Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004–2008

(1)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP EARNING PER

SHARE EMITEN DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2004 - 2008

DRAFT SKRIPSI

OLEH :

SUHERY P SIMATUPANG 060521110

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

ABSTRAK

Suhery P Simatupang : (2009) : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Dr. Muslich Lufti, SE, MBA selaku Dosen Pembimbing, Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku Dosen Penguji I, Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Penguji II.

Perusahaan senantiasa berusaha untuk meningkatkan labanya untuk mendapatkan kinerja perusahaan yang paling optimal. Salah satu cara untuk meningkatkan laba yaitu dengan mengelola saham biasa baru melalui right issue dengan efektif dan efisien.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara right issue terhadap Earning Per Share (EPS) di Bursa Efek Indonesia. Adapun indikator

right issue yang digunakan adalah harga strike price yang ditawarkan perusahaan

kepada pemegang saham lama.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode analisis Deskriptif dan metode analisis regresi linier sederhana disertai dengan hasil pengolahan SPSS versi 16.0 for windows. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa right issue mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Earning Per Share (EPS) melalui hasil uji signifikansi parsial (Uji-t). Bila right issue semakin tinggi maka Earning Per Share (EPS) akan tinggi pula atau pengaruh bersifat positif. Right Issue mempengaruhi Laba bersih perusahaan dan jumlah saham beredar yang berkaitan dengan perhitungan

Earning Per Share (EPS).


(3)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dan Maha Pemberi Petunjuk atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Senantiasa diberi kesehatan dalam perkuliahan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. Skripsi ini berjudul : “Pengaruh Right

Issue Terhadap Earning Per Share Emiten di Bursa Efek Indonesia Tahun

2004-2008”

Penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dan turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

3. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME. selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya dan arahan dalam menguji skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. selaku Dosen Penguji II yang juga telah meluangkan waktunya dan pemikiran dalam menguji skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk semua jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

7. Ayahanda T.S Simatupang dan Ibunda R. br Sinuraya dukungan kepada penulis baik moril dan materil, bimbingan, semangat, dengan penuh kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Istri tersayang: Ibu Sabet br Panggabean yang telah mencintai, dan mengasihi dengan tiada henti serta berdoa untuk penulis. Ketika penulis letih, adinda tetap memberi kekuatan yang berlebih.

9. Putri tersayang: Priska Elisabet br Simatupang yang bersedih jika ayah harus pergi keluar rumah dan akan gembira sekali bila ia tahu ayahnya berjuang untuk dirinya.

10. Keluarga-keluarga tersayang: Abang Denny, A.Md beserta keluarganya, Kakak Ir. Hesty, M.M beserta keluarganya, Abang Ir.Wesly beserta keluarganya, Abang Dr.Ferry SpOG beserta keluarganya, dan dr.Helmy.

11. Terkhusus buat Adikku Ir. Saut Simatupang, terima kasih banyak atas kebaikan yang berlimpah kepada Penulis, baik dalam kesulitan dana, maupun dukungannya yang maksimal.


(5)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

12. Sahabat-sahabatku: Indra Turnip. Bastran Bangun. Serta teman-teman semasa masa perkuliahan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas motivasi, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada Penulis.

13. Terima kasih kepada teman-teman dekatku di perkuliahan diploma, yang telah membantu Penulis secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Tuhan memberi sukacita dalam mengarungi kehidupan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mohon maaf jika masih ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin

Medan, Desember 2009 Penulis,

Suhery P Simatupang


(6)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….………. 1

B. Perumusan Masalah………. 6

C. Kerangka Konseptual………... 6

D. Hipotesis……….. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 7

1. Tujuan Penelitian………... 7

2. Manfaat Penelitian………... 8

F. Metode Penelitian………... 8

1. Batasan Operasional……… 8

2. Definisi Operasional……….……... 9

3. Populasi dan Sampel……….... 9

4. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 11

5. Jenis Data………... 11

6. Metode Pengumpulan Data………... 11

7. Metode Analisis Data………... 12

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu……… 14

B. Pengertian Pasar Modal………... 15

C. Saham……….………. 16

D. Derivatif………... 21

E. Right Issue... 21

F. Analisis Right Issue……….. 25

G. Sumber dan Penggunaan Dana………... 27

H. Biaya Modal (Cost of Capital)... 30

I. Earning Per Share (EPS)………... 31

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia... 33

B. Gambaran Umum Emiten di Bursa Efek Indonesia ... 37

1. 2. 3 4 5. 6. 7


(7)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

8. 9 10 11 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Right Issue dan Earning Per Share (EPS)... 57

B. Regresi Linier Sederhana... 60

C. Pengujian Hipotesis ... 61

1. Uji Parsial (Uji-t)………... 61

2. Koefisien Determinasi………... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA……….. 66 LAMPIRAN


(8)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

DAFTAR TABEL

No JUDUL Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Right Issue (Dalam Ratusan Milyar Rupiah) dan Earning Per Share (EPS) (Dalam Rupiah) Periode 2004-2008. 4 Tabel 1.2 Nama sampel penelitian..……....…... 10 Tabel 4.1 Data strike price (Dalam Rupiah) dan Earning Per Share (EPS) (Dalam Rupiah) Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008... 57 Tabel 4.2 Hasil Estimasi Regresi... 60 Tabel 4.3 Hasil Estimasi Koefisien Determinasi... 63


(9)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

DAFTAR GAMBAR

No JUDUL Halaman Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Right Issue... 4 Gambar 1.2 Grafik Perkembangan Earning Per Share…………... 4 Gambar 1.3 Kerangka Konseptual……… 7


(10)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Delisting Periode 2004-2008

Lampiran 2 Daftar Saham Perusahaan yang di Suspend Periode 2004-2008 Lampiran 3 Sambungan Daftar Saham Perusahaan yang di Suspend Periode

2004-2008

Lampiran 4 Hasil Olahan SPSS 16.0 for Windows Lampiran 5 Hasil Olahan SPSS 16.0 for Windows


(11)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Darmadji, 2006:2).

Peningkatan volatiliti pasar internasional telah mendorong penggunaan instrumen derivatif di dalam pengendalian risiko keuangan. Risk Management (manajemen risiko) sesungguhnya adalah merupakan fokus utama kegiatan-kegiatan di pasar derivatif, yang dapat digunakan oleh para pelaku (para partisipan) untuk mengurangi berbagai macam risiko. Risiko yang dihadapi tidak terbatas pada risiko kurs, tetapi juga meliputi risiko pergerakan harga komoditi, tingkat suku bunga, harga saham, serta risiko saling hubungan antarberbagai


(12)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

risiko tersebut satu sama lain. Berbagai instrumen derivatif bermunculan seperti kontrak berjangka untuk faktor produksi pertanian, misalnya derivatif untuk pupuk dan untuk pencegahan kerusakan lingkungan hidup (Siahaan, 2008:8).

Instrumen derivatif memungkinkan berbagai partisipan untuk melindungi nilai aktiva yang dimilikinya dari risiko kerugian akibat kemerosotan nilai hanya sampai pada batas toleransi yang diinginkannya atau direncanakannya (Siahaan, 2008:9).

Instrumen derivatif memungkinkan para investor atau hedger memilah-milah risiko. Jika sanggup, dia akan menanggung sendiri risiko yang dapat ditahankannya, dan jika tidak sanggup dia akan memindahkannya kepada pihak lain yang bersedia menanggung risiko. Perusahaan-perusahaan multinational

corporations sangat menyadari bahwa mereka tidak mungkin menjalankan

usahanya dengan baik tanpa perlindungan dari risiko tingkat suku bunga, tanpa membentengi dirinya dari risiko perubahan kurs, dan tanpa melindungi dirinya dari risiko perubahan harga bahan-bahan baku usahanya. Adanya instrumen derivatif memungkinkan perusahaan multinational melindungi dirinya dari berbagai macam risiko volatility harga-harga, dan dapat lebih memusatkan perhatiannya hanya pada core business atau usaha yang utama (Siahaan, 2008:9).

Efek Derivatif merupakan efek turunan dari efek “utama”, baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari efek “utama” maupun efek turunan selanjutnya atau turunan kedua. Termasuk ke dalam jenis ini antara lain right, waran, opsi dan lain-lain (Darmadji, 2006:4).

Right atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) merupakan


(13)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

(exercise) menjadi saham biasa. HMETD diberikan kepada para pemegang saham

sehubungan dengan proses pengeluaran saham baru atau yang dikenal dengan istilah right issue. Ketika terjadi right issue, maka pemegang saham lama (existing

shareholder) memiliki hak lebih utama (preemptive right) atas saham baru

yang dikeluarkan perusahaan. Skema ini bertujuan menjaga agar pemegang saham lama tidak mengalami penurunan persentase kepemilikan (dilusi) sehubungan dengan penerbitan saham baru.

Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal sebagai Earning Per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan (Tandelilin, 2001:241).

Perusahaan menerbitkan right seringkali adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Umumnya diharapkan penambahan jumlah lembar saham di bursa akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut (istilahnya adalah meningkatkan likuiditas saham) (Sjahrial, 2007:367).

Pertimbangan yang dihadapi seorang manajer keuangan dalam menawarkan suatu right dari perusahaan, yaitu laba per lembar saham, penjualan, harga pasar dari tiap lembar. Perusahaan dapat meningkatkan dana ekuitas baru


(14)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

dengan penawaran right (Sjahrial, 2007:281). Para pemegang saham sebaiknya menganalisis right dalam meningkatkan laba per lembar saham terkait peningkatan dana ekuitas.

Berikut ini adalah data mengenai right issue dan Earning Per Share (EPS) dari tahun 2004-2008.

Tabel 1.1

Perkembangan Right Issue (Dalam Ratusan Milyar Rupiah) dan Earning Per Share (EPS) (Dalam Rupiah)

Periode 2004–2008

No. Variabel

Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1 Right Issue 68 1.171 48 314 4.023

2 EPS 753,17 382,34 1013,59 217,57 122,29

Sumber

Right Issue (Da la m Ra tusa n Milya r Rupia h)

0 1000 2000 3000 4000 5000

2004 2005 2006 2007 2008

Tahun Gambar 1.1. Grafik Perkembangan Right Issue

EPS (Dalam Rupiah)

0 200 400 600 800 1000 1200

2004 2005 2006 2007 2008

Ta hun

Gambar 1.2. Grafik Perkembangan Earning Per Share (EPS)

Pada Tabel 1.1 right issue diperoleh dari total dari jumlah saham baru dari

right issue dikalikan dengan nilai nominal masing-masing perusahaan yang

mengeluarkan right issue. Dapat dilihat perkembangan masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya pada right issue dan EPS di tahun 2004 hingga


(15)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

tahun 2008. Trend untuk right issue meningkat di tahun 2005 (1.622,05 %), lalu menurun di tahun 2006 (-95,90 %), dan meningkat di tahun 2007 (554,16 %) hingga tahun 2008 (1.181,21 %). Trend EPS menurun di tahun 2005 (-49,24 %), lalu meningkat di tahun 2006 (165,10 %), dan menurun di tahun 2007 (-78,53 %) hingga tahun 2008 (-43,79 %).

Trend Right Issue yang meningkat terjadi pada tahun 2005, 2007, dan

2008. EPS menunjukkan trend meningkat hanya di tahun 2006. Trend menurun

Right Issue hanya di tahun 2006. EPS menunjukkan Trend menurun di tahun

2005, 2007 dan tahun 2008. Trend yang menurun merupakan fenomena yang tidak bagus.

Pada tahun 2008 merupakan yang terbanyak jumlah saham baru melalui

right issue. Ini dikarenakan PT. Bakrie and Brothers Tbk mengeluarkan

80.236.578.240 saham baru melalui right issue. Sedangkan harga nominal PT.Bakrie and Brothers Tbk adalah Rp.5.000,- per lembar saham.

Smith menghitung biaya penerbitan dari tiga metode alternatif suatu penerbitan ekuitas dengan penjaminan, suatu penerbitan rights dengan penjaminan siaga, dan rights issue murni. Hasil studinya, menyarankan bahwa suatu right

issue murni merupakan yang termurah dari ketiga alternatif. Total biaya sebagai

suatu persentase dari pendapatan menunjukkan persentase terkecil dibandingkan alternatif lain (Sjahrial, 2007:285). Hal ini menunjukkan bahwa dengan biaya penerbitan yang murah akan mempengaruhi laba bersih (berpengaruh terhadap

EPS) perusahaan. Namun right issue juga memperbesar jumlah saham beredar


(16)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul penelitian : ”Pengaruh Right

Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2004-2008”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

Apakah right issue mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share pada Bursa Efek Indonesia?

C. Kerangka Konseptual

Pengeluaran saham baru melalui right issue akan meningkatkan modal disetor, meningkatkan ekuitas, dan menambah jumlah saham beredar tetapi akan menurunkan harga saham di pasar. Penurunan itu disebabkan karena harga pelaksanaan atau strike price atau exercise price selalu lebih rendah daripada harga pasar saat penerbitan right issue (Samsul, 2006 : 187). Selain itu penggunaan dana yang didapat dari right issue perusahaan di masa depan turut diperhatikan oleh para investor (Samsul, 2006 : 190).

Hasil penelitian Smith diperoleh bahwa right issue murni merupakan yang termurah dari ketiga alternatif (penerbitan ekuitas dengan penjaminan, penerbitan

rights dengan penjaminan siaga, dan rights issue murni) (Sjahrial, 2007:285).

Setiap penerbitan Right Issue akan menimbulkan biaya penerbitan. Dan biaya penerbitan akan mempengaruhi laba bersih (EPS) perusahaan. right issue akan


(17)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

memperbesar jumlah saham beredar di pasar (EPS). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata dividen per lembar saham sebelum dan sesudah right issue. Hal ini disebabkan karena persentase kenaikan laba bersih perusahaan setelah right issue lebih besar atau sama dengan persentase kenaikan jumlah lembar saham (Rivai, 2007). Penelitian tersebut menggunakan saham-saham emiten di BEJ tahun 1995-2005. Dengan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang digunakan dapat digambarkan pada Gambar 1.2 sebagai berikut:

Sumber: Samsul (2006 : 187), Sjahrial (2007:285) dan Rivai (2007), diolah peneliti

Gambar 1.3: Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Terdapat pengaruh right issue terhadap Earning Per Share (EPS) pada emiten di Bursa Efek Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis

pengaruh right issue terhadap Earning Per Share (EPS) masing – masing

Right Issue (X)

Earning Per Share (Y)


(18)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

perusahaan yang mengeluarkan right issue.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peneliti tentang right issue dan Earning Per

Share (EPS) emiten di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan penelitian lebih lanjut, serta untuk memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian selanjutnya.

c. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, khususnya analisis right issue, serta memberikan informasi sebagai referensi.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional penelitian yang ditetapkan oleh peneliti meliput i:

a. Subyek dari penelitian ini dibatasi pada saham-saham di Bursa Efek Indonesia yang melakukan right issue untuk periode Januari 2004 hingga Desember 2008.

b. Right Issue yang akan diteliti merupakan right issue yang diwakili oleh harga pelaksanaan (strike price) masing-masing emiten di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2004 hingga Desember 2008.


(19)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

c. Earning Per Share (EPS) yang akan diteliti merupakan Earning Per Share (EPS) yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia periode

Januari hingga Desember 2008 .

2. Definisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Independen (bebas), yaitu: strike price yang merupakan harga pelaksanaan tiap lembar saham yang harus disetor pemegang saham. Karena keputusan investor dalam membeli saham baru atas penawaran right issue memperhatikan harga pelaksanaan (strike price) yang wajar

terkait perkembangan harga pasar saham masing-masing emiten.

Ekuitas melalui right issue = strike price X Jumlah saham baru dimana:

Ekuitas melalui right issue = modal sendiri berupa saham yang merupakan sumber dana eksternal. Jumlah saham baru = banyaknya lembar saham baru yang dikeluarkan perusahaan melalui right issue.

b. Variabel Dependen (tidak bebas atau terikat), yaitu: Earning per share

(EPS) adalah laba bersih relatif terhadap jumlah saham beredar.

EPS =

mbiasa Jumlahsaha

LabaBersih

3. Populasi dan Sampel

Perusahaan yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah


(20)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

tahun 2004 – 2008. Teknik sampling yang dilakukan penulis adalah Nonprobability Sampling menggunakan purposive sampling di mana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:96). Adapun kriteria yang diterapkan yaitu:

a. Perusahaan memberikan data mengenai right issue secara lengkap. b. Perusahaan tidak yang delisting selama periode 2004-2008.

c. Saham perusahaan tidak yang di suspend selama periode 2004-2008. d. Jika perusahaan yang terpilih melakukan right issue lebih dari 1 (satu)

kali, maka sampel yang diambil adalah pada saat perusahaan yang bersangkutan terakhir kali melakukan right issue. Hal ini dilakukan agar sampel saham yang sama tidak terambil dua kali.

Perusahaan yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 36 perusahaan. Adapun 36 perusahaan yang menjadi sampel penelitian antara lain:

Tabel 1.2

Nama sampel penelitian

No. No.

1 19

2 20

3 21

4 22

5 23

6 24

7 25

8 26

9 27

10 28

11 29

12 30

13 31

14 32

15 33

16 34

17 35

18 36


(21)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan menggunakan situs-situs http://202.155.2.90, mendukung penelitian.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni 2009 sampai dengan Desember 2009.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder yang digunakan merupakan data diperoleh secara tidak langsung berdasarkan hasil publikasi oleh Bursa Efek Indonesia, sejarah perusahaan, data perusahaan yang mengeluarkan right issue. Serta literatur ilmiah, penelitian terdahulu, laporan- laporan yang dipublikasikan serta data – data yang dapat diperoleh dari media internet.

6. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

a. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka yakni pengumpulan data pendukung, literatur, penelitian terdahulu, dan laporan - laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang akan diteliti.

b. Tahap kedua dilakukan melalui pengumpulan data sekunder yang diperlukan, yaitu laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.


(22)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

7. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah:

a. Metode penelitian deskriptif, metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

b. Metode regresi linier sederhana, metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows dengan g sebesar 5%.

Persamaan regresi linier sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut (Nasruddin, 2008: 163):

Y = a + bX

dimana:

Y = Earning Per Share (EPS) a = Konstanta

b = Koefisien regresi X = Right Issue

c. Uji Parsial (Uji-t), Uji Parsial digunakan untuk menguji koefisien regresi dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah:

H0 : b1 = 0, Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel right issue terhadap Earning Per Share (EPS).


(23)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

H1 : b1≠ 0, Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel right issue terhadap Earning Per Share (EPS).

Kriteria pengambilan keputusanya dengan = 5%, yaitu: 1. H0 diterima jika: -ttabel < thitung < ttabel pada = 5% 2. H1 diterima jika: thitung > ttabel

thitung < -ttabel d. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan data sampel. Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan X (right issue) menerangkan Y (EPS). Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana semakin tinggi nilai R2 (mendekati 1), berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi varasi variabel terikat dan apabila nilai R2 = 0 menunjukkan variabel bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel terikat.


(24)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Rivai (2007) dengan judul ”Analisis Pengaruh Right Issue Terhadap Dividen dan Capital Gain pada Perusahaan yang Go Publik di BEJ 1995-2005” Penelitian ini menguji apakah terdapat perbedaan dividen per lembar saham (DPS) dan capital gain yang akan diterima dan didapat para pemegang saham antara sebelum dan sesudah peristiwa right issue. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata dividen per lembar saham sebelum dan sesudah right issue. Hal ini disebabkan karena persentase kenaikan laba bersih perusahaan setelah right issue lebih besar atau sama dengan persentase kenaikan jumlah lembar saham dan dividen pay out ratio mengalami kenaikan atau penurunan tetapi tidak signifikan.

Rosdiana (2007) dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta” Penelitian ini dilakukan berdasarkan variabel - variabel kinerja keuangan, dan harga saham. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa variabel Return On Assets (ROA) yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) dan

Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

harga saham.


(25)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

B. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjual belikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memilki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond), sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat (dalam pengertian fisik) yang terorganisasi di mana surat berharga (efek-efek) diperdagangkan, yang kemudian disebut bursa efek (stock exchange) (Martono, 2001:359).

Pasar modal terdiri dari pasar primer/perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar primer adalah pasar untuk surat-surat berharga yang baru diterbitkan. Pada pasar ini dana berasal dari arus penjualan surat berharga atau sekuritas (security) baru dari pembeli sekuritas (disebut investor) kepada perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut (disebut emiten). Sedangkan pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat berharga yang sudah ada (sekuritas lama) di bursa efek. Uang yang mengalir dari transaksi ini tidak lagi mengalir ke perusahaan penerbit efek tetapi hanya mengalir dari pemegang sekuritas yang satu kepada pemegang sekuritas yang lain.

Menurut pasal 1 Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Bursa Efek didefenisikan sebagai berikut: ”Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk


(26)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka”. Apa yang dimaksudkan dengan Pihak di sini adalah orang perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi. Dengan demikian, pengertian mengenai pasar kedua, pasar ketiga, dan pasar keempat termasuk dalam kategori Bursa Efek, karena ke-3 jenis pasar tersebut merupakan pihak yang memperdagangkan efek, tetapi melakukan penawaran umum efek.

Beberapa istilah yang digunakan untuk mengekspresikan pasar pertama (first market), yaitu pasar perdana (primary market) dan Initial Public Offering (IPO). Pasar kedua (secondary market) biasa disebut dengan Bursa Efek, sedangkan pasar ketiga (third market) biasa disebut Over The Counter atau disingkat OTC atau Bursa Paralel.

Dalam pengertian umum, Bursa Efek disamakan dengan pasar sekunder atau pasar kedua karena dilihat dari sudut mekanisme perdagangan yang berbeda dengan pasar ketiga ataupun pasar keempat. Dalam praktek pasar ketiga sering disebut juga Over The Counter Market (OTC market).

C. Saham

Saham (stock atau share) adalah surat berharga yang paling populer diantara surat berharga lainnya yang ada di pasar modal dan dikenal luas di dalam masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Darmadji, 2006 : 6). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi


(27)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Pada umumnya, saham yang dikenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Saham biasa (common stock) merupakan salah satu efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal (Anoraga,2006: 58).

Menurut Darmadji (2006 : 7) ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham, yaitu:

a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi: 1. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya

pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

2. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

b. Dilihat dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas:

1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, tujuannya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.

2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

c. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:

1. Saham unggulan (blue chip stock), yaitu saham biasa dari suatu emiten yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri


(28)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam membayar deviden.

2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

3. Saham pertumbuhan (growth stock-well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi, selain itu, terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth

stock. Umumnya, saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di

kalangan emiten.

4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu emiten yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun. Meskipun belum dapat dipastikan, akan tetapi saham ini memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang.

5. Saham siklikal (cyclical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

Menurut Basir (2005 : 63), harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu yang sangat cepat. Harga saham dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tesebut dimungkinkan karena banyaknya order yang dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta

Automated Trading System). Di lantai Bursa Efek Jakarta terdapat lebih dari 400


(29)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

memasukkan order yang diterima dari nasabah. Masuknya order-order tersebut baik jual maupun beli akan berpotensi terjadinya transaksi pada harga tertentu. Dalam perdagangan saham, dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan harga saham. Istilah-istilah tersebut antara lain:

1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

2. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi.

3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham

yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham

yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change menunjukkan selisih antara harga penutupan hari sebelumnya dengan harga terakhir yang terjadi atau selisih antara prvious dengan last.

Jika nilai pada change positif, misalnya +100 artinya harga saham tersebut

lebih tinggi 100 jika dibandingkan hari sebelumnya.

7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham.

Closing Price suatu saham ditentukan pada akhir sesi II yaitu jam 16.00

sore.

Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive dan hak klaim sisa.

1. Hak Kontrol


(30)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.

2. Hak Menerima Pembagian Keuntungan

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained

earnings) merupakan sumber dana intern perusahaan. Laba yang tidak

ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Tidak semua perusahaan membayar dividen. Keputusan perusahaan membayar dividen atau tidak dicerminkan dalam kebijaksanaan dividennya (dividend policy). Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.

3. Hak Preemptive

Hak Preemptive merupakan hak untuk mendapatkan persentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemptive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru,


(31)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

sehingga persentase pemilikannya tidak berubah (Jogiyanto, 2000:73).

D. Derivatif

Berbeda dengan pasar keuangan tradisional, yang mempertemukan pihak defisit dan pihak surplus. Pasar derivatif lebih cenderung mempertemukan pihak

hedger yang ingin melindungi nilai aktivanya dari risiko kerugian karena

perubahan harga dengan pihak speculator yang bersedia menanggung risiko perubahan harga (kerugian kemerosotan nilai aktiva milik hedger) sebab untuk itu dia dibayar. Pembayarannya dapat dalam bentuk premi maupun dalam bentuk keuntungan-keuntungan lainnya (Siahaan, 2008:8).

Derivatif berbeda dengan instrumen keuangan tradisional. Derivatif adalah semacam kendaraan (peranti keuangan) yang diturunkan atau diperanakkan dari induknya apakah induknya itu aktiva keuangan saham atau obligasi, komoditi, atau berbagai macam indeks seperti IHSG, LQ45, S&P500, Nikkei, Hangseng, dan lain sebagainya. Jadi, induk instrumen derivatif adalah berbagai macam aktiva keuangan, berbagai macam komoditi, dan berbagai macam indeks. Derivatif dikelompokkan berdasarkan sifat dari aktiva yang dijadikan sebagai induknya (Siahaan, 2008:10).

E. Right Issue

Menurut Anoraga (2001 : 72), right merupakan salah satu jenis opsi yang merupakan derivatif (turunan) dari efek yang sebenarnya dan mempunyai masa hidup yang singkat. Sertifikat bukti right dapat didefenisikan sebagai efek yang


(32)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada proporsi dan harga tertentu. Hak dalam right sering disebut dengan preemptive right, yaitu suatu hak untuk menjaga proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama di suatu perusahaan sehubungan dengan pengeluaran saham baru.

Secara umum, right atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) memiliki kemiripan dengan waran, di mana keduanya merupakan turunan atau derivatif dari saham. Dengan demikian, dari sisi proses transaksi, HMETD memiliki kesamaan dengan saham dan waran (Darmadji, 2006 : 155).

Right issue pada hakikatnya merupakan hak memesan saham terlebih

dahulu yang diberikan kepada investor saat ini untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten dalam rangka menghimpun dana segar. Dana tersebut antara lain digunakan untuk pendanaan ekspansi usaha atau untuk memperkuat struktur permodalan, karena merupakan hak, maka investor tidak harus menggunakan hak tersebut, investor dapat menjual haknya kepada pihak lain. Dengan demikian terjadilah perdagangan right (Halim, 2005 : 100).

Hak preemptive (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Maka jumlah saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan pemegang saham yang lama akan turun. Hak preemptive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga persentase pemilikannya tidak berubah (Jogiyanto, 2000 : 74).


(33)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Menurut Husnan (2005:431) alasan perusahaan menerbitkan right issue adalah untuk menghemat biaya emisi, dan juga untuk menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Dengan penambahan lembar saham di bursa, diharapakan akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham yang akan meningkatkan likuiditas saham. Selain itu tujuan emiten melakukan right issue juga untuk memperoleh financing murah, yang dapat digunakan untuk ekspansi usaha, modal kerja, dan untuk membayar pinjaman. Sedangkan bagi para investor khususnya pemegang saham lama, right issue akan memberikan keuntungan yaitu untuk mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan emiten.

Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk

membeli tambahan penerbitan saham baru. Hak ini biasanya dicantumkan dalam anggaran dasar perusahaan. Ada dua tujuan diadakannya right, yaitu:

1. Agar pemilik saham lama dapat mempertahankan pengendaliannya atas perusahaan.

2. Untuk mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama (Martono, 2001:371).

Sumber dana eksternal (external financing resources) merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Artinya, dana-dana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan diperoleh dari pihak-pihak lain di luar perusahaan. Sumber eksternal tersebut terdiri dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri. Dana dari hutang berarti perusahaan meminjam uang/dana dari pihak lain seperti hutang kepada suplier, hutang kepada pegawai, hutang kepada


(34)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

perusahaan lain, hutang kepada bank dan hutang kepada investor dalam bentuk obligasi (Martono, 2001:16).

Adapun sumber dana eksternal yang berasal dari modal sendiri terdiri atas modal yang berasal dari pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun saham preferen. Kita sering mengalami kebingungan, mengapa modal yang berasal dari pemilik perusahaan dimasukkan sebagai modal eksternal. Hal ini akan terjawab bila pemahaman atas sumber modal tersebut dicermati. Sumber dana eksternal artinya modal itu berasal bukan dari hasil kegiatan operasi perusahaan, sedangkan sumber dana internal artinya dana tersebut diperoleh dari hasil kegiatan operasi perusahaan. Sebenarnya laba ditahan juga termasuk modal sendiri, tetapi karena laba ditahan merupakan modal yang diperoleh dari usaha sendiri perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan maka laba ditahan dimasukkan sebagai modal dari sumber internal (Martono, 2001:17).

Rentabilitas atau profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomis memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tersebut. Sedangkan rentabilitas modal sendiri difokuskan pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan jumlah modal sendiri yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas ekonomis adalah laba operasi (net

operating income, NOI) atau laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and taxes, EBIT) sedangkan rentabilitas modal sendiri memperhitungkan


(35)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi. Biaya modal saham biasa atau biaya ekuitas (cost of equity) dapat mengalami peningkatan secara internal dengan menahan laba atau secara eksternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan dapat membagikan laba setelah pajak yang diperoleh sebagai dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Laba yang ditahan tersebut kemudian digunakan untuk investasi (reinvestasi) di dalam perusahaan. Laba ditahan yang digunakan untuk investasi kembali tersebut perlu diperhitungkan biaya modalnya (Martono, 2001:207).

F. Analisis Right Issue

Pengeluaran saham baru melalui right issue akan meningkatkan modal disetor, meningkatkan ekuitas, dan menambah jumlah saham beredar tetapi akan menurunkan harga saham di pasar. Penurunan itu disebabkan karena harga pelaksanaan atau strike price atau exercise price selalu lebih rendah daripada harga pasar saat penerbitan right issue. Namun right issue tidak selalu menurunkan indeks harga saham tersebut, kadang-kadang indeks juga dapat naik tergantung reaksi pasar apakah bersifat positif atau negatif (Samsul, 2006 : 187).

Menurut Samsul (2006:189), Harga Teoritis Bukti right dapat diperoleh dari selisih antara Harga pasar teoritis setelah right issue dengan strike price.


(36)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Harga saham di pasar boleh jadi sama dengan harga teoritisnya. Sedangkan strike

price atau exercise price adalah harga pelaksanaan dari saham tersebut.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai teoritis

right pada kondisi yang berbeda, yakni kondisi satu untuk saham tanpa right dan

kondisi dua dengan right. Harus dibedakan harga right-on price dengan ex-right

price.

Right-on price adalah harga saham ketika pembeli saham baru

(si pemegang saham lama) mempunyai right sebelum right jatuh tempo atau right belum kedaluwarsa, Ex-right price adalah harga saham manakala pembeli saham tidak mempunyai right (karena right sudah kedaluwarsa) (Siahaan, 2008 : 125).

Untuk melakukan jual beli right seorang investor atau spekulator sejatinya harus dapat mengkalkulasi nilai teoritis right sebagaimana dijelaskan terdahulu. Secara teknis, akurasi pengukuran nilai right-on atau right-off. Right-on maksudnya adalah bahwa ”saham biasa” diperdagangkan dengan disertai/dicantelkan right; investor yang membeli saham pada periode right-on juga akan mendapat stock-rights. Apabila perusahaan memperdagangkan right-off atau ex-right, berarti saham perusahaan dan right diperdagangkan di pasar yang terpisah dan dibedakan satu sama lain. Terlepas apakah perdagangan sekuritas

right-on atau right-off untuk menaksir nilai right dapat digunakan dengan

formula sebagai berikut:

Value of a right = market price of old stock – ”subscription” price of new stock number of rights needed to buy one new share

Sama seperti contoh terdahulu, misalkan harga pasar saham sekarang ini adalah US$50/saham dan harga subscription untuk saham baru tambahan


(37)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

ditetapkan US$40/saham. Sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk membeli satu saham baru, harus disertai dengan empat right. Dengan demikian nilai right dapat diperkirakan sebagai berikut:

value of a right = US$50 – US$40 = US$10 = US$2.50 4 4

Jadi, setiap right pada contoh hipotesis akan memiliki nilai pasar atau nilai wajar kurang lebih US$2.50 (sepanjang harga saham tetap US$50). Ini adalah harga setiap right yang dijadikan sebagai harga jual di pasar jika investor memutuskan tidak mengeksekusi right miliknya (Siahaan, 2008 : 129).

G. Sumber dan Penggunaan Dana

Aliran dana (cash flow) yang terjadi di suatu perusahaan merupakan aliran keluar-masuknya dana (kas) yang ada di perusahaan yang bersangkutan. Dana yang masuk ke dalam perusahaan merupakan dana yang berasal dari sumber dana perusahaan, baik sumber intern maupun sumber ekstern. Sedangkan dana yang keluar dari perusahaan merupakan penggunaan dana yang digunakan untuk operasi atau kegiatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pengertian manajemen keuangan (pembelanjaan), yaitu pembelanjaan diartikan sebagai keseluruhan kegiatan perusahaan tentang usaha untuk memperoleh dana (pembelanjaan pasif) dan usaha untuk menggunakan dana (pembelanjaan aktif).

Usaha untuk memperoleh dana berkaitan dengan aliran kas yang masuk (cash inflow) sebagai sumber dana, sedangkan aliran kas keluar (cash outflow) berkaitan dengan kegiatan penggunaan dana. Aliran atau arus dana yang ada di perusahaan harus dikelola secara profesional karena untuk menjaga likuiditas


(38)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

perusahaan. Perencanaan aliran dana yang baik akan membawa perusahaan dalam kondisi yang sehat. Aliran dana di perusahaan juga harus dikelola mengenai keseimbangannya antara dana yang masuk dan dana yang keluar. Keseimbangan ini juga berdampak pada stabilitas operasi perusahaan. Kelebihan dana di perusahaan dapat berakibat penggunaan dana yang kurang efisien, sebaliknya kekurangan dana akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan.

Aliran dana yang terjadi di perusahaan bersifat kontinyu dan tidak kontinyu. Aliran dana yang bersifat kontinyu biasanya terjadi untuk kegiatan atau operasi perusahaan sehari-hari, misalnya penjualan produk utama perusahaan, pembayaran upah, pembelian bahan baku dan sebagainya. Sedangkan aliran dana yang tidak kontinyu biasanya untuk kegiatan yang terjadi secara insidentil seperti memperoleh pendapatan bunga, pembayaran hutang, penerimaan hutang, penjualan aktiva tetap dan sebagainya. Aliran dana masuk (sumber dan) dan aliran dana keluar (penggunaan dana) di perusahaan dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu dana dalam pengertian kas dan dana dalam pengertian modal kerja. Pembedaan kedua pengertian tersebut digunakan untuk membedakan analisis laporan sumber dan penggunaan dana (statement of sources and uses of

funds) secara lebih rinci sehingga memiliki manfaat analisis yang baik.

Aliran dana dalam pengertian kas merupakan aliran kas masuk (sumber dana) dan aliran kas keluar (penggunaan dana) yang langsung mempengaruhi besarnya kas yang berasal dari laporan neraca dan laba-rugi. Aliran kas tersebut dapat dicermati dari perubahan-perubahan yang terjadi pada laporan neraca dan laba-rugi.


(39)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

a. Berkurangnya unsur-unsur aktiva lancar selain kas

Aktiva lancar meliputi kas, efek, piutang dan persediaan. Apabila unsur- unsur aktiva lancar tersebut (selain kas) berkurang, maka akan menambah jumlah kas. Berkurangnya piutang merupakan sumber dana.

b. Berkurangnya aktiva tetap

Aktiva tetap yang berkurang dapat disebabkan karena ada penjualan aktiva tetap atau berkurang karena adanya penyusutan (depresiasi). Berkurangnya aktiva tetap karena penjualan akan menghasilkan uang kas. Sehingga berkurangnya aktiva tetap tersebut merupakan unsur yang memperbesar kas. Sebenarnya depresiasi merupakan biaya yang akan mengurangi laba perusahaan. Tetapi karena depresiasi tersebut bukan merupakan pengeluaran kas tunai (out of pocket cash), maka walaupun dalam catatan laporan laba-rugi dianggap sebagai pengeluaran, namun sebenarnya perusahaan tidak mengeluarkan kas secara tunai, sehingga depresiasi ini merupakan sumber dana.

c. Bertambahnya unsur-unsur dalam hutang lancar

Bertambahnya unsur-unsur hutang lancar seperti hutang dagang dan hutang wesel merupakan sumber dana perusahaan.

d. Bertambahnya hutang jangka panjang

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan bertambah. Obligasi merupakan salah satu surat hutang jangka panjang. Oleh karena itu jika kita menjual obligasi maka hutang jangka panjang bertambah dan menyebabkan kasnya bertambah.


(40)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat berupa saham biasa, saham preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan. Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber dana.

f. Bertambahnya keuntungan

Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan merupakan sumber dana yang akan menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagi kepada pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada kenaikan laba ditahan maka di dalamnya terdapat tambahan kas yang merupakan sumber dana.

g. Adanya pembayaran dividen kas

Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham dapat berupa saham, properti maupun kas. Dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas akan

mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu, dividen kas ini merupakan penggunaan dana (Martono, 2001:319).

H. Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan. Sebagai contoh, pada umumnya orang menganggap bahwa


(41)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

biaya modal yang berasal dari hutang yang dipinjam dari bank hanya berupa tingkat bunga yang ditetapkan oleh bak dalam kontrak perjanjian hutang. Hal ini benar apabila jumlah uang yang diterima sama besarnya dengan jumlah nominal hutangnya. Tetapi, dalam kenyataannya seringkali dijumpai bahwa penerima kredit harus membayar biaya administrasi, biaya asuransi dan sebagainya. Biaya-biaya tersebut sering tidak dicantumkan dalam perjanjian kredit.

Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi. Biaya modal saham biasa atau biaya ekuitas (cost of equity) dapat mengalami peningkatan secara internal dengan menahan laba atau secara eksternal dengan menjual atau mengeluarkan saham biasa baru. Perusahaan dapat membagikan laba setelah pajak yang diperoleh sebagai dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Laba yang ditahan tersebut kemudian digunakan untuk investasi (reinvestasi) di dalam perusahaan. Laba ditahan yang digunakan untuk investasi kembali tersebut perlu diperhitungkan biaya modalnya (Martono, 2001:207).

I. Earning Per Share (EPS)

Komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal sebagai Earning Per

Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih


(42)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

EPS = Laba bersih setelah bunga dan pajak Jumlah saham beredar

Di samping rumus di atas, kita juga bisa menghitung EPS perusahaan dengan menggunakan rumus berikut ini:

EPS = ROE X Nilai buku per lembar saham

= Laba bersih setelah bunga dan pajak X Jumlah modal sendiri Jumlah modal sendiri Jumlah saham beredar

Nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis perusahaan, yaitu

EPS dan PER (earning multiplier). Dengan kata lain, nilai instrinsik suatu saham

merupakan fungsi dari EPS yang diharapkan dan besarnya PER saham bersangkutan (Tandelilin, 2001:241).

Laba per saham (earnings per share = EPS) disebut “bottom line”, menunjukkan bahwa di antara semua akun pada laporan laba-rugi, EPS adalah yang paling penting, yaitu: EPS adalah hasil dari laba bersih perusahaan dibagi dengan saham biasa yang beredar (Brigham, 2001:42).


(43)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya ada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, namun perkembangannya mengalami masa pasang-surut akibat beberapa faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia (RI).

Pihak Pemerintah RI selanjutnya melakukan pembentukan ulang Pasar Modal Indonesia melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952. Dalam 2 (dua) dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami stagnasi sehubungan dihentikannya kegiatan Pasar Modal sepanjang dekade 1960-an hingga akhir pertengahan 1970-an.

Tahun 1977, Pemerintah menghidupkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan mencatatkan saham 13 perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan pada sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan pendirian PT Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 1992.

Tahun 2008 dibuka dengan optimisme tinggi yang ditandai dengan tercapainya puncak rekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2.830,263 tanggal 9 Januari 2008. Persepsi optimis ini terbentuk karena adanya keyakinan


(44)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi akan tumbuh lebih tinggi, serta adanya keyakinan pelaku pasar bahwa krisis keuangan yang mulai dirasakan di Amerika Serikat sejak Juli 2007 akan segera teratasi, sehingga diperkirakan tidak mengganggu sendi-sendi perekonomian dunia, termasuk Indonesia.

Dalam kenyataannya, krisis keuangan di Amerika Serikat yang dipicu oleh

subprime mortgage crisis, ternyata tidak dapat diantisipasi dengan baik bahkan

memburuk pada bulan September 2008. Hal ini ditandai dengan ditutupnya beberapa institusi keuangan raksasa dunia, diikuti dengan anjloknya Indeks Dow Jones hingga mencapai level terendah selama 7 (tujuh) tahun terakhir dan menyeret turun kinerja indeks saham di seluruh dunia, tidak terkecuali IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal 8 Oktober 2008 terjadi penurunan indeks secara tajam hingga menimbulkan kepanikan pasar.

Menghadapi situasi yang memburuk tersebut, BEI sebagai fasilitator dan regulator pasar modal memutuskan untuk mengamankan pasar dan meredam gejolak yang terjadi sehingga pelaku pasar dapat mengambil keputusan investasi secara rasional. Beberapa langkah penting yang diambil BEI pada saat itu adalah menghentikan perdagangan di Bursa Efek pada tanggal 8 hingga 10 Oktober 2008, memperkecil batasan pergerakan harga saham secara otomatis melalui sistem (auto rejection), dan melarang short selling.

Selama penghentian sementara perdagangan, BEI terus memberikan penjelasan kepada investor dan berbagai pihak lainnya mengenai keadaan pasar yang sebenarnya. Langkah-langkah strategis BEI untuk mengatasi keadaan tersebut mendapatkan dukungan dan perhatian penuh dari Pemerintah. Melalui


(45)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

koordinasi yang intensif dengan Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan otoritas lainnya, berbagai upaya yang dilakukan BEI untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Pasar Modal Indonesia dapat dilaksanakan dengan lebih efektif.

Tindakan yang diambil BEI pada masa kritis tersebut dapat dinilai merupakan keputusan yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari membaiknya kondisi di akhir tahun, sebagaimana yang ditunjukkan oleh IHSG penutupan tahun 2008 pada posisi 1.355,408 yang meningkat 21,96% dibandingkan posisi terendah di bulan Oktober 2008, serta volume kepemilikan asing yang menunjukkan kecenderungan meningkat, yakni mencapai 26,73% dari 422,39 miliar lembar pada bulan Desember 2007 menjadi 535,28 miliar lembar pada bulan Desember 2008. Ini membuktikan bahwa dalam kondisi Pasar Modal yang tidak stabil selama tahun 2008, investor tidak kehilangan kepercayaan terhadap Pasar Modal Indonesia.

Pengalaman BEI dalam mengatasi periode penuh gejolak di tahun 2008 ini menumbuhkan keyakinan BEI terhadap kemampuannya mengatasi tantangan dan terus mempertahankan kepercayaan investor. Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan diterapkannya Jakarta Automated Trading System (JATS) di tahun 1995, perdagangan tanpa warkat di tahun 2001 dan

remote trading system pada tahun 2002. Sementara itu, BES mengembangkan


(46)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Pada akhir tahun 2007, melalui persetujuan para pemegang saham kedua Bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi BEI. Penggabungan menjadi satu Bursa yang terintegrasi ini menandai sebuah era baru dalam perkembangan Pasar Modal Indonesia yang diharapkan dapat semakin berperan dalam perkembangan ekonomi nasional yang berkelanjutan di masa mendatang.

PT. Bursa Efek Indonesia berkantor pusat di:

Indonesia Stock Exchange Building, Tower I, 6th floor

Jl. Jend. Sudirman kav. 52-53, Jakarta 12190, Indonesia Telepon: +62.21 515 0515 Fax: +62.21 515 0330 E_mail: corsec@idx.co.id Homepage: www.idx.co.id

Dewan Direksi BEI tahun 2007 – 2009

Direktur Utama: Erry Firmansyah

Direktur Teknologi dan Informasi: Bastian Purnama Direktur Pencatatan: Eddy Sugito

Direktur Pemeriksaan: Justitia Tripurwasani

Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan Pengembangan: M.S. Sembiring Direktur Administrasi: Sihol Siagian

Direktur Perdagangan Fixed Income & Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan: T. Guntur Pasaribu

Dewan Komisaris BEI tahun 2007-2009

Komisaris Utama : I Nyoman Tjager Komisaris : Chaeruddin Berlian Komisaris : Felix Oentoeng Soebagjo Komisaris : Johnny Darmawan Danusasmita Komisaris : Mustofa


(47)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

B. Gambaran Umum Emiten di Bursa Efek Indonesia

1.

PT.Abdi Bangsa Tbk, pertama kali didirikan tanggal 28 Nopember 1992. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 3 April 2002. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Plaza ABDA, 26th Fl.

Jl. Jend. Sudirman Kav. 59, Jakarta 12190 Phone : (021) 5140-1655

Fax : (021) 5140-1653

Homepage : http://www.republika.co.id Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. PT.Metropolis Media Nusantara: 33,10% 2. Abbey Communications BV: 20,01% 3. PT.Indopac Usaha Prima: 9,28% 4. Yayasan Abdi Bangsa: 7,83%

5. PT.Recapital Asset Management: 7,12%

2.

PT.Akr Corporindo Tbk, pertama kali didirikan tanggal 28 Nopember 1977. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 3 Oktober 1994. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Wisma AKR, 7th - 8th Fl

JL. Panjang No.5, Keb. Jeruk, Jakarta Phone : (021) 531-1110


(48)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Homepage : http://www.akr.co.id

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. PT.Arthakencana Rayatama: 58,54% 2. PT.Arthakencana Rayatama: 12,57%

3.

PT.Arthavest Tbk, pertama kali didirikan tanggal 29 Juni 1990. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 5 Nopember 2002. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Artha Building, Mangga Dua Square Blok F No. 40 Jl. Gunung Sahari Raya, Jakarta 10730

Phone : (021) 6231-2626 Fax : (021) 6231-2525

Homepage : www.arthasecurities.com Email : cs@arthasecurities.com

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. PT.Artha Perdana Investama: 53,59%

4.

PT.Asuransi Bina Dana Arta Tbk, pertama kali didirikan tanggal 12 Oktober 1982. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 6 Juli 1989. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Plaza ABDA 27th Fl.

Jl. Jend. Sudirman Kav. 59, Jakarta 12190 Phone : (021) 5140-1688


(49)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Homepage : http://www.abdainsurance.co.id Email : adminabda@abdainsurance.co.id Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. RBS Coutts Bank Ltd Singapore: 37,58%

2. ABN Amro Bank N.V Singapore Branch S/A Accoun: 36,12% 3. The Bank Of New York As Custodian Or Trustee Fo: 17,76%

5.

PT.Asuransi Bintang Tbk, pertama kali didirikan tanggal 17 Maret 1955. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 29 Nopember 1989. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Jl. RS Fatmawati No. 32 Jakarta Selatan - 12430

Phone : (021) 7590-2777, 769-0000

Fax : (021) 7590-2555, 765-6287, 769-8558, 7591-0000 Homepage : http://www.asuransibintang.com/

Email : bintang@asuransibintang.

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. PT.Srihana Utama: 34,45%

2. Warisan Kasih Bunda02.596.924.7-072.000: 21,05% 3. Ngrumat Bondo Utomo: 20,05%


(50)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

6.

PT.ATPK Resources Tbk, pertama kali didirikan tanggal 12 Januari 1988. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 17 April 2002. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Jl. Bangka No. 47 - 49 Medan - 20231

Phone : (061) 415-5747, 414-4840, 415-9097 Fax : (061) 456-6748Jl.

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. Uob Kay Hian Private Limited: 22,81% 2. Kim Eng Securities Pte Ltd: 21,52% 3. Credit Suisse Zurich: 12,68% 4. Credit Suisse Singapore: 10,44%

7.

PT.Bakrie Sumatera Plantations Tbk, pertama kali didirikan tanggal 17 Mei 1911. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 6 Maret 1990. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Wisma Bakrie 2, 15th Fl., Jl. HR. Rasuna Said Kav. B.2 Jakarta - 12920

Phone : (021) 252-1286 - 88 Fax : (021) 252-1252

Homepage : http://www.bakriesumatera.com Email : investor@bakriesumatera.com. Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:


(51)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

1. PT.Bakrie & Brothers Tbk: 13,78%

2. Bakrie And Brother qq Bakrie (BSP) Limited: 10,33%

8.

PT.Bank Artha Graha Internasional Tbk, pertama kali didirikan tanggal 7 September 1973. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 23 Agustus 1990. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Artha Graha Building 4th Fl.

Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 -53, Jakarta 12910 Phone : (021 ) 515-2168 ext 3511

Fax : (021) 515-3892

Homepage : http://www.arthagraha.com/ Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. Cerana Artha Putra: 25,92% 2. Arthamulia Sentosajaya: 14,04% 3. Pirus Platinum Murni: 14,04% 4. Puspita Bisnispuri: 14,04% 5. Karya Nusantara Permai: 12,12%

9.

PT.Bank Bumiputera Indonesia Tbk, pertama kali didirikan tanggal 31 Juli 1989. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Juli 2002. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Wisma Bumiputera 14th Fl.

Jl. Jend. Sudirman Kav. 75, Jakarta 12910 Phone : (021) 570-1626


(52)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Fax : (021) 525-5244

Homepage : http://www.bumiputera.co.id/ Email : bank@bumiputra.co.id

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. ICB Financial Group Holdings AG: 67,07% 2. AJB Bumiputera 1912: 5,98%

10.

PT.Bank Mayapada Internasional Tbk, pertama kali didirikan tanggal 7 September 1989. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 29 Agustus 1997. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Mayapada Tower, Ground Floor

Jl. Jend. Sudirman Kav. 28, Jakarta 12920 Phone : (021) 521-2288, 521-2300

Fax : (021) 521-1985, 521-1995 Homepage : www.bankmayapada.com Email : mayapada@bankmayapada.com Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. Summertime Limited: 24,43%

2. CGML IPB Customer Collateral Account: 23,03% 3. PT.Mayapada Karunia Corporation: 8,54%

4. Brilliant Bazaar Pte., Ltd: 7,76%

5. Ssb 2Req Acf Dubai Ventures Limited: 7,68% 6. PT.Mayapada Kasih Corporation: 6,48% 7. PT.Mayapada Karunia Corporation: 5,60%


(53)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

11.

PT.Bank Mega Tbk, pertama kali didirikan tanggal 15 April 1969. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 17 April 2000. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Menara Bank Mega

Jl. Kapten Tendean 12 - 14A, Jakarta 12970 Phone : (021) 7917-5000

Fax : (021) 7917-5015, 7918-7100 Homepage : http://www.bankmega.com/ Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. PT.Mega Corpora: 55,22%

12.

PT.Bank Nusantara Parahyangan Tbk, pertama kali didirikan tanggal 18 Januari 1972. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 10 Januari 2001. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Jl. Jend. Sudirman No. 95 Bandung 40132

Phone : (022) 255-0100 Fax : (022) 251-4580

Email : afandi@bankbnp.com ; mario@bankbnp.com Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. Acom Co., Ltd: 55,00%

2. The Bank Of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd: 20,00% 3. PT.Hermawan Ladang Arta: 8,00%


(54)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

4. PT.Hermawan Sentral Investama: 8,00%

13.

PT.Bank OCBC NISP Tbk, pertama kali didirikan tanggal 4 April 1941. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 20 Oktober 1994. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Bank NISP Tower

Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 25, Jakarta 12940 Phone : (021) 2553-3888

Fax : (021) 5794-4000

Homepage : www.banknisp.com Email : nisp@banknisp.com

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: 1. OCBC Overseas Investments Pte.: 58,00% 2. OCBC Overseas Investments Pte.: 13,00% 3. HSBC-Fund Services Clients A/C: 7,00% 4. SSB C61V International Finance: 7,00%

14.

PT.Bhakti Investama Tbk, pertama kali didirikan tanggal 2 Nopember 1989. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 24 Nopember 1997. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Menara Kebon Sirih, 5th Fl., Jl. Kebon Sirih No. 17 - 19 Jakarta - 10340

Phone : (62-021) 527-3870, 527-3850 Fax : (62-021) 398-36868, 398-36867


(55)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Homepage : http://www.bhakti-investama.com Email : bhit@bhakti-investama.com

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: PT.Bhakti Panjiwira: 19,35%

Hary Tanoesoedibjo: 9,67%

ABN Amro Bank N.V Singapore Branch: 9,31% UBS AG, Singapore-UBS Equities: 5,72%

HSBC Private Bank (Suisse) SA Nassau Branch: 5,53%

15.

PT.Budi Acid Jaya Tbk, pertama kali didirikan tanggal 15 Januari 1979. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 8 Mei 1995. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Wisma Budi 8th - 9th Fl. Jl. HR. Rasuna Said Kav. C - 6 Jakarta - 12940

Phone : (021) 521-3383

Fax : (021) 521-3339, 521-3392

Homepage : http://www.budiacidjaya.com Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

PT.Sungai Budi: 22,00%

PT.Budi Delta Swakarya: 16,00% PT.Budi Delta Swakarya: 10,00%

16.

PT.Ciputra Development Tbk, pertama kali didirikan tanggal 22 Oktober 1981. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 28 Maret 1994. Perusahaan ini berkantor pusat di:


(56)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Jl. Prof. DR. Satrio Kav. 6 Jakarta - 12940

Phone : (021) 522-6868, 522-5858, 520-7333 Fax : (021) 527-4125, 520-5262

Homepage : http://www.ciputradevelopment.com Email : investor@ciputra.com

Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: PT.Sang Pelopor: 22,48%

PT.Sang Pelopor: 12,74% Credit Suisse Singapore: 7,99% Rollrick Holdings Limited: 5,25%

17.

PT.Clipan Finance Indonesia Tbk, pertama kali didirikan tanggal 15 Januari 1982. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 27 Agustus 1990. Perusahaan ini berkantor pusat di:

Wisma Slipi, 6th Fl. Jln. LetJend. S. Parman Kav. 12 Jakarta - 11480

Phone : (021) 530-8005

Fax : (021) 530-8026, 530-8027

Email : Corporate_Secretary@clipan.com Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

1. PT.Bank Pan Indonesia Tbk: 54,35%


(1)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Sambungan Daftar saham perusahaan terkena suspend periode 2004-2008

TAHUN 2007 TAHUN 2008


(2)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Descriptives

De scriptive Statistics

36 100 3625 478.08 703.473 3.412 .393 12.713 .768

36 -82.65 553.26 53.3456 113.61260 3.252 .393 12.082 .768

36 strike price sampel earning per share sampel Valid N (listwise)

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

N Minimum Maximum Mean Std. Skewness Kurtosis

Regression

Va riables Ente red/Re movedb

strike price

sampela . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All request ed variables entered. a.

Dependent Variable: earning per share s ampel b.

Model Summaryb

.676a .457 .441 84.96463 1.414

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), s trike price sampel

a.

Dependent Variable: earning per share sampel b.


(3)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

ANOV Ab

206328.1 1 206328.147 28.581 .000a

245445.6 34 7218.989

451773.8 35 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), strik e price s ampel a.

Dependent Variable: earning per share s ampel b.

Collinearity Diagnosticsa

1.568 1.000 .22 .22

.432 1.904 .78 .78

Dimension 1 2 Model 1 Eigenvalue Condition Index (Constant) strike price sampel Variance Proportions

Dependent Variable: earning per share sampel a.

Lampiran 5

Coefficientsa

1.166 17.199 .068 .946

.109 .020 .676 5.346 .000 1.000 1.000

(Constant) strike price sampel Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: earning per share sampel a.


(4)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.

Re siduals Sta tisticsa

12.0802 396.8112 53.3456 76.77949 36

-.537 4.473 .000 1.000 36

14.168 65.788 17.664 9.569 36

7.9724 338.7744 48.6231 61.76157 36

-180.695 357.57828 .00000 83.74206 36

-2. 127 4.209 .000 .986 36

-2. 479 4.275 .020 1.089 36

-245.444 390.66330 4.72248 108.60723 36

-2. 698 6.193 .078 1.364 36

.001 20.011 .972 3.535 36

.000 6.337 .219 1.066 36

.000 .572 .028 .101 36

Predic ted V alue St d. P redic ted Value St andard E rror of Predic ted V alue

Adjust ed P redicted Value Residual

St d. Residual St ud. Residual Deleted Residual St ud. Deleted Residual Mahal. Dis tanc e Cook's Dis tanc e

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean St d. Deviat ion N

Dependent Variable: earning per share s ampel a.


(5)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.


(6)

Suhery P. Simatupang : Pengaruh Right Issue Terhadap Earning Per Share Emiten Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2008, 2009.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 39 96

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

9 66 110

Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

8 122 98

Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Per Share Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 35 127

Pengaruh Komponen Laporan Arus Kas Dan Earning Per Share Terhadap Return Saham Perusahaan Barang-Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

1 31 104

ANALISIS PENGARUH CASH FLOW PER SHARE DAN EARNING PER Analisis Pengaruh Cash Flow Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Dividend Per Share (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2008-2011 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 15

PENGARUH EARNING PER SHARE, PRICE EARNING RATIO, DAN Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Dividen Per Share Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 0 18

PENGARUH RIGHT ISSUE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2004 – 2007.

0 0 9

PENGARUH EARNING PER SHARE DEVIDEN PER SHARE DAN HARGA SAHAM TERHADAP VOLUME PENJUALAN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (2004 – 2007).

0 1 8

PENGARUH PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP PENGARUH PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAPAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2008.

0 1 6