Tujuan dan Kegunaan Penelitian

M. Ngalim Purwanto mendefinisikan pendidikan sebagai “segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.” Atau lebih jelas lagi, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak- anak, dalam pertumbuhannya jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. 4 Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, mengartikan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukkan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan. 5 Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan. Menurut Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Demikian pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya. 6 Sementara itu, Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan sebagai “pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”. 7 Dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain guru. Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati. Jelasnya pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal. Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses atau usaha dalam rangka mendidik, melatih dan transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa kepada 4 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. XVII, h. 10. 5 Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Angkasa, 2003, cet. II, h. 11. 6 Zaini Muchtarom, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. 5, h. 9 7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994, Cet. II, h. 26-27. peserta didik. Pendidikan dipandang sebagai sebuah proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu menjadi pribadi yang kamil sempurna secara lahir dan batin. Adapun pengertian akhlak ditinjau dari segi etimologi kebahasaan, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu jama‟ dari kata “Khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata “akhlak” juga berasal dari kata “khalaqa” atau “khalqun”, artinya kejadian, serta erat hubungannya dengan „Khaliq”, artinya menciptakan, tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “al-khaliq”, artinya pencipta dan “makhluq”, artinya yang diciptakan. 8 Secara terminologis, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan pranata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral. 9 . Kata akhlâq dapat ditemukan pemakaiannya di dalam Alquran maupun Hadis sebagaimana terlihat di bawah ini: .݋ْيظع ق݉خ ى݉ع݈ َ݃ݐاو ݋݈݉݁ا \ ٨٦ : ٤ “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” Q.S. al-Qalam68: 4 10 ܓݍحأ ݒاور قاْخأْ݈ا ݊را݅݌ ݋ِݍتأ݈ تْثعب اݍَݐإ “Bahwasanya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti.” H.R. Ahmad Dalam ajaran Islam, akhlak secara umum dibagi atas dua macam, yaitu : a. Akhlak Terpuji Akhlak al-Karimah Menurut M. Yatimin Abdullah, “akhlak terpuji akhlak al-karimah adalah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam”. 11 Lebih lanjut, M. Yatimin 8 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, 2010, Cet. I, h. 13. 9 Ibid., h. 13 10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005, h. 564. 11 M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al- Qur’an, Jakarta: Amzah, 2007, h. 12. Abdullah menjelaskan, akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT yang dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji atau dengan kata lain, akhlakul karimah ialah mata rantai iman. 12 Jika dilihat dari aspek hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mulia tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Ardani, yaitu : 1 Akhlak Kepada Allah, yang titik tolaknya adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah SWT. 2 Akhlak kepada diri sendiri, dengan cara menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiridengan sebaik-baiknya. 3 Akhlak kepada sesama manusia, dengan cara memuliakan, memberikan bantuan, pertolongan, menghargai, dan sebagainya kepada mereka. 13 b. Akhlak Tercela Menurut Beni Ahmad Saebani, akhlak tercela atau akhlak yang dibenci, yakni disebut “akhlaq al-mazmumah” yaitu akhlak yang dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana akhlak orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang- orang munafik. 14 Sedangkan M. Yatimin Abdullah berpendapat bahwa, “akhlakul mazmumah” merupakan akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam”. 15 Menurut M. Yatimin Abdullah “akhlak tidak baik dapat dilihat dari tingkah laku perbuatan yang tidak elok, tidak sopan, dan gerak-gerik yang tidak menyenangkanyidak baik. Tiang utama dari akhlak yang tidak baik adalah nafsu jahat” 16 Oleh sebab itu, M. Yatimin Abdullah mendefinisikan bahwa akhlakul Mazmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak 12 Ibid., h. 40 13 Moh. Ardani, Akhlak tasawuf: Nilai-nilai AkhlakBudi pekerti dalam Ibadat dan tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, Cet. II, h. 49-57 14 Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 199-200. 15 Yatimin, op.cit., h. 12. 16 Ibid., h. 55.