e. Metode „Ibrah
Secara sederhana, „ibrah berarti merenungkan dan memikirkan. Dalam
arti umum dapat diartikan dengan “mengambil pelajaran dari setiap
peristiwa ”. „Abdurrahmân an-Nahlâwî mendefinisikan „ibrah sebagai “suatu
kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk mengetahui intisari dari suatu peristiwa yang disaksikan, diperhatikan, diinduksikan, ditimang-
timang, diukur dan diputuskan secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu mendorongnya kepada
perilaku berpikir sosial yang sesuai”.
37
B. Konsep Novel
1.
Pengertian Novel
Istilah novel sama dengan istilah roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedang istilah roman
berasal dari genre romance dari abad pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman,
Belgia, Perancis,dan bagian-bagian Eropa daratan yang lain.
38
Sebutan Novel dalam bahasa Inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia, berasal dari bahasa Itali Novella yang dalam bahasa Jerman: Novelle.
Secara harfiah novella berarti “sebuah barang baru yang kecil”, yang kemudian
diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa‟ Abrams, 1981: 119. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan
istilah Indonesia novelet Inggris: novellet, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak
terlalu pendek.
39
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , novel diartikan sebagai “karangan
prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
37
„Abdurrahmân an-Nahlâwî, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, Cet. II, h. 289.
38
Jacob Sumardjo dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Penerbit Gramedia, 1986, Cet.1 h.29
39
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi , Yogyakarta: Gajah Mada University Press, , 2005, h. 9-10.
dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”.
40
Novel menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan,
diri sendiri,
serta dengan
Tuhan. Novel merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupannya. Walau berupa khayalan, tidak benar jika novel dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penuh
penghayatan dan perenungan secara intens terhadap hakikat hidup dan kehidupan, serta dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
41
Di dalam dunia kesusastraan, secara garis besar mengenal tiga jenis teks sastra, yaitu teks naratif prosa, teks monolog puisi, dan teks dialog
drama.
42
Salah satu ragam prosa adalah novel. Sebuah karya sastra biasanya mengandung luapan emosi penulis, termasuk novel.
Setiap penulis biasanya akan menyisipkan pesan-pesan moral yang ada dalam setiap karyanya. Sehingga bagi pembaca novel, kegiatan membaca
karya fiksi seperti novel berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Dengan begitu karya sastra seperti novel dapat
menjadi media dalam rangka membantu proses pendidikan dan juga memberikan motivasi kepada peserta didik untuk rajin membaca.
2. Macam-macam Novel
Jika dilihat dari segi mutunya, novel dibagi menjadi dua, yaitu: a.
Novel Serius Novel serius atau disebut juga novel literer. Novel serius merupakan
novel yang memerlukan daya konsentrasi yang tinggi dan kemauan jika ingin memahaminya.
43
Novel serius di samping memberikan hiburan, juga secara implisit bertujuan memberikan pengalaman yang berharga
40
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 1079.
41
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 3.
42
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: UPI Press, 2006, Cet. I h. 14.
43
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 18.
kepada pembaca, atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan
yang dikemukakan. Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang
baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Novel ini mengambil realitas kehidupan sebagai model, kemudian menciptakan sebuah
“dunia baru” lewat penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus.
Beberapa ciri novel serius ini adalah isi cerita didalamnya penuh inovasi, segar, dan baru. Selain itu kejadian atau pengalaman
yang diceritakan dalam karya sastra ini bisa dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra ini membicarakan hal-
hal yang universal dan nyata, serta tidak membicarakan kejadian yang artifisial dibuat-buat dan bersifat kebetulan. Karya sastra ini
mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya dalam membangun cerita.
44
b. Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan
masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.
45
Novel populer pada umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa
orang untuk membacanya sekali lagi. Biasanya novel ini akan cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih
populer pada masa sesudahnya. Novel jenis ini lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati, karena
novel jenis ini memang semata-mata menyampaikan cerita. Ia tidak berpretensi mengejar efek estetis, melainkan memberi hiburan langsung dari
aksi ceritanya.
44
Widjojoko dan Endang Hidayat, op.cit., h. 44.
45
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 19.
Adapun ciri-ciri novel populer ini yaitu bertujuan sebagai hiburan sehingga cerita yang disuguhkan dengan cara yang ringan, mengasyikkan,
namun tetap memiliki ketegangan, penuh aksi, warna dan humor. Tema dalam novel ini selalu hanya menceritakan kisah percintaan saja tanpa
menyentuh permasalahan lain yang lebih serius. Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya bercerita yang sentimental.
Selain itu, karena cerita berorientasi untuk konsumsi masa saja, maka pengarang novel populer rata-rata tunduk pada hukum cerita konvensional,
sehingga jarang dijumpai usaha pembaharuan dalam novel jenis ini, sebab yang demikian itu akan ditinggalkan oleh massa pembacanya.
46
3. Unsur-unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya secara erat. Unsur-unsur pembangun sebuah novel dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering digunakan para kritikus dalam mengkaji dan membicarakan
novel atau karya sastra pada umumnya.
47
Adapun penjelasannya sebagai berikut : a.
Unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan antarunsur
intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.
48
Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari: tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.
1 Tema
Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang digunakan untuk mengembangkan
46
Widjojoko dan Endang Hidayat, op.cit., h. 43.
47
Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 23.
48
Ibid., h. 23.