Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
lokal dan membunuh mikroorganisme melalui limfosit intraepitel. Hal ini akan ditunjukkan pada gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4. Fungsi dari epitel pelindung pada respon imun non spesifik. Abbas AK,2004 : 24
3.2. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik adalah pengenalan dan pengawasan yang ketat terhadap benda asing dengan kepekaan yang tinggi. Respon imun spesifik memiliki sifat-sifat
umum yang membedakannya dengan respon imun non spesifik adalah spesifisitas, deversitas, memori, spesialisasi, membatasi diri dan membedakan self dari non-
self.
5,6
Respon imun spesifik terdiri dari respon imun humoral dan respon imun seluler.
6,12
3.2.1. Imunitas humoral Imunitas humoral dilaksanakan oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi
di sumsum tulang dan limfosit tersebut diberi nama sesuai dengan asal limfosit
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
tersebut yaitu sumsum tulang bone marrow derived atau limfosit-B serta produknya yaitu antibodi.
5,6
Antibodi adalah produk dari elemen sel-B limfosit B dan sel plasma yang dibentuk ke dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai reseptor
permukaan yang terkait pada permukaan sel, maupun yang disekresi sebagai produk ekstraseluler. Pada manusia antibodi berhubungan dengan lima kelompok protein
utama imunoglobulin yang dapat didiferensiasikan satu sama lain atas dasar, ukuran, molekul, fungsi biologik atau sifat kimianya. Imunoglobulin tersebut adalah
IgG, IgA, IgM, IgE, IgD.
5,6,13
Faktor-faktor humoral yang lain yang berperan dalam respon imunitas humoral adalah sistem komplemen, sitokin, interferon.
5,6
3.2.1.1 Sistem komplemen.
Meliputi protein serum dan protein terikat selaput yang fungsi keduanya merupakan sistem pertahanan host yang didapat dan alami. Protein ini sangat teratur
dan berinteraksi melalui suatu rangkaian tangga proteolitik. Istilah komplemen mengacu pada kemampuan protein ini untuk melengkapi yakni, memperbesar efek
senyawa lain pada sistem imun. Dalam keadaan normal komponen-komponen komplemen terdapat di dalam serum dalam keadaan inaktif, yang dinyatakan dalam
huruf C C=complement diikuti dengan angka, misalnya C1, C2, C3, C4, hingga C9. Disamping itu di dalam sistem komplemen juga terdapat sub komplemen, seperti C1
yang terdiri dari C1q, C1r, dan C1s, faktor B, faktor D, dan protein regulator yang terdiri dari C1 inhibitor, C4b binding protein, karboksipeptidase N, faktor H, faktor I
Properdin dan protein S. Umumnya komplemen mempunyai efek utama yaitu lisisnya sel, ikut serta dalam peradangan, opsonisasi organisme dan kompleks imun untuk
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
pembersihan fagositosis, peningkatan respon imun berperantara antibodi.
6,11,12,14
Pengaktifan sistem komplemen akan dijelaskan pada gambar 5.
Gambar 5. Jalur pengaktifan sistem komplemen. Sistem komplemen diaktifkan melalui tiga jalur yaitu jalur alternatif, jalur
klasik, jalur lektin. Pada tahap awal semua jalur tersebut menyebabkan aktivasi C3 menjadi C3a C3b. C3a akan
menyebabkan terjadinya proses Inflamasi, sedangkan C3b akan melakukan opsonisasi mikroba dan merangsang
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
fogositosis. Pada tahap akhir C3b akan merangsang C5 untuk menghasilkan C5a C5b. C5b kemudian akan
merangsang terbentuknya C9. C9 merupakan komplemen yang dapat membentuk lubang pada membran sel yang akan
menyebabkan lisisnya mikroba patogen. Abbas AK, 2004 : 33
3.2.1.2 Sitokin
Pada reaksi imun atau reaksi inflamasi banyak substansi seperti hormon yang dilepaskan oleh limfosit T dan B maupun oleh sel-sel lain, yang berfungsi sebagai
sinyal interselular yang mengatur respon inflamasi lokal maupun sistemik terhadap rangsangan dari luar. Sekresi substansi itu dibatasi sesuai kebutuhan, substansi-
substansi tersebut secara umum dikenal dengan nama sitokin. Substansi yang dilepaskan limfosit disebut limfokin sedangkan yang disekresikan oleh monosit
disebut monokin. Substansi ini berperan dalam pengendalian hemopoesis maupun limfopoesis dan juga berfungsi dalam mengendalikan respon imun dan reaksi
inflamasi dengan cara mengatur pertumbuhan, serta mobilitas dan deferensiasi leukosit maupun sel-sel lain. Selain itu sitokin juga diketahui berperan dalam
patofisiologi berbagai jenis penyakit.
6
3.2.1.3 Interferon Secara umum interferon IFN dikelompokkan ke dalam IFN tipe I yang
terdiri dari IFN- dan IFN- , dan IFN tipe II yang mencakup IFN- . IFN- , IFN-
maupun IFN- dapat meningkatkan aktifitas sel sitotoksik dan sel NK. Aktivitas
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
biologik yang utama IFN adalah menghambat replikasi virus dengan cara merangsang sel untuk memproduksi berbagai enzim yang menghambat transkripsi RNA virus dan
replikasi DNA virus, meningkatkan ekspresi molekul MHC I yang diperlukan CD8 untuk mengenal antigen virus, merangsang perkembangan sel Th1 dan meningkatkan
aktivitas sitolitik sel NK.
6
3.2.2. Imunitas seluler Imunitas seluler merupakan jenis utama yang kedua mekanisme efektor
respon imun spesifik.
5
Semua sel yang berfungsi dalam respon imun diketahui berasal dari sel induk pluripoten yang kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur
yaitu jalur limfoid yang membentuk limfosit dan subsetnya, jalur mieloid yang membentuk sel-sel mast, eritrosit, platelets, sel-sel dendritik, sel polimorfonuklear
dan sel-sel mononuklear.
6,15
Sel-sel imunokompeten yang utama adalah limfosit T sel-T dan limfosit B sel-B.
6
Sel-T mengalami perkembangan di sumsum tulang namun kemudian sel-sel tersebut bermigrasi ke kelenjar tymus untuk mengalami pematangan, sedangkan sel-B
mengalami perkembangan di sumsum tulang memiliki sel-B reseptor BCR atau yang disebut juga dengan surface-immunoglobulinsIg yang terdapat pada membran
sel tersebut yang berfungsi untuk mengikat antigen.
6,15
Sel-T berdiferensiasi di dalam tymus, di dalam bagian korteks tymus terjadi proliferasi dan kematian sel yang
berhubungan dengan proses seleksi klon. Klon yang autoreaktif akan mengalami
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
penghancuran apoptosis sedangkan yang dipertahankan hidup adalah sel yang akan bermanfaat dikemudian hari sesuai fungsinya.
6
Sel-T dibagi ke dalam dua kelompok utama yaitu sel-T helper dan sel-T sitotoksik. Sel-T helper biasanya akan menghasilkan CD4 Cluster of differentiation
CD, sedangkan sel-T sitotoksik biasanya membawa CD8. Sel-T helper dibutuhkan untuk mengaktifkan fungsi dari sel-sel B, sel NK dan makrofag.
6,15
Sel-sel T sitotoksik berfungsi menghancurkan sel yang sudah terinfeksi oleh virus.
15
Perkembangan dan seleksi sel T di dalam tymus dikontrol secara ketat oleh mekanisme seleksi positif, seleksi negatif dan neglect gambar 6. Sel T yang
mengekpresikan TCR T Cell Reseptor yang dapat berinteraksi lemah dengan self- MHC self-major histocompatibility complex yang ditampilkan di dalam tymus
mengalami seleksi positif dan dilindungi dari proses apoptosis, sedangkan sel yang tidak diseleksi positif akan mati dengan cara apoptosis karena tidak dipelihara. Sel –T
yang dapat bereaksi kuat dengan antigen yang terikat pada self-MHC juga diinduksi untuk mengalami apoptosis seleksi negatif. Sel-T yang tidak memberikan respon
atau bereaksi dengan antigen asing dan antigen tubuh sendiri juga akan mengalami apoptosis neglect. Selama proses ini lebih 95 sel T yang terbentuk di dalam tymus
mati dan sisanya yang 5 bermigrasi ke organ limfoid perifer sebagai sel T yang matang.
6
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
Gambar 6. Tahapan perkembangan dan seleksi limfosit T terhadap MHC. Abbas AK, 2004 : 81
3.3. Major Histocompatibility Complex MHC