makanan dan pakaian mulai susah didapatkan karena terjadi peperangan dimana-mana setiap hari.
B. Pergerakan Wanita Sebelum Berdirinya Muslimat NU
Pada Permulaan abad ke-20, gerakan perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya mengalami perubahan. Apabila perjuangan merebut
kemerdekaan sebelumnya sangat bergantung pada kharisma seorang pemimpin, maka sejak tahun 1908 tidak demikian lagi karena yang
menentukan adalah tata nilai baru yang dilembagakan dalam bentuk organisasi yang maju. Rakyat bergerak dengan teratur, tersusun dalam suatu himpunan.
Sedangkan pemimpinnya dipilih dan ditunjuk oleh orang-orang yang tergabung dalam organisasi tersebut.
17
Kesadaran historis yang senantiasa menghendaki adanya perubahan ke arah perbaikan melahirkan perubahan-perubahan di berbagai bidang, yang
layak disebut dengan kesadaran harga diri sebagai bangsa dan manusia. Dengan kesadaran harga diri itulah kemudian bangkit gerakan-gerakan
kemerdekaan untuk memerdekakan dan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Dalam konteks Indonesia, kesadaran baru itu ditandai dengan lahirnya Budi Oetomo tahun 1908 yang kemudian disusul dengan berbagai organisasi-
organisasi lainnya termasuk organisasi wanita. Pergerakan kaum wanita Indonesia sangat erat kaitannya dengan pergerakan kebangsaan Indonesia, dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan organisasi-
17
Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat Nu Berkhidmad untuk Agama dan Bangsa, Jakarta: Lakpesdam, 1996 h.2
organisasi kebangsaan lainnya. Seiring dengan lahirnya organisasi-organisasi kebangsaan, lahir pula organisasi-organisasi kebangsaan wanita Indonesia,
dengan berbagai latar belakang budaya dan trdisinya. Pergerakan wanita Indonesia pada permulaan abad ke-20 merupakan
lanjutan sejarah perjuangan wanita sebelumnya. Kesadaran itu telah dirintis oleh para tokoh-tokoh pahlawan dan perintis wanita, seperti RA. Kartini dari
Jawa Tengah, Martha Christina Tiyahahu dari Maluku, Cut Nyak Dien dan Cut Nyak Meutia dari Aceh, Nyai Ahmad Dahlan dari Yogyakarta, Rahmah
el-Yunusiyah dari Sumatera Barat dan Dewi Sartika dari Jawa Barat. Secara langsung atu tidak langsung mereka telah memberikan inspirasi dan dorongan
yang sangat berharga bagi perkembangan pergerakan wanita di Indonesia. Pada tahun 1904, ketika RA. Kartini wafat, tidak tercatat reaksi
langsung dari bangsa sendiri, maupun Bangsa Belanda, kecuali dari kawan dekat dan keluarga. Namun demikian, pengaruh atau tanggapan terhadap sikap
dan keteguhan hati Kartini, pada hakikatnya cukup nyata, baik dalam meneladani sikap dan mengikuti jejak Kartini. Banyak wanita tidak segan-
segan lagi untuk menuntut pendidikan setaraf dengan kaum pria. Pemerintah Belanda maupun swasta mulai memperbolehkan perempuan dari berbagai
kalangan untuk bersekolah. Selain itu, di kalangan keluarga yang berada, banyak wanita membuka kelas-kelas pengajaran di rumah untuk mendidik
gadis-gadis di wilayah sekitarnya.
18
Secara umum ada tiga aliran dalam pergerakan wanita Indonesia. Pertama adalah golongan kebangsaan yang liberal. Kedua golongan agama.
18
Haryati Soebadio dan Saparinah Sadli, Kartini Pribadi Mandiri, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1990 h. 105
Ketiga golongan feminis demokrat yang perjuangannya tak berbeda dengan wanita barat, bergumul dengan masalah kedudukan wanita.
19
Penggolongan ini didasarkan atas perbedaan latar belakang budaya, ideologi dan tradisi yang
hidup dalam masing-masing komunitas organisasi. Bagaimanapun, pergerakan yang terjadi di Indonesia merupakan perjuangan seluruh komponen bangsa
yang saling mempengaruhi. Dinamika politik kebangsaan sangat diwarnai dengan keterlibatan
kaum wanita. Hal ini dapat dilihat tidak hanya dari aktivitas organisasi remaja Islam yang berpusat di sekolah-sekolah agama, tetapi juga pada kegiatan
wanita dalam partai radikal, seperti Perhimpunan Musliman Indonesia Permi di Sumatera Barat. Bahkan ketika tokoh partai laki-laki ditangkap dan dibuang
serta beberapa tokoh wanita dipenjarakan, partai radikal yang revolusioner ini dengan berani menampilkan wanita sebagai ketua umum. Tokoh wanita Permi
yang dipenjarakan ialah Rangkayo Rasuna Said dan Rasimah Ismail, gadis yang berusia 18 tahun pada tahun 1932, sedangkan wanita yang kemudian
tampil menjadi pemimpin Permi adalah Ratna Sari di tahun 1933.
20
Gerakan organisasi kebangsaan dengan berbagai nuansa dan corak kegiatannya ini mempunyai satu visi dan orientasi, yaitu memerdekakan
bangsa Indonesia. Perbedaannya hanya dalam pendekatan cara perjuangannya.
Beberapa menggunakan cara radikal revolusioner, beberapa lagi menggunakan pendekatan kultural dengan memanfaatkan pendidikan sebagai basis
perjuangannya.
19
Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.4
20
Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.5
Sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, berbagai organisasi lain menyusul dibentuk, termasuk juga organisasi wanita. Pada tanggal 22
Desember 1928 diadakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama. Kongres ini berhasil membentuk Perserikatan Perkoempoelan Perempoean
Indonesia PPPI, yang merupakan asal-usul historis badan federasi yang saat ini dinamakan Kowani.
21
Pada tahun 1929 PPPI berubah menjadi Perserikatan Perkoempoelan Istri Indonesia PPPI, kemudian berubah lagi menjadi
Kongres Perempoean Indonesia pada tahun 1935. Pada tanggal 15-17 Desember 1945 bertempat di Klaten diadakan
kongres wanita untuk pertama kali setelah proklamasi kemerdekaan. Perkumpulan yang sama azas tujuannya masuk dalam gabungan baru yang
bernama Perwari Persatuan Wanita Republik Indonesia yang membentuk suatu badan fusi, diantaranya Perwani, Wani, dan lain-lain. Perkumpulan-
perkumpulan lain seperti PPI Pemuda Puteri Indonesia, Muslimaat, Aisyiah, Persatuan Wanita Kristen, dan lain-lain tidak termasuk dalam fusi itu.
Sebagai lanjutan dari putusan kongres yang pertama tersebut, maka pada tanggal 24-26 Februari 1946 diadakan konvensi di Solo yang berhasil
membentuk suatu badan gabungan yang bernama Badan Kongres Wanita Indonesia.
22
Akhirnya, pada bulan Juni tahun 1946 menjadi Kongres Wanita Indonesia KOWANI sampai saat ini.
23
Kiprah perjuangan wanita merupakan artikulasi yang berkembang dalam masyarakat. Kejadian-kejadian yang
dianggap bertentangan dengan rasa keadilan dan perikemanusiaan menjadi
21
Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.6
22
Nani Suwondo, Kedudukan Wanita Indonesia: Dalam Hukum dan Masyarakat,
Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981 h. 179
23
http:www.kowani.or.id
dorongan munculnya perjuangan kaum wanita untuk meninggikan harkat dan martabatnya.
Tujuan didirikannya KOWANI yaitu: 1.
menggalang persatuan dan membina kerjasama segenap potensi wanita Indonesia,
2. menggariskan
dan melaksanakanpokok-pokok
perjuangan wanita
Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang menjamin pelaksanaan hak-hak wanita Indonesia debagai manusia dan
wanita, 3.
melaksanakan Ampera dalam rangka mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menempatkan wanita di dalam
masyarakat sesuai dengan kedudukan fungsi dan profesinya, 4.
menjelmakan pribadi wanita Indonesia yang mampu menjalankan dan meyalurkan fungsi dan profesinya dengan baik serta mengintensifkan
partisipasi kaum wanita dalam pembangunan negara, 5.
memupuk dan memelihara perdamaian dunia serta membina persahabatan antar bangsa berdasarkan persamaan hak dan derajat.
24
pada tahun 1930, didirikanlah Perkumpulan Pembasmi Penjualan Perempuan dan Anak-anak P4A, karena pada saat itu banyak gadis-gadis
anak petani miskin yang dijual pada Cina mendering rentenir Tionghoa untuk menebus hutang petani tersebut. Dibentuk juga Komite Pembela Buruh
Perempuan Indonesia untuk membantu buruh perempuan yang diperlakukan
24
Taufik Abdullah, Ensiklopedi Indonesia Jilid IV, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1983 .
secara kejam di pabrik-pabrik di berbagai tempat.
25
Tujuan utama dibentuknya P4A dan Komite Pembela Buruh Perempuan Indonesia adalah
untuk melindungi hak-hak wanita sebagai manusia, juga memerangi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang terjadi pada saat itu.
Kowani berhasil menggabungkan berbagai organisasi wanita yang saat itu sudah ada di Indonesia dengan corak yang berbeda-beda. Kowani hadir
menyatukan visi dan misi berbagai organisasi yang bergabung dengan corak yang berbeda-beda, agar menjadi kekuatan untuk perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Namun, terkadang perbedaan yang tidak dapat dikesampingkan oleh masing-masing anggota menjadi potensi konflik yang menyebabkan
perkembangan Kowani mengalami pasang surut. Kowani kemudian mendapatkan kesulitan lagi pada saat terjadinya
Gerakan 30 September 1965, karena ada pemimpin Kowani yang mendukung gerakan ini. Kemudian timbulah Kesatuan Aksi Wanita KAWI, yang
merupakan gabungan organisasi-organisasi Islam. KAWI mengadakan kegiatan bersama dengan kesatuan aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia KAMI, Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia KAPI, Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia KAPPI, Kesatuan Aksi
Sarjana Indonesia KASI, Kesatuan Aksi Guru Indonesia KAGI, untuk melawan gerakan-gerakan pendukung Gerakan 30 September 1965
G30SPKI.
26
Selain KOWANI, berdiri juga Perkumpulan Istri Sedar pada tahun 1930. Pendirinya adalah Suwarni Pringgodigdo. Perkumpulan ini tidak mau
25
Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.8
26
Asmah Sjahruni, dkk, 50 Tahun Muslimat.., h.6 .
bergabung dengan Kowani. Mereka berpendirian bahwa bagi bangsa yang dijajah, agar cepat memperoleh kebebasan, kaum wanita harus sederajat
kedudukannya dengan kaum pria. Padahal tujuan keduanya sama, yaitu terwujudnya hak dan kedudukan yang sama antara pria dan wanita untuk
mempercepat pencapaian kemerdekaan Indonesia.
C. Lahirnya Muslimat NU