e. Tannins adalah senyawa fenolik polimer yang larut dalam air, gliserol, metanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol, tetapi tidak dapat larut dalam benzene,
kloroform, eter, pretoleum eter, dan karbon disulfida. Tannin mempunyai rasa sepat dan juga bersifat sebagai antibakteri dan astringent bersifat menciutkan. Mekanisme
penghambatan bakteri pada tannin adalah dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial dan destruksi fungsi material.
43
f. Anthraquinones merupakan senyawa fenol yang bekerja sebagai antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol lainnya, yaitu menghambat bakteri dengan cara
mendenaturasi protein.
43
2.4.2 Nilai Farmakologi Daun Afrika Vernonia amygdalina
Penggunaan Vernonia amygdalina sebagai tanaman obat dimulai ketika farmasi kebun binatang memberikan batang Vernonia amygdalina pada simpanse
yang sakit. Berdasarkan laporan tersebut, banyak peneliti yang melakukan penelitian ilmiah tentang manfaat medis ekstrak yang berbeda dari tanaman ini.
20
Daun Afrika Vernonia amygdalina memiliki aktivitas biologis yaitu sebagai antibakteri,
antijamur, antivirus, antiinflamasi, analgesik, antioksidan, antimalaria, antidiabetes, dan antikanker. Ekstrak akar tanaman Vernonia amygdalina juga dapat digunakan
untuk mengobati malaria dan penyakit saluran pencernaan. Tanaman Vernonia amygdalina juga dapat digunakan sebagai chewing stick dan digunakan secara
tradisional untuk menjaga kesehatan mulut dengan dengan berkontribusi terhadap penyembuhan gingiva, menyingkirkan mikroorganisme kariogenik, menghambat
pembentukan plak, dan berefek mengurangi karies gigi.
20
Berdasarkan laporan Aregheore et al. 1998 dan Igile et al. 1995 bahwa terdapat kandungan fitokimia yang mempunyai toksin dan menunjukkan terjadinya
hepatotoksisitas pada tikus.
44
Namun, Ojiako dan Nwanjo 2006 melaporkan bahwa daun Afrika Vernonia amygdalina mungkin beracun seperti beberapa sayuran
lainnya jika dikonsumsi dalam jumlah yang sangat besar, tetapi bahaya yang ditimbulkan tidak lebih parah dibandingkan sayuran umum lainnya yang rutin
dikonsumsi di Afrika.
45
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nwangwu et al. 2011 bahwa tidak adanya kerusakan yang signifikan pada struktur sel perut, liver dan ginjal
bahkan menjadi lebih terorganisir dengan baik pada hewan yang diteliti dibandingkan hewan kontrol.
44
2.4.3 Aktivitas Antibakteri Daun Afrika Vernonia amygdalina
Banyak penelitian eksperimental Vernonia amygdalina telah melaporkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri. Setiap bagian dari Vernonia
amygdalina memiliki aktivitas antibakteri. Di Nigeria, batang dan akar Vernonia amygdalina digunakan sebagai chewing stick. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak dari batang dan akar Vernonia amygdalina yang digunakan sebagai chewing stick menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri anaerob rongga mulut seperti
Bacteroides gingivalis, Bacteroides asaccharolyticus, Bacteroides melaninogenicus, dan Bacteroides Oralis pada konsentasi KHM 100 mgml.
20
Penelitian Taiwo et al 1999, ekstrak air dari akar Vernonia amygdalina juga menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Streptococcus gordoni, Porphyromonas nigrescens, Porphyromonas gingivalis, Provotella intermedia, Fusobacterium nucleatum, dan
Pseudomanas aeruginosa dengan KHM 100 mgml.
20
Aktivitas antibakteri dari ekstrak daun Vernonia amygdalina secara signifikan lebih tinggi dibandingkan ekstrak batang dan akar Vernonia amygdalina. Pada
penelitian Oboh dan Masodje 2009 menunjukkan bahwa ekstrak air daun Afrika Vernonia amygdalina dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan zona hambat 0,8 cm.
46
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ilondu et al. 2009 juga melaporkan bahwa ekstrak daun Afrika Vernonia
amygdalina dengan konsentrasi 50, 40, 30, 20, dan 10 memiliki daya hambat terhadap jamur.
25
Penelitian Alo et al. 2012 menunjukkan ekstrak etanol daun Afrika menunjukkan penghambatan terhadap Salmonella typhi dan Escherichia
oli dengan diameter zona hambat 23 mm dan 13 mm.
47
2.5 Kerangka Teori