BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah Indonesia boleh bangga atas prestasi perikanannya selama ini, karena Indonesia merupakan pengekspor 40 kebutuhan ikan di Amerika Serikat, Thailand,
China dan Singapura. Indonesia juga sebagai peringkat ke-8 negara penyebaran ikan Asia untuk pasar Eropa DKP, 2008. Pemerintah Indonesia pada saat ini sedang giat-
giatnya melaksanakan pembangunan di bidang sub sektor perikanan, yaitu dengan pengembangan budidaya ikan air tawar, air payau maupun laut. Melalui usaha
budidaya ini tertumpu harapan yang lebih besar terhadap upaya peningkatan produksi perikanan, meningkatkan pendapatan petani ikan, meningkatkan lapangan pekerjaan
baru, meningkatkan gizi dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan Senawan, 1984.
Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jenis ikan yang dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga
ikan hias Priyambodo Tri, 2001. Faktor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan adalah ketersediaan pakannya. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan pakan, yaitu jumlah dan kualitas pakan, kemudahan untuk menyediakannya, serta lama waktu pengambilan pakan yang berkaitan dengan jenis
ikannya. Agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup sampai dewasa harus diberi pakan alami Mujiman, 1998.
Isnansetyo Kurniastuty 1995 menyatakan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan
buatan. Selanjutnya Dahril 1996 menyatakan bahwa salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Brachionus plicatilis.
Djarijah 1995 menyatakan bahwa dalam usaha budidaya B. plicatilis terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
perlu dilakukan pemupukan terhadap air yang akan digunakan sebagai media. Selanjutnya Sachlan 1980 menyatakan bahwa Rotifera dapat tumbuh dengan baik
jika kolam dipupuk dengan pupuk buatan pupuk anorganik atau pupuk kandang pupuk organik. Djarijah 1995 dan Mujiman 1998 menyatakan bahwa pakan
Rotifera yang lain adalah membiakkan jenis pakan dari jasad renik yang lain, seperti protozoa yang dibiakkan dengan media dari kotoran ternak dan dapat ditambahkan
dengan pupuk Urea serta TSP. Menurut Sutejo 1995 pupuk Urea dan TSP dapat meningkatkan populasi jasad renik karena banyak mengandung nitrogen dan fosfor.
Selanjutnya Steffens 1989 menyatakan bahwa Rotifera membutuhkan nutrien
sebagai katalisator pemacu terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh, seperti vitamin. Djarijah 1995 menyatakan bahwa Rotifera membutuhkan tambahan vitamin
untuk keberlanjutan generasinya, diantaranya adalah vitamin B kompleks, kalsium pantotenat, biotin dan B1 Thiamin.
Yunus, Kasprijo Irwan 1996 menyatakan bahwa Rotifera memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pakan buatan, terutama dalam hal ukuran
yang relatif kecil, tetap bertahan di kolam air dan tidak mengendap, bergerak dengan kecepatan rendah dan laju perkembangbiakan yang cukup tinggi. Selanjutnya Diani
Sa’diah 1995 menyatakan bahwa pemilihan Brachionus plicatilis sebagai pasok pakan disebabkan, karena mempunyai sifat sebagai berikut : gerakannya lambat,
mudah dibudidayakan, mudah dicerna dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Purwandari 1995
diperoleh pertumbuhan Skeletonema costatum tertinggi dengan penggunaan vitamin B1 dengan dosis yang berbeda, namun belum diketahui laju pertumbuhan populasi
Brachionus plicatilis dengan perlakuan penambahan vitamin B1, berdasarkan hal
tersebut maka dilakukan penelitian tentang” Laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis dengan Penambahan Vitamin B1 pada Media CAKAP”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan