Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya ada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, namun
perkembangannya mengalami masa pasang-surut akibat beberapa faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia RI. Pihak Pemerintah RI selanjutnya melakukan pembentukan ulang Pasar
Modal Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun
1952. Dalam 2 dua dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami stagnasi sehubungan dihentikannya kegiatan Pasar Modal
sepanjang dekade 1960-an hingga akhir pertengahan 1970-an. Tahun 1977, Pemerintah menghidupkan kembali Pasar Modal Indonesia
dengan mencatatkan saham 13 perusahaan Penanaman Modal Asing PMA. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan
pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan pendirian PT Bursa Efek Surabaya BES pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek
Jakarta BEJ pada tahun 1992. Tahun 2008 dibuka dengan optimisme tinggi yang ditandai dengan
tercapainya puncak rekor Indeks Harga Saham Gabungan IHSG 2.830,263 tanggal 9 Januari 2008. Persepsi optimis ini terbentuk karena adanya keyakinan
Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi akan tumbuh lebih tinggi, serta adanya keyakinan pelaku pasar bahwa krisis keuangan yang mulai
dirasakan di Amerika Serikat sejak Juli 2007 akan segera teratasi, sehingga diperkirakan tidak mengganggu sendi-sendi perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Dalam kenyataannya, krisis keuangan di Amerika Serikat yang dipicu oleh
subprime mortgage crisis, ternyata tidak dapat diantisipasi dengan baik bahkan memburuk pada bulan September 2008. Hal ini ditandai dengan ditutupnya
beberapa institusi keuangan raksasa dunia, diikuti dengan anjloknya Indeks Dow Jones hingga mencapai level terendah selama 7 tujuh tahun terakhir dan
menyeret turun kinerja indeks saham di seluruh dunia, tidak terkecuali IHSG di Bursa Efek Indonesia BEI. Pada tanggal 8 Oktober 2008 terjadi penurunan
indeks secara tajam hingga menimbulkan kepanikan pasar. Menghadapi situasi yang memburuk tersebut, BEI sebagai fasilitator dan
regulator pasar modal memutuskan untuk mengamankan pasar dan meredam gejolak yang terjadi sehingga pelaku pasar dapat mengambil keputusan investasi
secara rasional. Beberapa langkah penting yang diambil BEI pada saat itu adalah menghentikan perdagangan di Bursa Efek pada tanggal 8 hingga 10 Oktober
2008, memperkecil batasan pergerakan harga saham secara otomatis melalui sistem auto rejection, dan melarang short selling.
Selama penghentian sementara perdagangan, BEI terus memberikan penjelasan kepada investor dan berbagai pihak lainnya mengenai keadaan pasar
yang sebenarnya. Langkah-langkah strategis BEI untuk mengatasi keadaan tersebut mendapatkan dukungan dan perhatian penuh dari Pemerintah. Melalui
Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.
koordinasi yang intensif dengan Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam-LK dan otoritas lainnya, berbagai upaya yang
dilakukan BEI untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Pasar Modal Indonesia dapat dilaksanakan dengan lebih efektif.
Tindakan yang diambil BEI pada masa kritis tersebut dapat dinilai merupakan keputusan yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari membaiknya kondisi di
akhir tahun, sebagaimana yang ditunjukkan oleh IHSG penutupan tahun 2008 pada posisi 1.355,408 yang meningkat 21,96 dibandingkan posisi terendah di
bulan Oktober 2008, serta volume kepemilikan asing yang menunjukkan kecenderungan meningkat, yakni mencapai 26,73 dari 422,39 miliar lembar
pada bulan Desember 2007 menjadi 535,28 miliar lembar pada bulan Desember 2008. Ini membuktikan bahwa dalam kondisi Pasar Modal yang tidak stabil
selama tahun 2008, investor tidak kehilangan kepercayaan terhadap Pasar Modal Indonesia.
Pengalaman BEI dalam mengatasi periode penuh gejolak di tahun 2008 ini menumbuhkan keyakinan BEI terhadap kemampuannya mengatasi tantangan dan
terus mempertahankan kepercayaan investor. Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES
sebagai bagian dari Self Regulatory Organization SRO Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi
perdagangan, antara lain dengan diterapkannya Jakarta Automated Trading System JATS di tahun 1995, perdagangan tanpa warkat di tahun 2001 dan
remote trading system pada tahun 2002. Sementara itu, BES mengembangkan pasar obligasi dan derivatif.
Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.
Pada akhir tahun 2007, melalui persetujuan para pemegang saham kedua Bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi BEI.
Penggabungan menjadi satu Bursa yang terintegrasi ini menandai sebuah era baru dalam perkembangan Pasar Modal Indonesia yang diharapkan dapat semakin
berperan dalam perkembangan ekonomi nasional yang berkelanjutan di masa mendatang.
PT. Bursa Efek Indonesia berkantor pusat di:
Indonesia Stock Exchange Building, Tower I, 6th floor
Jl. Jend. Sudirman kav. 52-53, Jakarta 12190, Indonesia
Telepon: +62.21 515 0515 Fax: +62.21 515 0330
E_mail: corsecidx.co.id
Homepage: www.idx.co.id Dewan Direksi BEI tahun 2007 – 2009
Direktur Utama: Erry Firmansyah Direktur Teknologi dan Informasi: Bastian Purnama
Direktur Pencatatan: Eddy Sugito Direktur Pemeriksaan: Justitia Tripurwasani
Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan Pengembangan: M.S. Sembiring Direktur Administrasi: Sihol Siagian
Direktur Perdagangan Fixed Income Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan: T. Guntur Pasaribu
Dewan Komisaris BEI tahun 2007-2009
Komisaris Utama : I Nyoman Tjager
Komisaris : Chaeruddin Berlian
Komisaris : Felix Oentoeng Soebagjo Komisaris : Johnny Darmawan Danusasmita
Komisaris : Mustofa
Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.
B. Gambaran Umum Emiten di Bursa Efek Indonesia 1. PT.Abdi Bangsa Tbk