Senyawa alkaloid banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan Harbone, 1987.
Senyawa aktif ini dapat berperan sebagai analgesik, sedatif, bioinsektisida, stimulan pada syaraf otonom, obat malaria, obat kanker Putra, 2007; Tjay 2002,
antiinflamasi, antidiabetes dan diuretik Dineshkumar, 2010. Berdasarkan hal di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti salah satu
kandungan kimia umbi bawang sabrang yaitu senyawa alkaloid dan melakukan karakterisasi simplisia untuk mengetahui apakah simplisia yang digunakan
memenuhi syarat sesuai dengan Materia Medika Indonesia.Melakukan skrining fitokimia dan mengekstraksi senyawa alkaloid dari umbi tumbuhan bawang
sabrang menggunakan metode pengocokan asam basa dan isolasi dengan bantuan kromatografi lapis tipis KLT dan KLT preparatif serta melakukan karakterisasi
isolat hasil isolasi secara spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah senyawa alkaloid yang terdapat pada umbi bawang sabrang
Eleutherinae bulbus dapat diisolasi dengan KLT dan KLT preparatif menggunakan campuran pelarut yang sesuai?
2. Apakah senyawa alkaloid hasil isolasi dapat dikarakterisasi secara
spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah?
1.3 Hipotesis
1. Senyawa alkaloid yang terdapat pada umbi bawang sabrang Eleutherinae
bulbus dapat diisolasi dengan KLT dan KLT preparatif menggunakan campuran pelarut yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
2. Senyawa alkaloid hasil isolasi dapat dikarakterisasi secara spektrofotometri
ultraviolet dan spektrofotometri inframerah.
1.4 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mengisolasi senyawa alkaloid dari umbi bawang sabrang Eleutherinae bulbus
2. Melakukan karakterisasi senyawa alkaloid hasil isolasi dari umbi bawang
sabrang secara spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat
Tumbuhan bawang sabrang merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis, di Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan di beberapa tempat
tumbuh jalang antara 600 dan 1500 m di atas permukaan laut; kadang-kadang didapati dalam jumlah besar di pingg ir-pinggir jalan yang berumput dan di dalam
kebun-kebun teh, kina dan karet Heyne, 1987.
2.1.2 Morfologi luar Tumbuhan ini merupakan tumbuhan terna yang merumpun sangat kuat,
akhirnya merupakan rumpun-rumpun besar, tinggi 26 hingga 50 cm. Umbinya berbentuk bulat telur memanjang dan berwarna merah Heyne, 1987. Daun
tunggal, letak daun berhadapan, warna daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang, dan meruncing acicular, tepi daun halus tanpa gerigi entire, pangkal
daun berbentuk runcing acute dan ujung daun meruncing acuminate permukaan daun atas dan bawah halus glabrous tulang daun paralelsejajar
Krismawati dan M. Sabran, 2006.
2.1.3 Sistematika Tumbuhan
Sistematika dari tumbuhan bawang sabrang adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae
Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliatae
Universitas Sumatera Utara
Ordo: Liliales Famili: Iridaceae
Genus: Eleutherine Spesies: Eleutherine palmifolia L. Merr. Anonim, 2010.
2.1.4 Nama Daerah
Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah sebagai berikut: bawang kapal Sumatera; brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang,
bebawangan beureum, bawang siem Jawa Ditjen POM, 1985.
2.1.5 Sinonim
Sinonim dari tumbuhan bawang sabrang : Sisyrinchium palmifolium L. Anonim, 2010.
2.1.6 Kandungan Kimia dan Khasiat
Bawang sabrang mengandung senyawa-senyawa yang meliputi alkaloid, steroid, glikosida, tanin, fenolik, dan flavonoid Galingging, 2007. Tumbuhan ini
dapat digunakan untuk pengobatan sembelit, disuria, peradangan poros usus, disentri, penawar racun ikan, luka, bisul, peluruh muntah dan penyakit kuning
Ogata, 1995; Heyne, 1987.
2.2 Alkaloida
Alkaloid, sekitar 5500 telah diketahui, merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Banyak sekali alkaloid yang khas pada suatu suku
tumbuhan atau beberapa tumbuhan sekerabat. Jadi, nama alkaloid sering kali diturunkan dari sumber tumbuhan penghasilnya. Uji sederhana, tetapi yang sama
sekali tidak sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah. Prazat alkaloid yang paling umum adalah asam amino meskipun
Universitas Sumatera Utara
sebenarnya biosintesis kebanyakan alkaloid lebih rumit. Secara kimia, alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Alkaloid banyak yang mempunyai kegiatan
fisiologi yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan Harbone, 1987.
2.2.1 Defenisi
Alkaloida adalah senyawa kimia yang secara khas diperoleh dari tumbuhan dan hewan, bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen
biasanya dalam cincin heterosiklik, dibiosintesis dari asam amino, banyak diantaranya memiliki aktivitas biologis pada manusia dan hewan Trease dan
Evans, 1983. Alkaloid merupakan senyawa yang berpengaruh terhadap susunan syaraf pusat, mempunyai atom nitrogen heterosiklis dan disintesis oleh tumbuhan
dari asam amino atau turunannya Waller dan Nowacki, 1978.
2.2.2 Sifat
Alkaloid sebagai golongan dibedakan dari sebagian besar komponen tumbuhan lain berdasarkan sifat basanya kation. Oleh karena itu senyawa ini
biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam berbagai asam organik dan sering ditangani di laboratorium sebagai garam dengan asam hidroklorida dan
asam sulfat. Garam ini, dan sering alkaloid bebas, berupa senyawa padat berbentuk kristal tanwarna. Beberapa alkaloid berupa cairan, dan alkaloid yang
berwarna pun langka berberina dan serpentina berwarna kuning Robinson, 1995.
2.2.3 Klasifikasi
Alkaloid dibagi menjadi dua golongan berdasarkan letak atom nitrogennya Trease and Evans, 1983, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
A. Non heterosiklis disebut juga protoalkaloida. Contohnya efedrin yang terdapat
pada tumbuhan Ephedra sinica. B.
Heterosiklis, dibagi dalam 12 golongan berdasarkan struktur cincinnya yaitu : 1.
Alkaloid golongan pirol dan pirolidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti pirol dan pirolidin dalam struktur kimianya. Contohnya higrin pada tumbuhan
Erythtroxylon coca. 2.
Alkaloid golongan pirolizidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti pirolizidin dalam struktur kimianya. Contoh retronesin pada tumbuhan Senecio jacobaea.
3. Alkaloid golongan piridin dan piperidin, yaitu alkaloid yang mengandung inti
piridin dan piperidin dalam struktur kimianya. Contohnya nikotin pada tumbuhan Nicotiana tabaccum yang mempunyai inti piridin.
4. Alkaloid golongan tropan, yaitu alkaloid yang mengandung inti tropan dalam
struktur kimianya. Contohnya atropin pada tumbuhan Atropa belladonna. 5.
Alkaloid golongan kuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung inti kuinolian dalam struktur kimianya. Contohnya kuinin pada tumbuhan Cinchona
officinalis. 6.
Alkaloid golongan isokuinolin, yaitu alkaloid yang mengandung inti isokuinolin dalam struktrur kimianya. Contohnya papaverin pada tumbuhan
Papaver somniferum. 7.
Alkaloid golongan aporfin, yaitu alkaloid yang mengandung inti aporfin dalam struktrur kimianya. Contohnya boldin pada tumbuhan Peumus boldus.
8. Alkaloid golongan norlupinan, yaitu alkaloid yang mengandung inti
norlupinan dalam struktrur kimianya. Contohnya sitisin pada tumbuhan Cytisus scoparius.
Universitas Sumatera Utara
9. Alkaloid golongan indo l atau benzopirol, yaitu alkaloid yang mengandung inti
indol dalam struktrur kimianya. Contohnya psilosin pada tumbuhan Psilocybe sp.
10. Alkaloid golongan imidazol atau glioksalin, yaitu alkaloid yang mengandung
inti imidazol dalam struktrur kimianya. Contohnya pilokarpin pada tumbuhan Pilocarpus jaborandi.
11. Alkaloid golongan purin, yaitu alkaloid yang mengandung inti purin dalam
struktrur kimianya. Contohnya kafein pada tumbuhan Coffea arabica. 12.
Alkaloid steroida, yaitu alkaloid yang mengandung inti steroida siklopentano perhidrofenantren dalam struktrur kimianya. Contohnya solanidin pada
tumbuhan Lycopersicon esculentum. Menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai:
a. Alkaloid sesungguhnya Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanapa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklis; diturunkan dari asam amino;
biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa perkecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yabg
bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklis dan alkaloid kuartener, yang bersifat agak asam daripada basa.
b. Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen
asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklis. Protoalkaloid diperoleh
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Contoh, adalah meskalin, ephedin, dan N,N-dimetiltriptamin.
c. Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam klas ini, yaitu alkaloid steroidal contoh konessin dan purin contoh kaffein Sastrohamidjojo,
1996.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Ditjen
POM, 2000. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan
cara ekstrasi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi yang tertentu pula Goeswin, 2007.
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut : -
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif yang ada di dalam dengan di luar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel.
Universitas Sumatera Utara
Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya Ditjen POM, 1986.
- Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahap perkolasi sebenarnyapenetesan penampungan ekstrak, terus-menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang
jumlahnya 1-5 kali bahan. -
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. -
Soklet Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
- Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40º-50º C. Cara ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang
zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan
pengadukan Ditjen POM, 1986.
Universitas Sumatera Utara
- Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98ºC
selama waktu tertentu 15-20 menit Ditjen POM, 2000. -
Dekok Dekok adalah penyarian menggunakan simplisia dengan perbandingan dan
derajat kehalusan tertentu. Cairan penyari air digunakan pada suhu 90-95ºC selama 30 menit Goeswin, A., 2007.
2.4 Kromatografi