Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
imun yang normal tidak akan bereaksi terhadap antigen tubuh sendiri. Jika sistem imun rusak dan bereaksi dengan sel tubuh sendiri hal ini disebut dengan autoimun.
6
4.1. Penyakit Autoimun
Pada sebagian kecil populasi terjadi suatu penyakit yang dikenal sebagai penyakit autoimun. Dalam hal ini tanda-tanda pokok adalah injuri jaringan yang
disebabkan oleh reaksi imun hospes dengan jaringannya sendiri. Pada kebanyakan individu, di dalam hospes ada pengenal terhadap self-antigen dan toleransi terhadap
semua komponen-komponen tubuh, namun pada penyakit autoimun ada suatu keadaan penyimpangan yang disebut Ehrlich sebagai horror autotoxcius yang
diartikan sebagai proses penghancuran sel tubuh sendiri yang dilakukan oleh sistem imun orang itu sendiri.
5,18
Dalam kaitannya dengan fenomena autoimun tersebut harus dibedakan antara pengertian respon autoimun dengan penyakit autoimun. Respon autoimun selalu
dikaitkan dengan didapatkannya autoantibodi atau reaktifitas limfosit terhadap antigen. Respon autoimun tidak selalu harus mempunyai kaitan dengan penyakit
autoimun yang diderita, bahkan respon autoimun tidak selalu menampakkan gejala penyakit autoimun. Meskipun diduga bahwa penyakit autoimun akibat dari cedera
jaringan oleh respon autoimun. Belum diketahui apakah fenomena autoimun adalah sebab, akibat atau suatu hal lain yang kebetulan dijumpai bersamaan pada penyakit
autoimun. Autoimunitas dapat dipandang sebagai manifestasi tersier dari respon imun yang mengarah pada pemerosesan yang tidak tepat dan menimbulkan penghancuran
jaringan hospes.
5,18
Sebelumnya muncul gagasan bahwa autoimunitas merupakan
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
fenomena nomal, maka terdapat tiga hipotesis yang mencoba menjelaskan fenomena autoimunitas yaitu :
4.1.1. Teori klon terlarang forbidden clone theory
Teori ini didasarkan atas anggapan bahwa pada keadaan biasa, apabila terjadi mutasi somatik dari limfosit, antigen yang terdapat pada permukaan sel limfosit
mutan tersebut akan dikenal oleh sistem imunnya sebagai hal yang asing. Dengan segera mutan baru ini akan dihancurkan oleh limfosit dari sistem imun sehinga tidak
akan membawa efek apa-apa terhadap tubuh, namun apabila kebetulan mutan tersebut tidak memperagakan antigen yang dikenal asing oleh sistem imun pada
permukaannya, maka limfosit mutan tersebut merupakan klon yang tidak dikehendaki yang tetap hidup forbidden clone. Klon yang hidup ini bahkan akan mengenal sel
jaringan sendiri sebagai antigen asing, sehingga terjadilah respon imun terhadap sel jaringan tubuh sampai dapat menimbulkan kerusakan. Gambar 7
5,6,18
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
Gambar 7. Bagan teori klon terlarang. A. Mutan yang memiliki antigen permukaan akan segera dibinasakan. B. Mutan
yang memiliki antigen tersembunyi dapat hidup Terus sehingga berfungsi dalam
respon imun dan menimbulkan kerusakan. Subowo, 1993 : 41
4.1.2. Teori antigen terasing. squestered antigen theory
Teori ini didasarkan atas timbulnya fenomena toleransi pada fetus. Menurut teori ini, semasa embrio semua jaringan yang dipaparkan kepada sistem imun akan
dikenal sebagai dirinya. Apabila pada masa embrio tersebut terdapat sel atau jaringan yang tidak sempat dipaparkan kepada sistem imun, maka sel tersebut tidak akan
dikenal sebagai dirinya gambar 8. Jaringan semacam itu misalnya lensa mata, sistem saraf pusat, dan kelenjar tiroid yang memiliki barier peredaran darah. Apabila
dikemudian hari, misalnya oleh suatu sebab, antigen organ tersebut terpapar kepada sistem imun, maka akan dikenal asing, sehinga menyebabkan timbulnya respon
imun.
5,6,18
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
Gambar 8. Bagan teori antigen terasing. A. Kelenjar tiroid embrional, tahap pengenalan antigen. B. Kelenjar
tiroid dewasa, antigen yang tadinya terasing sekarang terpapar karena kerusakan, sehingga
limfosit mengenal sebagai asing. Subowo, 1993 : 42
4.1.3. Teori defisiensi imun immunologic deficiency theory
Adanya kerusakan jaringan dijelaskan bahwa, dengan adanya defisiensi imun terjadi mutasi pada sel-sel limfosit sehingga tidak menyebabkan musnahnya mutan
yang merupakan klon terlarang tersebut. Sehingga nantinya limfosit tersebut akan dapat menyerang jaringan tubuh yang merupakan sel sasaran ataupun mikroba yang
menempel pada sel sasaran tersebut gambar 9.
5,6,18
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
Gambar 9. Bagan teori defisiensi imun. A.
Mutan limfosit tetap hidup. B. Kerusakan jaringan melalui mekanisme reaksi tipe II, III, dan IV.
Subowo, 1993 : 43 Akhirnya, setiap konsep yang menjelaskan perkembangan keadaan autoimun,
haruslah diperhitungkan faktor genetik yang mengendalikan sistem imun. Gambaran keluarga dan distribusi jenis kelamin misalnya penyakit autoimun lebih banyak
terjadi pada wanita mengkarakterisasi kebanyakan penyakit autoimun. Penemuan adanya hubungan antara antigen histokompabilitas tertentu dengan aneka macam
penyakit memberikan kesan bahwa gen respon imun pada manusia mungkin terlekat dekat sekali dengan lokus HLA, serta pengaturan respon imun terganggu didasarkan
pada ketidakseimbangan yang ditentukan secara genetik pada sub populasi sel T yaitu CD4 dan CD8 sebagai determinan yang utama pada perkembangan penyakit
autoimun.
5
Hanri : Kerusakan Sistem Imunitas Tubuh Pada Sjogren Syndrom, 2009.
4.2. Patogenesis Penyakit Autoimun