berkembang biak secara parthenogenesis dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak diantara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk
lebih jelasnya siklus Brachionus plicatilis dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini:
Gambar 2.2 Skema siklus hidup dan reproduksi Brachionus plicatilis
menurut Barnes 1987.
2.5 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan
Brachionus plicatilis
Pupuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan dan penguraian
sisa serasah tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya, sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuatan pupuk, misalnya pupuk Urea, TSP, DAP dan sebagainya Kadarini, 1997.
Menurut Saifuddin 1985 dan Setyamidjaja 1986 pemakaian pupuk organik, yaitu kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme.
Selanjutnya Sutejo 1995 dan Mujiman 1998 menyatakan bahwa beberapa jenis kotoran ternak, terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak
dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam, dan pada saat ini banyak juga dimanfaatkan dalam usaha perkembangan budidaya perikanan, diantaranya digunakan
dalam pembudidayaan pakan alami ikan, seperti Rotifera dari genus Brachionus.
Pupuk kandang berfungsi sebagai pupuk alami untuk meningkatan jumlah alga yang merupakan pakan Rotifera. Pupuk ini memiliki beberapa kelebihan antara
lain mudah untuk didapat dan Rotifera tidak mudah mengalami defisiensi nutrisi karena terdapat alga dalam jumlah berlimpah dan keanekaragaman yang tinggi. Pada
kadar oksigen rendah B. plicatilis masih tetap dapat berkembang biak. Salah satu faktor penyebab dapatnya B. plicatilis bertahan hidup pada kadar oksigen rendah di
perairan adalah karena B. plicatilis ternyata membutuhkan Vitamin B
12
untuk kehidupannya Dahril, 1996. Kotoran ayam juga banyak mengandung bakteri, dan
beberapa diantaranya berperan menghasilkan Vitamin B
12
Chumaidi Djajadiredja, 1982. Disamping itu kotoran ayam juga mengandung bahan makanan yang belum
dicerna sekitar 80 Naegel, 1989. Menurut Sachlan 1980 Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk
dengan pupuk kandang. Selanjutnya mengatakan bahwa pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi, karena bagian yang padat
bercampur dengan yang cair urine Setyamidjaja 1995 ; Hardjowigeno 1987. Selain itu pupuk kotoran ayam adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir
semua unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama Rafnida, 1986. Bahkan dari hasil penelitian Setiabudiningsih 1998 menunjukkan
bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas
primer perairan. Selanjutnya Sutejo 1995 menyatakan bahwa berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP
hanya mengandung P. Urea dan TSP termasuk pupuk buatan pupuk anorganik yang berkadar hara tinggi. Komposisi mineral dan kandungan air beberapa jenis kotoran
ternak dan unggas dapat di lihat pada Tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas
Jenis ternak Kadar zat dan air dalam
Nitrogen Fosfor
Kalium Air
Kuda : - padat
- cair 0,55
1,40 0,30
0,02 0,40
1,60 75
90 Sapi :
- padat - cair
0,40 1,00
0,20 0,50
0,10 1,50
85 92
Kerbau : - padat
- cair 0,60
1,00 0,30
0,15 0,34
1,50 85
92 Kambing :
- padat - cair
0,60 1,50
0,30 0,13
0,17 1,80
60 85
Domba : - padat
- cair 0,75
1,35 0,50
0,05 0,45
2,10 60
85 Babi :
- padat - cair
0,95 0,40
0,35 0,10
0,40 0,45
80 87
Ayam : - padat dan cair
1,00 0,80
0,40 55
Sumber: Lingga 1995
Pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua
pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk
TSP hanya mengandung fosfor Lingga, 1995; Sutejo, 1995. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa defisiensi fosfor dan nitrogen di perairan menentukan
fitoplankton serta akhirnya mengurangi produktivitas dalam suatu perairan Sumawidjaja, 1981.
Universitas Sumatera Utara
Nutrien dibagi menjadi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen
seperti ammonia, nitrit dan senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat Cotteau, 1996; Taw, 1990.
Fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan rotifera, karena dapat meningkatkan pertumbuhan Rotifera B. plicatils tersebut. Unsur hara esensial
yang harus ada diperairan dan merupakan faktor pembatas fitoplankton adalah unsur fosfor dan nitrogen Dahril, 1996. Fosfor adalah suatu nutrien metabolik kunci dan
unsur ini sering mengatur produktivitas perairan alami. Senyawa N organik biasanya terdapat dalam bentuk terlarut, hanya sedikit sekali di dalam perairan alami sehingga
nutrien yang essensial bagi produsen primer, fosfor lebih banyak berperan dari pada nitrogen sebagai faktor pembatas pertumbuhan Effendi, 2004. Beberapa jenis pupuk
nitrogen dan fosfor beserta haranya dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya
Jenis pupuk Kadar N
Kadar P
Zwavelzure ammoniak Urea
Chilisalper Natronsalpeter
Kalkammonsalpeter Kalkstikastof
SuperposfatEnkel uperposfat Dubble superposfat DS
Triple Superposfat TSP Posfat Cirebon
Fused Magnesium posfat EMP 20-21
45-46 14-16
16 20
20-21 -
- -
- -
- -
- -
- -
18-20 36-40
48-54 25-28
19
Sumber : Lingga 1995
2.6 Peranan Vitamin dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis