BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Secara istilah pendidikan berasal dari kata dasar “didik”, yang artinya “memelihara dan memberi latihan ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran”.
1
Secara etimologi kebahasaan, kata “pendidikan” berasal dari bahasa Yunani,
yaitu kata majemuk paedagogike. Kata tersebut terdiri dari dua kata, yaitu kata paes dan ago. Paes berarti anak, sedangkan ago berarti aku membimbing. Kata
paedagogike ini bisa diartikan secara simbolik, yang kemudian memiliki arti sebagai perbuatan membimbing anak didik. Dalam hal ini, bimbingan menjadi
kegiatan inti dalam proses pendidikan.
2
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
3
Sedangkan secara istilah terminologi, terdapat beberapa definisi pendidikan yang beragam yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Di antaranya sebagai
berikut :
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, Edisi IV, h. 425.
2
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, h. 70
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
serta Wajib Belajar, Bandung: Citra Umbara, 2010, Cet. I, h. 2-3.
M. Ngalim Purwanto mendefinisikan pendidikan sebagai “segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.” Atau lebih jelas lagi, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-
anak, dalam pertumbuhannya jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.
4
Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, mengartikan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang
ditunjukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.
5
Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan. Menurut Islam, pendidikan adalah juga
merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian pendidikan
itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya.
6
Sementara itu,
Ahmad Tafsir
mendefinisikan pendidikan
sebagai “pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”.
7
Dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh
diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain guru. Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati. Jelasnya pendidikan
adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses atau usaha dalam rangka mendidik, melatih dan transfer
ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa kepada
4
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. XVII, h. 10.
5
Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003, cet. II, h. 11.
6
Zaini Muchtarom, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. 5, h. 9
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, Cet. II, h. 26-27.