagai Z ml, selanjutnya dibandingkan dengan blanko Y ml tahap titrasi. Kadar protein dapat ditentukan dengan rumus 3. Kadar Protein = Y-Z x N NaOH x 0,014 x 6,25 x 100 3 X dengan: X = Bobot contoh uji awal Y = Volume titrasi blanko ml Z = Volume NaOH penitrasi ml Universitas Sumatera Utara 3.7 Analisis Data 3.7.1 Keanekaragaman Jenis Fungi