Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
Gambar 6. Tahapan perkembangan dan seleksi limfosit T terhadap MHC. Abbas AK, 2004 : 81
3.3. Major Histocompatibility Complex MHC
Salah satu karakteristik respon imun adalah mengenali antigen tubuh sendiri self antigen dan antigen dari luar non-self antigen. Pada mulanya, bagaimana
mekanisme respon imun membedakan antigen self dan non self masih menimbulkan pertanyaan. Ternyata mekanisme
ini dilakukan melalui molekul Major Hisocompatibility Complex MHC. Saat ini terlihat bahwa semua antigen, baik self
maupun non-self hanya dapat dikenali oleh sel T apabila berhubungan dengan MHC. Sel T CD4 atau yang dikenal dengan sel Th atau sel T helper akan mengenali antigen
yang berikatan dengan molekul MHC kelas II, sedangkan sel T CD8 atau yang dikenal dengan sel Ts atau sel T sitotoksik akan mengenali antigen yang
berhubungan dengan molekul MHC kelas I. Sel T yang mengenal antigen self dalam
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
hubungannya dengan molekul MHC akan dihilangkan dan sel T yang potensial untuk mengenal antigen asing dalam kaitannya dengan molekul MHC individu sendiri akan
dipertahankan.
4,13,16
Kesalahan dalam mengeliminasi self-recognation akan mengakibatkan kelainan autoimun, sedangkan kegagalan dalam mempertahankan pengenal antigen
asing akan menyebabkan imunodefisiensi sehingga mudah terserang infeksi. Gen yang paling penting pada MHC manusia, juga dikenal dengan molekul HLA human
leukocyte antigen dan gen yang mengkodenya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu HLA kelas I, II, dan III.
4,13,16
3.3.1. Molekul HLA kelas I
Molekul HLA kelas I meliputi HLA-A, HLA-B, dan HLA-C molekul HLA ini disusun oleh dua rantai yaitu rantai heavy berat atau
rantai dengan BM 45.000 dan rantai ringan atau yang dikenal sebagai
2
-microglobulin dengan BM 12.000. Rantai adalah suatu protein transmembran yang memiliki tiga daerah
1
,
2
,
3
dengan setiap daerah mengandung 90 asam amino. Rantai membentuk ikatan nonkovalen dengan extraselular
2
-microglobulin. Molekul HLA kelas I ditemukan pada semua sel yang berinti. Agar dapat dikenali oleh sel T8 CD8, antigen harus
dalam keadaan berkombinasi dengan molekul HLA kelas I untuk dapat dikenali oleh sel T sitotoksik.
13,14,16,17
3.3.2. Molekul HLA kelas II Molekul HLA kelas II meliputi HLA-DR, HLA-DP, dan HLA-DQ juga terdiri
atas dua rantai yaitu rantai dengan BM 34.000 dan rantai dengan berat molekul
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
29.000 yang keduanya berikatan secara non kovalen. Distribusi seluler molekul HLA kelas II terbatas hanya sedikit ditemukan pada sel-sel imunokompeten seperti
limfosit-B, makrofag, serta ditemukan pada limfosit-T teraktivasi. Sel-sel yang pada keadaan normal tidak mengekspresikan molekul HLA kelas II seperti sel-T yang
istirahat, sel endotel, sel tiroid, dapat diinduksi untuk mengekspresikan molekul HLA kelas II. Fungsi molekul HLA kelas II adalah untuk menyajikan fragmen-fragmen
peptida antigen yang sudah diproses kepada limfosit T CD4 pada awal timbulnya respon imun.
13,14,16,17
3.3.3. Molekul HLA kelas III
Molekul HLA kelas III adalah komponen kedua C2 dan keempat C4 sistem komplemen, baik jalur klasik maupun faktor B properdin jalur alternatif.
4,16
3.4. Faktor-Faktor yang Mengubah Respon Imun
Mekanisme imun hospes mungkin dapat dipandang secara keseluruhan sebagai suatu barier pelindung yang terdiri dari berbagai komponen yang melindungi
hospes dari pengaruh yang merugikan dari agen-agen lingkungan yang berbahaya. Tapi kerusakan atau cacat mungkin dapat ditemukan pada sistem imun. Ada sejumlah
faktor yang memodifikasi mekanisme imunitas tubuh yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
4,5
3.4.1. Faktor intrinsik Faktor intrinsik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dan
memodifikasi respon imun, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
3.4.1.1 Faktor metabolik Hormon tertentu ternyata dapat mempengaruhi respon imun tubuh. Misalnya
pada keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi. Demikian pula pada orang-orang yang mendapat pengobatan
sediaan steroid sangat mudah mendapatkan infeksi bakteri maupun virus. Steroid tersebut mengakibatkan terhambatnya fagositosis, produksi antibodi dan menghambat
proses radang. Termasuk golongan hormon steroid yaitu hormon androgen, esterogen dan progesteron diduga merupakan faktor pengubah terhadap respon imun. Terbukti
dengan adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan wanita yang mengidap penyakit imun tertentu.
4,5
3.4.1.2 Faktor anatomi
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat pada kulit dan selaput lendir yang melapisi permukaan luar dan dalam tubuh.
Struktur jaringan yang dimaksud bertindak sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Adanya kerusakan pada permukaan
kulit atau selaput lendir akan mudah menyebabkan seseorang terkena penyakit.
4,5
3.4.1.3 Faktor umur Perkembangan sistem imun seseorang dimulai sejak di dalam kandungan,
maka efektifitasnya dimulai dari keadaan lemah dan meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini tidaklah berarti bahwa pada umur usia lanjut sistem imun akan bekerja
secara maksimal. Namun sebaliknya fungsi sistem imun pada usia lanjut akan menurun, walaupun pada usia lanjut yang bersangkutan tidak mengalami gangguan
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
sistem imun. Hal ini disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik secara umum, juga jelas berkaitan dengan menyusutnya kelenjar tymus apabila umur makin lanjut.
Keadaan tersebut akan mengakibatkan perubahan-perubahan respon imun seluler dan humoral. Maka di usia lanjut akan timbul berbagai kelainan yang melibatkan sistem
imun akan bertambah. Misalnya resiko menderita penyakit autoimun, penyakit keganasan dan mudah terjangkit infeksi.
4,5
3.4.1.4 Faktor genetik
Semua respon imun ada dibawah pengendalian genetik. Pada manusia ada perbedaan dalam kerentanan terhadap suatu penyakit. Salah satu perkembangan imun
yang menguntungkan adalah teridentifikasinya suatu kompleks genetik, ialah MHC major histocompatibility complex yang mengendalikan respon imun maupun
ekspresi antigen histokompabilitas pada sel. Apabila terjadi kerusakan pada gen-gen MHC dari manusia maka akan menyebabkan terjadinya suatu kerusakan pada sistem
imunitas seperti menurunnya kemampuan respon imun serta produksi dari antibodi, rentan terhadap infeksi penyakit, rentan untuk terjadinya suatu penyakit autoimun dan
alergi.
4,5,17
3.4.2. Faktor ekstrinsik Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi dan
memodifikasi respon imun, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah lingkungan. Peningkatan jumlah penderita untuk penyakit infeksi pada masyarakat yang hidup di
dalam lingkungan yang miskin sudah luas diketahui. Hal ini terjadi mungkin karena
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya daya tahan yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang disebabkan rendahnya taraf ekonomi.
4,5
Keadaan asupan gizi yang kurang akan berpengaruh terhadap status imun seseorang. Manusia membutuhkan 6 komponen dasar bahan makanan yang
dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup
dan sesuai sangat penting untuk berfungsinya sistem imun secara normal. Kekurangan gizi merupakan penyebab utama timbulnya imunodefisiensi.
4,5
BAB 4 KERUSAKAN SISTEM IMUNITAS TUBUH