Mc. Eachem sebagaimana dikutip oleh David Berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang di kenakan pada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu. Menurutnya pula bahwa harapan-harapan tersebut merupakan imbangan-imbangan dari norma-norma sosial. Berdasarkan hal tersebut
maka norma-norma dan harapan-harapan yang ditentukan oleh masyarakat. Di dalam peran terdapat dua macam harapan yaitu: pertama, harapan-harapan
masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua, harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran terhadap orang-
orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban- kewajibannya.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat dikatakan seseorang berperan apabila telah memiliki status. Di dalam status tersebut terdapat tugas-tugas yang sebelumnya
disusun berdasarkan harapan-harapannya, namun, harus sesuai pula dengan harapan masyarakat. Sehingga, apabila dalam tugas-tugasnya yang semula disesuaikan dengan
harapan orang atau lembaga yang berperan kemudian tidak sesuai harapan masyarakat, maka dapat dikatakan belum berhasil.
B. Teori Kampanye
Menurut pakar komunikasi Rice dan Paisley, dikatakan bahwa kampanye ialah keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik, keperdayaan,
tingkah laku, minat atau keinginan audiensi dengan daya tarik komunikator sekaligus komunikatif.
Wiliam Albig mendefinisikan komunikiasi dalam kampanye merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang bernama antar individu, Suatu lambang
yang sama-sama dimengerti.
Unsur-unsur kampanye: -
Ada kegiatan atau proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu kampanye. Berisikan rencana, tematopikisu, budget dana, dan fasilitas
- Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan suatu pesan yang hendak
disampaikan kepada pihak lain Jika ditarik sebuah kesimpulan dari uraian di atas, bahwa kampanye adalah
menyangkut kepentingan organisasi, lembaga, perusahaan, peluncuran produk suatu barang atau jasa hingga bidang poitik, sosial, dan seni budaya, olahraga,
pembangunan nasional dan sebagainya. Kegiatan kampanye dilakukan tertentu pada jangka waktu yang tertentu dan dirancang sedemikian rupa, aktraktif, kreatif, dan
dinamis dalam rangka untuk mempengaruhi pihak lain
5
.
C. Teori Pemikiran Islam, Pluralisme dan Demokrasi
Pemikiran Islam
Pemikiran Islam di Indonesia berkembang dengan cepat pada permulaan abad ke-20 dengan tumbuhnya modernisme. Dalam seajarah Islam, Mulanya berkembang
pemikiran rasional, tetapi kemudian berkembang pemikiran tradisional. Pemikiran rasional berkembang pada zaman klasik Islam 650-1250 M, sedang pemikiran
tradisional berkembang pada zaman pertengahan Islam 1250-1800 M
6
. Periode sekitar dua abad setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, pada
hakikatnya merupakan periode formatif
7
. Ajaran-ajaran Islam mengalami kristalisasi dan bentuk yang komprehensif dan universal. Jadi masalah pembaharuan pemikiran
5
Ruslan Rosady, Kiat Dan Publc Relation, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005, cet Ke- 1, h. 64.
6
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Bandung, Mizan 1996. Cet Ke- 1, h. 157
7
M Amin Rais, Kata Pengantar dalam John L. Dorhne dan John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan Ensiklopedi Masalah-Masalah, Jakarta, Rajawali 1984, Cet Ke-1, h. v.
Islam muncul setelah periode formatif, terutama setelah Islam sebagai agama dan sekaligus great tradition berhadapan dengan berbagai budaya lokal, berbagai paham
non Islam dan aneka bentuk pemerintahan yang ada, baik di dunia timur sendiri maupun dunia barat.
Periode formatif pasca-Nabi bukanlah suatu periode sejarah yang tanpa konflik. Justru pada periode inilah telah muncul konflik tajam antara berbagai aliran
dalam masyarkat Islam pada waktu itu, mengenai masalah ideologi, politik, sosial, moral, spiritual
8
. Ortodoksi Islam yang kemudian melembaga dan mengkristal setelah dua abad setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, adalah hasil pertarungan berbagai
macam gagasan dan pemikiran di kalangan umat Islam yang meliputi hampir segala bidang kehidupan
9
. Arkoun, seorang tokoh besar Islam membagi epistema dalam sejarah Islam
dalam beberapa penggalan untuk menjelaskan terma-terma yang terpikirkan le
pensable thinkable yang yang tak terpikirkan L impense Inthinkable dan yang
belum terpikirkan L Impensable not yet though
10
. Terpikirkan maksudnya ialah hal-hal yang mungkin umat Islam
memikirkannya, yang demikian bisa difikirkan, karena merupakan yang jelas dan boleh memikirkannya. Sedang “yang tak terpikirkan atau “mustahil
memikirkannya” atau belum terpikrkan unthinkable adalah hal-hal yang yang tidak mempunyai hubungan dan tidak saling terikatnya antara ajaran agama dengan praktek
kehidupan sehari-hari, atau jauhnya aplikasi agama dengan norma transenden yang semestinya seperti tak terikatnya apa yang dilakukan para ilmuwan dan apa yang
8
Ahmad Hanafi, Pengantar Theologi Islam, Jakarta, Pustaka Al Husna 1989, Cet Ke-2, h.19.
9
Nurhidayat Muh Said, Pembaruan Pemikiran Islam Di Indonesia, Jakarta, Media Aktualisasi Pemikiran 2006, Cet ke-1 h. 37.
10
Ibid, Harun Nasution., ....
dikerjakan para ulama, meskipun keduanya masih memiliki keterlibatan intelektual intelektual link.
Adalah kebijakan kerasulan yang sangat tinggi bahwa nabi menegaskan tidak adanya kerugian dalam kegiatan berijtihad dan ijtihad hanya akan membawa kebaikan
ganda atau tunggal. Maka tidak ada yang salah dengan berijtihad. Kesalahan satu- satunya ialah adanya rasa takut salah itu sendiri yang menjadikan manusia jadi statis
dan tidak kreatif. Bias dari adanya rasa takut salah akan berdampak pada sumber taklid.
Seharusnya, kita mempunyai kemantapan kepercayaan bahwa semua bentuk pikiran dan ide, betapapun aneh kedengarannya harus mendapatkan jalan untuk
dinyatakan. Tidak mustahil dari pikiran-pikiran dan ide-ide yang umumnya semula dianggap salah ternyata kemudian benar. Kenyaataan ini merupakan pengalaman
setiap gerakan pembaruan, baik perorangan maupun organisasi dalam sejarah manusia di bumi ini. Dalam pertentangan pikiran dan ide, kesalahan sekalipun memberikan
kegunaan yang kecil, ia akan mendorong untuk menyatakan dirinya dan tumbuh menjadi kuat.
Karena tiadanya pikiran-pikiran yang segar, kita telah kehilangan apa yang dinamakan psycological striking force daya tonjok psikologis untuk membikin ide-
ide yang sejalan dengan kenyataan-kenyataan zaman sekarang. Sejalan dengan intelectual freedom, kita harus bersedia mendengarkan perkembangan ide-ide
kemanusiaan dengan spectrum seluas mungkin, kemudian memilih mana yang menurut ukuran-ukuran objektif mengandung kebenaran, sulit dimengerti justru umat
Islam lebih banyak bersifat tertutup dalam sikapnya padahal kitab suci al quran menegaskan semangat inklusivisme.
11
11
Ibid, Harun Nasution., h. 45
Pembaharuan mempunyai pengertian pikiran gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembagan baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Arti pembaharuan dan modernisasi hampir identik dengan rasionalisasi yaitu
hasil perombakan pola pikir dan tata kerja tema yang tidak akilah rasional menjadi pola berpikir rasional dan tata kerja yang akilah. Kegunaannya adalah untuk
memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal. Tujuan dari pembaharuan Islam adalah
a. Untuk menyebarkan, menafsirkan dan mensistematisasi ajaran-ajaran Islam
yang sifatnya global dan universal, sehingga dapat difahami masyarakat sesuai zamannya.
b. Untuk menafsirkan ulang ajaran-ajaran yang sudah dianggap lama, sehingga
menjadi pemahaman baru yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi baru.
c. Menjadi bukti agama Islam adalah agama yang paling sempurna yang sesuai
dengan segala bangsa dan zaman d.
Menunjukan bahwa agama Islam adalah agama rasional yang menempatkan rasio berkedudukan tinggi, sehingga Islam tidak pernah bertentangan dengan
kemajuan zaman e.
Menunjukan bahwa agama Islam yang ajarannya bersumber dari quran dan hadist dan yang sifatnya qotiyu dilalah, dan dzoniyyu dilalah sekarang masih
asli tidak ada perubahan, sedang yang dzaniyyu dilalah penafsirannya disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga tidak ketinggalan zaman.
Pembaruan Islam menurut Harun Nasution mengharuskan umat Islam untuk menerima pluralitas keagamaan, dan perlunyas seruan yang di lakukan yaitu
1 Agama rasional, sebagai landasan bagi pandangan dunia dan moral Islam.
Maksudnya adalah bahwa pilihan moral tidak selamanya mengasaskan pada wahyu, akan tetapi juga pada akal agamis yang berdaya yang mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk; 2
Budaya rasional sebagai landasan bagi pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, yaitu dalam pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan
harus dilandaskan pada kerja budaya yang di topang oleh nalar sehat; 3
Teologi rasional, sebagai landasan bagi pembaruan dan pembaruan umat yaitu dimaksudkan untuk mengajak umat Islam agar selalu kritis tatkala hendak
memulai membangun suatu langkah reformatif sekaligus menggagas upaya pembangunan bangsa;
4 Masyarakat rasional, sebagai landasan bagi aspirasi sosial, politik dan
hubungan antar agama, yaitu dalam hubungan berbangsa hendaklah bersama- sama memfungsikan nalar untuk duduk bersama saling menghargai baik antar
sesama agama maupun beda agama
12
. Lepas dari keadaan yang ada sekarang di dunia Islam, terdapat sejumlah
pemikir muslim di pelbgai negara Islam yang berusaha mengembangkan konsep Islam yang berbeda yaitu Islam yang tercerahkan, mereka percaya bahwa ideologi Islam
yang ditentukan dari atas tidak mewakili konsep Islam yang sejati, melainkan sesuatu yang lebih baik jika disebut dengan ideologi Islam politis.
Para pemikir Islam yang tercerahkan tersebut sedang bekerja membuat metode baru dan ilmiah dalam menafsirtkan ayat-ayat al Quran yang di dasarkan pada prinsip
atau keyakinan bahwa ayat-ayat tersebut pertama-tama harus dibaca dan di tafsirkan berdasarkan konteks historisnya.
12
Achmad Ghalib, Rekonstruksi Pemikiran Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press,2000 Cet Ke-I, h.52.
Dengan demikian mereka akan menyadari dan memahami bahwa politik bukanlah doktrin yang tetap maupun metode yang pasti dalam Islam, selain itu
mereka akan menyadari bahwa peristiwa-peristiwa politik hanyalah peristiwa- peristiwa manusia karena itu tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang ilahiah.
Sebelumnya peristiwa-peristiwa politik tersebut harus dilihat dan dinilai oleh masyarakat sipil berdasarkan hak-hak asasi manusia.
Kita berharap bahwa lewat pemikiran yang tercerahkan tersebut demokrasi akan menjadi tuntutan semua orang Islam dan dengan demikian mereka akan
menyadari bahwa demokrasi merupakan satu-satunya jalan bagi perkembangan dan kemajuan mereka, dan hanya hanya melalui demokrasi mereka akan menjadi mampu
untuk memerintah dan mengatur diri mereka sendiri
13
.
Pluralisme
Secara etimologis istilah ini berasal dari dua kata yaitu plural dan isme. Plural berarti jamak, lebih dari satu, pluralitas dapat berarti keanekaragaman, sehingga
pluralitas merupakan kondisi obyek dalam suatu masyarakat yang terdapat sejumlah group saling berbeda, baik strata ekonomi, ideologi, keimanan maupun latar belakang
etnis. Sedang isme artinya paham, pemahaman atau memahami. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa pluralisme adalah paham yang
menyadari suatu kenyataan tentang adanya kemajemukan, keragaman sebagai sebuah keniscayaan sekaligus ikut secara aktif memberikan makna signifikansinya dalam
konteks pembinaan dan perwujudan kehidupan berbangsa dan bernegara serta beragama
14
. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, karangan Prof. Dr. Js. Badudu
13
Islam Barat, Demokrasi dalam Masyarakat Islam, Jakarta: Fredrich-Naumann-Stiftung FNS Indonesia dan Pusat Studi Paramadina, 2002.cet 1, h. 11.
14
Ensklopedi Akidah Islam, Jakarta: Prenada Media 2003, Cet Ke-1, h. 320.
dan Prof. Dr. Sultan moh Zain, pluralisme ialah sifat yang menyatakan jamak, seperti kebudayaan yang tampak pada bangsa Indonesia .
Sedang pluralisme agama berasal dari dua kata pluralisme dan agama. Dalam bahasa arab, pluralisme diterjemahkan dengan al-ta’addudiyyah al-diniyah dan dalam
bahasa Inggris “religious pluralism”. Oleh karena pluralisme agama ini berasal dari bahasa Inggris maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus menggunakan
kamus bahasa tersebut. Pluralisme dalam kamus bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian. Pertama,
pengertian kegerejaan yaitu orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur kegerejaan, memegang satu atau lebih secara bersamaan baik bersifat
kegerejaan maupun nonkegerejaan. Kedua, pengertian filosofis berarti sistem pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran mendasar yang lebih dari satu.
Sedangkan ketiga, pengertian sosiopolitis ialah suatu sistem yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun partai
dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok tersebut.
Ketiga pengertian tersebut dapat disederhanakan dalam satu makna yaitu, koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dengan tetap
terpeliharanya perbedaan-perbedaan dan karakteristik masing-masing. Dalam the encyclopedia of religion, Jhon Hick menjelaskan bahwa, pluralisme
adalah sikap keagamaan antitesa dari eksklusivisme. Eksklusivisme ialah suatu pandangan bahwa hanya keyakinananya saja yang paling benar, yang lainnya tidak.
Misalnya doktrin gereja katolik yang berbunyi extra eccesia nulla salus yang artinya diluar gereja tidak ada keselamatan
15
. Sedang eksklusifisme ialah suatu pandangan bahwa agama saya dan agama
anda benar walaupun berbeda formalitasnya. Agama lain dianggap baik dalam kategori kebenaran dalam agama saya, misalnya pandangan Karl Rahner bahwa setiap
kristiani adalah muslim universal
16
. Sebagaimana eksklusivisme pluralisme ialah suatu pandangan bahwa agama ajaran apapun yang mengajarkan kebenaran yang
sejati dianggap sama dengan jalan keselamatan
17
. Jadi pluralisme adalah suatu cara untuk melihat dan memberikan nilai p bositif dan oktimis terhadap kemajemukan itu
sendiri, menerima perbedaan sebagai sebuah realitas yang tak dipungkiri
18
. Pluralisme tidak dapat difahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat
kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru hanya menggambarkan kesan fregmentasi bukan pluralisme, pluralisme juga tidak
boleh difahami sekedar sebagai “kebaikan negatif” negatif good hanya ditilik dari kegunaanya untuk menyingkirkan fanatisme to keep fanaticm at bay. Pluralisme
harus difahami sebagai pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban genuine engagement of difertices within the bond of civility. Bahkan pluralisme
adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui mekanisme pengawasan dan merupakan salah satu wujud kemurahan tuhan yang
melimpah kepada umat manusia
19
.
15
Mercia Eliade ed, The Encyclopedia or Religion, New York: Macmillan Library Reference USA,1993, h. 331.
16
Ibid. h. 331-332
17
Ibid. h. 332
18
Nur Cholish Madjid, Islam Doktrin dan Agama, h. 296
19
Budy Munawar Rachman, Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Jakarta, Paramadina, 2002 Cet Ke-1, h. 31
Menurut Alwi Shihab sikap pluralisme sangat mendorong dalam rangka berdialog untuk terciptanya kerukunan antar umat beragama, ada beberapa konsep
pluralisme yang dikemukakan oleh Alwi Shihab: Pertama, pluralisme bukan hanya kemajemukan semata, namun melibatkan
diri keterlibatan aktif terhadap kemajemukan itu sendiri, kemajemukan bisa dilihat diberbagai macam tempat, pasar, kantor, sekolah dan lainnya.
Kedua, pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme. Kosmopolitanisme merujuk kepada suatu realita di mana aneka ragam agama, ras,
hidup berdampingan disuatu lokasi, ialah suatu contoh kota new york, dikota ini terdapat umat yahudi, Kristen, muslim hindu, budha, sampai orang yang tak
beragamapun ada, karena kota ini kosmopolit seakan seluruh penduduk dunia terwakili disini, namun interaksi antar agama sangat minim, itupun kalau ada.
Ketiga, konsep pluralisme harus dibedakan dengan relativisme, seorang relativis akan beranggapan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran atau nilai-
nilai ditentukan oleh pola pikir mereka. Sebagai contoh, kebenaran dan keyakinan yang di yakini oleh bangsa Eropa bahwa Colombus menemukan Amerika adalah
sama benarnya dengan keyakinan penduduk asli benua tersebut, bahwa Colombus mencaplok Amerika.
Keempat, pluralisme bukan sinkretisme, yakni memedukan dua ajaran atau lebih menjadi satu. Karena kita sudah menjumpai dari dulu hingga sekarang
perapaduan keyakinan atau agama. Contoh, New Age Religion agama masa kini perpaduan yoga Hindu, meditasi Budha, tasawuf Islam dan mistik Kristen
20
. Dari beberapa bahasan diatas maka terdapat kesimpulan; pertama, bahwa
pluralisme merupakan sebuah pemahaman keberbedaan sekaligus dalam arti
20
Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung; Mizan, 1999, h. 41
kemajemukan, menjalani kehidupan bersama dalam kesadaran akan sikap saling menghargai, menghormati dan memahami berbagai perbedaan baik suku, ras agama
bahkan kehidupan sosial politik. Kedua, pluralisme sedikitnya memiliki tiga unsur yang menjadi bagian
adanya berjalannya pluralisme yaitu 1
Adanya dialog, yaitu dialog antar agama, aliran dan keyakinan yang berbeda; 2
Penilaian positif. yaitu menilai baik terhadap berbagai kemajemukan yang ada, dan
3 Menerima perbedaan.
Demokrasi
Pengertian demokrasi. Secara etimologis demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu “demos“ yang berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan “cratein” atau ”cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi secara bahasa demokrasi berarti keadaan negara dimana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat, kekuasaan tinggi berada di tangan rakyat dan di jalankan oleh rakyat yang bertujuan untuk melindungi hak
maupun kedaulatan rakyat itu sendiri Sementara itu pengertian demokrasi secara istilah yang dikemukakan para ahli
sebagai berikut a.
Menurut Joseph A. Schmitter, demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook berpendapat demokrasi ialah bentuk pemerintahan dimana
keputusan-keputussan pemerintah yang penting secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa. c.
Pilippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil
mereka yang telah terpilih. d.
Hendry B. Moyp menyatakan demokrasi sebagai suatu sistem yang menunjukan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara aktif oleh rakyat pada pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
oleh masyarakat oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan pada persamaan prinsip persamaan politik dan diselenggarakan
dalam susasana terjaminnya kebebasan politik. Affan Gaffar 2000 memaknai demokrasi dalam dua bentuk, yaitu pemaknaan secara normatif demokrasi
normatif yaitu demokrasi yang secara ideal hendak dilakukan oleh sebuah negara. Dan secara empirik demokrasi empirik yaitu demokrasi dalam
perwujudannya pada politik praktis
21
. Dalam hubungannya dengan Islam, perdebatan diskursus dan wacana antara
hubungan antara Islam dan demokrasi sebagaima diakui oleh Mun’im A. Sirry masih menjadi perdebatan dan wacana yang menarik dan belum tuntas. Berdasarkan
pemetaan yang dikembangkan oleh John L. Esposito dan James P. Picatory Sukron
21
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan Civic society demokrasi, Hak Asasi Manusia Masayrakat Madani, Jakarta, ICCE UIN Jakarta, 2003, Cet Ke-1
Kamil, 2002 secara umum dapat dikelompokan dalam tiga kelompok pemikiran Mun’im A.Sirry:
a Pertama, Islam dan demokrasi ialah dua sistem politik yang berbeda. Islam
tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi. Islam adalah sistem politik yang self sufficient. Hubungan keduanya bersifat mutually exclusive. Islam
dipandang sebagai sistem politik alternatif terhadap demokrasi. Islam berbeda dengan demokrasi, apabila demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti
difahami dan dipraktikan dinegara-negara maju barat, sedang Islam merupakan sistem politik demokratis. Kalau demokrasi didefinisikan secara
substantif, yaitu keaulatan berada ditangan rakyat dan negara merupakan terjemahan dari kedaulatan rakyat.
b Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem
politik demokrasi seperti yang dipraktikan negara-negara maju. Di Indonesia pandangan yang ketiga tampaknya lebih dominan karena demokrasi sudah
menjadi bagian integral sistem pemerintahan Indonesia dan negara-negara muslim lainnya. Di antara tokoh dalam kelompok ini Fahmi Huwaidi, al-
Aqqad, M.Husain Haikal, Zakaria Abdul Mun’im, Robert N. Bellah dan sebagainya. Di Indonesia diwakili oleh Nurcholish Madjid Cak Nur, Amin
Rais, Munawir Syadali, A. Syafii Maarif dan Abdurrahman Wahid. Ada beberapa alasan teoritis yang bisa menjelaskan tentang lambannya
pertumbuhan dan perkembangan demokrasi demokratisasi di dunia Islam: a
Pertama, pemahaman doktrinal menghambat praktek demokrasi, teori ini dikembangkan oleh Elie Khudorie bahwa gagasan demokrasi masih cukup
asing dalam mind-set Islam. Hal ini dikarenakan kebanyakan kaum muslim
yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang bertentangan dengan Islam.
b Kedua, persoalan kultur, demokrasi sebenarnya telah dicoba di negara-negara
muslim sejak paruh pertama abad duapuluh tapi gagal, tampaknya ia tidak akan sukses pada masa-masa mendatang, karena warisan kultural masyarakat
komunitas muslim sudah terbiasa dengan otokritasi dan ketaatan pasif, teori ini dikembangkan oleh Bernard Lewis dan ‘Ajami. Karena itu langkah yang
harus ditempuh adalah penjelasan cultural mengapa demokrasi tumbuh subur di Eropa, tetapi didunia Islam malah otoritarianisme yang tumbuh dan
berkembang. c
Ketiga, lambannya pertumbuhan demokrasi di dunia Islam tak ada hubungan dengan teologi maupun kultur, melainkan terkait dengan sifat alamiah
demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan kesungguhan, kesabaran dan diatas segalanya adalah waktu. John L. Esposito dan O. Voll
adalah tokoh yang tetap optimis terhadap massa depan demokrasi.
22
Masalahnya, seperti dikatakan oleh Munawir Sadzali, apakah Islam memberikan pedoman mengenai negara dan pemerintahan? Soal pemilihan dan
suksesi kepala negara, tidak ada petunjuknya dalam Al Quran maupun sunah Nabi. Bahkan, menurut Dr Qomaruddin Khan, tidak ada istilah dalam al-Qur’an yang
merupakan padanan “negara” atau “pemerintah”. Kata al daulah, yang biasa dikutip sebagai istilah untuk negara, bukan istilah
al-Quran, melainkan para ahli fikih. Yang ada hanya petunjuk-petunjuk normatif yang bisa saja dijadikan landasan teoretis mengenai negara, misalnya keadilan, prinsip
amanah, musyawarah, dan semacamnya.
22
Ibid.
Kehidupan demokrasi tidak akan lepas dari terpenuhinya unsur-unsur demokrasi sendiri yang diantaranya adalah HAM, di mana di dalamnya terdapat
jaminan kebebasan berfikir, berargumen serta mengemukakan pendapat seperti halnya jaminan akan kebebasan berkeyakinan. Secara lahiriah kebebasan ini dapat
meminimalisir hegemoni kekuasaan dan tekanan-tekanan situasional maupun kondisional, yang dapat mengurangi kenyamanan individu dan kelompok dalam
dominasi mayoritas. Bila membahas demokrasi maka akan ditemukan infrastruktur demokrasi,
adapun infrastruktur tersebut ada tiga macam yaitu: 1
Kedaulatan rakyat 2
Kepastian dan keadilan hukum 3
Budaya demokrasi. Budaya demokrasi menempati posisi yang strategis bagi infrastruktur
demokrasi yang normal tentunya disamping kedaulatan rakyat dan kepastian keadilan hukum.
23
. Dalam kehidupan bermasyarakat, seringkali kelompok mayoritas tidak
menghomati perbedaan yang mengkibatkan pemasunganhak-hak warga negara, mungkin dapat dikarenakan kekhawatiran perubahan kemapanan yang ada pada dan
menguntungkan pihak mayoritas, bahkan gejala ini akan berlanjut pada pencegahan atas berbagai perbedaan yang dan akan muncul.
Karena itu kebebasan berfikir, berargumen serta mengemukaan pendapat berkaitan erat dan tidak terpisahkan dengan konsep pluralisme sebagai konsekwensi
logis sistem demokrasi.
23
Azwir Dainy Tara, Peran Pengusaha Dalam Membangun Demokrasi, Jakarta: Nuansa Madani, 2002, Cet Ke-1, h. 114.
Pada pemikiran seperti inilah kita dapat melihat pentingnya sesuatu atau seseorang atau sebuah lembaga untuk mengawal proses demokrasi yang menjunjung
kebebasan berfikir dan pluralisme sebagai bagian penting kehidupan bermasyarakat maupun bernegara.
BAB III SEKILAS TENTANG WAHID INSTITUT