Kegiatan Inspeksi pada pemeliharaan belt conveyor Hubungan kegiatan pemeliharaan dengan biaya

Gambar 2.15 Diagram alir pemeliharaan Sumber: Corder, Anthony, 1992, Teknik Manajemen Pemeliharaan, Erlangga

2.3.3 Kegiatan Inspeksi pada pemeliharaan belt conveyor

Selama interval umur equipment bagian-bagian pada belt conveyor yang telah ditentukan, maka inspeksi-inspeksi pada bagian-bagian tersebut dilakukan secara berkala, yaitu : 1. Inspeksi harian daily Inspection Salah satu pekerjaan yang dilakukan dalam inspeksi harian ini adalah : a. Pengecekan pada sistem transmisi yaitu pelumasannya b. Pengecekan pada bagian roller yaitu putaran roller dan suara yang abnormal c. Pengecekan pada conveyor belt yaitu cek kelurusan conveyor belt pada saat operasi 2. Inspeksi bulanan monthly inspection Salah satu pekerjaan yang dilakukan pada inspeksi bulanan ini adalah: a. Pengecekan driver unit yaitu pemeriksaan getaran, arus dan tegangan b. Pengecekan pully yaitu periksa suara dan temperatur pada pully Universitas Sumatera Utara c. Pengecekan conveyor belt yaitu cek fisik conveyor belt kondisi sambungan d. Pengecekan skrit rubber yaitu cek keausan e. Pengecekan pembersih cleaner yaitu periksa jarak antara cleaner dengan head pully f. Pengecekan umum yaitu periksa semua baut pengikat 3. Inspeksi tahunan yearly inspection Salah satu pekerjaan yang dilakukan pada inspeksi tahunan ini adalah: a. Pengecekan conveyor belt yaitu cek kekerasan conveyor belt b. Penggantian skrit rubber

2.3.4 Hubungan kegiatan pemeliharaan dengan biaya

Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sumber daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan efisien. pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit. Menurut Mulyadi, 1999 dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari barang yang diproduksi terdiri dari: a. Direct Material Used biaya bahan baku langsung yang digunakan, b. Direct manufacturing Labor biaya tenaga kerja langsung, c. Manufacturing Overhead biaya overhead pabrik. Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah bagaimana menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya kerusakan, dari kebijakan itulah nantinya akan mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer produksi harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang ditimbulkan sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan. Dibawah ini diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan pencegahan preventive maintenance dan breakdown dengan total biaya. Universitas Sumatera Utara a b Gambar 2.16 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance dengan biaya. a Traditional View of Maintenance, b Full Cost View of Maintenance Sumber: Heizer, Jay and Render, Barry, 2001, Operation Management, Prentice Hall, sixt Edition Gambar diatas menunjukkan hubungan tradisional antara pemeliharaan pencegahan preventive maintenance dengan pemeliharaan breakdown breakdown maintenance yang menjelaskan bahwa manejer operasi harus bisa mempertimbangkan keseimbangan antara kedua biaya. Di satu pihak, dengan menempatkan sumber daya pada kegiatan pemeliharaan pencegahan akan mengurangi jumlah kemacetan. Sama halnya dengan mengurangi pemeliharaan breakdown biaya akan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan pencegahan. Di waktu yang sama kurva total biaya akan menaik. Universitas Sumatera Utara

2.3.5 Analisa kebijakan Pemeliharaan