2.4.1 Senyawa Fitokimia Daun Afrika Vernonia amygdalina sebagai
Antibakteri
Berdasarkan penelitian Asaolu et al. 2010 melaporkan analisis fitokimia daun Afrika Vernonia amygdalina adalah anthraquinones 0.08 ± 0.001, tannins
1.55 ± 0.81, flavonoids 0.17 ± 0.004, alkaloids 2.95 ± 0.40, saponins 2.85 ± 0.39, cardiac glycosides 1.10 ± 0.03, dan triterpenes 0.54 ± 0.02. Luteolin,
luteolin 7-0-beta-glukuronoside, dan luteolin 7-0-beta glukoside yang merupakan 3 jenis dari flavonoid yang juga terdapat pada daun Afrika Vernonia amygdalina
memiliki aktivitas antioksidan dan berguna untuk mencegah kanker, serta dapat melindungi dari diabetes dan arterosklerosis. Selain itu, ditemukan pula kandungan
antioksidan vitamin C yang tinggi pada Vernonia amygdalina.
20,21
Kandungan bioaktif alkaloids, saponins, tannin, flavonoids dan terpenoids sebagai metabolit
sekunder dari ekstrak daun Afrika Vernonia amygdalina memiliki peran sebagai antibakteri dengan mekanisme yang berbeda sebagai berikut:
a. Saponins merupakan zat yang mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran. Secara kimia, saponin adalah glikosida berat molekul tinggi
dimana bagian triterpen atau steroid aglycone terikat dengan gula. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antibakteri adalah dengan membentuk senyawa kompleks
dengan membran sel bakteri melalui ikatan hidrogen yang kemudian dapat menghancurkan permeabilitas dinding sel bakteri yang mengakibatkan kematian sel.
43
b. Flavonoids adalah senyawa fenolik yang mengandung satu gugus karbonil dengan mekanisme kerja sebagai antibakteri adalah dengan membentuk senyawa
kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang terlarut sehingga dapat merusak dinding sel bakteri serta bersifat lipofilik yang dapat merusak lapisan lipid
pada membran bakteri.
43
c. Alkaloids adalah senyawa nitrogen heterosiklik yang sudah digunakan
berabad-abad dalam bidang medis karena dapat melawan sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel.
43
d. Terpenes atau terpenoids aktif terhadap bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Mekanisme kerja dari terpenoid tidak sepenuhnya dimengerti tetapi diduga
melibatkan membran gangguan oleh senyawa lipofilik.
43
e. Tannins adalah senyawa fenolik polimer yang larut dalam air, gliserol, metanol, hidroalkoholik, dan propilena glikol, tetapi tidak dapat larut dalam benzene,
kloroform, eter, pretoleum eter, dan karbon disulfida. Tannin mempunyai rasa sepat dan juga bersifat sebagai antibakteri dan astringent bersifat menciutkan. Mekanisme
penghambatan bakteri pada tannin adalah dengan cara bereaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial dan destruksi fungsi material.
43
f. Anthraquinones merupakan senyawa fenol yang bekerja sebagai antibakteri mirip dengan sifat-sifat fenol lainnya, yaitu menghambat bakteri dengan cara
mendenaturasi protein.
43
2.4.2 Nilai Farmakologi Daun Afrika Vernonia amygdalina