Berdasarkan penelitian Ibrahim et al. juga menyimpulkan daun Afrika Vernonia amygdalina juga memiliki aktivitas analgesik yang dapat mengatasi sakit gigi,
gingivitis, dan rematik.
26
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa daun Afrika Vernonia amygdalina dapat dijadikan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar karena memenuhi
beberapa syarat bahan medikamen saluran akar yaitu mempunyai aktivitas anktibakteri, bersifat biokompatibel dan mengurangi rasa nyeri. Namun hingga saat
ini belum ditemukan penelitian mengenai efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap bakteri saluran akar Porphyromonas gingivalis
sebagai salah satu bakteri yang ditemukan pada infeksi endodontik primer. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika
Vernonia amygdalina terhadap bakteri saluran akar Porphyromonas gingivalis sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar. Penelitian ini menggunakan metode
dilusi untuk menentukan nilai KHM dan KBM yang mempresentasikan efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap
Porphyromonas gingivalis. Kultur bakteri diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 24 jam karena pada suhu dan waktu tersebut Porphyromonas gingivalis dapat tumbuh
dengan optimal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika Vernonia
amygdalina sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis diukur dari nilai konsentrasi hambat minimum KHM dan
konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina sebagai bahan alternatif medikamen
saluran akar terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis diukur dari nilai konsentrasi
hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut pengembangan ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina sebagai bahan alternatif untuk medikamen
saluran akar. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai studireferensi
tambahan tentang bahan medikamen saluran akar dari ekstrak etanol daun Afrika untuk digunakan dalam perawatan saluran akar bagi bidang ilmu kedokteran gigi
khususnya konservasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Menambah informasi dalam bidang kedokteran gigi mengenai efek antibakteri dari ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina.
2. Meningkatkan pengembangan bahan kedokteran gigi yang berasal dari alam, mempunyai sifat biokompatibel yang tinggi, mudah didapat dan harga yang
terjangkau. 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dengan
menggunakan bahan alami.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dasar keberhasilan perawatan saluran akar adalah mengeliminasi bakteri dan produk-produknya. CaOH
2
merupakan bahan medikamen saluran akar yang umum digunakan, namun pada penelitian menemukan bahwa CaOH
2
kurang efektif mengeliminasi Porphyromonas gingivalis. Beberapa penelitian telah melakukan
pengembangan bahan alami sebagai alternatif medikamen saluran akar yang telah dilakukan. Untuk itu, ekstrak etanol daun Afrika diharapkan dapat dikembangkan
sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar.
2.1 Bahan Medikamen dalam Perawatan Saluran Akar
Bahan medikamen saluran akar adalah suatu medikamen yang diletakkan sementara pada saluran akar dengan biokompatibilitas yang baik. Tujuan utama
penggunaan bahan medikamen saluran akar yaitu untuk mengeliminasi bakteri yang mungkin masih tersisa setelah dilakukannya instrumentasi mekanis maupun irigasi.
12
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa preparasi saluran akar chemo-mechanical dengan irigasi antibakteri hanya akan memberikan 50-70 dari kanal yang terinfeksi
bebas dari mikroorganisme.
12
Hal ini dapat disebabkan beberapa mikroorganisme dapat bermigrasi ke ramifikasi, isthmus, delta saluran akar, dan tubulus dentin
meskipun sudah dilakukan preparasi chemo-mechanical sehingga perlu dieliminasi dengan medikamen saluran akar.
12,13
Oleh karena itu, perawatan saluran akar memerlukan bahan medikamen untuk meningkatkan keberhasilan perawatan.
12-14
Syarat dari bahan medikamen saluran akar adalah harus memiliki aktivitas antibakteri, mengeliminasi bakteri saluran akar yang tidak tereliminasi pada proses
preparasi chemo-mechanical, mengurangi inflamasi periapikal, mengurangi rasa sakit pasca perawatan, mampu mencegah infeksi ulang dan bersifat biokompatibel.
12,13
Selain itu medikamen juga digunakan untuk mengeliminasi eksudat pada daerah apikal jika ada dan mencegah terjadinya inflamasi yang menyebabkan resorpsi akar.
13
Medikamen saluran akar yang sering digunakan dalam perawatan saluran akar dapat
dibagi dalam beberapa kelompok besar yaitu golongan fenol Eugenol, CMCP, Parachlorophenol, Camphorated Parachlorophenol, Metakresilasetat, Kresol,
Creosote, Timol, golongan aldehidformaldehida formokresol dan glutaraldehid, golongan halida natrium hipoklorit dan iodine-kalium iodida, kalsium hidroksida,
antiobiotik, steroid dan kombinasi. Namun yang paling populer sering digunakan adalah CaOH
2,
CMCP, dan formokresol.
12,14
Bahan medikamen golongan fenol merupakan bahan kristalin putih mempunyai bau khas batubara. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan
nekrosis jaringan lunak. Selain itu, golongan fenol juga memiliki potensi mutagenik dan kariogenik dan jika berkontak dengan cairan membuatnya menjadi tidak aktif.
Penggunaan bahan medikamen saluran akar golongan fenol sudah tidak dianjurkan lagi.
14
Bahan medikamen formokresol merupakan suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang
ditemukan dalam saluran akar.
14
Antibiotik yang paling umum yaitu pasta Ledermix dan Septomixine Forte. Keduanya sama-sama mengandung kortikosteroid sebagai
agen antiinflamasi, namun belum sesuai untuk digunakan pada perawatan saluran akar karena spektrum kerja kedua jenis antibiotik tersebut kurang luas dan hanya
fokus pada inflamasi.
12,14
CaOH
2
telah digunakan secara luas di bidang endodontik dan dikenal sebagai bahan desinfeksi saluran akar yang paling efektif.
13,14
CaOH
2
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1920 oleh Herman dan sejak itu penggunaannya dalam
perawatan endodontik telah meningkat terutama untuk digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar dan menjadi gold standard dalam perawatan saluran
akar.
15,16
CaOH
2
memberikan efek antibakteri melalui pH yang tinggi yang dapat mencapai 12,5 yang menyebabkan rusaknya dinding sel bakteri sehingga terjadi
proses denaturasi protein yang menghambat replika DNA dari bakteri dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri.
3,17
Cara kerja CaOH
2
melalui pelepasan ion Ca
2+
yang memiliki peran dalam proses mineralisasi jaringan dan ion OH
-
yang menghasilkan alkalin yang tinggi sehingga menyebabkan lingkungan yang tidak sesuai bagi mikroorganisme. CaOH
2
juga dapat menghambat resorpsi tulang dan menghidrolisis LPS yang umumnya dimiliki oleh bakteri gram negatif.
12
CaOH
2
menghidrolisis LPS dengan menghasilkan asam lemak hidroksi dalam jumlah yang banyak dan menonaktifkan enzim dalam membran bakteri serta mengganggu
mekanisme transportasi yang mengakibatkan sel keracunan.
27
Selain memiliki keunggulan, CaOH
2
juga memiliki kelemahan. Penelitian klinis menunjukkan bahwa pemakaian rutin medikamen ini sebagai medikamen
saluran akar tidak berpengaruh pada pencegahan atau pengurangan rasa sakit.
12
CaOH
2
merupakan antimikroba yang bekerja lambat dan diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak serta memerlukan waktu minimal satu minggu untuk efektif.
27
Kelemahan lainnya adalah sisa residunya sulit dihilangkan dari dinding saluran akar sehingga akan mengurangi setting time sealer yang berbasis zinc oxide yang
digunakan pada pengisian saluran akar.
13
Bloml őf et al. 1998 menemukan
penggunaan CaOH
2
sebagai medikamen saluran akar pada pasien yang juga melakukan perawatan periodontal memiliki efek yang kurang baik pada jaringan
periodontal. Hal ini disebabkan karena CaOH
2
memberikan pengaruh negatif dalam proses penyembuhan jaringan lunak dan terlihat CaOH
2
dapat menghambat proses perlekatan gingiva fibroblas walaupun tidak secara signifikan.
17
2.2 Porphyromonas gingivalis sebagai Salah Satu Bakteri yang Terdapat pada Infeksi Endodontik Primer
Pada saluran akar yang terinfeksi terdapat kumpulan berbagai jenis komunitas bakteri sehingga disebut sebagai infeksi polimikrobial. Mikroorganisme menginvasi
saluran akar berupa sel tunggal bentuk planktonik yang tersebar bebas dalam cairan pada saluran akar atau melekat satu sama lain atau ke akar dinding saluran atau
keduanya.
4,11
Namun yang menjadi faktor penting dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa bakteri dalam saluran akar dapat tumbuh tidak hanya sebagai sel
planktonik atau beragregasi, berkoagregasi, tetapi dapat juga membentuk biofilm yang terdiri dari jaringan kompleks mikroorganisme yang berbeda. Biofilm
didefinisikan sebagai sebuah lapisan tipis dari komunitas mikroorganisme multiseluler yang terkondensasi dan melekat secara kuat pada permukaan dan
terperangkap dalam matriks extracellular polymeric substance EPS yang terdiri dari exopolysaccharides, protein, garam dan bahan sel dalam larutan berair.
2,4,12,28
Komunitas biofilm adalah struktur kompleks dan dinamis yang berkumpul melalui kolonisasi beberapa bakteri rongga mulut yang berurutan dan teratur.
2,28
Pembentukan biofilm pada infeksi saluran akar diawali beberapa saat setelah terjadinya invasi pada ruang pulpa oleh bakteri planktonik akibat kerusakan jaringan.
Lesi inflamasi yang terus berkembang ini akan menyediakan cairan bagi organisme planktonik yang menginvasi sehingga mereka dapat bereplikasi dan terus melekat
pada dinding saluran akar. Jaringan nekrotik pulpa menjadi lingkungan yang menguntungkan bagi proliferasi mikrobial karena adanya residu organik atau nutrisi
yang berperan sebagai substrat atau medium kultur.
28
Bakteri yang berada di biofilm dapat berkomunikasi, bertukaran bahan genetik dan juga memperoleh sifat-sifat baru. Komunikasi dalam biofilm terdiri dari dua jenis
yaitu komunikasi intraspesies dan komunikasi antar spesies. Quorum sensing adalah komunikasi intraspesies bakteri yang dimediasi oleh molekuler rendah yang berat,
yang dapat mengubah aktivitas metabolisme sel-sel tetangga dan mengkoordinasikan fungsi sel bakteri yang terdapat dalam biofilm. Quorum sensing juga dapat mengatur
properti mikroba seperti faktor virulensi dan penggabungan DNA ekstraseluler.
12,28
Pada infeksi endodontik primer, bakteri yang paling banyak diisolasi adalah obligat anaerob, salah satunya adalah bakteri Porphyromonas gingivalis.
2,5,12
Bakteri Porphyromonas gingivalis yang merupakan golongan Porphyromonas sp., juga
merupakan salah satu bakteri yang dapat dijumpai pada biofilm yang terbentuk pada infeksi saluran akar.
2
Berdasarkan taksonominya, bakteri Porphyromonas gingivalis diklasifikasikan sebagai berikut:
9
Kingdom : Eubaceria
Filum : Bacteroidates
Classes : Bacteroides
Ordo : Bacteroidales
Famili : Porphyromonadaceae
Genus : Porphyromonas
Spesies : Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis adalah bakteri gram negatif obligat anaerob, nonmotil dan berpigmen hitam yang tidak berspora Gambar 1. Bakteri ini memiliki
sel berbentuk batang, berukuran kecil antara 0,5-2 μm, asaccharolytic, pleomorfik,
dan berbentuk coccobacilli.
2,9,31
Bakteri golongan Porphyromonas sp. memiliki karakteristik khusus yang memancarkan warna merah bata ketika berada di bawah
sinar ultraviolet gelombang panjang dan bewarna coklat hitam ketika dikultur pada blood-containing media, sehingga bakteri ini juga dapat diidentifikasi sebagai bakteri
berpigmen hitam Bacteroides.
9,31
Porphyromonas gingivalis tumbuh dalam media kultur membentuk koloni berdiameter 1-2 mm, konveks, halus dan mengkilat, yang bagian tengahnya
menunjukkan gambaran lebih gelap karena memproduksi protoheme, yaitu suatu substansi yang bertanggung jawab terhadap warna khas koloni ini. Pertumbuhannya
dipengaruhi oleh adanya protein hydrolysates, seperti peptone atau yeast extract. Produk fermentasi Porphyromonas gingivalis yang utama adalah n-butirat dan asam
asetat sedangkan sedangkan produk minornya terdiri dari propionic, isobutyric, isovaleric, dan phenilacetic acids.
33
2.2.1 Faktor Virulensi Bakteri Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis memiliki berbagai faktor virulensi yang patogenik yang berperan dalam menyebabkan penyakit. Faktor virulensi tersebut antara lain
adalah fimbriae,
capsule, outer
membrane vesicles,
hemagglutinin, lipopolysaccharides LPS, enzyme activity dan protein antigens. Faktor virulensi
tersebut dapat menginisiasi mekanisme pertahanan host yang menyebabkan Gambar 1. Bakteri Porphyromonas gingivalis
dibawah electron micrograph
32
kerusakan jaringan. Di antara faktor-faktor ini, LPS adalah faktor yang umumnya dianggap sebagai faktor virulensi penting dalam bakteri gram negatif.
9,15,34
Fimbriae bakteri memiliki peranan penting dalam interaksi bakteri dan sel host. Fimbriae Porphyromonas gingivalis merupakan komponen filamen pada
struktur permukaan sel dengan diameter 5 nm hingga 10 nm.
9,11
Fimbriae Porphyromonas gingivalis memiliki variasi aktivitas biologi termasuk imunogenitas,
perlekatan pada berbagai protein host, menstimulasi sitokin dan merangsang terjadinya resopsi tulang. Fimbriaenya juga memiliki perlekatan yang sangat kuat
pada sel host dan memiliki potensi yang besar menjadi virulensi dengan berinteraksi dengan bakteri lain.
11
Kapsul bakteri telah dianggap faktor virulensi utama pada permukaan sel bakteri.
29
Semua bakteri yang termasuk golongan Bacteroides yang salah satunya Porphyromonas gingivalis memiliki kapsul yang tersusun dari polisakarida pada
membran luar sel. Kapsulnya terlibat dalam adhesi atau perlekatan, pembentukan abses dan melindungi dari proses opsonisasi dan fagositosis sel host. Bakteri yang
terselubung dalam kapsul seperti Bacteroides, Fusobacterium, fakultatif kokus gram positif biasanya menyebabkan abses, sedangkan bakteri yang tidak terselubung dalam
kapsul tidak menyebabkan abses.
9,34
Lipopolysacharide LPS yang juga disebut endotoksin, merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari dinding sel bakteri gram negatif.
11
Patogenitas yang utama dari bakteri gram negatif disebabkan oleh adanya LPS pada dinding
selnya. LPS adalah komponen utama dari bakteri gram negatif yang tersusun dari polysaccharide, core polysaccharide dan Lipid A.
9,30
LPS memiliki potensi yang kuat sebagai stimulator inflamasi karena LPS mampu menembus ke dalam jaringan
periradikuler dan bertindak sebagai endotoksin dalam organisme host sehingga menyebabkan peradangan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan tulang.
Penelitian menunjukkan bahwa respon radang dimulai saat LPS Porphyromonas gingivalis berikatan dengan lipopolysacharide binding protein LBP membentuk
molekul CD14. Molekul ini akan dikenali oleh makrofag melalui reseptor TLR4 sehingga menstimulasi terbentuknya IL-1, IL-6 dan TNF-
α, yaitu sitokin yang berperan dalam proses terjadinya resorpsi tulang.
6,9
Enzim cysteine protease yang dihasilkan Porphyromonas gingivalis yang dinamakan gingipain menjadi salah satu faktor virulensi penting.
30
Gingipain memiliki kemampuan untuk mendegradasi protein pertahanan host untuk
menyediakan peptida dan asam amino sebagai sumber karbon dan nitrogen bagi pertumbuhan bakteri tersebut. Gingipain ini juga berperan dalam 85 aktivitas
proteolitik yang dihasilkan oleh bakteri Porphyromonas gingivalis. Gingipain ini sendiri terdiri atas Arg-gingipain Rgp dan Lys-gingipain Kgp.
34
Collagenase merupakan faktor virulensi Porphyromonas gingivalis yang berhubungan dengan
penyakit periodontal. Penelitian menyatakan keberadaan collagenase gene prtC yang diperiksa pada 21 strain spesies Porphyromonas dapat diisolasi pada infeksi
saluran akar. Porphyromonas gingivalis dari infeksi saluran akar memiliki prtC gen, sedangkan Porphyromonas endodontalis tidak memiliki prtC gen.
34
Kemampuan untuk menyerang sel dan jaringan host merupakan faktor virulensi penting dalam bakteri. Masuknya Porphyromonas gingivalis ke sel epitel
gingiva prevalensinya sangat tinggi dan cepat, dan bakteri ini berkumpul pada daerah perinuklear sel. Porphyromonas gingivalis berada di dalam sel selama lebih dari
24 jam dan menghasilkan aktin sitoskeleton bersamaan dengan perubahan ukuran dan bentuk sel host. Mikroorganisme yang terdapat pada saluran akar yang terinfeksi
dapat menyebabkan fokal infeksi pada penyakit kardiovaskuler. Hal ini dibuktikan dengan kultur primer sel kardiovaskuler.
34
Saluran akar yang terinfeksi merupakan infeksi polimikrobial yang menyebabkan risiko terjadinya virulensi semakin tinggi bila terdapat kombinasi
mikroorganisme dalam jumlah yang besar terutama dari spesies bakteri gram negatif. Kombinasi Porphyromonas gingivalis dengan Fusobacterium nucleatum dan bakteri
berpigmen hitam Prevotella intermedia juga menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dan memiliki risiko terjadinya flare up endodonti. Hal ini disebabkan adanya sinergi
pada infeksi saluran akar antara bakteri tersebut, sehingga meningkatkan intensitas terjadinya inflamasi pada jaringan periapikal.
11
Selain itu, pada penelitian Loo et al. 2009 juga menunjukkan bahwa terjadi infeksi silang antara bakteri
Porphyromonas gingivalis dengan Bacteroides forsythus pada saluran akar yang meningkatkan resiko periodontitis apikalis kronis.
10
Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri “red
complex ” Bacteroides forsythus, Porphyromonas gingivalis dan Treponema
denticola yang paling proteolitik dan patogen dalam golongannya serta bakteri yang paling sering ditemukan pada infeksi endodontik primer.
2,6,29
Namun, pada infeksi sekunder bakteri ini masih dapat ditemukan walaupun dalam jumlah yang sedikit. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Ercan et al. 2006 yaitu bahwa bakteri Porphyromonas spp. ditemukan memiliki prevalensi yang lebih rendah pada saluran
akar dengan infeksi endodontik sekunder dibandingkan infeksi endodontik primer.
35
Berdasarkan penelitian Kipalev et al. 2014 melaporkan bahwa bakteri Porphyromonas gingivalis yang paling sering terdeteksi pada infeksi saluran akar
primer dengan menggunakan metode PCR. Persentase bakteri Porphyromonas gingivalis pada infeksi saluran akar primer sebesar 54,2.
7
Penelitian Tomazinho et al. 2007 juga melaporkan bahwa pada infeksi endodontik primer bakteri
Porphyromonas gingivalis memiliki prevalensi sebesar 27,3 dengan metode kultur dan 43,3 dengan metode Polymerase Chain Reaction.
8
Penelitian Saito et al. 2009 mendeteksi bakteri Porphyromonas gingivalis sebesar 28 pada infeksi endodontik
primer dengan metode Polymerase Chain Reaction.
30
Hal ini didukung juga dari penelitian pada infeksi endodontik primer disertai abses apikal akut yang
menggunakan metode PCR menemukan prevalensi sekitar 55 dari jumlah sampel dan pada infeksi endodontik primer disertai periodontitis apikal akut menggunakan
metode PCR dengan prevalensi sekitar 48 dari jumlah sampel.
36
Pada infeksi endodontik primer maupun sekunder, bakteri Porphyromonas gingivalis diketahui sering ditemukan dengan bakteri Porphyromonas endodontalis.
Namun, prevalensi bakteri Porphyromonas gingivalis lebih tinggi ditemukan dibandingkan bakteri Porphyromonas endodontalis. Penelitian Kipalev et al. 2014
menemukan prevalensi Porphyromonas endodontalis 48,6
7
pada infeksi endodontik primer dan penelitian Tomazinho et al. 2007 menemukan prevalensi sebesar 43,3
pada infeksi endodontik primer dengan menggunakan metode PCR.
8
Gambar 2. Prevalensi mikroorganisme yang terdeteksi pada gigi dengan infeksi endodontik primer disertai abses apikalis akut dengan metode Polymerase
Chain Reaction
36
2.3 Penggunaan Bahan Alami dalam Bidang Endodontik
Produk herbal telah digunakan sejak dahulu sebagai obat secara tradisi di masyarakat Timur dan Barat. Banyak tanaman dengan sifat biologis dan antimikroba
diteliti sejak ribuan tahun lalu dalam kedokteran gigi yang digunakan sebagai anti- inflamasi, antibiotik, analgesik dan agen obat penenang. Akibat sering terjadinya
reaksi sitotoksik dari bahan medikamen saluran akar dan ketidakmampuan bahan Gambar 3. Prevalensi mikroorganisme yang terdeteksi pada gigi dengan infeksi
endodontik primer disertai periodontitis apikalis akut dengan metode Polymerase Chain Reaction
36
medikamen saluran akar untuk mengeliminasi bakteri di tubulus dentin, maka dalam bidang endodontik mulai dikembangkan beberapa bahan medikamen yang berasal
dari komponen biologis tanaman herbal.
37
Beberapa penelitian telah dilakukan di Indonesia mengenai penggunaan bahan alami dalam bidang endodontik. Penelitian yang dilakukan Kawilang dkk. 2014
menyimpulkan bahwa ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap biofilm Porphyromonas gingivalis dengan nilai KHM dan KBM yang diperoleh
adalah 25 dan 50.
38
Penelitian yang dilakukan Vivi Leontara dan Nevi Yanti 2014 menunjukkan bahwa ekstrak lerak mempunyai antibakteri terhadap
Porphyromonas gingivalis dengan diperolehnya nilai KBM pada konsentrasi 25.
39
Penelitian Sarah Amalia 2012 juga menunjukkan bahwa ekstrak pegagan memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis dengan diperolehnya
nilai KBM sebesar 25 sehingga ekstrak pegagan dapat dikembangkan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar.
40
2.4 Daun Afrika Vernonia amygdalina