BAB III SEKILAS TENTANG WAHID INSTITUT
A. LATAR BELAKANG LEMBAGA WAHID INSTITUT
Nama lengkap Lembaga adalah Yayasan Lembaga Wahid Institut atau sering disebut dengan The Wahid Institute yang secara resmi diluncurkan pada 7 September
2004 di Ballroom Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta. Sedang alamat kantor lembaga tepatnya berada di Jl. Taman Amir Hamzah No 8 Matraman Jakarta Timur.
Meski demikian pergulatan ide, penyelenggaraan kegiatan dan pengurusan legalitas formal untuk pendirian The Wahid Intitute telah dirintis satu tahun sebelumnya yang
digagas oleh: a.
K.H. Abdurrahman Wahid b.
Dr. Gregorius Barton c.
Yenny Zanuba Wahid, dan d.
Ahmad Suaedy Situasi dunia yang terus menerus diwarnai kekerasan dan ketegangan serta
fenomena terorisme dengan apapun alasan belakangnya, dari hal ini mengharuskan diupayakannya usaha-usaha bersama berupa dialog dan kerjasama antar bangsa dan
kelompok tanpa membedakan suku bangsa, agama, etnis dan sebagainya. The Wahid Institut lahir di inspirasi oleh kebutuhan semua komponen
masyarakat khususnya Islam untuk terlibat dalam upaya mencari jalan keluar bagi persoalan tentang situasi dunia yang terus menerus diwarnai kekerasan dan
ketegangan serta fenomena terorisme dengan berbagai alasan di belakangnya, dari hal ini mengharuskan diupayakannya usaha-usaha bersama diantaranya berupa dialog dan
23
kerjasama antar bangsa serta kelompok tanpa membedakan suku bangsa, agama, etnis dan sebagainya.
Sejak sebelum menjadi presiden dan membentuk partai, Gus Dur selalu bercita-cita bagaimana di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini
mempunyai sumbangan yang lebih kongkrit terhadap kepemimpinan di dunia di dalam proses dialog peradaban. Seperti yang di ungkapkan Ketua PP Muhamadiyah
dan Ketua Yayasan Al-Mauun apa yang di sampaikan Gus Dur saat itu, kang nanti saya di Ciganjur ini akan buat pusat study Asia Tenggara, sampeyan, mas Habib
Chirzin tinggal di sini, nanti kita beli tanah di sini dan kita tinggal bersama. Pusat study Asia Tenggara itulah yang di cita-citakan Gus Dur bahwa
disanalah nanti tokoh-tokoh Islam yang kemudian punya pemikiran masa depan bisa bertemu, berkumpul kemudian membuat Indonesia sebagai simpul dinamika agama di
Asia Tenggara. Dari hal di atas kami menemukan sebuah landasan yang kokoh dalam cita-cita
komitmen dan prisip-prinsip intelektual dari K.H. Abdurrahman Wahid diantaranya untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu sebuah tatanan masyarakat yang adil dan
demokratis serta memperlakukan seseorang secara setara. Semua itu tantangan yang besar dan berat dan Wahid Institut ingin mengambil
peran untuk memperkuat civil Islam dalam mewujudkan perubahan sosial, pembaharuan dan pemikiran keagamaan, tentunya tanpa meninggalkan warisan
turats pemikiran dan kebudayaan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. VISI DAN MISI