Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya

52                         “Yaitu orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang namanya mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang maruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[574]. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya Al-Quran, mereka Itulah orang-orang yang beruntung. ” Q.S. Al-Araaf7: 157. 46 Maksud dari ayat ini bermakna memuliakan Rasulullah SAW, salah satu caranya adalah dengan selalu mengamalkan hadis-hadis Rasul. Pada novel Dalam Mihrab Cinta, tampaklah Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang memuliakan Rasul. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan tentang memuliakan Rasul. Ia mengendarai motornya dengan wajah cerah. Sepanjang jalan ia tiada hentinya membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Ia sudah berazam tidak akan sekali-kali mengambil harta orang lain lagi. Ia sudah mulai mengembalikan dompet yang ia copet satu per satu. Setiap bulan minimal ia mengirim dua dompet lengkap bersama isinya. Ia menganggap itu seperti menyicil membayar hutang. 47 Dalam bagian ini, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan tokoh Syamsul yang sangat mencintai Rasulullah SAW. Syamsul mengungkapkan rasa kecintaannya dengan cara tiada hentinya membaca shalawat kepada Rasulullah SAW ketika ia sedang mengendarai motornya di sepanjang jalan. Sebagai ummat beliau, hendaknya kita senantiasa selalu mengamalkan sunnah Rasul. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain terkait nilai-nilai pendidikan akhlak tentang memuliakan Rasul. 46 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 170. 47 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 180 53 Dengan tenang dan suara yang tertata serta intonasi yang terjaga ia menyampaikan kalimat demi kalimat yang menyejukkan jiwa. Syamsul menyampaikan keutamaan kalimat thayyibah dan bagaimana dahulu Rasulullah SAW mendapat rintangan yang tidak ringan saat mendakwahkannya. 48 Penggalan di atas juga menunjukkan bahwa tokoh Syamsul adalah sosok yang sangat memuliakan Rasulullah SAW. Syamsul mengingatkan kepada para jamaah dalam ceramahnya tentang betapa berat rintangan yang Rasulullah SAW dapatkan ketika beliau sedang berjuang menyebarkan dakwah Islam pada saat itu. c. Sabar Sabar adalah suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihad8apinya. Namun yang perlu dicatat, tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar dalam definisi yang paling tepat adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar, lalu diakhiri dengan rida dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan. 49 Konsep sabar dapat ditemukan dalam Al- Qur’an, antara lain di Surat Al- Baqarah ayat 155-156.                          “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. 50 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang sabar. Sebagai gambaran, 48 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 213 49 Mahjudin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, Cet. V, h. 10. 50 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 685. 54 berikut penulis tampilkan bagian pada novel tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang sabar. Ia mencoba untuk bersabar. Ia kembali mencoba mencari kerja hari itu. Kerja apa saja, yang penting bisa untuk makan. Ia pergi ke pasar Johar. Ia menawarkan diri untuk jadi buruh panggul di pasar Johar, tetapi ia ditolak. Sudah lebih dari cukup buruh panggul yang ada di pasar Johar. Ia lalu menawarkan diri menjadi kernet angkot, tidak ada yang menerimanya. 51 Pada bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan konsep sabar. Pada kutipan di atas digambarkan bagaimana tokoh Syamsul yang berusaha bersikap sabar atas usaha yang di telah dilakukannya dalam mencari suatu pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia hendaknya mampu untuk memiliki sikap sabar dalam kehidupannya. d. Taubat Taubat secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai “sadar dan menyesal akan dosa perbuatan yang salah atau jahat dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.” 52 Menurut Moh. Ardani taubat adalah “Sikap yang menyesali perbiuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhi perbuatan buruk serta melakukan perbuatan baik.” 53 Manusia diperintahkan untuk bertaubat kepada Allah SWT. Hal tersebut terdapat di dalam Al- Qur’an, antara lain sebagai berikut.                                                 51 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 104 52 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia …, h. 1718. 53 Moh. Ardani, op.cit., h. 70. 55 “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Q.S. At-Tahrim66:8 54 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang taubat kepada Allah SWT. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel tentang taubat kepada Allah SWT. Kata-kata Pak Broto itu menyengat hati nurani dan jiwa Syamsul. Matanya berkaca-kaca. Dadanya sudah basah oleh rasa haru luar biasa. Ia akhirnya menerima amanah itu. Dan hari itu juga ia tunaikan amanah itu seperti yang disampaikan Pak Broto. Malam harinya Syamsul menangis sejadi-jadinya kepada Allah. “Ya Allah, semua orang kini menganggapku sebagai orang baik. Engkau Maha Mengetahui bahwa hamba bukan orang baik. Ya Allah ampunilah hamba-Mu yang berlumur dosa ini ya Allah. Hamba ingin benar-benar menjadi orang yang baik, dan hanya Engkau yang bisa membuat hamba berubah menjadi orang baik. Ya Allah, saksikanlah mulai mala mini hamba bertaubat, hamba bertaubat, hamba bertaubat ya Allah. Astaghfirullahal’adhim alladzi laailaaaha illa huwal hayyul qayyum wa atuu bu ilaihi.” 55 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang taubat kepada Allah SWT. Tokoh utama pada novel, yaitu Syamsul, sedang bertaubat kepada Allah SWT. Syamsul memohon ampunan atas segala perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, yang telah banyak ia lakukan. Syamsul menyadari atas apa yang telah dilakukan olehnya selama saat jauh dari Allah SWT. e. Ikhlas Ikhlas bermakna niat mengharap ridha Allah SWT saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya. 54 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 560. 55 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 150 56 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhlas adalah “tulus hati dengan hati yang bersih dan jujur.” 56 Moh. Ardani mendefinisikan ikhlas sebagai “sikap yang menjauhkan diri dari riya’ ketika mengerjakan amal baik.” 57 Konsep ikhlas dapat ditemukan dalam Al- Qur’an, antara lain di Surat Al- Bayyinah ayat 5.                   ”Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas mentaati- Nya semata-mata karena menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus .” 58 Q.S Al-Bayyinah98: 5 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang ikhlas. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel tersebut yang mengandung konsep pendidikan akhlak tentang ikhlas. Seorang Ustadz yang duduk tak jauh dari Pak heru mencoba menguatkan dan menyabarkan, “Sudah, Pak Heru, tak perlu disesali lagi. Jangan terus menangis seperti itu. Ikhlaskan almarhumah….” Bukannya tambah reda, tangis Pak Heru malah semakin menjadi. Dengan terisak- isak ia menjawab, “Tapi dia mau menikah Ustadz. Dia sedang menyongsong hari bahagianya.” Ia lalu memegang tangan Syamsu l,…” 59 Pada bagian ini tampak bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan konsep ikhlas. Pada kutipan di atas digambarkan bagaimana seorang Ustadz yang sedang menasihati Pak Heru agar bisa mengikhlaskan kepergian dari almarhumah Silvie. Nilai pendidikan akhlak di atas hendaknya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 56 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 572. 57 Moh. Ardani, op.cit, h. 70 58 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit.,, h. 598. 59 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 256 57 f. Upaya Meningkatkan Ketakwaan. Ketakwaan merupakan modal dasar dan paling besar yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Kadar ketakwaan manusia bisa berkurang dan bertambah yazid wa yankush, oleh karena itulah harus ada upaya-upaya untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dalam setiap pribadi manusia. Takwa adalah menjaga hubungan diri dengan Allah SWT, dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya. Orang yang bertakwa niscaya beriman dan taat kepada Allah St dan Rasul-Nya, memperoleh petunjuk Allah SWT dan keberhasilan dalam hidup. Orang yang bertakwa menegakkan sholat, berpuasa, tabah, dan sabar dalam penderitaan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, menjauhi riba dan bertawakal kepada Allah SWT, mengeluarkan zakat dan membagi rezeki untuk kesejahteraan orang lain, mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat benar, melarang berbuat munkar dan berlaku adil. Takwa adalah himpunan kebajikan. 60 Manusia diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah SWT. Hal tersebut terdapat di dalam Al- Qur’an, antara lain sebagai berikut.                        “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal .” Q.S. Al-Hujurat: 13. 61 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai akhlak tentang upaya meningkatkan ketakwaan. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang menggambarkan tentang upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. 60 Muchlis M. Hanafi, Spiritualis dan Akhlak, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, 2010, Cet. 1, h. 75 61 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 517. 58 Ia semakin mantap memilih pesantren sebagai jalan menuju sukses. Ia ingin menjadi yang dikehendaki baik oleh Allah. Yang kedua Sang Imam memintanya melakukan sesuatu bukan atas dasar tertantang semata. Tetapi atas dasar kecintaannya pada bidang yang ditekuninya, seraya diiringi ketulusan hati untuk mengabdi kepada Allah. Itu akan mempermudah langkahnya meraih segala yang diinginkannya. Ia genggam baik-baik pesan Sang Imam. Ia semakin tahu jalan mana yang harus ia tempuh. Restu ibu pun telah ia genggam, ia tersenyum dalam diam ia semakin mantap untuk melangkah maju. “Bismillah Aku melangkah karena- Mu, ya Allah” teriaknya dalam hati. Teriakan yang mantap sekali. Teriakan yang menggema hingga ke tujuh petala langit dan bumi. 62 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak berupa upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Tokoh utama pada novel, yaitu Syamsul, semakin mantap memilih pesantren sebagai jalan menuju sukses. Ia ingin menjadi yang dikehendaki baik oleh Allah. g. Tawakkal Berserah Diri Tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT setelah berusaha semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Syarat yang terpenting ketika seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan ketentuannya kepada Allah. Manusia diperintahkan untuk bertawakkal dalam setiap usaha yang telah dilakukannya. Hal tersebut terdapat di dalam Al- Qur’an, antara lain sebagai berikut.               “ Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa- dosa hamba-hamba-Nya. ” Q.S. Al-Furqan25 :58. 63 62 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 13-14 63 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 365. 59 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. Sebagai gambaran, berikut penulis tampilkan bagian pada novel Dalam Mihrab Cinta yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal. Malam itu, ketika jarum jam menunjuk angka tiga, di tempat yang berbeda tiga orang bermunajat kepada Allah. Di masjid Jami’ Parung, Syamsul shalat tahajjud, lalu shalat istikharah dan meminta ditunjukkan jodoh yang terbaik buat dirinya, “Ya Allah sebaik-baik rencana, tetap rencana-Mulah yang terbaik. Dan sebaik-baik pilihan tetap pilihan-Mulah yang terbaik. Maka anugerahilah hamba rencana dan pilihan terbaik-Mu untuk hamba. Rabbana taqabbal minna innaka Antas Samii’ul „Aliim wa tub „alaina innaka Antat Tawwaabur Rahiim. Aamiin.” 64 Pada bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. Tokoh utama Syamsul menyerahkan urusan jodohnya kepada Allah SWT, setelah ia berusaha menentukan sendiri siapa jodohnya yang paling baik menurutnya dan juga menurut ibunya. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain terkait dengan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. “Ya Allah, jika hamba salah mengharapkan dia. Maka pupuslah harapan ini. Jika hamba benar mengharap dia dan kau meridhainya maka aku serahkan semuanya kepada rencana-Mu. Engkaulah Dzat Yang maha Kuasa dan maha Tahu. Aamiin.” Pada penggalan di atas tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El- Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang tawakkal kepada Allah SWT. Dalam bagian tersebut menunjukkan bahwa Zizi sedang berdo’a, menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT atas segala usaha yang selama ini telah ia lakukan untuk bisa mendapatkan pria yang menjadi idamanannya yaitu Syamsul Hadi. 64 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 235-236. 60

2. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Orang Tua

Islam menekankan pentingnya seorang muslim untuk memiliki akhlak yang mulia terhadap orang tua. Menurut Moh. Ardani, ajaran Islam menyerukan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik kepada orang tua meskipun ia kurang menyenangkan di hati. 65 Terdapat banyak sekali perintah Allah SWT di dalam Al- Qur’an yang menjelaskan tentang berbuat baik kepada orang tua, antara lain sebagai berikut :                   “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Q.S. Luqman : 14. 66 Kajian akhlak terhadap orang tua yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy mencakup dua hal, yaitu : Berkata Sopan kepada Orang Tua dan Menaati Perintah Orang Tua. a. Berkata Sopan kepada Orang Tua. Menjaga akhlak kepada orang tua bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan berkata sopan kepada orang tua dengan menggunakan bahasa yang baik, kalimat yang sopan, dan tidak menyakiti hatinya. Hal tersebut sesuai dengan perintah Allah SWT yang terdapat di dalam Al- Qur’an, antara lain sebagai berikut.             “Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya Perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.Q.S. Al- Isra’17 : 23. 67 65 Moh. Ardani, op.cit., h. 81-82. 66 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 412. 67 Ibid., h. 284 61 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua. Berikut penulis tampilkan bagian yang ada pada novel Dalam Mihrab Cinta tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu berkata sopan kepada orang tua. “I….ibu” Ucap Syamsul dengan bibir bergetar. Sang ibu juga mersakan hal yang hampir sama. Ia seperti mimpi bertemu kembali dengan anak lelakinya. “Oh, Syamsul anakku” Syamsul langsung lari menghambur memeluk kaki ibunya. “Ibuu…ampuni Syamsul, Bu. Syamsul membuat ibu sedih dan khawatir.” Kata Syamsul sambil terisak-isak. Bu Bambang tak berkata-kata. Air matanya deras mengalir. Tangan tuanya mengusap-usap rambut Syamsul. Harusnya Syamsul yang ke Pekalongan Bu. Bukan ibu yang kesini. Maafkan Syamsul yang sudah menyusahkan ibu dan keluarga. 68 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua. Dalam kutipan di atas, ditampilkan dialog antara tokoh utama Syamsul dengan ibunya. Syamsul berkata lembut dan sopan kepada ibunya yang terlihat begitu senang dengan cara meluapkan rasa haru hingga membuat keduanya meneteskan air mata bahagia. Kajian nilai-nilai pendidikan akhlak ini sangat bagus sekali sebagai contoh dalam menghormati orang tua. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua.. “Sul, maafkan aku ya. Aku khilaf. Aku telah zalim kepadamu.” Isak Pak Bambang. “Bapak tidak salah. Syamsul yang minta maaf Pak.” Jawab Syamsul dengan dada lapang. 69 Dalam penggalan di atas, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang berkata sopan kepada orang tua. Pada bagian tersebut, ditunjukkan bahwa Syamsul adalah sosok yang memiliki sikap sopan dan lembut dalam berkata kepada orang tua. Kata-katanya yang sopan tidak membuat sakit hati kedua orang tuanya. 68 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 224 69 Ibid., h. 243 62 b. Menaati Perintah Orang tua. Islam menekankan kepada setiap muslim untuk menjaga akhlak kepada orang tua. Setiap anak harus menaati perintah orang tua karena pada hakikatnya tidak ada orang tua yang menginginkan keburukan bagi anak- anaknya. Jadi, apapun perintah mereka, tak lain adalah bentuk rasa cinta yang tulus tanpa pamrih kepada anaknya. Moh. Ardani mengatakan, ajaran Islam menyerukan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, bahkan ketika orang tua dalam keadaan marah kepada anak. Allah melarang sang anak menyinggung perasaan orang tua, membalas atau mengimbangi ketidakbaikkan orang tua. 70 Manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang tua. Hal tersebut terdapat di dalam Al- Qur’an, antara lain sebagai berikut.           “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik- baiknya. Q.S. Al- Isra’17 : 23. 71 Pada novel Dalam Mihrab Cinta, Habiburrahman El-Shirazy banyak menampilkan konsep nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. Berikut penulis tampilkan bagian pada novel yang mengetengahkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. “Biar mantap, istikharahlah, Sul, sebelum kamu mengambil keputusan. “Pinta Bu Bambang sambil memegang tangan Syamsul. Syamsul mengangguk. Malam itu, ketika jarum jam menunjuk angka tiga, di tempat yang berbeda tiga orang bermunajat kepada Allah. Di masjid Jami’ Parung, Syamsul shalat tahajjud, lalu shalat istikharah dan meminta ditunjukkan jodoh yang terbaik buat dirinya. 72 Dalam bagian ini tampak dengan jelas bahwa Habiburrahman El-Shirazy menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. 70 Moh. Ardani, op.cit., h. 81. 71 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 284. 72 Habiburrahman El Shirazy, op.cit., h. 235 63 Dalam kutipan di atas, ditampilkan dialog antara tokoh utama Syamsul dengan ibunya. Syamsul sangat menaati perintah ibunya yang menyuruh ia untuk menunaikan shalat istikharah sebelum mengambil sebuah keputusan. Syamsul bersedia mengerjakan apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya sebagai bentuk taat kepada orang tua. Pada bagian lain, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan gambaran lain nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. Bu Bambang memanggil Nadia dan memintanya untuk membuatkan minuman. Nadia mendekat dan bertanya kepada Zizi, “Yang dingin atau panas, Mbak?” “Tak usah repot-repot, Nad, saya tidak lama. Saya Cuma mau ketemu Syamsul, mau minta tolong.” 73 Dalam penggalan di atas, Habiburrahman El-Shirazy juga menampilkan nilai-nilai pendidikan akhlak tentang menaati perintah orang tua. Pada bagian tersebut, ditunjukkan bahwa bahwa adik Syamsul, Nadia sangat menaati perintah ibunya. Ia diminta oleh ibunya untuk membuatkan minuman untuk Zizi yang sedang bertamu ke rumahnya.

3. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani maupun ruhani. Manusia memiliki kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani jasad dan rohani jiwa. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing. Kajian akhlak terhadap diri sendiri yang terdapat pada novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy mencakup lima hal, yaitu : Semangat Menuntut Ilmu, Kejujuran, Kemandirian, Tanggung Jawab dan Bersikap Optimis. 73 Habiburrahman El Shirazy, op.cit, h. 263