Periode Kedua Kepemimpinannya PERANAN MUSLIMAT NU PADA MASA KEPEMIMPINAN

Oleh PP. Muslimat NU ini dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk mengadakan peninjauan ke daerah-daerah. 73 Adapun terkait peranannya dalam bidang-bidang garapannya yang merupakan program inti dari Muslimat NU akan dibahas paba sub-bab di bawah. Karena bagaimanapun juga, ketika kita bicara mengenai peranan yang dimainkan oleh seorang tokoh dalam sebuah periode dalam sebuah organisasi, tentunya tak bisa dilepaskan dari peranannya untuk melaksanakan program- program inti dari organisasi itu sendiri. Betapapun ada beberapa kegiatan yang menonjol dalam suatu periode tertentu, ini tidak bisa menghalangi organisasi ini untuk melaksanakan program inti yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan seorang Asmah Syahruni yang merupakan Pucuk Pimpinan organisasi kewanitaan Islam ini. Dalam setiap periode, kendatipun mengalami berbagai macam persoalan yang mengitari organisasinya, ia tetap melaksanakan program-program utama dari organisasi itu di samping berimprovisasi untuk melaksanakan program lain yang sesuai dengan tuntutan isu yang berkembang, baik lokal maupun nasional.

B. Periode Kedua Kepemimpinannya

Periode kedua kepemimpinan Asmah Syahruni memperlihatkan kegiatannya pada cakrawala yang lebih luas. Tidak hanya pada batas-batas untuk melanjutkan program-program baku yang sudah ditetapkan dalam organisasi seperti kegiatan di bidang sosial, kesehatan, dakwah dan lain-lain. Lebih dari itu, isu-isu politik dan isu-isu penting terkait adanya Khittah NU 73 Laporan Pertanggungjawaban PP. Muslimat NU Periode 1979-1984, Probolinggo Jawa Timur, 1984. 1926, membawanya dalam suatu tindakan di mana ia harus mampu memposisikan organisasi yang dipimpinya itu berada dalam posisi yang proporsional. Dalam laporannya, ia menyatakan; upaya memasyarakatkan Khittoh NU 1926, menjaga jarak yang sama dengan tiga golongan politik pada pemilu 1987, tetapi tetap berpartisipasi sebagai warga negara dalam pemilu tidak golput dan usaha memelihara persatuan dan kesatuan organisasi. Sebagai organisasi wanita, Muslimat NU senantiasa berusaha menjaga keseimbangan antara Muslimat NU sebagai organisasi, dengan kedudukan Muslimat NU sebagai bagian dari organisasi keagamaan Islam. Dalam realisasi kembali ke Khittah 1926, PP. Muslimat berusaha menjelaskan pengertian itu, karena ada pihak Muslimat yang mengaggap bahwa dengan Khittah tersebut Muslimat tidak usah mengurus organisasi secara khusus sebab semuanya akan diurus oleh NU sampai kepada pemberian Tanda Anggota. Sementara di lain pihak NU yang mengharuskan agar segala yang menyangkut Muslimat diurus oleh NU saja mulai dari pembentukan cabang-cabang baru. Asmah Syahruni sebagai pimpinan Muslimat yang memiliki cita-cita penuh dalam kemandirian organisasi yang dipimpinnya itu dengan sekuat tenaga memperkuat organisasi ini agar tetap menjadi badan otonom. Dengan keberhasilannya mempertahankan otonomisasi organisasi tersebut, maka diadakanlah kerjasama dengan organisasi otonomlembaga NU seperti lembaga pendidikan, yayasan dan lain-lain. Hal-hal yang terkait dengan program jangka panjang antara lain : 1. Mengusahakan terselenggaranya Penataran P4 bagi anggota Muslimat NU. 2. Mengadakan kursus kader usaha bagi anggota Muslimat NU. 3. Mengadakan kursus administrasi kesekretariatan . 4. Mengadakan kursus manajemen dan kursus lainnya. 5. Mengintensifkan kader Muslimat NU. 6. Mengadakan supervisi ke TK Muslimat. 7. Melaksanakan tentang strukturmekanisme kerja di bidang pendidikan yang disesuaikan dengan struktur jam’iyah NU. Adapun hal-hal yang terkait dengan program jangka pendek adalah : 1. penyelenggaraan KPPD Kursus Pembinaaan Pengetahuan Dasar KEJAR “Kerja dan Belajar”. 2. Memasyarakatkan Program PKK. 3. Penyuluhan Undang-Undang perkawinan melalui pengajian dan kursus serta penataran bagi penyelenggaraan TK di cabang-cabang. Di atas merupakan gambaran umum dan dan khusus mengenai kegiatan yang dijalankan oleh organisasi. 74 Selain beberapa kegiatan di atas yang direalisasikan Asmah Syahruni pada periode kedua, program lain yang direalisasikannya pada periode itu adalah pemeliharaan cabang-cabang baru, menekankan kembali Muslimat NU sebagai organisasi yang mampu berdiri sendiri, pemantapan organisasi, mengadakan kegiatan yang bertaraf nasional dan melakukan evaluasi seperti apa yang telah disebutkan dalam bab tiga. 74 Laporan Pertanggungjawaban PP. Muslimat NU pada Kongres Muslimat NU XII, Kaliurang, Yogyakarta, 1989, h. 14, 23, 25.

C. Periode Ketiga Kepemimpinannya