Pengertian Pendidikan Akhlak Konsep Pendidikan Akhlak

Abdullah menjelaskan, akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT yang dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji atau dengan kata lain, akhlakul karimah ialah mata rantai iman. 12 Jika dilihat dari aspek hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mulia tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Moh. Ardani, yaitu : 1 Akhlak Kepada Allah, yang titik tolaknya adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah SWT. 2 Akhlak kepada diri sendiri, dengan cara menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiridengan sebaik-baiknya. 3 Akhlak kepada sesama manusia, dengan cara memuliakan, memberikan bantuan, pertolongan, menghargai, dan sebagainya kepada mereka. 13 b. Akhlak Tercela Menurut Beni Ahmad Saebani, akhlak tercela atau akhlak yang dibenci, yakni disebut “akhlaq al-mazmumah” yaitu akhlak yang dibenci oleh Allah SWT, sebagaimana akhlak orang-orang kafir, orang-orang musyrik, dan orang- orang munafik. 14 Sedangkan M. Yatimin Abdullah berpendapat bahwa, “akhlakul mazmumah” merupakan akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam”. 15 Menurut M. Yatimin Abdullah “akhlak tidak baik dapat dilihat dari tingkah laku perbuatan yang tidak elok, tidak sopan, dan gerak-gerik yang tidak menyenangkanyidak baik. Tiang utama dari akhlak yang tidak baik adalah nafsu jahat” 16 Oleh sebab itu, M. Yatimin Abdullah mendefinisikan bahwa akhlakul Mazmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak 12 Ibid., h. 40 13 Moh. Ardani, Akhlak tasawuf: Nilai-nilai AkhlakBudi pekerti dalam Ibadat dan tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, Cet. II, h. 49-57 14 Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 199-200. 15 Yatimin, op.cit., h. 12. 16 Ibid., h. 55. menyenangkan orang lain, seperti tingkah laku kejahatan, kriminal, atau perampasan hak.” 17 Indikator utama dari perbuatan yang baik atau akhlak terpuji adalah : 1. Perbuatan yang diperintahkan oleh ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW yang termuat di dalam Al- Qur‟an dan As-Sunnah. 2. Perbuatan yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat. 3. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia. 4. Perbuatan yang menjadi bagian dari tujuan syariat Islam, yaitu memelihara agama Allah, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan. Sementara indikator perbuatan yang buruk atau akhlak tercela adalah : 1. Perbuatan yang didorong oleh hawa nafsu yang datangnya dari setan. 2. Perbuatan yang dimotivasi oleh ajaran thoghut yang mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. 3. Perbuatan yang membahayakan kehidupan di dunia dan merugikan di akhirat. 4. Perbuatan yang menyimpang dari tujuan syariat Islam, yaitu merusak agama, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan. 5. Perbuatan yang menjadikan permusuhan dan kebencian. 6. Perbuatan yang menimbulkan bencana bagi kemanusiaan. 7. Perbuatan yang menjadikan kebudayaanmanusia menjadi penuh dengan keserakahan dan nafsu setan. 8. Perbuatan yang melahirkan konflik, peperangan, dan dendamyang tidak berkesudahan. 18 Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak yaitu etika dan moral. Dalam skripsi ini penulis tidak akan membahas secara mendalam tentang perbedaan ketiga istilah ini, karena yang penulis maksud akhlak dalam skripsi ini adalah pengertian akhlak secara umum. Namun penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian etika dan moral. 17 Ibid., h. 56 18 Beni Ahmad Saebani, op.cit., h. 206 Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Menurut Ki Hajar Dewantara etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan. 19 Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin yaitu mores. Kata moral merupakan bentuk jamak dari kata mos, yang berarti adat kebiasaan. Secara terminology, moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. 20 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan”. 21 Secara singkat, penulis dapat simpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak ialah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada peserta didik. Dengan usaha pendidik tersebut diharapkan peserta didik mampu melakukan kebiasaan-kebiasaan positif yang timbul dalam dirinya tanpa ada lagi paksaan atau tekanan dari orang lain tetapi atas dasar kesadaran, kemauan, pilihan dan keputusan yang dibuatnya.

2. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar secara bahasa berarti “fundamen, pokok atau pangkal suatu pendapat ajaran, aturan, atau asas”. 22 D ikatakan bahwa dasar adalah “landasan berdirinya sesuatu yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai”. 23 Demikian pula dengan dasar pendidikan akhlak, yaitu dasar yang menjadi landasan agar pendidikan akhlak bisa berfungsi sesuai arah kepada tujuan yang akan dicapai. 19 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Taman Siswa, 1966, h. 138. 20 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 90 21 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991 cet.XII, hlm.278 22 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 318. 23 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, Cet. I, h. 12. Azyumardi Azra mengatakan, dasar pendidikan akhlak harus bersumber pada ajaran agama Islam dikarenakan pendidikan dalam Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Ia merupakan bagian padu dari aspek-aspek ajaran Islam. 24 Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar pendidikan akhlak ialah Alquran dan Sunnah dikarenakan keduanya merupakan sumber hukum Islam yang mencakup seluruh kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa, Al- Qur‟an secara garis besar memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepastian akan adanya hari pembalasan, sebagai petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif, dan sebagai petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar- dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Allah dan sesamanya. 25 Di antara ayat Al-Quran yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah seperti ayat di bawah ini : ْݏ݌ ٰ݈݃ܔ َݎإ ݃باصأ ا݌ ىٰ݉ع ْرۻْصاو رْ݅ݑݍْ݈ا ݏع ݓْݐاو فْورْعݍْ݈اب ْر݌ْأو ۼوَّٰ݈݉ا ݋قأ َّݑۻٰي ْ݊ܙع ْا ﻷ رْو݌ . و ﻻ و ܚاَݑ݈݉ َ݂ܓخ ْرِعّت ﻻ ْا ىف شْݍت ﻷ ا َݎإ اًحر݌ ضْر ﷲ .رْوخف ݆اتْخ݌ َ݄݇ ݈݁ ۼروس ݎاݍ \ ۳١ : ١٦ - ١١ “Wahai anakku Laksanakanlah salat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. ” 26 Q.S. Luqmân31: 17-18 Sementara itu, dasar pendidikan akhlak berikutnya adalah Sunnah. Menurut bahasa, sunnah berarti “perjalanan atau sejarah, baik atau buruk 24 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, h. 8. 25 M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, Bandung: Mizan, 1997, Cet XXVI, h. 40. 26 Departemen Agama Republik Indonesia, op.cit., h. 412. masih bersifat umum”. Sedangkan menurut istilah, sunnah berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi atau kepada seorang sahabat atau seorang setelahnya tâbi’în, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat”. 27 Mengingat kebenaran Al-Quran dan Sunnah adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan keduanya harus dilaksanakan dan apabila bertentangan harus ditinggalkan. Dengan demikian, berpegang teguh kepada keduanya akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok yang melakukan suatu kegiatan. Tujuan ilmu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. 28 Yang dimaksud tujuan pendidikan adalah target yang ingin dicapai suatu proses pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan dapat mempengaruhi performance manusia. 29 Zakiah Daradjat mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak yaitu untuk membentuk karakter muslim yang memiliki sifat-sifat terpuji. Dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan iman tersebut pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata. 30 Adapun tujuan pendidikan akhlak tidak lepas dari dasar yang menjadi pedoman pendidikan akhlak tersebut, yaitu Al- Qur‟an dan Sunnah. Dalam pedoman dasar tersebut terdapat arah tujuan yang akan dicapai yaitu terciptanya pribadi atau masyarakat yang berakhlak islam yaitu akhlak yang sesuai dengan tuntunan Al- Qur‟an dan Sunnah. 27 Abdul Majid Khon, dkk., Ulumul Hadits, Jakarta: PSW UIN Jakarta, h. 4-5. 28 Djamaludin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1998, Cet. 2 Revisi, h. 14 29 Asrorun Niam Shaleh, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Elsas, 2006, Cet. 1-4, h. 78 30 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1993, h. 67-70. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak yaitu untuk membuat peserta didik agar mampu melakukan nilai-nilai keimanan dengan baik sesuai dengan ajaran Islam yang terdapat di dalam Al- Qur‟an dan Sunnah.

4. Metode Pendidikan Akhlak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , metode diartikan sebagai “cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud”. 31 Sehingga dapat dipahami bahwa dalam pelaksanakan proses pembelajaran diperlukan yang namanya suatu metode yang tepat agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai. Oleh karena itu, pendidik harus mampu memahami dan menguasai berbagai metode dalam pendidikan. Sebab suatu metode bisa tepat untuk dipakai dalam suatu bidang pelajaran tertentu namun belum tentu tepat jika dipakai untuk bidang pelajaran yang lain. Adapun metode pendidikan akhlak adalah sebagai berikut : a. Metode Keteladanan Metode keteladanan adalah “suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik di dalam ucapan maupun perbuatan ”. 32 Hery Noer Aly mengatakan bahwa “pendidik akan merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya”. 33 Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan penyampaian misi dakwahnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil. 31 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., h. 1022. 32 Syahidin, Metode Pendidikan Qurani: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Misaka Galiza,1999, Cet. I, h. 135. 33 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. I, h. 178.