Sistem Prategang Analisa Gaya Tarik Kabel Prategang Pada Balok Statis Tak Tentu

II.2. Sistem Prategang

Terdapat dua sistem atau prinsip yang berbeda dalam hal pemberian gaya prategang pada beton, yaitu : 1. Sistem Pratarik Pre-tensioning Pada prinsip ini tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton dicor atau sebelum beton mengeras, dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup keras. Dalam hal ini beton melekat pada baja prategang. Setelah beton mencapai kekuatan yang diperlukannya, tegangan pada jangkar dilepas perlahan-lahan dan baja terjangkar pada ujung-ujung konstruksi. Penerapan gaya prategang ini terhadap beton disebut transfer dari gaya prategang. Universitas Sumatera Utara Gambar II.3 Sistem Pratarik Gaya prategang sepenuhnya akan ditransfer ke beton melalui panjang transmisi tertentu yang tergantung pada kondisi permukaan serta profil penampang baja, diameternya dan kekuatan beton. Juga dipengaruhi oleh efek penjangkaran di ujung baja prategang, yang cenderung hendak kembali ke ukuran diameter semula. Keuntungan sistem pratarik adalah daya lekat yang bagus dan kuat terjadi antara baja tegangan dan beton pada seluruh panjangnya. 2. Sistem Pascatarik Post-tensioning Pada prinsip ini beton dicor terlebih dulu dan dibiarkan mengeras sebelum diberi gaya prategangan. Baja dapat ditempatkan dalam posisi seperti profil yang telah ditentukan, lalu dicor dalam beton, lekatan dihindarkan dengan menyelubungi baja, dengan membuat saluran atau pipa untuk tempat kabel. Universitas Sumatera Utara Gambar II.4 Sistem Pascatarik Bila kekuatan beton yang diperlukan telah tercapai, maka baja ditegangkan diujung-ujungnya dan dijangkar. Gaya prategang ditransfer ke beton melalui jangkar pada saat baja ditegangkan, jadi dengan demikian beton ditekan. Pada saat penegangan, kontak antara baja dan beton harus dikurangi sebanyak-banyaknya. Profil baja yang melengkung biasa digunakan pada sistem pascatarik, memungkinkan pendistribusian yang efektif dari gaya prategang dalam penampang-penampang yang dikehendaki oleh konstruktor.

II.3. Konsep Dasar Pemberian Prategang