2.1.5 Produksi Aluminium Batangan
Pabrik peleburan aluminium merupakan bagian utama dari PT INALUM dibangun di atas areal seluas 200 HA berlokasi di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei
Suka, Kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara. Pabrik peleburan aluminium PT. INALUM terdiri dari :
a. Pabrik Anoda Karbon
Gedung karbon memproduksi balok-balok anoda karbon yang akan digunakan pada tungku-tungku reduksi dan terdiri dari 3 bagian yaitu, bagian
karbon mentah Green plant, bagian pemanggang anoda Baking plant, dan bagian penangkaian Rodding plant. Di bagian karbon mentah, bahan baku kokas
dan pitch keras diaduk dan dibentuk menjadi balok-balok anoda mentah, kemudian dibawa ke bagian pemanggang anoda dengan 106 tungku panggang tipe
Riedhammer tertutup berada. Balok-balok anoda panggang, kemudian dipindahkan ke bagian penangkaian untuk diberi tangkai yang berfungsi sebagai
elektroda pada tungku reduksi. Puntung balok anoda dari tungku reduksi kemudian diolah dan digunakan kembali untuk memproduksi balok-balok karbon
mentah.
b. Pabrik Reduksi
Unit terdiri dari tiga gedung yang masing-masing dipasang 170 tungku type anoda prapanggang Prebaked Anode Furnace 170.000 amp, dengan lisensi
dari Sumitomo Aluminium Smelting Co., Ltd. Total kapasitas produksi adalah 225.000 ton aluminium per tahun dari 510 tungku terpasang. Pada tungku reduksi
bahan baku alumina Al
2
O
3
dilebur melalui balok-balok anoda karbon dengan proses elektrolisa menjadi cairan aluminium.
c. Pabrik Pencetakan
Aluminium cair dari tungku reduksi diangkut ke bagian penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, dibentuk
menjadi aluminium batangan ingot yang beratnya masing-masing 50 pon 22,7 kg dan merupakan produksi akhir PT INALUM yang dipasarkan di dalam dan ke
luar negeri. Disini terdapat 10 buah tungku penampung yang masing-masing berkapasitas 30 ton dan 7 unit mesin pencetak ingot.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Fasilitas lainnya
Di area peleburan dibangun juga bengkel-bengkel untuk perbaikan, perawatan dan peralatan permesinan, kelistrikan dan kendaraan angkut dan
fasilitas penyimpanan bahan baku, antara lain : 1.
Silo alumina 3 unit 20.000 ton 2.
Silo kokas 20 unit 1.400 ton 3.
CTP yard 5.400 ton Tangki minyak IDO 2 unit 2.400 kl
2.2 Belt Conveyor Belt conveyor dapat digunakan untuk memindahkan muatan satuan unit
load maupun muatan curah bulk load sepanjang garis lurus atau sudut inkliinasi terbatas. Belt conveyor secara intensif digunakan di setiap cabang industri. Pada
industri pengecoran digunakan untuk membawa dan mendistribusikan pasir cetak, membawa bahan bakar di pembangkit daya, memindahkan bijih batubara pada
unit pertambangan batubara, di antara langkah processing pada industri makanan dan sebagainya Zainuri, 2006.
Dipilihnya belt conveyor sistem sebagai sarana transportasi material adalah karena tuntutan untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan biaya produksi
dan juga kebutuhan optimasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kerja. Keuntungan penggunaan belt conveyor adalah :
1. Menurunkan biaya produksi saat memindahkan material
2. Memberikan pemindahan yang terus menerus dalam jumlah yang tetap
3. Membutuhkan sedikit ruang
4. Menurunkan tingkat kecelakaan saat pekerja memindahkan material
5. Menurunkan polusi udara
Belt conveyor mempunyai kapasitas yang besar 500 sampai 5000 m
3
jam atau lebih, kemampuan untuk memindahkan bahan dalam jarak 500 sampai 1000
meter atau lebih. Pemeliharaan dan operasi yang mudah telah menjadikan belt conveyor secara luas digunakan sebagai mesin pemindah bahan.
Berdasarkan perencanaan, belt conveyor dapat dibedakan sebagai :
Universitas Sumatera Utara
1. Stationary conveyor
2. Portable mobile conveyor
Berdasarkan lintasan gerak belt conveyor diklassifikasikan sebagai : 1.
Horizontal 2.
Inklinasi dan 3.
Kombinasi horizontal-inklinasi
Gambar 2.1 Lintasan belt
Pada umumnya belt conveyor terdiri dari : kerangka frame, dua buah pulley yaitu pulley penggerak driving pulley pada head end dan pulley pembalik
take-up pulley pada tail end, sabuk lingkar endless belt, Idler roller atas dan Idler roller bawah, unit penggerak, cawan pengisi feed hopper yang dipasang di
atas conveyor, saluran buang discharge spout, dan pembersih belt belt cleaner yang biasanya dipasang dekat head pulley.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : 1.
Frame 6. Lower pulley
2. Drive pulley
7. Drive unit 3.
Take up pulley 8. Feed hopper
4. Endless belt
9. Discharge 5.
Upper pulley 10. Cleaner
Gambar 2.2 Konstruksi belt conveyor
2.2.1 Komponen utama Belt Conveyor
Adapun komponen-komponen utama dari belt conveyor dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.3 Komponen belt conveyor
Universitas Sumatera Utara
1. Belt
Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga
dapat bergerak dengan teratur.
2. Head pulley
Head pulley pada belt conveyor dapat juga dikatakan sebagai pulley penggerak dari sistem BC. Pada head pulley dipasang sistem
penggerak untuk menggerakkan belt conveyor. Head pulley juga dapat dikatakan sebagai titik dimana material akan dicurahkan
untuk dikirim ke BC selanjutnya.
Gambar 2.4 Head Pulley
3. Tail pulley
Merupakan pulley yang terletak pada daerah belakang dari sistem conveyor. Dimana pulley ini merupakan tempat jatuhnya material
untuk dibawa ke bagian depan dari conveyor. Konstruksinya sama dengan head pulley, namun tidak dilengkapi penggerak.
Universitas Sumatera Utara
4. Carrying roller
Merupakan roller pembawa karena terletak dibawah belt yang membawa muatan. Berfungsi sebagai penumpu belt dan sebagai
landasan luncur yang dipasang dengan jarak tertentu agar belt tidak meluncur ke bawah.
Gambar 2.5 carrying roller
5. Return roller
Merupakan roller balik atau roller penunjang belt pada daerah yang tidak bermuatan yang dipasang pada bagian bawah fram.
Gambar 2.6 Return roller
6. Drive penggerak
Berfungsi untuk menggerakkan pulley pada BC. Sistem penggerak ini biasanya terdiri dari motor listik , transmisi, dan rem.
7. Take-up pulley
Perangkat yang mengencangkan belt yang kendur dan memberikan tegangan pada belt pada start awal.
Universitas Sumatera Utara
8. Snub pulley
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan belt pada drive pulley.
9. Chute hopper
Merupakan corong yang terletak diujung depan dan belakang conveyor belt untuk memuat dan mencurahkan material.
10. Skirt rubber
Berfungsi sebagai penyekat agar material tidak tertumpah keluar dari ban berjalan pada saat muat.
Gambar 2.7 Skirt Rubber
11. Chip cleaner
Berfungsi sebagai pembersih material yang terbawa oleh belt conveyor setelah dicurahkan.
Gambar 2.8 chip cleaner
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sistem Kerja Belt Conveyor
Bahan dihisap oleh unloader dari kapal dan bahan akan jatuh ke belt conveyor, kemudian belt conveyor akan mengirim bahan ke stasiun
penampungan. Belt diletakkan di atas pulley yang digerakkan oleh motor penggerak. Pulley bergerak akibat adanya putaran yang
ditransmisikan oleh motor penggerak.
Gambar 2.9 Sistem kerja belt conveyor
Belt conveyor mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan atau inlet pada sisi tail dengan menggunakan chute dan setelah
sampai di head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah.
2.2.3 Belt
Belt merupakan pembawa material dari satu titik ke titik lain dan meneruskan gaya putar. Belt ini diletakkan di atas roller sehingga dapat
bergerak dengan teratur. Belt dapat dibuat dari :
1. Textile terdiri dari : camel hair, cotton woven atau sewed, duck cotton,
dan rubberized textile belt 2.
strip baja, dan atau 3.
kawat baja woven-mesh steel wire.
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan belt conveyor bukan dilihat berdasarkan ketebalannya melainkan pada jumlah lapisan penguat ply dan tegangan tarik per ply
tensile strenght. Ditinjau dari struktur lapisan penguatnya, belt conveyor dibagi dalam dua
jenis yaitu :
1. Fabric belt
Belt dengan penguat jenis fabric adalah belt dengan lapisan penguat ply yang terbuat dari serat tekstil serat buatan. Lapisan penguat
tersebut biasanya disebut Carcass. Carcass terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :
a. Nylon atau polymide NN
b. Polyester, serat sintetis terilene, trevira dan diolen
c. Cotton
d. Vinylon fabric VN
e. Polyvinil KN
f. Aramide fiber
Fabric merupakan rajutan yang terdiri dari serat memanjang WRAP dan serat pengisi dengan arah melintang WEFT. Jenis rajutan yang
sering dipakai pada fabric belt adalah plain weave.
Gambar 2.10 Arah WEFT dan WRAP
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 Struktur fabric belt
2. Steel cord
Steel cord adalah belt yang lapisan penguatnya terbuat dari serat baja yang galvanizing. Tujuan galvanizing adalah untuk mencegah
terjadinya karat pada kawat akibat adanya rembesan air atau udara. Steel cord belt biasanya digunakan pada conveyor yang membawa
beban berat. Pada belt jenis steel cord ini tidak terdapat lapisan penguat ply. Yang ada hanya batangan kawat sling yang dirajut
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu anyaman kawat baja. Berikut dapat dilihat konstruksi dari steel cord belt pada gambar
berikut di bawah ini
Gambar 2.12 Struktur steel cord belt
Universitas Sumatera Utara
Belt conveyor terdiri dari beberapa bagian penting antara lain: 1.
Cover rubber Cover rubber adalah lapisan karet sintetis yang mempunyai
elastisitan tinggi dan tahan gesek. Cover rubber berfungsi untuk melindungi lapisan penguat dari curahan, gesekan dan benturan material
pada saat loading pemuatan agar ply tidak sobek atau rusak. Alasan penggunaan karet adalah untuk melindungi ply karena karet memiliki
elastisitas tinggi dan tahan gesek, namun karet tidak memiliki tegangan tarik yang baik. Sedangkan lapisan ply tidak tahan terhadap gesekan dan
benturan namun memiliki tegangan tarik yang baik. Penentuan pemakaian jenis Grade Cover Rubber adalah berdasarkan kondisi operasi
dan jenis material yang dibawa. Selain itu ada jenis cover rubber sintetis, antara lain :
1. SBR : Styrene Butadiene Rubber, untuk membawa material panas
mulai dari temperatur 100
o
C 2.
ABR : Acrylonitrile Butadiene Rubber, untuk membawa material yang mengandung minyak dan bahan kimia oil resistant
3. NEOPRENE : dipakai pada tambang bawah tanah flameFire
Resistant conveyor Belting Cover rubber terdiri atas dua bagian, yaitu :
a. Top cover Top cover adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan
material. Top cover biasanya disebut Carry cover lapisan pembawa. Top cover selalu menghadap keatas dan lebih tebal daripada bottom
cover. Pada operasi normal, top cover akan lebih cepat rusak daripada bottom cover karena top cover langsung mengalami benturan dan
gesekan pada saat material dimuat. Tebal dari top cover adalah 1 mm sd 8 mm untuk Fabric belt dan 5 mm sd 18 mm untuk Steel cord belt.
b. Bottom Cover Bottom cover adalah karet lapisan bawah yang berhadapan langsung
dengan pully dan roller pembalik Return Roller. Bottom cover sering
Universitas Sumatera Utara
juga disebut dengan pully cover. Pada umumnya bottom cover lebih tipis dari pada top cover, karena bottom cover tidak bersentuhan
langsung dengan material. Tebal Bottom cover adalah 1 mm sd 4 mm untuk fabric belt dan 2 mm sd 8 mm untuk steel cord belt.
2. Tie rubber
Tie Rubber adalah lapisan karet diantara ply. Tie rubber juga sering disebut Tie gum atau Skim rubber. Tie rubber berfungsi untuk
melekatkan ply satu dengan yang lainnya pada fabric belt, dan melekatkan sling baja dengan cover rubber pada steel cord belt.
Tebal tie rubber adalah : Untuk fabric belt 0.5 mm sd 1 mm dan
Untuk steel cord belt 2 mm. Tie rubber tidak tahan benturan dan gesekan. Spesifikasi tie rubber
yang umum digunakan untuk belt conveyor adalah sebagai berikut: Tensile strange : 250 Kgm2
Elongation : 500 Abrasion : 110 m
3
3. Reinforcement – lapisan penguat ply
Reinforcement adalah lapisan penguat untuk belt conveyor itu sendiri. Kekuatan atau tegangan pada belt tergantung lapisan penguat
yang dipakai. Pada umumnya lapisan penguat terbuat dari serat carccas dan sling baja steel cord.
Lapisan penguat untuk fabric belt terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu :
1. Nylon atau polyamide NN
2. Polyester, serat sintetis terilene, trevira dan diolen
3. Cotton
4. Vinylon fabric VN
5. Polyvinil KN
6. Aramide fiber
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk steel cord belt lapisan penguatnya hanya terdiri dari satu jenis saja, yaitu kawat sling baja. Disamping jenis lapisan
penguat yang telah disebut di atas, terdapat juga konstruksi khusus yang dirancang untuk melindungi lapisan penguat dari sobek yang memanjang.
Lapisan ini disebut dengan Rip Guard. Ada beberapa konstruksi dari Rip Guard, yaitu :
1. Belt fabric dengan carcass di dalam top cover yang disusun
melintang 2.
Nylon cord yang disusun melintang pada top cover 3.
Nylon cord yang disusun melintang pada top dan bottom cover
Gambar 2.13 Lapisan belt
2.2.4 Kekuatan Belt 2.2.4.1 Kekuatan Tarik Belt Tensile strength
Tensile strength adalah kekuatan tegangan tarik suatu belt conveyor yang dinyatakan dalam Kgcmply. Kekuatan tarik suatu belt tergantung
dari jumlah ply yang di gunakan. Contoh pembacaan tegangan tarik pada sebuah belt :
1. NN-50 x 4 P fabric
NN-50 = kekuatan per ply jenis Nylon tersebut adalah 50Kgcmply. Total kekuatan tarik pada belt tersebut adalah 50Kgcmply x 4 ply =
200Kgcm
Top cover
Canvas ply Bottom Cover
Molded Edge
Universitas Sumatera Utara
2. EP-500 4 fabric
Adalah kekuatan tarik total per ply jenis polyester polyamide. Sehinga kekuatan tarik per ply adalah : 500Kgcm : 4 ply = 125
Kgcmply 3.
4-EP 125 Angka 4 menunjukan jumlah ply, sedangkan angka 125 menyatakan
tegangan tarik dalam Kgcmply. Jadi total dari tegangan tarik adalah 4 x 125 = 500 Kgcm.
4. Selain itu untuk steel cord contoh pembacaan tegangan tarik adalah
ST-2500. Yang artinya Tensile strength = 2500 Kgcm. pada steel
cord tidak terdapat ply, yang dipakai adalah unit sling baja.
Besarnya tarikan belt pada tiap titik dapat dihitung dengan rumus Zainuri, 2006:
Titik 1 S
1
= belt meninggalkan pulley pengerak Titik 2 S
2
= S
1
+ W
1,2
belt mendekati tail pulley Titik 3 S
3
= 1.07 × S
2
belt meninggalkan tail pulley Titik 4 S
4
= S
3
+ W
3,4
+ W
pl
belt mendekati pulley pengerak Dari hukum Euler, belt tidak akan slip pada pulley jika :
S
t
≤ S
sl
e
μα
S
t
adalah tegangan keras S
sl
adalah tegangan kendor e adalah bilangan logaritma dasar, e
≈ 2.718 α adalah sudut sentuh belt pada pulley = 210
o
, radian 1rad ≈ 57.3
o
2.2.4.2 Pembacaan dan penulisan spesifikasi fabric belt
Pembacaan dan penulisan spesifikasi belt conveyor harus diusahakan sejelas mungkin. Karena pembacaan yang tidak jelas akan
mengakibatkan kesalahan dalam pemakaian jenis belt conveyor dan akan memberikan data yang tidak akurat, baik untuk penggantian belt baru
Universitas Sumatera Utara
maupun penyambungan. Pembacaan dan penulisan spesifikasi belt conveyor yang benar adalah :
1. Pembacaan spesifikasi fabric belt
Spesifikasi Fabric Belt 200 m RMA-2 NN-150 900 x 4P x 6 x 2 mm Pembacaan 200 m : panjang belt
RMA-2 : Grade cover rubber NN-150 : Tensile Strength 150 Kgcmply
900 : Lebar belt 4P : jumlah ply = 4
6 mm : tebal top cover = 6 2 mm : tebal bottom cover = 2
2. Pembacaan spesifikasi steel cord
Spesifikasi steel cord 1000 m DIN-M ST-3150 1600 x DIA. 7 x 101 x 12 x 6 mm
Pembacaan 1000 m : Penjang belt = 1000 m DIN-M : Grade cover Rubber
ST-3150 : Tensile strength = 3150 Kgcm 1600 : Lebar belt = 1600 mm
DIA. 7 : Diameter kawat sling = 7 mmPcs 101 Pcs : Terdapat 101 buah sling berjejer selebar belt disusun dengan jarak
titk sumbu pitch yang sama 12 mm : tebal top cover = 12 mm
6 mm : tebal bottom cover = 6 mm
2.2.4.3 Penentuan jumlah ply
Pemikiran awam untuk menghadapi masalah belt yang sering putus adalah dengan menambah jumlah ply, tanpa mempertimbangkan stress yang
akan terjadi pada saat belt berjalan melewati pully pada titik momen yang akan berakibat fatal. Disamping factor stress, belt akan berjalan
mengambang tidak duduk dengan baik diatas roller. Karena dengan
Universitas Sumatera Utara
penambahan jumlah ply, maka akan menambah kekakuan belt secara keseluruhan. Jumlah minimum ply ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Kapasitas 2. Lebar belt conveyor
3. Jenis carccas 4. Diameter pully
Jumlah ply yang banyak mengharuskan pemakaian diameter pully yang besar untuk menjaga fleksibilitas belt conveyor. Hubungan antara
jenis carccas dan jumlah ply dengan diameter pulley yang di sarankan dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 2.14 Hubungan diameter pulley dengan jumlah ply
2.2.4.4 Nilai mulur Elongation
Belt conveyor akan mengalami mulur sewaktu beroperasi sebagai akibat dari sifat serat dan stress yang dialaminya. Mulur adalah
pertambahan panjang belt dari panjang semula. Dalam pemilihan jenis reinforcement, yang harus di perhatikan adalah jumlah kemuluran yang
akan terjadi pada waktu belt beroperasi beberapa saat. Nilai mulur dapat di pakai sebagai pedoman dalam menentukan posisi take-up counter weight,
agar posisi counter weight tidak menyentuh tanah dalam waktu singkat. Pemilihan nilai mulur yang tidak tepat dapat menyebabkan penyambungan
berulang-ulang karena counter weight menyentuh tanah, sehingga
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan jadwal produksi menjadi terganggu. Besar nilai mulur pada belt dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan nilai mulur belt conveyor
Belt type Take-Up
c-c Elongation Distance Elastic
Permanent
Steel cord ST Nylon fabric NN
Vynylon fabric VN Polyester fabric EP
0.1 – 0.2 1.5 – 2.5
0.7 – 1.1 1.0 – 1.5
0.03 – 0.06 0.30 – 0.60
0.20 – 0.30 0.20 – 0.50
0.08 – 0.13 1.30 – 1.80
0.50 – 0.80 0.50 – 1.00
Pada tabel diatas diperlihatkan perbandingan nilai mulur dari berbagai jenis reinforcement yang umumnya dipakai dalam belt conveyor. Nilai
mulur dinyatakan dalam dari jarak center – to – center conveyor pully depan ke pully belakang. Nilai mulur elastic adalah nilai mulur yang akan
terjadi pada saat belt start atau beroperasi. Disamping itu juga belt mengalami mulur permanent. Perhitungan mulur dari sebuah belt conveyor
dapat dihitung sebagai berikut: Nilai mulur belt = L
c-to-c
x M
max
100 ……………………………….lit. 7 Dimana :
L = panjang belt M = nilai mulur permanen
2.3 Manajemen Pemeliharaan 2.3.1 Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur Wikipedia, 2009. Menurut
Robbins, et all, 2007 mendefenisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran goals secara efektief dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanbataan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorginisir, dan sesuai dengan jadwal.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.1 Defenisi manajemen
Manajemen berasal dari kata kerja To Manage berarti control. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola.
Selanjutnya kata benda manajemen atau management dapat mempunyai berbagai arti. Herujito, Y.M, 2001.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjan melalui orang lain. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Manajemen menurut Pamela, S. Lewis, et all, 2004 dalam bukunya
“management: challenges For tomorrow’s Leaders”, yaitu: “management is the process of administering and coordinating resources
effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of organitation ” Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam mengatur sumber daya-sumber daya yang dimilikinya agar dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan
tersebut.
2.3.1.2 Fungsi manajemen
Teori manajemen menyatakan bahwa manajemen memiliki beberapa fungsi. Fungsi dalam hal ini adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai
jenis pekerjaan yang dapat digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan administratif Herujito, Y.M, 2001.
Untuk mencapai tujuannya organisasi memerlukan dukungan manajemen dengan fungsinya sesuai kebutuhan. Kegiatan fungsi-fungsi manajemen
diperjelas secara ringkas, yaitu Amsyah, Zulkifli, 2005: 1.
Perencanaan planning adalah fungsi manajemen yang berkaitan dengan penyusunan tujuan dan menjabarkannya dalam bentuk perencanaanuntuk
mencapai tujuan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
2. Pengorganisasian organizing adalah yang berkaitan dengan pengelompokan
personel dan tugasnya untuk menjalankan pekerjaan sesuai tugas dan misinya,
3. Pengaturan personel staffing adalah yang berkaitan dengan bimbingan dan
pengaturan kerja personel. Unit masing-masing manajemen sampai pada kegiatan, seperti seleksi, penempatan, pelatihan, pengembangan dan
kompensasi, sebagai bagian dari bantuan unit pada unit personalia organisasi dalam pengembangan sumber daya manusia SDM,
4. Pengarahan directing adalah yang berkaitan dengan kegiatan melakukan
pengarahan-pengarahan, tugas-tugas, dan konstruksi, 5.
Pengawasan controlling kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan untuk menentukan apakah pelaksanaannya sudah dikerjakan sesuai dengan
perencanaan, sudah sampai sejauh mana kemjuan yang dicapai, dan perencanaanyang belum mencapai kemajuan, serta melakukan koreksi bagi
pelaksanaan yang belum terselasaikan.
2.3.2 Pemeliharaan maintenance 2.3.2.1
Defenisi pemeliharaan
Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian Pemeliharaan
dianggap yang memboroskan biaya, sedang Bagian Produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang membuat uang Soemarno, Ardhi, 2008. Pada
umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan
perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan Corder A, 1992. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan
dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi. Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,
menjaga, dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau
memperbaikinya sampai, suatu kondisi yang bisa diterima. Corder A, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan
kegagalankerusakan mesin. Setiawan, F.D, 2008.
Menurut Heizer, Jay dan Render, Barry, 2001 dalam bukunya
“operations Management” pemeliharaan adalah: “all activities involved in keeping a system’s equipment in working
order” Segala aktivitas yang didalamnya adalah untuk menjaga sebuah sistem
peralatan agar pekerjaan dapat sesuai dengan pesanan. Menurut Sehwarat, M.S dan Narang, J.S, 2001 dalam bukunya
“Production Management”, pemeliharaan maintenance adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang
ada sehingga sesuai dengan standar sesuai dengan standar fungsional dan kualitas.
Menurut Assauri, Sofyan. 2004 pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan
perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang
direncanakan.
Sedangkan menurut Tampubolon, Manahan. P, 2004, Pemeliharaan
merupakan semua aktivitas termasuk menjaga peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan pesanan pekerjaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan
perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan atau ditentukan oleh perusahaan dengan
hasil produksi yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.2 Tujuan pemeliharaan
Dengan adanya kegiatan pemeliharaan ini maka fasilitas atau peralatan perusahaan dapat dipergunakan untuk kegiatan produksi sesuai dengan rencana,
dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitasperalatan perusahaan tersebut dipergunakan selama proses produksi. Oleh karena itu, Suatu kalimat yang perlu
diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan maintenance murah sedangkan perbaikan repair mahal.
Setiawan, F.D, 2008. Menurut Daryus,
Asyari, 2008 dalam bukunya manajemen
pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Untuk memperpanjang kegunaan asset,
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin, 3.
Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Menurut Assauri, Sofyan, 2004 tujuan pemeliharaan yaitu: 1.
Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi,
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu,
3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar
batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut, 4.
Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,
5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan
para pekerja,
Universitas Sumatera Utara
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan return on investment yang sebaik mungkin dan
total biaya yang terendah. Sedangkan menurut Higgins, L.R and Mobley, R.Keith, 2002 dalam
bukunya Maintenance Engineering Handbook menjelaskan adapun tujuan dari dilakukannya pemeliharaan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Menjamin tersedianya peralatan atau mesin dalam kondisi yang mampu
memberikan keuntungan, 2.
Menjamin kesiapan peralatan cadangan dalam situasi darurat, misalnya sistem pemadam kebakaran, pembangkit listrik, dan sebagainya,
3. Menjamin keselamatan manusia yang menggunakan peralatan,
4. Memperpanjang masa pakai peralatan atau paling tidak menjaga agar masa
pakai peralatan tersebut tidak kurang dari masa pakai yang telah dijamin oleh pembuat peralatan tersebut.
2.3.2.3 Fungsi pemeliharaan
Menurut pendapat Ahyari, Agus, 2002 fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan
produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.
Keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut Ahyari, Agus, 2002:
a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang
bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang, b.
Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar,
c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
Universitas Sumatera Utara
d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka
proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
e. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan
produksi yang digunakan, f.
Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi
dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik.
2.3.2.4 Kegiatan-kegiatan pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Tampubolon, Manahan. P, 2004 meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:
1. Inspeksi inspection
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan
selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya kerusakan, maka segera
diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi, dan berusaha untuk mencegah penyebab timbulnya kerusakan dengan
melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi. 2.
Kegiatan teknik Engineering Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli,
dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut.
Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan- perubahan dan perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas
atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak di dapatkan atau
diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Kegiatan produksi Production
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,
melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksanakan kegiatan service dan perminyakan
lubrication. Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha- usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.
4. Kegiatan administrasi Clerical Work
Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen spareparts yang di butuhkan, laporan
kemajuan progress report tentang apa yang telah dikerjakan . waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut,
komponen spareparts yag tersedia di bagian pemiliharaan. Jadi, dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planning dan scheduling, yaitu rencana
kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki atau di service dan di resparasi.
5. Pemeliharaan Bangunan housekeeping
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.
2.3.2.5 Jenis-jenis pemeliharaan
Menurut Daryus, Asyari, 2007 dalam bukunya Manajemen pemeliharaan mesin membagi pemeliharaan menjadi:
1. Pemeliharaan pencegahan Preventive Maintenance
Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dibertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang direncanakan untuk
pencegahan. Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama
beroperasi terhindar dari kerusakan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemeliharaan korektif Corrective Maintenance
Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan sehingga
mencapai standar yang dapat di terima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau
modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik, 3.
Pemeliharaan berjalan Running Maintenance Pemeliharaan ini dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan
bekerja. Pemeliharan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi,
4. Pemeliharaan prediktif Predictive Maintenance
Pemeliharaan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya
pemeliharaan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih,
5. Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan Breakdown Maintenance
Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-alat dan
tenaga kerjanya, 6.
Pemeliharaan Darurat Emergency Maintenance Pemeliharan ini adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus segera dilakukan
karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. 7.
Pemeliharaan berhenti shutdown maintenance Pemeliharaan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama
mesin tersebut berhenti beroperasi, 8.
Pemeliharaan rutin routine maintenance Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin atau
terus-menerus, 9.
Design out maintenance adalah merancang ulang peralatan untuk menghilangkan sumber penyebab kegagalan dan menghasilkan model kegagalan
yang tidak lagi atau lebih sedikit membutuhkan maintenance.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.6 Klasifikasi pemeliharaan
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam dua cara, yaitu Corder A, 1992:
1. Pemeliharaan terencana planned maintenance
Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terorginir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,
pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Corder A, 1992.
Menurut Corder A, 1992 Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:
a. Pemeliharaan pencegahan Preventive Maintenance
Pemeliharaan pencegahan preventive maintenance adalah inspeksi periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi berhenti
atau berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke
kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian.
Setiawan, F.D, 2008.
Menurut Heizer, Jay dan Render, Barry, 2001 dalam bukunya “Operations Management”, preventive maintenance adalah:
“A plan that involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure”
Sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di
masa yang akan datang. Pekerjaan dasar pada perawatan preventive adalah: inspeksi, pelumasan, perencanaan dan penjadwalan, pencatatan dan analisis,
latihan bagi tenaga pemeliharaan, serta penyimpanan suku cadang. sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan dapat
terpenuhi pengunaannya. Daryus A, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dhillon B.S, 2006 dalam bukunya “maintainability,
maintenance, and reliability for engineers” ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan preventive maintenance yaitu:
1 Inspeksi: memeriksa secara berkala periodic bagian-bagian tertentu untuk
dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan karakteristik lain untuk standar yang pasti,
2 Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi
untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti, 3
Pengujian: pengujian secara berkala periodic untuk dapat menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,
4 Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel
tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal, 5
Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan
yang baru, 6
Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang
ditentukan, 7
Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen variabel untuk mencapai kinerja yang optimal.
b. Pemeliharaan korektif Corrective Maintenance
Pemeliharaan secara korektif corrective maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan
untuk memperbaiki suatu bagian termasuk penyetelan dan reparasi yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Corder, A, 1992.
Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul terencana.
Menurut Heizer, Jay dan Render, Barry, 2001 pemeliharaan korektif Corrective Maintenance adalah:
“Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be repaired on an emergency or priority basis”
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas
utama. Menurut Prawirosentono, Suyadi, 2001 pemeliharaan korektif
Corrective Maintenance adalah perawatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk setengah jadi maupun barang jadi tidak sesuai dengan rencana, baik
mutu, biaya, maupun ketepatan waktunya. . Oleh karena itu, Dalam pelaksanaan pemeliharaan antara terencana yang
harus diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor yang diperhatikan dalam
perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan. Daryus, Asyari, 2007.
2. Pemeliharaan tak terencana unplanned maintenance
Pemeliharaan tak terencana adalah yaitu pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan
untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar
pada peralatan, atau untuk keselamatan kerja. Corder A, 1992.
Pada umumnya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga
akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau pemeliharaan.
Secara skematik dapat dilihat sesuai diagram alir proses suatu perusahaan untuk sistem pemeliharaan dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.15 Diagram alir pemeliharaan
Sumber: Corder, Anthony, 1992, Teknik Manajemen Pemeliharaan, Erlangga
2.3.3 Kegiatan Inspeksi pada pemeliharaan belt conveyor
Selama interval umur equipment bagian-bagian pada belt conveyor yang telah ditentukan, maka inspeksi-inspeksi pada bagian-bagian tersebut dilakukan
secara berkala, yaitu : 1.
Inspeksi harian daily Inspection Salah satu pekerjaan yang dilakukan dalam inspeksi harian ini adalah :
a. Pengecekan pada sistem transmisi yaitu pelumasannya
b. Pengecekan pada bagian roller yaitu putaran roller dan suara yang
abnormal c.
Pengecekan pada conveyor belt yaitu cek kelurusan conveyor belt pada saat operasi
2. Inspeksi bulanan monthly inspection
Salah satu pekerjaan yang dilakukan pada inspeksi bulanan ini adalah: a.
Pengecekan driver unit yaitu pemeriksaan getaran, arus dan tegangan
b. Pengecekan pully yaitu periksa suara dan temperatur pada pully
Universitas Sumatera Utara
c. Pengecekan conveyor belt yaitu cek fisik conveyor belt kondisi
sambungan d.
Pengecekan skrit rubber yaitu cek keausan e.
Pengecekan pembersih cleaner yaitu periksa jarak antara cleaner dengan head pully
f. Pengecekan umum yaitu periksa semua baut pengikat
3. Inspeksi tahunan yearly inspection
Salah satu pekerjaan yang dilakukan pada inspeksi tahunan ini adalah: a.
Pengecekan conveyor belt yaitu cek kekerasan conveyor belt b.
Penggantian skrit rubber
2.3.4 Hubungan kegiatan pemeliharaan dengan biaya
Tujuan utama manajemen produksi adalah mengelola penggunaan sumber daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku,
tenaga kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan efisien. pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan
pemeliharaan harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit. Menurut Mulyadi, 1999 dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari
barang yang diproduksi terdiri dari: a.
Direct Material Used biaya bahan baku langsung yang digunakan, b.
Direct manufacturing Labor biaya tenaga kerja langsung, c.
Manufacturing Overhead biaya overhead pabrik. Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah
bagaimana menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya kerusakan, dari kebijakan itulah nantinya
akan mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer produksi harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang
ditimbulkan sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan. Dibawah ini diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan
pencegahan preventive maintenance dan breakdown dengan total biaya.
Universitas Sumatera Utara
a
b
Gambar 2.16 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance
dengan biaya. a Traditional View of Maintenance, b Full Cost View of Maintenance
Sumber: Heizer, Jay and Render, Barry, 2001, Operation Management, Prentice Hall, sixt Edition
Gambar diatas menunjukkan hubungan tradisional antara pemeliharaan pencegahan preventive maintenance dengan pemeliharaan breakdown
breakdown maintenance yang menjelaskan bahwa manejer operasi harus bisa mempertimbangkan keseimbangan antara kedua biaya. Di satu pihak, dengan
menempatkan sumber daya pada kegiatan pemeliharaan pencegahan akan mengurangi jumlah kemacetan. Sama halnya dengan mengurangi pemeliharaan
breakdown biaya akan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan pencegahan. Di waktu yang sama kurva total biaya akan menaik.
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Analisa kebijakan Pemeliharaan
Dengan demikian metode yang digunakan untuk memelihara mesin dalam perusahaan adalah metode probabilitas untuk menganalisa biaya. Menurut
Handoko, T.Hani, 1999 Langkah-langkah perhitungan biaya pemeliharaan adalah:
1. Menghitung rata-rata umur mesin sebelum rusak atau rata-rata mesin hidup
dengan cara: Rata-rata mesin hidup =
∑ bulan sampai terjadinya kerusakan setelah perbaikan X probabilitas terjadinya kerusakan
2. Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan
pemeliharaan breakdown:
TC =
MTBF N
C
R
.
Keterangan: TC = biaya bulanan total kebijakan Breakdown Rp
C
r
= biaya perbaikan mesin Rp N = jumlah mesin
MTBF = jumlah bulan yang diperkirakan antara kerusakan. 3.
Menghitung biaya yang dikeluarkan jika melaksanakan kebijakan pemeliharaan preventive:
Untuk menentukan biaya pemeliharaan preventive meliputi pemeliharaan setiap satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan seterusnya, harus dihitung
perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam suatu periode. Rumusnya adalah:
Bn = N
+ B
n-1
P
1
+ B
n-2
P
2
+ B
n-3
P
3
+ B
1
P
n-1
Keterangan: Bn = perkiraan jumlah kerusakan mesin dalam n bulan,
N = jumlah Mesin,
Pn = Probabilitas mesin rusak dalam periode n
Universitas Sumatera Utara
2.4 Metode Manajemen Pemeliharaan
Manajemen Pemeliharaan adalah pendekatan yang teratur dan sistematis untuk perencanaan, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi kegiatan
pemeliharaan dan biaya. Sebuah sistem manajemen pemeliharaan yang baik digabungkan dengan pengetahuan dan staf pemeliharaan mampu dapat mencegah
masalah-masalah kesehatan dan keselamatan dan kerusakan lingkungan; menghasilkan aset hidup dengan lebih sedikit gangguan dan mengakibatkan biaya
operasi yang lebih rendah dan kualitas hidup yang lebih tinggi. Menurut Margono, 2006 metode manajemen pemeliharaan di lihat dari
beberapa hal sebagai berikut: 1.
Permohonan pemeliharaan, Sebagai persyaratan untuk perencanaan fungsi pemeliharaan, karena
perlu utuk mengetahui secara tepat tentang apa yang harus di kerjakan, apa yang sedang di kerjakan dan berapa lama setiap bertugaspekerjaan tersebut di kerjakan.
Permintaan dari pengawas bagian produksi untuk pelayanan yang dilakukan oleh petugas-petugas pemeliharaan harus mendapat prioritas prhatian meskipun dalam
pengalaman menunjukkan bahwa hampir seluruh pekerjaan pemeliharaan dapat di rencanakan sebelumnya, dalam jangka pendek dan kenyataan bahwa prioritas
utama jauh lebih kecil dari yang di perkirakan. 2.
Permintaan pemeliharaan atau perbaikan, Permintaan pemeliharaan atau perbaikan atas pekerjaan yang salah satu
atau kerusakan atau cacat yang memang perlu di perbaiki. Setelah pekerjaan di selesaikan, kita harus mencari keterangan atau alasan tentan sebab-sebab
terjadinya kerusakan, terutama penting apabila terjadinya pemeliharaan darurat serta uraian singkat tapi jelas mengenai tindakan yang telah dilaksanakan.
3. Kartu permintaan pemeliharaan atau perbaikan.
Dalam kartu permintaan pemeliharaanperbaikan dimuat seluruh informasiketerangan yang dibutuhkan seperti misalnya jenis pekerja yang
diperlukan, dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pekerja berorganisasi kepada tugas yang diberikan dan kartu permintaan
pemeliharaan tersebut juga berorganisasi kepada tugas tersebut. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu perbedaan yang pokok antara penggunaan kartu permintaan pemeliharaanperbaikan dengan penggunaan kartu waktu dimana masalahnya
hanya pada berorganisasi kepada para petugas pemeliharaan.
Menurut Mobley, R.Keith, 2002 ada beberapa metode manajemen
pemeliharaan antara lain Yaitu: 1.
Run-to-failure management, Run-to-failure management adalah manajemen teknik pengaktifan
kembali yang menunggu mesin atau peralatan rusak sebelum diambil tindakan pemeliharaan, yang mana sebenarnya adalah “nomaintenance”. Metode ini
merupakan manajemen pemeliharaan yang paling mahal. Metode reaktif ini memaksa departemen manajemen pemeliharaan untuk mempertahankan
persediaan suku cadang yang banyak yang mencakup seluruh komponen utama peralatan penting pabrik.
2. Preventive Maintenance
ada banyak defenisi pemeliharaan preventive, tetapi semua program
manajemen pemeliharaan preventive adalah dijalankan berdasarkan waktu. Dengan kata lain tugas-tugas pemeliharaan berlalu berdasarkan pada jam
operasi. Dalam manajemen pemeliharaan preventive, perbaikan mesin dijadwalkan berdasarkan pada statistik waktu rata-rata kerusakan MTTF.
Dapat dilihat siklus MTTF dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.17 kurva bak mandi
3. Predictive Maintenance
Seperti pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif memiliki banyak defenisi. Untuk sebagian pekerja, pemeliharaan prediktif adalah pemantauan
getaran mesin dalam upaya untuk mendeteksi masalah baru dan untuk mencegah kerusakan fatal.
Pemeliharaan prediktif adalah menggerakkan kondisi program pemeliharaan preventif. Untuk jadwal kegiatan pemeliharaan, pemeliharaan
prediktif menggunakan pengawasan langsung terhadap kondisi mekanik, efisiensi system, dan indicator lainnya untuk menentukan rata-rata waktu actual sampai
rusak atau hilangnya efisiensi untuk setiap mesin dan system di pabrik. Penambahan program pemeliharaan prediktif yang komprehensif dapat dan akan
menyediakan data factual pada kondisi mekanik actual dari setiap mesin dan efisiensi operasional setiap sistem proses.
4. Metode peningkatan pemeliharaan lainnya
Selama 10 tahun terakhir, berbagai metode manajemen, seperti pemeliharaan produktif total TPM dan kehandalan yang berpusat pada
pemeliharaan RCM, telah dilembangkan dan disebut-sebut sebagai obat mujarab untuk pemeliharaan yang tidak efektif. Banyak pabrik domestik menggunakan
Universitas Sumatera Utara
salah satu dari metode cepat, memperbaiki dalam upaya untuk mengimbangi kekurangan pemeliharaan yang dirasakan.
a. Total Productive Maintenance
Pemeliharaan ini disebut-sebut sebagai pendekatan jepang untuk manajemen perawatan yang efektif, konsep ini di kembangkan oleh Deming di
akhir 1950-an. TPM bukan program manajemen pemeliharaan. Sebagian besar kegiatan terkait dengan pendekatan manajemen jepang diarahkan pada fungsi
produksi dan menganggap pemeliharaan akan memberikan tugas-tugas dasar yang diperlukan untuk mempertahankan aset produksi kritis. Semua manfaat di ukur
dari TPM yang di kemas dalam hal kapasitas, kualitas produk, dan total biaya produksi.
b. Reliability-Centered Maintenance
Dalil dasar RCM adalah bahwa semua mesin harus gagal dan memiliki umur yang terbatas, tetapi asumsi ini tidak berlaku, jika mesin dan sistem pabrik dirancang
baik, dipasang, dioperasikan, dan dipelihara.
2.5 Metode Penyambungan belt