17 4.
bus umum 4 unit
5. bus kota
4 unit Mengenai akomodasi yang ada di Kecamatan Siais hanya berupa usaha
rumah makan yang diolah oleh penduduk setempat sebagai mata pencahariannya yaitu sebanyak 8 buah.
C. Sarana Kebutuhan Umum
Sarana kebutuhan umum yang ada dan fungsinya sangat dibutuhkan oleh masyarakat antara lain :
1. Koperasi Unit Desa 1 buah
2. Pasar
2 buah 3.
Pusat Listrik Negara 1 buah 4.
Kantor Pos 1 buah
5. Puskesmas
1 buah 6.
Rumah Bersalin 1 buah
7. Pos Klinik
1 buah 8.
Posyandu 21 buah
3.4 Sosial Budaya
Sebagaimana makhluk sosial yang masih dalam tatanan etnis yang sama, masyarakat Kecamatan Siais masih mempunyai kekerabatan yang sangat kuat
didasari oleh marga-marga yang mempererat interaksi sosial satu sama lainnya. Eratnya tali persaudaraan ini tergambar dari kemauan masyarakatnya untuk
Universitas Sumatera Utara
18 bergotong royong dan saling tolong-menolong, dimana terlihat dari acara pesta
adat ataupun kemalangan yang menimpa kerabatnya. Pada saat sekarang ini populasi marga mandailing yang ada di Kecamatan
Siais sudah bercampur dengan orang pendatang dari Tapanuli Utara yang bermarga Toba, namun demikian hal tersebut semakin menghidupkan dalam
kehidupan sosial. Kehidupan masyarakat Kecamatan Siais juga merupakan kehidupan yang sangat teguh memegang agama dan kepercayaan adat, hal ini
dapat kita lihat pada waktu bulan Ramadhan. Sebagai mayoritas Islam, adalah sangat tabu terbuka di depan umum pada saat berpuasa. Di daerah ini tidak
pernah ada kedai nasi, rumah makan yang beroperasi di siang hari. Di sisi lain tradisi budayapun sangat mempengaruhi cara hidup
bermasyarakat. Pesta perkawinan, musyawarah adat ataupun tradisi adat lainnya, masih didominasi oleh praktek para leluhur. Mulai dari acara mengundang,
pada saat acara berlangsung, sampai pada saat acara selesai. Kehidupan ini masih berlangsung sampai saat sekarang. Namun sangat disayangkan, daerah yang dekat
dengan pusat kota tradisi ini sudah mulai luntur akibat kikisan dari perkembangan teknologi dan modernisasi yang ada.
Fasilitas sosial budaya yang ada di Kecamatan Siais adalah : 1.
Pendidikan : SD
: 8 buah SLTP
: 1 buah SLTA Swasta Islam : 2 buah
2. Tempat
Peribadatan : Masjid : 42
buah Surau
: 60
buah Gereja
: 4 buah
Universitas Sumatera Utara
19
BAB IV PROSPEK PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
DANAU SIAIS
4.1 Potensi Objek Wisata Danau Siais
Danau Siais terletak di Desa Raniate Kecamatan Siais Kabupaten Dati II Tapanuli Selatan, dengan jarak tempuh 45 km dari ibu kota kabupaten. Desa ini
merupakan salah satu desa tertua yang disebabkan letaknya dekat dengan pantai barat. Danau yang berada di desa ini terjadi karena menyusutnya air pantai barat
yang meninggalkan bekas pada daerah terendah di kawasan ini sehingga memungkinkan terkumpulnya air, baik itu air dari gunung ataupun mata airnya
sendiri. Danau Siais cukup banyak menyimpan potensi yang masih dapat
dikembangkan dan masih bersifat alami, dapat dilihat dengan adanya bukti di sekeliling danau yang mereupakan hutan. Di lereng-lereng bukit masyarakat
memanfaatkan lahan dengan membuka kebun tradisional. Apalagi pemerintah akan membangun jalan dari Kecamatan Batang Toru melalui Danau Siais tembus
menuju Sumatera Barat. Dengan demikian prospek Danau Siais sebagai objek wisata sudah di ambang pintu, namun yang sangat disayangkan pihak pemerintah
tidak memberikan target dalam pengembangan dan pembangunan jalan. Segala sesuatu yang layak jual sebagai suatu produk pariwisata harus
memiliki tiga komponen yaitu atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Sebagai daerah
Universitas Sumatera Utara
20 yang belum dijamah, Danau Siais hanya memiliki daya tarik yaitu berupa
pemandangan alam. Di sini juga terdapat ikan yang masyarakat setempat menyebutkannya ikan
“mera”, berada di sebuah sungai kecil tepat di belakang Desa Ranitae ± 650 m dari danau. Orang sering berkunjung untuk melihat banyaknya ikan “mera”
yang berada di sungai kecil itu, tidak sedikit yang datang yang hanya untuk meminta hajat. Menurut cerita penduduk setempat, ikan tersebut dulunya
dipelihara oleh seorang Syekh guna untuk membersihkan air sungai dari kotoran yang dibuang oleh penduduk setempat. Lalu ia mameberi batas di hulu dan di hilir
sungai berupa periuk batok, jika ikan tersebut sudah keluar melewati batas yang ada maka ikan itu bisa ditangkap namun jika ikan itu masih di dalam batas yang ia
tentukan ikan itu tidak boleh diambil oleh siapapun. Hal ini sampai sekarang masih dipercayai oleh masyarakat setempat, barang siapa yang mengambil ikan
di dalam batas tersebut maka orang itu akan celaka.
4.2 Kondisi Fisik